NovelToon NovelToon

Radiant Energy/Strahlungsenergie

Bab 1

Di sekolah Intermediary sedang mengadakan bazar besar-besaran sebagai tanda perayaan mereka untuk ulang tahun Intermediary yang ke 14 tahun. Awalnya semua baik-baik saja sampai tibalah puluhan mobil mewah berwarna hitam masuk ke area sekolah.

Tidak ada yang mencurigai hal tersebut karena mereka yang melihat mobil-mobil itu, mengira kalau puluhan mobil tersebut milik sang owner dan rekannya. Sebelumnya para warga sekolah Intermediary telah diberi tahukan perihal owner Intermediary yang akan datang berkunjung.

Namun ternyata mereka salah. Satu persatu pria berpakaian rapih dan serba hitam keluar dari mobil tersebut sembari memegangi senjata api. Mereka mengelilingi dan memenuhi gedung sekolah. Semua warga sekolah Intermediary mulai ketakutan dan histeris ketika mereka dipaksa keluar gedung dan berkumpul di besarnya lapangan sekolah.

Ketika semuanya sudah dikumpulkan di lapangan sekolah, barulah keluar seorang pria yang berpenampilan tak berbeda jauh dengan orang-orang yang mengancam tadi, dari mobilnya. Ia berdiri di tengah-tengah depan mereka yang kini tengah ketakutan.

"Sekolah ini akan saya hancurkan," singkat pria bersurai hitam dengan bola mata merah yang sangat menyorot.

Beberapa guru dan siswa/i pun tak terima dengan pernyataan pria tersebut. Mereka berontak dengan menunjuk-nunjuk pria tersebut dengan mengatakan kalau ia tidak ada hubungannya dengan sekolah ini. Ucap mereka yang tidak tahu menahu.

Bangg!! Pria itu mengarahkan senjata api ke langit-langit dan meluncurkan pelurunya. Ia memberi tanda kalau ia sangat serius dan senjata yang sedang mereka pegang itu bukanlah sekedar pajangan.

Mereka pun langsung panik dan saling mendorong-dorong untuk menjauh dari pria itu, sampai terjatuh lah seorang gadis dan terpisah beberapa jarak dari orang-orang tadi. Ia pun menjadi pusat perhatian si pria yang tengah mengancam mereka.

Aura ini...? batin si pria yang telah lama merindukan Aura tersebut. Ia pun menghampiri gadis yang terjatuh itu lalu sedikit membungkukan tubuhnya guna menggapai dan mengangkat wajah gadis itu menggunakan satu tangannya. Benar... Aura yang ia rasakan itu sama seperti yang ia rasakan 13 tahun lalu dan ia sangat yakin kalau Aura itu berasal dari gadis yang sama, gadis yang saat ini berada di hadapannya.

Gadis bersurai hitam panjang dengan bola mata bak kristal berwarna biru, seperti biru langit ketika malam tiba. Mata itu menyala menatap pria yang tengah memegangi wajahnya. Lalu ia menepis kasar tangan pria itu dari wajahnya dan berdiri tegak dengan kedua kakinya, walaupun sejujurnya juga ia sedang ketakutan.

"Well... Saya bisa saja melepaskan kalian semua. Asal... Dia bersedia untuk ikut dengan saya. Gimana nona?" ujar sang pria berakhir dengan tersenyum licik kepada gadis tersebut.

Hampir semua orang berjerit menyuruh gadis tersebut untuk menyerahkan dirinya saja kepada sang pria demi keselamatan mereka. Jelas mereka memikirkan hidup mereka masing-masing. gadis itu tentunduk setelah mendengarnya dan membuat sang gadis pun merasa seperti dirinya telah diusir oleh orang-orang di sekolah nya.

Sang pria menatap gadis yang sedang berdiri di hadapannya tersebut sembari menunggu jawaban dari sang gadis. setelah beberapa waktu, gadis itu pun perlahan berjalan menujunya dengan terpaksa dan dengan ia yang terus menunduki pandangannya. Lalu pria itu pun langsung mendekap erat gadis tersebut dengan tersenyum puas.

Kemudian ia memberikan arahan kepada para bawahannya untuk segera pergi meninggalkan area sekolah. Setelah mereka benar-benar pergi, semua yang ada di sekolah Intermediary merasa lega dan bahagia karena mereka yang akhirnya lepas dari orang-orang aneh itu.

Disisi lain sahabat dari gadis itu sangat terpukul ketika mereka harus melihat sahabat mereka yang terpaksa mengorbankan diri demi semua warga sekolah Intermediary.

"Daella," gadis itu langsung tersentak ketika namanya disebut dan yang menyebut namanya itu adalah pria yang telah membawanya pergi dari sekolah, pria yang kini satu mobil dengannya.

"!!?? k-kenapa lu bisa tau nama gue?" ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada pria yang tengah duduk di sampingnya tersebut.

"Rahasiaa~" sahutnya di sertai dengan senyumannya yang lagi-lagi menunjukan kepuasannya. Sang gadis pun hanya terdiam dan tak tahu ia akan dibawa kemana.

Setelah lamanya perjalanan, mereka pun sampai di suatu rumah yang sangat amat besar dan megah. Bahkan tidak bisa disebut sebagai rumah itu lebih terlihat seperti istana.

Mau di apain gue ya tuhan... Apa gue bakal dijual ke luar negeri? Atau mereka mau ngambil organ dalam gue terus ngejual nya? Aaaahhk!!! Gimana ini?? Gimana caranya gue bisa kabur dari sini???!!! batinnya, ovt mulai menyerang pikirannya.

Gadis yang bernama Daella pun melihat kesana kemari mencari celah untuk melarikan diri, namun nihil. Bahkan sampai saat ini ia terus dikelilingi dengan pria-pria yang berpakaian hitam nan rapih tadi. Sehingga, bagaimana bisa ia kabur dari sana? Ia pasrah jika hidupnya akan berakhir hari ini dan cita-cita serta impiannya akan hangus dan tenggelam begitu saja.

Lalu Ia pun diarahkan ke sebuah kamar yang ketika ia memasukinya kamar tersebut, ia mendapati ruangan yang begitu luas dan megah, sampai-sampai ia tak sadar kalau saat ini ia sedang menganga menatapi kamar tersebut.

"Mulai sekarang kamu tinggal di sini." Pria itu sedikit tersenyum tetapi senyuman itu berbeda, senyuman itu menunjukan akan ketulusannya terhadap Daella.

Daella kebingungan dengan pria yang di hadapannya itu, sebenarnya apa mau pria itu? Kenapa dia membawanya ke rumah mewah seperti ini dan memberinya kamar megah serta luas seperti ini. Ia pun kembali memberanikan diri untuk bertanya.

"Sebenernya mau lu tu apa si? Kenapa gue dibawa kesini? Dan apa maksud semua ini?" ujarnya. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikirannya, tetapi ia tidak bisa langsung menanyakan semuanya.

Sang pria tak menjawabnya, ia malah mendekati Daella dan memojokkan nya. Sampai di ranjang ia mendekatkan wajahnya di tengkuk leher Daella dan menghirup aroma tubuh Daella sampai wajahnya memerah. Daella merinding dibuatnya, ia pun langsung mendorong dan menjauhkan pria itu darinya sembari ia memegangi sebelah tengkuk lehernya yang tadi dihirup si pria.

"Maaf, saya sulit menahan aroma wangi dari tubuh kamu." Kemudian pria itu pun keluar dari kamar Daella dan menutup pintu kamar tersebut. "Kamu harus tanggung jawab Daella, karena kamu sudah memikat saya dengan Aura kamu," gumamnya kemudian.

...~...

...Tbc:/...

Bab 2

Waktu makan malam telah tiba, seorang pria datang ke kamar Daella untuk mengajaknya makan malam. Ia mengetuk pintu kamar Daella sembari memanggilnya. Namun sampai beberapa saat Daella tak kunjung membuka pintu.

Ia pun mencoba membuka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk dan melihat kamar itu kosong, Daella tidak ada di kamarnya. Seketika raut wajahnya berubah kesal dan ia pun pergi meninggalkan kamar Daella.

Ia mengumpulkan puluhan bawahannya yang ia anggap tidak becus karena Daella bisa sampai lolos dan kabur, pikirnya. ia pun memaki mereka bahkan kata-kata kasar tak lupa ia ucapkan dan dilontarkan untuk para bawahannya.

Puluhan bawahan dari pria tersebut hanya terdiam sambil menunduk menerima ucapan kasar dari tuan mereka. Lalu mereka pun diperintahkan untuk mencari di mana Daella berada. Tepat ketika mereka hendak bergerak untuk menjalani perintah, terdengar suara perempuan yang membuat mereka menghadap ke arah sumber suara tersebut.

"K-kenapa ini??" Tiba-tiba Daella keluar dari kamarnya dan melihat keramaian di depan kamarnya dengan beberapa suara makian yang ia dengar sebelumnya. Sang pria tadi pun langsung menghampiri Daella dengan rambut hitam panjangnya masih basah dan sedikit meneteskan air.

"Daella, kamu dari mana?" Tanyanya setelah menghampiri Daella.

Dengan singkat Daella pun menjawab "mandi." Gadis itu mengerutkan alisnya bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

kemudian Sang pria pun membubarkan semua bawahan yang ia kumpulkan tadi dan segera mengajak Daella untuk makan malam bersama di meja makan nan mewahnya.

Daella mulai berpikiran buruk. Pikirnya apakah ia akan tetap diperlakukan baik seperti ini sebelum mereka mengambil organ dalamnya. Glup! Daella meneguk liurnya kasar karena menahan rasa takut pada pria asing itu. Ia tak terlalu berani melawan dan hanya menuruti apa saja yang diucapkan si pria.

Sampai di depan meja makan, pria itu langsung menarikan kursi untuk mempersilahkan Daella duduk dan ia pun menurut dan duduk di kursi tersebut. Beraneka macam makanan pun tersaji di meja makan tersebut.

Setelah dipersilahkan, dengan canggung Daella pun memakan makanan yang ada di depannya tersebut. Jujur ia juga sangat lapar, untungnya pria itu masih mau memberinya makan. Setidaknya ia bisa iklas jika nanti ia mati dalam keadaan kenyang.

Beberapa saat tidak ada obrolan atau pembicaraan apapun. Sampai akhirnya Daella kembali mengumpulkan keberaniannya untuk menanyakan sesuatu kepada pria yang tengah makan tersebut.

"Kapan rencana kalian untuk ngebunuh gue?" ujarnya tanpa menatap wajah si pria. Sontak pria itu pun terkejut dengan perkataan yang Daella lontarkan padanya.

"Siapa yang berniat untuk membunuh kamu Daella?" kini balik Daella yang terkejut.

"J-jadi? B-bukannya lu bawa gue kesini buat ngebunuh gue terus ngambil organ dalam gue? Atau mungkin lu mau ngejual gue ke luar negeri?" Beberapa pertanyaan kembali ia lontarkan, ia harus tahu apa yang membuat pria itu memilih nya untuk dibawanya kerumah ini.

"Kata siapa? Saya bawa kamu kesini atas kemauan pribadi saya dan itu benar-benar ga ada hubungannya sama apa yang ada di otak bodoh kamu itu," jelas pria tersebut dan tak bisa menahan tawa kecilnya akibat pemikiran bodoh Daella.

Daella sempat kesal karena secara tidak langsung pria itu mengatainya bodoh. Namun ia tidak menyangka akan melihatnya tertawa kecil. setelah itu, Daella mengajukan pertanyaan untuk terakhir kalinya.

"Trus, kenapa lu milih gue dan bawa gue kesini?"

Sang pria terdiam sebentar sembari menatap Daella, lalu ia pun menjawab pertanyaan tersebut. "Cuma tuhan yang tau," Singkatnya lalu bangun dari duduknya dan mendekati Daella. "Besok saya akan bawa kamu ke sekolah kamu yang baru, kamu pasti masih mau sekolah kan?" ucapnya sambil mengelus pelan kepala Daella lalu pergi entah kemana.

"H-ha??? Sebenernya gue harus sedih apa bahagia sih? ini termasuk penculikan kan? Cuma ver VIP," Gumam Daella dan menyudahi acara makannya lalu ia pun kembali ke kamar yang telah menjadi kamarnya.

Sesampai ia di kamar, ia melihat beberapa shopping bag di atas kasurnya. Ia pun menghampiri dan membuka shopping bag tersebut. Isi dari shopping bag tersebut adalah beberapa baju tidur dan baju rumahan yang bermerk dan bisa ia tebak kalau semua itu mahal.

Ia benar-benar bingung apa tujuan pria itu membawanya kemari bahkan sampai membelikannya sesuatu yang mahal seperti ini. Namun sudahlah, ia pun langsung memakai salah satu baju tidur yang ia dapati tersebut. Sebuah baju tidur berwarna hitam dengan gambar bulan sabit di sekeliling baju dan celananya. Namun baju dan celana itu sama-sama kepanjangan dan kebesaran.

"Kelelep gue bruhh," ucapnya. Tak lama dari itu ia membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk nan lembut, sehingga nyaman sekali untuknya beristirahat. Sebelumnya ia tidur di kasur yang cukup keras dan tergeletak di lantai pula.

Daella Sharmayne nama panjangnya, ia adalah seorang siswi sekolah menengah atas kelas 1. Ia tinggal sebatang kara dari ia SMP kelas I. Sebelumnya ia pernah tinggal di rumah sepupunya bersama dengan om dan tantenya. Tantenya pernah mengatakan kalau ibunya masih hidup, hanya saja dia tidak tahu dimana ibunya berada. ibu dan ayahnya tidak tinggal bersama tepat setelah ia lahir dan ayahnya meninggal ketika ia berumur 2 tahun.

Begitu banyak lika-liku di hidupnya, tetapi ia tetap berusaha bertahan dan melewatinya dengan tangguh serta sabar, bahkan sampai saat ini. Dimana ia kini tinggal di rumah seorang pria yang sama sekali tak di kenalnya, terlebih juga ia yang bahkan tengah terlelap di rumah pria tersebut.

...~...

...Tbc:/...

Bab 3

Daella membuka matanya secara perlahan, ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya, lalu ia pun melihat ke arah yang sedang menyentuh kepalanya tersebut.

"AAAAAHHH!!!??? l-lu ngapain di situ?" Daella sontak kaget ketika ia melihat seorang pria duduk di dekatnya sembari mengelus kepalanya. Sedangkan pria itu hanya tersenyum tanpa dosa.

"Pagi~" ujar Sang pria, lalu mengingatkan Daella bahwa hari ini adalah hari dimana Daella akan di masukan ke sekolah baru, sekolah yang pria itu rekomendasikan untuknya. Daella pun mengingat perkataan pria itu kemarin, ternyata perkataannya kemarin bukanlah sebuah lelucon atau semacamnya.

Knock, knock. Terdengar suara ketukan pintu kamar Daella yang sedang terbuka "Tuan Lea, mobilnya sudah siap, " ucap salah satu bawahan pria itu yang tadi ia suruh untuk mempersiapkan mobil yang paling bagus. Ia pun hanya menoleh ke arah sumber suara, setelah itu memberi isyarat menggunakan tangannya untuk menyuruh bawahannya pergi. Sang bawahan pun pergi menjalankan perintah tuannya.

"Lea?" Namanya Lea? Kaya nama cewe batinnya kemudian, ia bingung dengan nama pria itu yang seperti nama perempuan, padahal pria itu sama sekali tidak seperti perempuan.

"Nama lu Lea??" tanya Daella kembali.

Sang pria pun menjawab "Bougainvillea Paxton, dipanggil Lea." Daella merasa ingin tertawa karena segitu bagus nama pria itu tapi nama panggilannya Lea? Kenapa tidak Paxton, Bou atau atau langsung saja panggil Bougainvillea kek.

Bougainvillea Paxton atau yang sering dipanggil Lea itu pun bingung melihat Daella seperti menahan tawanya. Pikiran apa yang lucu? Namanya? Dimana letak kelucuannya? Kemudian ia bertanya kenapa Daella seperti itu? Sedangkan Daella tak memberi tahukan alasannya dan langsung pergi ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Selesai mandi dan keluar kamar mandi, ia melihat Lea sudah tidak ada di dalam kamarnya lagi dan hanya ada sepasang seragam sekolah serta sepasang sepatu di atas kasurnya. Ia pun langsung mengenakannya dan keluar dari kamar menuju dimana Lea berada.

Mereka segera berangkat di supiri dengan supir pribadi dari Lea. perlu beberapa puluh menit untuk mereka bisa sampai di sekolah yang bernama Genius Emperor tersebut. Genius Emperor ini memiliki 8 buah lantai dan begitu mewah sehingga menjadi salah satu sekolah impian warga kota Bad Ems-Jerman.

Daella tercengang melihat betapa mewah dan indahnya gedung sekolah tersebut, ia pun kembali tersadar ketika Lea menarik tangannya dengan lembut untuk masuk ke dalam gedung sekolah.

Kepala sekolah yang sudah dapat info dari Lea perihal gadis yang akan bersekolah di sekolah Genius Emperor tersebut pun sudah menanti kedatangan mereka. Mereka disambut dengan baik. Setelah itu Daella langsung diarahkan ke kelas barunya.

Daella merasa cukup canggung, karena ia yakin 98% siswa/i di sana adalah orang berada semua. Mereka begitu cantik dan juga tampan, mereka juga berpenampilan rapih serta bersih. Semua terlihat begitu elegan. Ia tak pernah berpikir akan berada di sekolah semewah dan seelit ini.

Tiba di kelas, guru yang membimbing Daella menyuruh Daella untuk memperkenalkan diri kepada teman-teman barunya. "Perkenalkan, nama gue Daella Sharmayne" Awalnya Daella mengira ia akan dapat sambutan yang buruk atau semacamnya, ternyata salah. Mereka menyambut Daella dengan hangat dan antusias.

Seperti namanya yang mengartikan 'Pesona' tak sedikit dari mereka terpesona dengan kecantikan yang ia miliki di sertai dengan matanya yang terlihat seperti kristal berwarna biru menjadi pusat perhatian siswa/i di sana.

Daella pun dipersilahkan duduk di kursi belakang yang memang masih kosong. Ia mengangguk dan sedikit membungkuk sebagai tanda terimakasihnya kepada guru dan teman-teman sekalian.

Setelah guru tadi pamit keluar karena suatu alasan, beberapa siswi mulai menggerupungi Daella untuk berkenalan. Mereka sangat ramah, tidak seperti yang sebelumnya Daella pikirkan. Beberapa dari mereka bertanya-tanya kenapa Daella bisa memiliki mata cantik seperti itu. Daella hanya tertawa kecil karena bingung harus menjawab bagaimana. Pikirnya mereka hanya melebih-lebihkan saja karena matanya tak secantik itu.

Perbincangan antara Daella dan teman barunya pun berakhir ketika guru kembali datang dan mulai melakukan pembelajaran. Selama pelajaran berlangsung, ia memikirkan suatu hal.

Ini kesempatan gue. gumamnya dalam batin sembari mendengarkan guru yang sedang menjelaskan suatu materi.

Ia terus bergumam sembari ia memainkan pulpen di jarinya, begitu lihai ia memutar pulpen di jari ke jarinya yang lain. Sebuah kebiasaan ketika ia sedang memikirkan sesuatu dan sesuatu yang saat ini ia pikirkan adalah hari ini adalah hari yang tepat untuk ia melarikan diri dari genggaman pria asing yang bernama Lea tersebut.

Lea memang bersikap lembut dan memperlakukan nya dengan baik, tetapi tidak mungkin tidak ada tujuan di balik kebaikannya yang tanpa alasan itu. Beberapa orang juga pasti akan memikirkan hal yang sama, tetapi kemungkinan mereka akan mengesampingkan hal tersebut karena sudah merasa hidup enak dengan apa yang telah diberikan pada mereka.

Namun tidak dengan Daella, ia lebih memilih untuk melarikan diri dan memikirkan dirinya. Bagaimana jika semua kebaikan Lea suatu hari nanti akan diminta imbalan menggunakan nyawanya? Maka dari itu, ia akan melarikan diri tepat ketika bell pulang berbunyi dan ketika bell pulang telah berbunyi ia langsung berlari untuk keluar gedung sekolah sebelum Lea dan supirnya datang menjemputnya.

Benar saja. Walaupun sudah buru-buru, Lea serta supirnya itu sudah berada tepat di depan gedung sekolah. Tak abis cara, ia pun mengambil jalan belakang dan memanjat tembok pembatas sekolah yang lumayan tinggi. Entah bagaimana caranya ia bisa memanjati tembok setinggi 10 meter tersebut, sudah seperti keahlian khusus saja.

Setelah berhasil melewati tembok pembatas ia kembali berlari menuju terminal bus menggunakan maps dan uang sangu yang ia punya. Uang sangu yang Lea berikan padanya ketika mereka hendak berangkat ke sekolah.

Berpuluh-puluh menit pun berlalu, membuat Lea terheran-heran kenapa yang lain sudah lama keluar gedung sedangkan Daella sampai sekarang belum menunjukan diri. Lea pun berjalan memasuki area sekolah sampai ia bertemu dengan guru yang tadi membimbing perkenalan Daella, kemudian ia bertanya kepada guru tersebut. "Maaf, kalo boleh tahu Daella di mana ya bu? kenapa dia belum juga keluar, apa ada eskul yang sedang dia jalani? "

Guru tersebut pun menjawab pertanyaan Lea "Daella sudah keluar dari kelas sedari awal bell berbunyi pak." Sontak Lea terkejut dan pikirannya langsung menuju ke suatu hal. Ia pun berterima kasih lalu berlari menuju mobilnya kembali.

"Karl! ke terminal Bad Ems!" Perintahnya ketika ia masuk kembali ke dalam mobil. Sang supir yang bernama Karl pun langsung menancap gas dan melajukan mobilnya ke terminal Bad Ems.

Setibanya di sana Lea keluar dari mobilnya secara terburu-buru dan berlari menuju Timer (petugas yang mengatur keberangkatan bus) ia pun langsung menanyakan bus apa yang baru berangkat sore ini dan petugas itu pun menjawab ada empat jenis bus yang baru di berangkatkan, dua ke kota Lübeck, satu ke kota Rostock dan satu lagi ke kota Bremen.

Lübeck? "Apa plat dari bus yang mengarah ke Lübeck?" tanya Lea dan petugas pun kembali memberitahunya. Setelah itu ia dan Karl berangkat menuju kota Lübeck, dimana mereka membutuhkan sekitar 6 jam perjalanan untuk bisa sampai di sana.

"Saya ga bisa ngelepasin kamu gitu aja setelah akhirnya saya bisa bertemu kamu lagi, Daella" gumam Lea di perjalanannya ke Lübeck.

...~...

...Tbc:/...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!