Namaku Vero, aku adalah seorang pendatang di kota Yogyakarta. Setelah tamat dari kuliah di sebuah universitas negri di kota ini , akupun langsung diterima kerja di salah satu bank BUMN.
Aku merupakan sosok gadis yang pelit bicara, namun sebenarnya bukan tipe orang yang sombong, hanya saja aku orang yang sulit untuk memulai obrolan dengan orang lain yang belum terlalu kukenal.
Aku memiliki wajah yang bisa dibilang cantik, kulit kuning langsat, rambut panjang sebahu. Bodiku lumayan menarik dengan tinggi 165 cm dan berat 50 kg.
Sore ini sepulang kerja aku mampir ke sebuah mall untuk membeli kosmetik yang kebetulan habis. Namun sebuah kejadian yang tak pernah aku duga, aku bertemu seseorang yang dulu pernah mengusik hatiku.
Elmo namanya, aku mengenalnya saat kami sama sama duduk di kelas 1 SMU. Dulu dia sering menggodaku dan menitip salam lewat Fajar teman sebelah kosku. Awalnya aku tidak pernah menanggapinya, namun kemudian teman wanita banyak yang membicarakan tentang ketampanannya, sehingga membuatku perlahan lahan mulai memperhatikannya. Benar saja, ternyata wajahnya cukup menarik, didukung oleh tubuhnya yang atletis, membuat penampilan dia begitu mempesona.
Perlahan aku mulai menyukainya, saat dia sedang main ke kosku aku mulai mau mengajaknya ngobrol. Namun aku sedikit curiga ketika teman akrab satu kosku Diaz, sepertinya ingin menarik perhatian Elmo. Jika Elmo main ke kosku, Diazlah yang paling heboh, dan paling semangat untuk terus mendekati Elmo, bahkan aku akhirnya memilih diam saja memperhatikan mereka berdua.
Diaz tipe cewek yang agresif, beda denganku yang lebih pendiam. Hingga pada akhirnya Diaz curhat padaku, bahwa dia menyukai Elmo. Saat itu hatiku amat hancur. Kemudian Diaz menyatakan cintanya pada Elmo, dan aku dengar dari Fajar mereka berdua pacaran. Namun anehnya semenjak itu Elmo tidak pernah lagi datang ke kosku, dan justru seperti menghindari untuk bertemu Diaz.
Aku hanya bisa memendam perasaan sendiri, karena tidak mau merusak persahabatanku dengan Diaz.
Hingga pada akhirnya Elmo pindah dari sekolahku saat kenaikan kelas 2, dan akupun benar benar kehilangan kontak dengannya.
###########
" Total semuanya 120.000 ribu, Mbak."
Kuambil uang di dalam dompet, dan segera menyerahkannya kepada kasir.
" Terimakasih ya!" Sambil mengambil belanjaan yang baru saja kubayar.
Aku kemudian melangkah keluar, namun baru saja hendak melewati pintu tiba tiba ada suara pria yang memanggilku.
" Vero...!!!"
Aku berhenti sejenak dan mencari sumber suara itu, yang sepertinya berasal dari arah kiriku.
Dadaku berdegub keras saat tau siapa pemilik suara itu. Ya Tuhan dia Elmo laki laki yang dulu pernah mencabik-cabik hatiku, namun kemudian pergi entah kemana, bahkan dia tidak pernah tau akan perasaanku padanya.
" Elmo...???"
" Kenapa dia ada disini?" Bathinku.
" Heeii Ve, kamu disini juga rupanya? Bagaimana kabar kamu?"
" Alhamdulillah baik."
Tidak banyak yang berubah dengannya, masih tampan seperti saat aku mengenalnya di SMA dulu, hanya saja sekarang wajahnya ditumbuhi bulu yang dirawatnya dengan rapih, membuatnya semakin berkharisma dan lebih dewasa.
" Kamu dengan siapa datang kesini?" tanya Elmo.
" Aku sendirian El? Kamu dengan siapa?"
" Sama, sendiri juga."
" Kamu sekarang tinggal di sini Ve?"
" Iya."
" Kamu?"
" Aku tuh udah lama udah jadi orang sini Ve."
Aku mengangguk angguk mendengar penjelasan Elmo.
" Eh kita ngobrol dulu yuk kalau kamu
tidak keberatan."
" Boleh, ayuk!!"
" Kita ngombrol sambil makan di atas saja ya?" kata Elmo.
" Ya terserah kamu saja deh."
Kemudian kami berdua menuju sebuah restoran Fast Food yang ada di lantai 2 mall.
Aku memilih duduk di dekat jendela, tempatnya lebih asyik, bisa melihat suasana jalan di bawah sana.
Kulihat Elmo sedang memesan makanan di kasir, dan tak berapa lama dia sudah membawa nampan yang berisi makanan di meja kami.
" Sudah cuci tangan kan?"
" Sudah dong." Jawabku.
" Aku kira belum, kalau belum ngga ada air kobokan di sini."
" Hahaha emang aku anak tk diajarin dulu."
Kemudian kami langsung menyantap makanan sembari ngobrol.
" Kamu banyak berubah Ve."
" Oh ya, mungkin karena kamu lama nggak ketemu aku."
" Serius, badanmu makin kurus, tapi makin cantik sih hehe."
" Hmmmm dasar ", kataku.
" Kamu juga nggak banyak berubah El, masih sama seperti yang dulu."
" Cuma sekarang lebih tampan kan?" sembari tersenyum menggoda.
" Hahaha itu kamu yang bilang, bukan aku ya?"
" Tapi masak sih nggak ada yang berubah Ve."
" Ada sih...!!"
" Apa?"
" Jadi pintar ngegombal."
" Kalau itu mah profesi sampingan Ve."
" Hahahaha....bahaya dong ", sahutku.
" Nggak nyangka ya Ve kita ketemu lagi disini, padahal udah lama banget ya?"
" Kamu udah lama di sini Ve?"
" Lumayanlah, semenjak aku lulus kuliah, lalu langsung di terima kerja di bank."
" Jadi kamu juga dulu kuliah di sini Ve?"
" Iya El, aku kuliah 4 tahun disini."
" Heran kok nggak pernah ketemu ya kita?"
" Kamu pikir Yogya ini selebar daun kelor pakk."
Elmo hanya tertawa menanggapi kata kataku.
" Kamu sendiri kok bisa di sini juga?"
" Aku sudah lama di sini Ve, semenjak pindah itu."
" Ooohhh aku nggak tau."
" Kamu hhmm maaf sudah menikah belum Ve?"
" Hahaha belumlah El, kalau sudah pasti aku minta suamiku mengantarku kesini ", jawabku.
" Aku kira sudah, aku takut nanti tiba tiba mukaku bonyok ditonjok sama suamimu ", sembari tersenyum.
" Kamu tuh dasar, emang tampangku sudah seperti emak emak ya."
" Daripada kayak bapak-bapak gimana coba?"
" Hahaha bisa aja kamu El!"
" Kamu sendiri udah nikah belum?"
" Belum juga Ve, belum ada yang mau."
" Belum ada yang mau, apa kamunya yang belum mau?"
" Hehehe dua duanya sih."
" Lama ya Ve kita nggak ketemu? semenjak aku pindah kesini."
" Ya sekitar 10 tahun El."
" Aku kira kamu tadi nggak ngenalin aku Ve."
" Mana mungkin aku nggak ngenalin laki laki yang pernah buat aku jatuh cinta ", bathinku.
" Kegiatan kamu sekarang apa El?"
" Aku? ehhhmmm aku cuma karyawan biasa Ve."
" Karyawan apa itu?"
" Di perusahaan kontraktor swasta."
" Pegawai bawahan aja ", katanya lagi.
" Ohhh kataku."
" Kamu naik apa tadi kesini?" tanya Elmo.
" Aku tadi naik kendaraan umum, biasanya sih bawa motor, tapi tadi bannya bocor jadi aku tinggal di bengkel dekat kosku."
" Kamu nggak pernah komunikasi dengan Diaz lagi?" Tanyaku.
" Dulu awal-awal pindah sih dia masih sering telfon aku, tapi terus nggak lagi waktu hpku hilang dan aku nggak ingat nomor-nomornya, jadi hilang kontak."
" Berarti kalian masih pacaran dong waktu pisah itu?"
" Nggak tau deh, aku juga nggak tau pacaran apa nggak sama dia."
" Ihhh cowok aneh, pacaran kok nggak tau ", kataku.
Elmo cuma tersenyum.
Aku lihat jam di tanganku pukul 17.00
" Udah sore El, pulang yuk?"
" Lho udah jam berapa memangnya?"
" Jam 5 El, yuk."
Kemudian kami berjalan menuruti eskalator.
" Aku anter kamu pulang ya?"
" Nggak ngerepotin nih?"
" Nggaklah kebetulan aku bawa mobil kantor, selesai nganterin barang tadi, gimana? Mau kan?"
" Bolehlah." Jawabku singkat.
Kemudian kami berdua menuju ke parkiran mobil.
Elmo mendekati sebuah sedan mewah warna hitam metalik.
" Hmmm perusahaannya pasti besar, mobil inventarisnya saja begini mewah ", bathinku.
" Ayo naik kok bengong !" Kata Elmo.
" Eh iya."
" Kamu sering bawa mobil ini El?"
" Nggaklah Ve, tadi kebetulan saja sopir yang biasanya bawa mobil ini nggak berangkat, jadi aku yang bawa, biasanya aku cuma bawa motor Ve."
" Ohhhhh..."
" Dimana kosmu?"
" Jalan terus saja El di jalan Hos Cokroaminoto."
" Jadi kamu dulu lulus SMA langsung kuliah di sini?"
" Iya El di UGM, kamu sendiri?"
" Aku di swasta Ve, otakku kan nggak secerdas kamu hehehe."
" Nggak nyangka ya kita bisa ketemu disini, temen temen yang lain dimana ya sekarang?" Tanya Elmo.
" Diaz maksudmu?"
" Bukanlah...temen temen yang lain dong."
" Memang kamu nggak pengen tau Diaz sekarang dimana?"
" Udah ah jangan ngomongin dia terus, ngomong yang lain aja ya."
Aku diam saja, ada apa sebenarnya dengan mereka? sampai Elmo tidak mau aku menyebut nama Diaz dihadapannya.
" Berhenti di depan ya El, itu yang ada pagar hijaunya sebelah kanan."
" Ini kos kamu?"
" Iya mampir yuk?"
" Sudah sore lain kali saja ya."
" Eh motor kamu belum diambil ya?"
" Belumlah, ini sudah sore pasti tutup bengkelnya."
" Ya sudah besok aku jemput aja ya, gara gara ngobrol tadi jadi lupa waktu."
" Nggak ngerepotin?"
" Nggaklah jam berapa?"
" Jam 7.30 ya?"
" Ok siap, eh nomor hpmu minta dong."
Kemudian aku sebutkan nomorku, dan Elmo mencatat di hpnya.
" Ya sudah sampe besok ya Ve."
" Ok makasih ya."
Kemudian Elmo menghidupkan mesin mobilnya, dan berlalu meninggalkan halaman kosku.
Kulemparkan tubuhku di atas kasur sembari melepas lelah.
" Hmmmm aku nggak pernah menyangka dia ternyata selama ini tinggal di sini juga, kenapa baru sekarang aku bertemu dengannya?"
" Ahhhh mati aku...kenapa aku lupa menelfonnya tadi? pasti dia bakalan marah marah seperti biasanya." Kataku dalam hati.
Kuambil hp di dalam tasku, benar saja dia sudah menelfon sebanyak 7 kali, mungkin aku tidak mendengarnya saat ngobrol dengan Elmo di Mall tadi.
" Hallo."
" Kamu dimana sih? lihat berapa kali aku nelfon kamu? Besok besok lagi nggak usah kerja deh, tiap kerja hpmu disilent!!"
" Maaf Bim, itu udah aturan kerjaku."
" Aturan kerja macam apa, kalau itu telfon penting bagaimana? apa tetap tidak boleh diangkat?"
Benar saja sifat pemarahnya itu yang sering buat aku nggak pernah nyaman saat bersamanya, dia pria yang egois, bahkan dia tidak suka aku bekerja, dia hanya ingin aku di sampingnya terus.
Bima cowo berhidung mancung keturunan Arab, dia kekasihku. Kami menjalin hubungan saat aku masih kuliah semester 6, sedangkan dia sudah bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Dia adalah seorang dokter. Banyak teman temanku bilang aku adalah gadis yang beruntung mendapatkan kekasih seorang dokter, bahkan sekarang dia sudah menjadi spesialis penyakit dalam. Tapi mereka hanya tau luarnya saja, mereka tidak pernah tau bahwa Bima adalah sosok orang yang keras kepala dan mau menang sendiri, selalu saja aku yang mengalah.
" Iya deh maaf..."
Kataku kemudian.
" Kenapa tadi telfon?"
" Nanti aku mau ajak kamu ke tempat pesta pimpinanku. Kamu siap siap jam 7 ya, ingat! Dandan yang cantik, karena aku nggak mau kekasih Dokter Bima Arya Prayoga itu terlihat buruk."
Selalu saja begitu, dia selalu menuntut fisik luarku saja, bahkan dia selalu protes jika berat badanku tiba tiba turun atau bahkan kemudian mendadak naik.
" Iya siap!"
Bima sebenarnya dia itu tampan, tapi dia tidak pernah bersikap lembut padaku, jarang bercanda, dan selalu saja serius.
Entah kenapa dulu aku jatuh cinta padanya, yang awal mulanya aku adalah salah satu pasien rumah sakitnya, dan kemudian malamnya dia tiba tiba menelfonku. Sebuah hal yang tidak lazim, seorang dokter yang baru pertamakali memeriksa pasiennya, begitu perduli untuk mengetahui keadaannya melalui telfon pribadinya. Hingga kemudian Bima menyatakan cinta padaku, dan hingga detik ini kami menjalin hubungan.
Aku langsung masuk ke dalam toilet dan mengguyur tubuhku.
" Ahhhh segar...!"
Air meresap masuk ke dalam pori poriku, dan menghilangkan sedikit lelahku setelah pergi seharian tadi.
Selesai mandi aku segera berpakaian, aku memilih sebuah gaun terusan selutut dan berlengan pendek warna hitam, gaun yang pernah dibelikan Bima di hari ulang tahunku.
Selesai sholat magrib aku langsung berias, kubiarkan rambutku terurai menambah kesan seksi di wajahku. Kutambahkan make up tipis di bagian pipi dan mata. Kemudian kuambil sepatu berhak tinggi warna merah, dan juga tas warna senada, serasi dengan warna detail baju yang kupakai. Kupandangi tubuhku di cermin hmmmm cukup cantik, dan aku tersenyum puas. Kupandangi jam di kamarku, masih setengah jam lagi.
Aku keluar dari kamarku, dan menuju kamar temanku Dinda.
" Wow cantik sekali kamu Ve! Pantes aja Bima tergila gila padamu, mau kemana kamu ?"
Aku kemudian merebahkan tubuh di kasur Dinda.
" Aku mau ke pesta pimpinannya Bima. Sebenernya aku males pergi sih, pasti disana dia nanti membangga-banggakan aku di depan teman temannya, dan sok mesra gitu."
" Ya seharusnya kamu bangga dong Ve."
" Kamu kayak nggak tau Bima aja. Aku tuh nggak nyaman deket dia, apalagi kalau harus berpura pura romantis di depan teman temannya nanti ".
" Hhhhh menyebalkan ", gerutuku.
" Hahaha tapi masih kamu pertahanin sampai sekarang ?"
" Ya karena aku tuh takut dia itu tipe pria yang kasar, dan nggak mikir panjang."
" Tapi dia sama pasiennya apa seperti itu juga ya?"
" Ya nggaklah, tau sendiri dia suka banget pencitraan. Awalnya dulu waktu dia deketin aku juga kirain orangnya sabar, ternyata sesudah pacaran lama lama ketahuan juga sifat aslinya."
Tak lama kemudian terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku.
" Eh aku berangkat dulu ya, itu Bima sudah datang ", kataku sembari bangun dari tempat tidur.
" Hati hati ya Ve."
" Ok...", kataku.
Kemudian aku segera keluar menemui Bima.
" Ayo Bim aku sudah siap." Bima menengok ke arahku.
" Hei kenapa rambutmu acak acakan? Sisiran lagi sana!"
" Ah cuma sedikit, tadi karena aku buat tiduran di kasur Dinda."
" Kita nggak akan berangkat sebelum kamu rapihkan rambutmu !!"
" Hhhhhh...!" aku sedikit kesal, Bima sebegitu rumitnya tentang penampilan, hingga rambutku tidak rapihpun jadi masalah buatnya.
Aku masuk lagi ke kamar Dinda meminjam sisirnya, karena aku malas jika harus membuka kamarku lagi yang telah dikunci.
" Kok balik lagi Ve?"
" Tuh tuan besar, katanya rambutku kurang rapih, dasar cowok rewel."
Dinda hanya tertawa sembari menutup mulutnya melihatku ngomel ngomel. Setelah selesai aku keluar lagi, masih dengan wajahku yang cemberut.
" Nah ini baru pantas jadi pacar Dokter Bima, cantik kamu Ve."
" Ahhhh persetan ", bathinku.
Kemudian Bima menjalankan mobilnya.
" Kamu kenapa sih dari tadi diam saja?"
" Nggak papa ", kataku singkat sembari membuang pandanganku ke arah jendela kiriku.
" Kamu nggak suka aku tegur rambutmu tadi?"
" Menurut kamu?" jawabku.
" Kamu kan tau Vero, kamu kekasih seorang dokter terkenal, jangan sampai kamu mempermalukan aku di depan teman temanku."
" Ohhh jadi jika penampilanku jelek aku akan mempermalukan kamu? Begitu?"
" Iyalah Ve, dipikirnya aku nggak bisa mengurus kekasihku sendiri."
" Hhhhhh kamu tuh cuma mikir penampilan aja, ini nih dipikir." Kataku sambil menunjuk dadaku.
" Maksudmu?"
" Hati Bim, hati...!! Buat apa kita mikirin penampilan luar saja, kalau hati kita nggak kita pikirin. Kamu sibuk memperbaiki penampilan kamu, tapi kamu apakah pernah memikirkan untuk memperbaiki hati kamu ?"
" Cukup Vero cukup !!!". Bima tiba tiba menghentikan mobilnya.
" Dengar! Aku ngajak kamu itu untuk pergi ke pesta, bukan untuk berdebat."
Aku diam saja tak menggubris kata katanya.
Kemudian Bima kembali menjalankan mobilnya, tapi kali ini lebih kencang, aku hanya berpegangan di samping tempat dudukku, sedikit ngeri, tapi aku tak memperdulikannya. Sudah kebiasaannya selalu begini, setiap marah pasti dia akan mengemudikan mobilnya dengan kencang.
Tak berapa lama kami sampai di sebuah hotel.
Mobil-mobil mewah berjajar rapi di parkiran. Bima segera menghentikan mobilnya di salah satu tempat yang kosong, dia bercermin sebentar dan kemudian turun.
" Ingat! Disana nanti jangan pernah menekuk wajahmu seperti ini lagi, aku tidak suka melihatmu cemberut."
" Kau tidak suka? atau takut jika dilihat teman temanmu."
" Stop Vero! Kalau kamu belum puas kita berdebat nanti lagi kita lanjutin oke!!!" Bentaknya.
" Hehhhhh laki laki sombong!" Bathinku.
" Sini tanganmu! Ingat jaga perilakumu!!"
Bima menggandeng tanganku saat memasuki gedung resepsi di hotel itu.
Alunan musik melantun menggema di seluruh ruangan.
Bima menegur teman temannya satu persatu, sepertinya banyak orang-orang penting disini, terlihat dari cara berpakaian dan perhiasan-perhiasan yang mereka gunakan.
" Dokter Bima...!!"
" Hai dokter Hendra!!" Bima mengajakku menghampiri pria yang memanggilnya tadi.
" Bagaimana kabar anda dokter?" Tanya Bima.
" Aku baik baik saja."
" Apakah anda masih bertugas di sini?"
" Ya dokter seperti kata anda dulu, aku sekarang sudah menjadi dokter spesialis penyakit dalam."
" Hehhh Bima mulai memamerkan titelnya." Bathinku.
" Benarkah? Anda hebat sekali!! Di usia muda, lajang, sudah memiliki pekerjaan tetap di rumah sakit besar itu dokter!!"
" Ya dokter berkat saran anda dulu."
" Ngomong-ngomong apakah wanita cantik ini istri anda dokter Bima?" Aku hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan teman Bima.
" Oh ini, kenalkan ini pacar saya dokter."
" Oh pacar?"
Kemudian kuulurkan tanganku, sambil memperkenalkan diri.
" Vero."
" Hendra."
" Hmmmm beruntung sekali anda dokter, memiliki kekasih secantik ini."
" Ya dokter, mana mungkin aku mau dengannya jika tak cantik ", sahut Bima lagi.
" Hahaha anda masih saja tidak berubah dokter Bima, penggemar wanita cantik."
" Percuma dokter, orang macam kita jika tidak bisa mendapatkan wanita yang kita inginkan!!" Sahut Bima sambil tertawa.
" Hehhhh sombong sekali dia ", bathinku.
"Oke nikmatilah acara kalian, aku akan kembali ke sana lagi ", kata Dokter Hendra.
" Ok dokter silahkan, terimakasih banyak."
" Ingat cepat ikat dia, sebelum diambil orang !!" Bisik teman Bima.
" Hahaha pasti dokter, aku jamin itu."
Kemudian Bima bergantian menyapa teman temannya sembari menggandeng tanganku, dan bersikap seolah olah kami pasangan yang mesra dan serasi. Aku sudah sangat muak dengan aktingnya itu, rasanya aku ingin lari keluar dari ruangan ini, lelah dengan kepura puraan yang sedang aku lakukan.
" Bim, duduk di sana yuk!! Kakiku lelah ", sembari mengajak duduk Bima di sebuah kursi tidak jauh dari tempat kami berdiri.
" Ok kamu duduklah di situ, aku ambil makanan dulu ya." Aku mengangguk.
Kemudian aku menuju kursi di depan sana, sedangkan Bima mengambil makanan.
" Dokter satu ini sepertinya sedang kelaparan, sampai membawa 2 piring makanan ". Seorang wanita menegurnya.
" Hahaha ini buat pacar saya, tuh dia disana."
" Wow pasti dia senang sekali memiliki pacar perhatian seperti anda dokter."
" Terimakasih."
Kudengar obrolan mereka dari tempat dudukku.
" Palsu..", gerutuku.
Biasanya juga dia mana pernah mau mengambilkan makanan buatku, yang ada saat kita makan bersama akulah yang selalu melayani apa saja permintaan dia, bahkan sendok yang dia pegangpun minta dilapkan dahulu olehku.
Bima meletakkan makanan di depanku, aku hanya mengaduk ngaduknya, tak berselera rasanya makan makanan ini, walaupun sepertinya terlihat nikmat. Namun suasana hatiku yang sedang jengkel, membuat selera makanku menjadi hilang.
Kemudian aku mengambil minuman yang dibawa oleh seorang pelayan yang berkeliling dan menawarkannya kepadaku.
" Kamu nggak lapar?"
" Nggak!!" kataku singkat.
" Terserah kamulah." Kata Bima lagi.
Kemudian aku hanya memainkan gelas yang ada di tanganku sembari menyaksikan pemain musik yang sedang menyenandungkan lagu di depan sana.
" Aku mau ke toilet dulu sebentar ya?" Kata Bima kemudian.
Aku cuma mengangguk saja.
Kuperhatikan orang yang lalu lalang di depanku, perlahan tatapanku berhenti pada seseorang di ujung sana, dia sedang asyik mengobrol dengan teman temannya.
" Hei bukankah itu Elmo? dia di sini juga rupanya?"
Tak kusangka Elmo ternyata kemudian menatapku juga, dan dia kemudian melambaikan tangan padaku. Aku membalas lambaiannya. Lalu dia berjalan ke arahku.
" Wow dia tampan sekali ", bathinku.
Elmo memakai setelan jas warna abu-abu sangat pantas mambalut tubuhnya yang atletis, mirip seperti jagoan-jagoan di film action kegemaranku.
" Kamu disini Ve?"
" Kamu sendiri?" selidikku.
" Ohhhh aku tadi cuma antar bosku kemari, ini acara orang besar non, mana mungkin aku bisa kesini kalau nggak diajak bos ", candanya.
" Kamu sama siapa Ve?"
" Aku sama......"
Tiba-tiba ada seorang pelayan yang menawarkan makan kecil kepada kami, sehingga aku tidak jadi melanjutkan obrolanku.
" Kayaknya dunia ini sempit ya, baru aja kita tadi sore ketemu eh ketemu lagi di sini ", kata Elmo.
" Hahaha mungkin orangnya udah kebanyakan El, makanya sempit."
Aku sangat menikmati obrolan kami, bahkan aku lupa Bima itu bukan hanya tipe orang yang egois tapi juga cemburuan.
Aku tertawa mendengar candaan-candaan Elmo, dan tidak mengetahui Bima sudah ada di belakangku, dan kemudian menegurku.
" Vero....!!!"
" Ehhh ehm Bim, kenalin ini Elmo temanku saat di SMA." Kataku setengah gugup.
Elmo mengulurkan tangannya, sembari memperkenalkan dirinya.
" Elmo."
" Bima, pacar Vero." Kata Bima sedikit ketus.
" Hehhhh mulai lagi dia." Bathinku.
" Ohhh pacar Vero? ya ya ya ", sahut Elmo.
" Ayo kita pergi!!!" kata Bima kemudian, sembari menarik tanganku.
" Eh iya Bim bentar aku...!!!"
Bima tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepadaku untuk berpamitan pada Elmo, dia terus saja menarikku sampai kami mendekati parkiran.
" Lepaskan Bim...!!!" Teriakku.
" Kamu tuh apa apaan sih?"
" Kamu yang apa apaan?"
" Kamu di belakangku berani tertawa tertawa dengan cowok lain!!!"
" Heii dia itu temanku!!"
" Aku nggak mau tau, masuk ke mobil cepat!!"
" Nggak!!" kataku
" Masuk Vero ", kemudian Bima membuka pintu dan mendorongku masuk dengan kasar.
Kemudian dia menekan gas mobilnya dengan kencang.
Sementara itu Elmo menyaksikan pertengkaran mereka berdua di dekat sebuah mobil yang tidak jauh dari tempat Vero dan Elmo berdiri.
" Hentikan Bima, hentikan kataku!!!"
Bima terus menjalankan mobilnya dengan kencang.
" Dengar!!aku akan loncat dari mobil ini, kalau kamu tidak berhenti!!"
Kemudia Bima mengerem mobilnya dengan tiba tiba, hingga terdengar bunyi berdecit akibat roda mobil bergesekan dengan aspal di jalanan.
" Kenapa? Kamu mau turun?"
" Ya aku mau turun!!!"
" Silahkan! ayo silahkan turun!! Kamu pikir aku akan melarang kamu hah? Ayo cepat turun!!"
" Kamu tuh laki laki egois, sombong, temperamen!!!"
" Terserah...terserah kamu mau bilang apa, cepat turun!! Kamu tadi bilang mau turun!!" Kemudian Bima membuka pintu di sampingku dan mendorongku keluar.
" Keterlaluan...!!!" Teriakku dan Bima kemudian meninggalkanku sendirian di pinggir jalan.
Aku menangis dan duduk di sebuah kursi yang tersedia di pinggir trotoar.
Aku benci sekali dengan Bima, bagaimana mungkin aku bisa selama ini bertahan dengan laki-laki sakit seperti dia.
Tiba-tiba sebuah mobil sport kuning berhenti di depanku, dan pengemudinya kemudian turun menghampiriku.
" Nih...hapus air mata kamu!"
Aku menengadahkan wajahku, ternyata Elmo yang berdiri di depanku.
" Kamu??"
" Iya, aku tau kalian bertengkar makanya dari kalian keluar pertama tadi aku mengikuti kalian."
Aku ambil tisu di tangannya dan menghapus air mataku.
" Ayo naik ke mobil! Nanti dikira cewek nggak bener kamu duduk sendirian di sini, iya kalau yang nawar cowok keren kayak aku, kalau yang dateng om-om gendut terus banyak keringetnya gimana coba?" canda Elmo.
" Kamu tuh ya ", kataku sambil tersenyum.
Kemudian menyambut uluran tangannya, dan menggandengku berjalan memasuki mobil.
" Ini mobil bosmu?"
" Iya..!!"
" Lho kamu nggak mengantar dia pulang?"
" Tenang aja, tadi aku sudah ijin dengannya, dan dia paham, dia dijemput dengan supir pribadinya."
" Ohhhh...", jawabku.
" Kita makan dulu di kafe langgananku ya." Akupun mengangguk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!