NovelToon NovelToon

Jodoh Ku Anak Bos

Bab. 1

Sekitar jam empat pagi, sebuah mobil berhenti di depan rumah yang sangat besar dan mereka berbincang di dalam mobil tersebut.

Didalam mobil itu ada sekelompok perempuan yang lagi pulang dari tempat hiburan malam dan sekarang mereka mengantar salah satu teman mereka.

"terima kasih ya... besok kita jalan lagi ya... " kata Safira pada teman temanya.

Safira memang lebih sering mentraktir teman teman nya, dari pada suntuk di rumah lebih baik dia mengajak teman ke tempat hiburan malam.

"boleh.... tapi traktir kami lagi ya... " jawab dewi yang lagi membawa mobil.

"pasti... aku yang traktir kalian semua, tapi jemput aku ya... " jawab Safira

"kalau itu tenang... besok aku yang bawa mobil, kebetulan besok ada mobil yang nganggur. " kata silvi

"mantap... ya sudah... aku turun dulu... " kata Safira turun dari mobil

Setelah Safira turun maka mobil pun berjalan dengan kencang meninggalkan sahabat mereka. Berjalan menuju pintu gerbang, dan ternyata pak satpam sudah membukakan pintu gerbang rumah.

"bagus joko, tidak perlu di ketuk dulu kamu sudah membukakan pintu gerbang. " kata Safira

"iya non... " jawab joko selaku satpam rumah pak Harry.

"papa sudah pulang? " tanya Safira

"sudah non... dari jam sebelas sudah di rumah." jawab joko

Mendengar jawaban dari joko membuat Safira sedikit kaget.

"aduh... sudah pulang pula papa... semoga tidak ketauan lagi." kata Safira dalam hati.

Safira pun masuk ke dalam rumah dan dia masuk dari dapur, dia sengaja masuk dari belakang supaya tidak ketahuan oleh papanya.

Berjalan mengendap endap ke dalam rumah, Safira sudah berpesan pada pembantu agar mengunci pakai kunci dan meletakkan kunci di senta jendela, sehingga bisa di ambil oleh Safira.

Membuka pintu secara perlahan, sebenarnya tidak akan ada orang yang mendengar karena semua kamar kedap udara.

Berjalan secara perlahan dan mau masuk ke dalam kamar dan suasana ruangan yang gelap, tiba tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya.

"Safira... dari mana kamu? "

Mendengar suara tersebut membuat Safira terkejut dan menghentikan langkah nya lalu melihat ke arah sumber suara.

Pak Harry mendekati anak gadis nya itu dengan penuh emosi.

"kamu dari mana? anak gadis pulang jam segini? " kata pak Harry penuh emosi.

Safira hanya diam saja dan tidak menjawab sehingga membuat pak Harry jadi marah.

"dari mana kamu? jawab.... " kata pak Harry lagi

Tidak menjawab apa yang di tanyakan papa nya, Safira hanya diam dan tidak menjawab sehingga ayah nya marah.

"jawab Safira... " kata pak Harry

Diam saja dan tak menjawab juga sehingga membuat pak Harry kehilangan kontrol emosi nya.

Prak... prak...

Pak Harry menampar pipi kanan dan kiri Safira.

Safira melihat ke arah papanya dan berkata

"tampar lagi pa... tampar... biar papa puas. " kata Safira.

"kamu... semakin hari... kamu makin liar saja... minggu depan kamu ikut papa ke kampung." kata pak Harry

Tidak mau menjawab pertanyaan dari papanya, Safira berlari masuk ke dalam kamarnya. Sehingga membuat pak Harry semakin emosi.

"mau kemana kamu... dengarkan papa dulu."kata pak Harry

Pak Harry mengikuti Safira dari belakang, sehingga membuat Safira pun berganti berjalan.

"aku ngantuk papa... besok saja kita bicara." kata Safira

"tidak ada yang di bicarakan, kamu harus ikut apa yang papa perintahkan." kata pak Harry

Karena masih dalam keadaan mengantuk sehingga membuat Safira tidak memperdulikan apa yang di katakan papanya.

"baik papa... terserah saja... aku sudah ngantuk berat. " kata Safira dan masuk ke dalam kamar.

Melihat anak gadisnya masuk ke dalam kamar, tanpa di sadari menggelengkan kepalanya.

"ya allah... kok jadi seperti ini anak ku... bagaimana pertanggung jawaban ku sama istri ku di alam sana... " kata pak Harry dalam hati.

Karena tidak ada lagi orang di ruang tamu maka pak Harry masuk ke dalam kamar,

Di dalam kamar ternyata istri nya masih tidur di atas ranjang. Rencana pak Harry mau tidur kembali tapi mata nya sudah tidak bisa di pejamkan dan sayup sayup terdengar suara ngaji dari mesjid.

"ck... aku engga bisa tidur lagi... " kata pak Harry

karena mata tidak bisa di pejamkan maka pak Harry pun bangun dari tempat tidur.

"aku sebaiknya shalat aja." kata pak Harry dalam hati.

Sementara itu di dalam kamar Safira yang tidak memperdulikan apa yang di katakan papanya, dia pun langsung naik ke atas ranjang dan tertidur dengan nyenyak.

Jam tujuh pagi pak Harry sudah bersiap untuk pergi ke kantor, seperti biasanya dia sarapan terlebih dahulu. Semua sudah ada di atas meja, teh hangat, nasi goreng dan roti yang sudah di siapkan oleh bibi yang kerja di rumah.

Bibi juga yang menjaga Safira dari kecil hingga sampai sekarang ini, jadi tempat untuk curhat dan menceritakan unek unek nya selalu di sampaikan oleh Safira pada bibi.

Duduk di meja makan sendirian karena istri nya pak Harry masih tidur dan jarang menemani untuk sarapan pagi.

"silahkan di makan tuan." kata bibi

"mmmhhh... bi... bilang sama Safira jangan keluar malam lagi, kalau begitu terus... nanti saya akan kirim dia ke kampung." kata pak Harry

"baik tuan... nanti akan saya sampaikan." jawab bibi

"terima kasih bi... setelah ini bangunkan dia... ini sudah siang. " kata pak Harry lagi

"baik tuan." kata bibi yang langsung meninggalkan pak Harry sendirian untuk menyantap makanan orang yang ada di meja.

Bu Fera adalah istri ke dua pak Harry, dia selalu saja bangun siang. Tidak memperdulikan sarapan pagi untuk suami, biasanya jam sembilan baru dia bangun.

Setelah selesai sarapan oak Harry langsung mengambil tas kerja yang ada di ruang kerja, lalu berjalan menuju keluar rumah.

"papa... tunggu dulu. "

terdengar suara perempuan memanggil pak Harry dan dia menoleh ke arah sumber suara.

"mmmhhh... ada apa? " tanya pak Harry sambil melihat istri nya.

"mau pergi kerja pa?" tanya bu fera berbasa basi

"mmmhhh... kelihatannya bagaimana? " tanya pak Harry kembali.

Bu fera yang sebenarnya mau meminta uang untuk pergi ke salon dan shoping hari ini, padahal baru saja semalam dia meminta uang dengan jumlah yang banyak pada suaminya.

"ya kerja... pa... hari ini mama ada arisan... " kata bu fera.

Pak Harry mengerutkan kening nya karena istri nya meminta uang lagi hari ini.

"tapi... semalam kamu kan baru minta ma... "

"iya pa... tapi semalam di mall ada tas brandid yang lagi diskon 50 persen, kan sayang kalau tidak di ambil." kata bu fera memberikan penjelasan.

Karena pagi ini pak Harry ada meeting penting jadi dia tidak mau banyak pertanyaan karena akan membuat mood nya hilang di lagi hari ini.

"ya sudah... nanti papa transfer. "kata pak Harry dengan wajah dingin

"terima kasih papa... jangan lupa 100 juta ya..." kata bu fera sambil memeluk suaminya dan mencium pipi suaminya karena senang.

BERSAMBUNG

*****

jangan lupa

subcriber

like.. like... like...

komentar yang membangun

terima kasih

Bab.2

Bu Fera senang sekali setelah dapat apa yang dia inginkan, dia langsung mengambil HP dan melihat SMS bangking yang menandakan ada uang masuk ke dalam rekening nya.

Duduk di meja makan sambil melihat HP yang ternyata belum ada notifikasi masuk.

"ck... kok belum di tranfer papa ya...mungkin karena masih di jalan kali" kata bu fera ngomong sendiri.

Dari pada bengong maka dia pun langsung sarapan dan memanggil bibi karena ada yang dia inginkan.

"bi... bi... "panggil bu fera.

Dari dapur bibi pun ke ruang makan

" ya nyonya... ada apa? "

"pake nanya lagi... susu saya mana?" kata bu fera ketus

"oh... maaf nyonya... belum saya buatkan karena biasanya kan jam sembilan baru di minum." jawab bibi.

"banyak alasan kamu... buatkan sekarang."perintah bu fera

" baik nyonya. "jawab bibi dan langsung ke belakang membuakan susu yang di inginkan.

Mengambil dua lembar roti tawar dengan selai kacang, lalu meletakkan di atas piring.

" mama.... ini untuk aku ya... "kata Saila anak kandung bu fera.

Bu fera melihat roti yang sudah di olesi selai di ambil oleh Saila

"kamu itu... buat sendiri, kan sudah besar."kata Bu fera

Tapi karena sudah di ambil Saila jadi di buatkan kembali yang baru.

" aku suka dengan buatan mama."kata Saila.

Mereka berdua pun sarapan pagi bersama sambil berbincang.

"ma... aku ada keperluan yang penting, bagi aku duit dong." kata Saila.

"mmmhhh...mau berapa?" tanya bu fera pada anak kesayangan nya.

Mendengar itu Saila pun mengambil kesempatan, jadi dia minta sesukanya saja.

"banyak nih uang mama... berarti baru dapat transfer dari papa nih." kata Saila dalam hati.

Melihat anaknya tak menjawab , membuat nya penasaran.

"tumben kamu tidak menjawab langsung mau berapa." kata bu fera.

"bentar ma... aku kan lagi mikir, apa aja yang mau di beli." kata Saila.

"oh... tidak bisa seperti itu, nanti mama transfer seperti biasa saja." kata bu fera.

"ih... mama enggak bisa seperti itu." kata Saila.

Bu fera tidak menjawab pertanyaan, dia sarapan roti yang di buatnya untuk kedua kalinya.

Setelah selesai majikan dan anaknya makan, maka bibi ke kamar Safira untuk membangunkannya.

Tok... tok... tok...

"non Safira... bangun... sudah siang."kata bibi membangunkan.

" ya...bi... masuk aja... kamar enggak di kunci."jawab Safira dalam kamar

Bibi masuk ke dalam kamar yang ternyata dingin nya AC masih terasa dan suasana kamar masih remang remang. Dengan sigap bibi membuka gorden jendela dan mematikan lampu tidur.

"non... sudah siang... enggak baik anak gadis masih tidur jam segini." kata bibi membangunkan Safira.

"mmmhhh... masih ngantuk bi... " jawab Safira.

Bibi yang sudah biasa dengan kebiasaan Safira, jadi mematikan AC kamar dan mengambil selimut untuk di lipat.

"bibi... kenapa AC kamar di matikan? kan jadi panas." kata Safira sambil membuka matanya.

"non... sudah jam sembilan... sebaiknya bangun... nanti tuan nelpon bibi... " kata bibi

"mmmhhh... biarin aja... paling nanti papa marah lagi." kata Safira

Bibi mencari akal agar Safira bangun dari tempat tidur, cara yang selalu bibi lakukan setiap hari.

"non... kasihani bibi... kalau tuan marah... bibi bisa di pecat dan pulang kampung...padahal bibi masih butuh pekerjaan ini... anak bibi masih sekolah dan perlu biaya." kata bibi dengan nada sedih.

Mendengar hal tersebut Safira merasa takut dan bersalah. Takut di tinggal oleh bibi karena selama ini hanya bibi yang menjadi temannya di rumah, melayani nya setiap hari, teman curhat juga. Jadi kalau bibi tidak ada di rumah ini, siapa yang akan membantu dan mendengar keluh kesahnya.

Safira berpura tidak mendengarkan bibi karena dia memang masih ngantuk berat.

"kalau non tidak mau bangun juga, bibi sudah siap untuk di marahin sama tuan." kata bibi.

Mendengar hal itu Safira pun akhirnya bangun, dia takut kalau omongan bibi jadi kenyataan, dia tidak mau bibi di pecat sama papanya.

"iya loh bi... ini aku bangun sekarang." kata Safira.

Dengan berat untuk bangun dari tempat tidur, dia pun bangun.

"nih... aku sudah bangun kan..." kata Safira

Dengan wajah yang senang bibi pun menanyakan apa yang Safira inginkan.

"alhamdulillah... non Safira yang baik mau makan apa?" tanya bibi

"tadi bibi masak apa aja?" tanya Safira kembali.

"ada nasi goreng pakai telur ceplok aja, roti juga ada di meja." jawab bibi

"ya sudah... itu aja sarapan pagi ini... nyonya bibi sudah pergi atau masih di rumah? " tanya Safira

Safira memang tidak menyukai bu fera dari awal papanya menikah, begitu juga dengan sebaliknya,Bu fera dan anaknya Saila.

Tapi di depan papanya Safira kelakuan mama tirinya dan Saila sangat manis.

"ih... tidak boleh bicara seperti itu... bagaimanapun nyonya adalah orang tua non juga... mama non juga." kata bibi menasehati.

"stop bi... dia bukan mama ku... mama sudah lama meninggal." kata Safira dengan marah.

Tidak mau membuat Safira marah jadi bibi pun mengalah, tidak mau membuat mood Safira jadi malah tak enak.

"ya sudah.... bibi minta maaf... tapi sekarang non sarapan dulu... bibi mau merapikan kamar non dulu." kata bibi

"mmmhhh... jangan ngomongin itu lagi ya... aku tidak suka... " kata Safira

"iya... maaf... bibi tidak ulangi lagi... " jawab bibi

"janji ya... "kata Safira memastikan

"iya.... janji... " kata bibi.

Akhirnya Safira keluar dari kamar dan langsung duduk di meja makan, melihat makanan di atas meja.

Ternyata perutnya sudah minta di isi.

"ternyata aku memang sudah lapar. " kata Safira dalam hati dan mengambil piring yang ada di atas meja.

Bu Fera yang ternyata sudah rapi, dia bersiap untuk arisan dengan teman sosialita. Melihat ada Safira di meja makan membuat nya untuk melihat keadaan anak tirinya itu.

"eh... kamu baru bangun jam segini... pasti keluar malam lagi malam tadi."kata bu fera

" memang iya... kenapa? mau ikut? "jawab Safira ketus

Mendengar jawaban dari Safira membuat bu fera jadi marah karena dia merasa di lawan oleh anak tiri nya.

" kamu itu... bicara yang sopan sama orang tua."kata bu fera

"kamu juga bicara yang sopan juga...baik sama orang yang lebih tua atau pun yang lebih muda." jawab Safira

"kamu.... iiiihhh... dari pada keluar urat saraf ku melayani mu... lebih baik aku arisan sekarang." kata bu fera meninggalkan Safira yang lagi duduk sendiri di meja makan.

Safira yang mau makan jadi hilang selera makannya seketika.

"ck... mimpi apa aku pagi pagi sudah perang mulut dengan perempuan itu... jadi hilang nafsu makan ku." kata Safira ngomong sendiri

BERSAMBUNG

*****

Jangan lupa

like... like... like...

subscribe...

komentar yang membangun

terima kasih

🙏🙏🙏

Bab.3

Sore hari setelah selesai meeting pak Harry tidak berniat kembali ke kantor. Duduk di belakang sendirian mau menuju tempat yang di inginkan nya.

"pak Udin... kita ke tempat biasa dulu." kata pak Harry.

"baik tuan." jawab pak Udin.

Pak Udin tai kemana tempat yang mau di tuju, mobil berjalan di sebuah tempat penjualan bunga. Setelah sampai pak Harry memerintahkan membeli sebuah karangan bunga mawar.

"belikan bunga seperti biasa." kata pak Harry sambil memberikan uang merah beberapa lembar.

"baik tuan." kata pak Udin mengambil uang dari majikannya.

Masuk ke dalam toko bunga yang di dalamnya banyak macam karangan bunga.

"eh... bapak... bunga seperti biasa kan? " tanya penjaga toko.

"iya mba... ada yang sudah siap? " tanya pak Udin.

"ada pak sebentar saya ambilkan." kata penjaga toko.

Karena toko tersebut sudah langganan dan dalam seminggu dua kali mereka selalu ki sini.

Penjaga toko membawakan bunga mawar merah dan putih, dan memang itu yang selalu di pesan oleh pak Harry.

"ini pak bunga nya." kata penjaga toko memberikan bunga tersebut.

"oh... iya... " jawab pal Udin mengambil bunga tersebut, setelah itu dia bayar ke kasir.

Tak menunggu waktu yang lama pak Udin sudah keluar dari toko dan langsung memberikan bunga tersebut pada tuannya yang menunggu di dalam mobil.

"ini tuan bunganya." kata pak Udin.

Mengambil bunga dari tangan supirnya lalu memangku bunga tersebut di atas pahanya.

"sekarang kita ke tempat biasa." kata pak Harry.

Mobil pun berjalan menuju tempat yang di inginkan majikan, hanya membutuhkan dua puluh menit mereka sampai ke tempat tujuan.

"tuan... sudah sampai kita." kata pak Udin.

Pak Harry yang sedikit tertidur dalam perjalanan.

"eh... sudah sampai kita din?"

"sudah tuan."

"astaghfirullah... saya ketiduran."

Keluar dari mobil dengan membawa rangkaian bunga mawar di tangan. Masuk menuju pemakaman istri yang sudah lama meninggal, tapi minimal setiap minggu pasti berkunjung.

Melangkahkan kaki dengan berat, sampai di pusara istri tercinta. Setelah meletakkan karangan bunga dan berdoa, pak Harry bicara sendiri.

"apa kabar kamu di sana... aku ada cerita, belakangan ini tingkah anak kita sangat memprihatinkan... jadi setelah ku pikir pikir Safira akan ku antarkan ke kampung ku di seberang sana." kata pak Harry tanpa terasa air mata menetes di pipinya.

Diam sejenak sambil membersihkan rumput dan membersihkan batu nisannya.

"semoga kau tidak keberatan dengan keputusan ku ini dan demi kebaikan safira juga, mungkin minggu depan baru ke sini lagi karena mau mengantarkan anak kita." kata pak Harry lagi.

Setelah setengah jam lebih, pak Harry pun meninggalkan pemakaman tersebut, tak lupa dia mendatangi penjaga makan yang biasanya ada di sana.

Bapak penjaga makam yang mengetahui pak Harry datang langsung menunggu karena dia pasti akan dapat uang merah beberapa lembar.

"apa kabar pak?" tanya penjaga makam.

"Alhamdulillah... sehat... kamu pasti sehat juga kan?" tanya pak Harry

"iya pak saya sehat juga, sudah siap pak?"

"sudah... saya titip makam istri saya, dan rawat makannya." kata pak Harry sambil menyalamkan uang merah pada penjaga makam.

"baik pak... terima kasih... "

"sama sama... " kata pak Harry dan langsung menuju parkiran mobil.

Masuk ke dalam mobil dan pak Udin membawa dengan santai.

"tuan... kita mau kemana lagi? "

"pulang aja din... " jawab pak Harry

Mobil pun berjalan menuju rumah kediaman pak Harry, masuk ke dalam rumah yang dari luar keliatan seperti istana.

Masuk ke dalam rumah yang terasa sepi, di waktu sore begini seperti nya tidak ada orang di dalam rumah.

Bibi yang membukakan pintu rumah karena sepi jadi bertanya pada bibi.

"nyonya ada di rumah bi...?"

"belum pulang tuan."

"apa... dari tadi? jam berapa tadi pagi nyonya keluar? "

"mmmhhh... jam berapa ya tuan... saya lupa." jawab bibi yang takut salah dan kalau di bilang pagi, bisa bisa bu fera akan marah padanya.

Pak Harry tau kalau bibi sengaja tidak menyebutkan jam berapa keluar rumah, takut di marahin istri nya.

"ya sudah... nanti bisa lihat di CCTV, Safira dan Saila di rumah? " tanya pak Harry

"non Saila tadi ikut nyonya tapi kalau non Safira ada di kamar tuan." jawab bibi

"oh... seperti itu, bilang sama Safira siap magrib makan malam sama saya di meja makan."

"baik tuan nanti saya sampaikan pada non Safira."

"ya sudah... " kata pak Harry

Masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan mau melaksanakan sholat magrib tentunya.

Makan malam pun tiba jadi pak Harry dan Safira yang ada di meja makan, sementara bu fera dan Saila belum juga pulang. Suasana meja makan yang hening, Safira dan pak Harry makan dengan kesunyian.

Yang terdengar hanya dentingan sendok garpu.

Menu makanan yang komplit ada di meja makan.

"setelah makan papa mau bicara sama kamu di ruang kerja." akhirnya pak Harry yang ngomong duluan.

"iya pa... " jawab Safira pelan.

Safira yang sebenarnya malam ini mau pergi lagi bersama teman geng nya tapi papa nya mau mengajak ngobrol pula.

"aduh... bagaimana ini? padahal sudah janji dengan mereka... mudah mudahan tidak lama ngobrol nya." kata Safira dalam hati.

karena di ajak papanya ngobrol jadi Safira makannya cepat, dia masih ingat janji dengan geng nya. Melihat makan buru buru membuat pak Harry curiga pada anak gadis nya itu.

"pelan aja makannya, enggak ada yang di kejar." kata pak Harry.

Kelihatan terburu buru dan takut rencananya ketahuan maka Safira makan seperti biasa.

Setelah selesai makan kedua nya pun masuk ke dalam ruang kerja pak Harry.

"kamu duduk yang santai aja Safira." kata pak Harry

Mengikuti perintah pak Harry dan karena penasaran maka Safira bertanya pada papanya.

"apa yang mau papa bicarakan?" tanya Safira.

"Minggu depan kita ke kampung, tadi pagi papa sudah pesan tiket." kata pak Harry

"apa...? kok tiba tiba kita pulang kampung?" tanya Safira.

"papa rindu sama bou mu, jadi kita ke sana." kata pak Harry

"kita berdua aja pa... yang lain tidak ikutan?" tanya Safira.

"iya... mama mu itu mana mau ikut, jadwal arisan nya sudah menanti." jawab pak Harry

"tapi pa... bagaimana dengan kuliah ku?" tanya Safira dan sebenarnya dia sudah curiga sama papanya.

"sudah papa permisikan tadi sama dekan mu." jawab pak Harry yang kebetulan dekan kampusnya adalah sahabat pak Harry sendiri.

"ck... papa apa apaan sih... mana bisa seperti itu." kata Safira.

"tidak boleh membantah... pokoknya papa sudah atur dan kamu harus ikut." kata pak Harry dengan tegas.

BERSAMBUNG

*****

Jangan lupa

like... like... like...

subscribe...

komentar yang membangun

terima kasih

🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!