"Bunda Sita berangkat ya..." teriak Sita yang langsung pergi begitu saja mengendarai sepeda motornya.
"iya hati-hati." Seru ibu Sita yang bernama Riska.
Sita kini sudah berusia 20 tahun, sudah dua tahun ia melakukan aktivitasnya dengan bekerja di salah satu toko kue yang berada di dalam mall. Namun tak hanya bekerja, ia juga kuliah di salah satu Universitas di Jakarta. Bosnya yang bernama Bu Dewi tidak melarangnya untuk bekerja sambil kuliah, justru beliau suka dan mendukung aktivitas yang dijalani Sita saat ini.
"Pagi Mbak Ayu." sapa Sita pada salah satu rekan kerjanya yang juga baru saja datang.
"Tumben Sita kamu datangnya bareng aku, biasanya datang duluan?" tanya Ayu.
Sita memang selalu berangkat lebih awal ke tempat kerja dikarenakan ia merasa tidak enak kepada bosnya yaitu Bu Dewi, karena yang sudah terlalu baik padanya. Meskipun sebenarnya Bu Dewi ingin Sita bersikap sama seperti karyawan yang lainnya, tapi tetap saja Sita ingin datang lebih awal walau untuk membersihkan toko terlebih dahulu.
"Iya nih mbak, semalam habis begadang mengerjakan tugas kuliah ditambah lagi sedang kedatangan tamu bulanan. Jadi tidurnya kemalaman dan bangunnya kesiangan karena gak mikirin sholat subuh juga sih." jelas Sita.
Sita ini juga bisa dikatakan sebagai anak yang lumayan religius, bahkan sudah terlihat dari cara berpakaiannya yaitu memakai seragam karyawan dengan lengan pendek yang tak luput dengan mansetnya, serta hijab yang setia menutupi rambutnya.
"Kalau aku yang ada di posisi kamu udah gak akan sanggup, mending aku pilih salah satu dan gak bisa urus keduanya." ucap Ayu.
Ayu adalah salah satu rekan kerja Sita yang lumayan akrab dengannya. Segala masalah Sita pasti Ayu yang akan tahu terlebih dahulu. Sebenarnya Sita juga punya sahabat di luar jam kerjanya, tepatnya sahabatnya saat SMA yang bernama Ambar, Mirna, dan Ratna. Namun mereka jarang berkomunikasi semenjak lulus SMA karena disibukkan dengan kegitannya masing-masing, tetapi diantara mereka bertiga ada satu sahabat yang bisa dibilang cukup dekat dengan Sita dan lebih sering berkomunikasi jika ada waktu luang yaitu Ambar.
"kalau aku gak kerja seperti ini, ya gak akan bisa bayar kuliah, mbak." jawab Sita.
"Ok gak apa-apa, yang penting harus tetap semangat." ucap Ayu menyemangati.
Tiba-tiba karyawan yang lain pun juga datang bersamaan, menyapa Sita dan Ayu yang sudah datang terlebih dahulu.
Toko kue Milik Bu Dewi ini juga tergolong baru, sehingga jumlah karyawan yang bekerja disana juga masih seadanya. Pegawainya ada lima orang yaitu Sita dan Mbak Ita sebagai pelayan, Mbak Ayu sebagai kasir, serta Bu Wiwik yang bertugas bagian dapur, sementara Kak Nanda sebagai keamanan yang menyambut pelanggan datang.
Yang cukup unik adalah Kak Nanda karena dia tomboy, selain itu karena dia memiliki sepupu pria yang dikagumi oleh Sita yaitu bernama Abi.
Abi adalah pria yang disukai Sita sudah sekitar satu tahun lalu, Namun perasaan Sita terhadap Abi hanya sekedar mengagumi tanpa berani menyatakan perasaannya.
"Nanda, si Abi sepupu mu itu, bisa kali ya buat gua." Seru Ayu pada Nanda, sebenarnya ia sedang menyindir Sita.
"Ngaco lo! ingat anak udah satu di rumah, kalau buat Sita mah gak masalah." serkah Nanda.
"Dih kok saya." Sela Sita.
"Udah lah Sita ngaku aja deh, kalau kamu sebenarnya suka sama Abi." ledek Ayu.
"Diam terus begitu, entar tiba-tiba ditinggal si Abi nikah duluan." Ledek Ayu lagi.
"ho'oh soalnya kemarin gua lihat Abi udah gandeng cewek loh." ceplos Nanda langsung menutup mulutnya, padahal Nanda hanya berbicara asal untuk memanas-manasi Sita.
"Waduh!" sahut Ayu.
"Dasar ya kalian, kompak banget kalau disuruh memojokkan orang." ucap Sita.
"Setidaknya berbicara dari hati ke hati dulu sama si Abi, kalau lo suka sama dia. Entar kalau lo udah ngomong, baru deh itu jadi urusannya Kak Nanda untuk meyakinkan Abi." usul Ayu yang diberikan anggukan oleh Nanda.
"Entar saja kasih taunya ke kak Abi, kalau udah mood." ucap Sita dengan mode datar.
"Nungguin lo mood, yang ada rambut gue keburu ubanan." omel Ayu disertai tawa dari semua karyawan yang mendengarkan. Memang karyawan yang ada di situ sudah pada tahu jika Sita menyukai Abi.
Karena memang pertama kali Sita melihat Abi sekitar satu tahun lalu di tempat kerjanya ini. Waktu itu Nanda mengantar Abi yang hendak memesan kue dan kebetulan Sita lah yang melayani dan dari situlah timbulah benih-benih kagum di hati Sita, terlebih lagi mendengar dari Nanda jika Abi memiliki sifat yang sangat baik, maka dari situlah Sita semakin mengagumi Abi. Tapi untuk saat ini Sita belum berani mengungkapkan perasaanya, selain karena gengsi ia juga masih takut akan hal penolakan.
"Lucu juga kalau diingat-ingat." lirih Sita yang sedang asik melamun di dekat etalase kue.
Sekarang sudah memasuki jam istirahat siang, sehingga toko masih di tutup selama satu jam. Selama istirahat karyawan lain memanfaatkan untuk sholat dhuhur dan makan siang. Namun karena Sita sedang tidak sholat, maka setelah makan siang ia putuskan untuk bersantai di dekat etalase.
Saat Sita sedang duduk beristirahat, tiba-tiba ada seorang pria yang berparas tinggi dan berkulit putih. Pria itu nampak sedang mengintip toko dari balik pintu kaca yang tertutup, kaca pintu itu memang tidak bisa dilihat dari luar toko tapi jika dilihat dari dalam toko maka akan terlihat jelas suasana dari luar.
"Udah jelas-jelas ada tulisannya 'toko masih istirahat satu jam', tapi tetap aja masih ngintip. Dasar pria aneh" gerutu Sita lirih.
Namun pria itu tetap mengintip ke dalam toko, Sita semakin curiga dengan pria itu. Kemudian menghampirinya dan membuka pintunya secara perlahan, pria itu nampak terkejut saat sita membuka pintunya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sita pada pria itu.
"Oh maaf mbak saya gak ada maksud apa-apa kok, cuma mau tanya aja. Apa toko kuenya belum buka?" tanya pria itu. Sita melihat jam tangannya.
"Kurang 15 menit lagi sih mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya sita lagi.
"Saya buru-biru nih mbak mau cari kue buat pacar saya, apa udah ada yang jadi ya mbak kuenya?" tanya pria itu.
"Ada sih mas cuma tinggal di hias saja, tapi sebentar ya saya tanyakan pada bos saya sebentar." ucap Sita yang kemudian masuk ke dalam toko, sedangkan pria itu masih menunggu di depan toko.
"Tolong diusahakan ya mbak." teriak pria itu sebelum akhirnya Sita masuk.
Tidak menunggu lama, Sita langsung membuka pintunya dan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam toko. Pria itu sangat senang karena akhirnya bisa membeli kue yang diinginkan.
"Tema kuenya apa mas, supaya di hias dulu?" tanya Sita.
"Kuenya di hias full coklat dan di beri tulisan 'Arka dan Michel happy aniversary satu tahun'." ucap pria itu.
"Baik, ditunggu dulu ya mas." pinta Sita,
Pria itu duduk di kursi tunggu.
"kenapa namanya seperti tidak asing ya ARKA, tapi pernah dengar dimana?" gumam Sita dalam hati.
*****
Bersambung.....
Jangan lupa semangati authornya ya guys😁 see you😍
"Kenapa namanya seperti gak asing ya, Arka.." Batin Sita.
Setelah beberapa menit, kue itu sudah siap berada di dalam boks.
"Pesanan Mas Arka." teriak Sita.
Pria yang bernama Arka itu langsung berdiri dan menghampiri kue yang sudah selesai di buat.
"Berapa mbak?" tanya Arka.
"Seratus ribu mas." jawab Sita.
Pria itu langsung mengeluarakan lembaran yang ada di dalam dompetnya dan memberikannya pada Sita.
"Terimakasih ya mbak." ucap Arka, yang langsung mengambil kue yang berada di atas etalase. Pria itu pun segera pergi meninggalkan toko.
"Gila sih bucin banget itu cowok, rela loh nyamperin toko yang masih tutup cuma untuk belikan kue untuk pacarnya."ucap Ayu yang tiba-tiba muncul di belakang Sita.
"Ya namanya aja pacar, ya jelas effort lah." Jawab Sita.
"Lo gak mau punya pacar gitu, biar ada yang peduli." ucap Ayu.
"Pacaran itu hukumnya haram." Ucap Sita.
"Lo bilang haram, tapi suka sama lawan jenis. Apa bedanya." cerca Ayu.
"Ya beda lah, aku kan cuma suka bukan pacaran. Kalau bisa nanti langsung nikah." ucap Sita.
"Sama Kak Abi." lanjut Sita sembari menutup mulutnya.
"Dih...!" seru Ayu.
*****
Pria itu berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa boks kue yang baru saja ia beli.
Arka hendak menuju pacarnya yang sudah menunggu lama di salah satu restoran seafood yang ada di mall itu.
"Sayang." teriak Arka pada pacarnya yang bernama Michel.
Michel terlihat memanyunkan bibirnya ketika melihat Arka datang.
"Jangan manyun gitu dong nanti cantiknya luntur tau." ledek Arka.
"Habisnya kamu datangnya lama." protes Michel.
"Maaf ya, soalnya aku beli kue dulu." ucap Arka.
"Itu kue?" tanya Michel dengan gayanya yang manja.
"Iya tadi aku beli ini dulu buat kamu." ucap Arka. Kemudian Arka mulai duduk berhadapan dengan Michel. Dan ia segera membuka tutup boks kuenya, terlihat kue yang sesuai dengan pesanan Arka.
"Ih sayang kamu ingat aja kalau sekarang tanggal jadian Kita." Ucap Michel sembari menggenggam tangan Arka.
"Iya dong sayang, masa sih gak ingat." jawab Arka.
"Kita makan kue ini dulu atau makan yang lain." tanya Arka.
"Tadi aku udah pesan makanan, masih disiapin." jawab Michel.
"Ya udah kita simpan dulu kuenya." ucap Arka.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang dan mereka mulai menyantap makanannya.
*****
Jam telah menunjukkan pukul 08.00, tiba waktunya toko kue milik bu dewi di tutup. Semua karyawan juga sudah waktunya untuk pulang dan beristirahat di rumah.
Sita juga segera pulang, karena besok ia hanya bisa bekerja separuh waktu dikarenakan paginya harus berangkat ke kampus terlebih dahulu.
Saat sudah sampai di rumahnya, Sita segera bersih-bersih dan bersiap untuk tidur.
Namun tiba-tiba ponselnya berdering dan terlihat panggilan video berlelompok dari sahabat-sahabatnya yaitu Ambar, Ratna, dan Mirna.
"Lama banget si ngangkatnya." protes Ambar pada Sita.
"Sekarang Sita sibuk banget." timpal Ratna.
"Maaf deh, habis pulang kerja setelah itu lanjut bersih-bersih." jawab Sita.
"Duh si paling sibuk." ledek Ratna.
"Kenapa? Tumben." tanya Sita.
"Aku mau kasih kejutan ke kalian." jawab Ambar.
"Paan." ucap Mirna.
"BTW gue udah pulang dari surabaya, yey." ucap Ambar bersorak.
"Serius lo." teriak Sita antusias. Dan diangguki oleh Ambar.
"Asik, kumpul-kumpul lagi nih." ucap Ratna.
"Abang lo, Bang Arka ikut juga Mbar." tanya Mirna
"ngapain lo tanya-tanya abangnya Ambar, emang kenal lo?." timpal Ratna.
"Enggak sih, tapi gue sempat lihat aja waktu itu pas main ke rumah Ambar. Abangnya Ambar cakep pol." ujar Mirna.
"Gak usah genit-genit, ingat lo punya pacar." ketus Sita.
"Iya iya bu hajah maemunah, gua ingat kalau punya pacar." gerutu Mirna. Ambar dan Ratna yang mendengar percakapan keduanya hanya cekikikan.
"Mampus lo di omelin bu hajah." timpal Ratna.
"Guys guys, pokoknya karena gue udah ada di Jakarta. Kita harus sempatin waktu buat liburan." usul Ambar.
"Yuk yuk." Sahut Mirna.
"Gue gak janji ikut ya, tapi gue usahain." ucap Sita.
"harus ikut titik, harus bisa pokoknya." Sahut Ambar.
"iya gue usahakan." ucap Sita.
"Ya udah nanti masalah tempatnya dan kapan waktunya kita bahas di chat group." ucap Ambar.
"Ok." ucap mereka semua kompak. Lalu mematikan panggilan telponnya.
Namun setelah panggilan dimatikan, Sita baru teringat jika semua sahabatnya sudah memiliki pasangan masing-masing. Tidak mungkin ia akan pergi seorang jika semua sahabatnya membawa pasangan masing-masing, yang ada nanti Sita dijadikan obat nyamuk.
Sita mulai mengetikan sesuatu dilayar hanphonenya, dan menekan chat group yang hanya berisi empat anggota.
Sita : Entar lo semua pada bawa pacar ya?
ketik Sita pada layar handphonenya dan dikirim ke chat group.
Ratna : iyalah kan memang punya pacar
Balas Ratna dengan cepat.
Sita : gak ikut lah kalau pada bawa pacar, ogah gue dijadikan obat nyamuk.
Ratna : dih ngambek.
Ambar : awas aja lo ya sit sampai gak ikut, tenang deh entar gue cariin temen ngobrol biar gak gabut disana. Tapi kalau lo udah ada temen gak apa-apa ajak aja.
balas Ambar setelah melihat chat dari Sita.
Sita : gue gak ada teman, lo aja deh Mbar yang ajakin siapa kek sepupu lo juga bisa. Tapi kalau gak ada gue gak jadi ikut.
Ketikan Sita yang terkesan penekanan.
Ambar : siap sister.
balas ambar mengakhiri perdebatan di chat group.
"Dasar." decih Ambar seusai membalas pesan dari Sita di chat group
Kini Ambar sedang bersantai di atas sofa ruang keluarganya, tiba-tiba ada seorang pria yang lewat di belakang sofa yang ia duduki dan itu membuat sebuah ide yang tersirat begitu saja di otak Ambar.
"Bang... bang bang, tunggu." panggil Ambar kepada pria itu yang ternyata kakaknya.
"kenapa sih?" sahut pria itu yang langsung menghentikan langkahnya. kemudian ia menoleh ke arah Ambar dengan tatapan datarnya.
"santai aja dong bro." ucap Ambar yang kemudian berjalan menghadap ke arah abangnya yang ternyata bernama Arka itu.
"Kenapa?" tanya Arka sekali lagi, kali ini nadanya lebih santai.
"Besok Minggu nganggur gak." tanya Ambar.
"Nganggur, kenapa?" jawab Arka.
"Bagus deh... Ikut gue yukk ke Pantai Anyer." ajak Ambar yang ternyata punya ide untuk mengajak abangnya agar menemani Sita.
"Ngapain?" tanya Arka.
"Ya liburan lah, masak kerja. Lagian entar sama temen-temen gue. Pliz lo harus ikut ya bang." kekeh Ambar.
"gak ah males, kan udah ada temen lo juga ngapain gue harus ikut." ucap Arka.
"masalahnya lo harus temenin salah satu sohib gue yang jomblo." jawab Ambar sembari melihatkan gigi ratanya.
"lagian lo punya temen jomblo malah pada mau bawa pasangannya masing-masing." protes Arka.
"Plis ya bang lo harus ikut, lo bawa kak michel gak apa-apa deh." celetuk Ambar.
"Duh punya adek kolot banget, kalau gue bawa michel yang ada temen lo tetep jadi obat nyamuk." cerca Arka. "Lagian michel besok udah ke singapur, dan kemungkinan dua minggu di sana." jelas Arka.
"hehe iya juga sih bang." ucap Ambar sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ya udah, tapi lo bisa ikut kan?" tanya Ambar lagi.
Arka sedikit berfikir.
"Boleh deh, tapi ada syaratnya." jawab Arka.
☆☆☆☆☆
Besambung.
"Boleh deh, tapi ada syaratnya." jawab Arka.
"Ya udah deh apa? Asalkan lo harus ikut!" sahut Ambar.
"Gue gak mau keluar uang sedikit pun, meskipun pakai mobil gue terserah tapi bensin lo yang bayarin. Gimana?" jelas Arka sembari mengulurkan tangannya untuk berjabatan
"Yaudah deal." sahut Ambar dengan jengah sembari membalas jabatan dari Arka
'ya udah deh terserah, yang penting ni bocah ikut buat temenin Sita'
"Ok deal." sahut Arka dengan penuh kemenangan, kemudian segera meninggalkan Ambar.
Sedangkan Ambar nampak sedah merogoh handphone yang ada disaku celananya, terlihat ia sedang mengirimkan chat pada teman-temannya di group.
Ambar : guys gue udah putusin, besok minggu kita ke Anyer. ingat berangkat lebih pagi banget ya, soalnya jarak tempuh kesana sekitar tiga jam nanti kita nginep di hotel sana dan pulang senin pagi.
Ambar : dan buat sita gak ada alasan buat gak ikut, gue udah siapin teman ngobrol buat lo. Lo berangkat bareng gue aja, lo datang ke rumah gue jam setengah lima aja.
itulah pesan chat Ambar yang sangat panjang, tak lama semua membalas satu persatu.
Mirna : oke
Ratna : siap
Sita : ya udah deh pasrah.
*****
Empat hari kemudian adalah hari Minggu, dimana Sita dan ketiga teman-temannya akan berlibur ke pantai Anyer.
Sebelum datang hari ini, sita sudah mempersiapkan semuanya termasuk izin libur dua hari yang sudah ia ajukan ke Bu Dewi. Sita tak begitu sungkan meminta izin libur kepada Bu Dewi, karena ia memang belum mengambil jatah libur dua hari selama satu bulan.
Sita tak begitu banyak membawa perlengkapan, hanya alat sholat dan peralatan make up serta pakaian ganti. Tak lupa Sita membawa kue nastar yang sudah ia buat semalam untuk cemilan di pantai nantinya. Karena hari ini ia akan mampir terlebih dahulu ke rumah Ambar, maka Sita putuskan untuk membuat dua toples nastar. Satu untuk ia bawa dan satunya untuk diberikan kepada orang tua Ambar.
Sita pergi ke rumah Ambar menggunakan motor metiknya, karena nantinya sepeda motor itu akan ia titipkan di rumah Ambar. Mereka semua akan berangakat menggunakan mobil Arka. Sedangkan Ratna dan Mirna memakai mobil pacar Ratna.
*****
Langkah demi langkah kaki Arka menuruni anak tangga dirumahnya, sepertinya ia sedang ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar di taman dekat rumahnya.
Namun hal itu langsung di cegah Ambar yang baru saja keluar dari dapur.
"Bang lo mau kemana? Tanya Ambar.
"Mau jalan-jalan ke taman." jawab Arka enteng.
"Eh gak boleh ya, bukannya siap-siap malah mau pergi. Kita bentar lagi berangkat ya!" ucap Ambar penuh penegasan.
"Ya elah cuma bentar doang, lagian temen lo juga belum datang." sergah Arka.
"Ya udah bentar aja ya tapi! Lo bawa HP kan?" tanya Ambar.
"Bawa nih gue taruh saku, entar kalau teman lo sampai tinggal telpon aja." jawab Arka. Kemudian Arka segera berjalan keluar rumah untuk menuju ke taman yang hanya berjarak dua rumah saja dari tempat tinggalnya.
Tak lama kemudian Arka sampai di taman, di sana ia melihat seorang nenek-nenek yang berjualan kue tradisional bersama dengan cucunya perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun.
Kemudian Arka menghampiri nenek itu dan membeli dagangannya. Setelah membeli kuenya Arka segera duduk di bangku taman yang tepat di sebelah kanan nenek itu berjualan. Ia duduk di sana sembari menikmati kuenya.
Sekitar dua menit kemudian ada seorang gadis yang mengendarai motor metiknya, gadis itu memarkirkan motornya di sebelah kiri nenek yang berjualan kue. Lalu gadis itu menghampiri nenek si penjual kue untuk membeli dagangannya.
"Nek beli kuenya dong." ucap gadis itu.
"Eh nak Sita, mau beli kue yang mana?" tanya nenek itu kepada gadis yang ternyata adalah Sita.
"kue cubitnya aja nek sepuluh biji." jawab Sita, nenek itu segera mengambilkan kuenya yang ditaruh ke kantong plastik.
"Eh Amel ikut nenek jualan juga." sapa Sita pada cucu si penjual kue itu dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Amel.
Sita memang sudah mengenal nenek si penjual kue itu, karena rumahnya yang berdekatan dengan rumah Sita. Terlebih lagi jika ada waktu luang Sita juga menyempatkan datang ke rumah nenek itu untuk mengajari Amel secara gratis.
"Mbak Sita kapan lagi ke rumah buat ajarin Amel?" tanya gadis kecil itu.
"Nanti ya kalau mbak Sita ada waktu luang pasti main ke rumah Amel." jawab Sita.
"Iya mel lagian kan mbak Sita juga harus kerja." sahut Si Nenek.
"Ini nak kuenya." ucap nenek itu sembari memberikan kuenya pada Sita.
"Berapa Nek?" tanya Sita.
"sepuluh ribu saja nak." jawab Si Nenek.
Lalu sita segera mengambil uangnya yang berada di dompet, ia mengambil selembar uang lima puluh ribuan untuk di berikan kepada nenek itu.
"Ini nek." Sita memberikan uang itu pada Si Nenek.
"Gak ada yang kecil aja nak, nenek masih belum punya uang kembalian." sahut nenek itu.
"udah kembaliannya buat nenek aja ya, buat jajan Amel." ujar Sita sembari menaruhkan uang itu pada tangan Si Nenek.
"Alhamdulillah, makasih ya nak." ucap syukur nenek itu, meski tak seberapa tapi bagi nenek itu sudah lebih dari cukup.
"Ya udah Sita permisi ya nek." pamit Sita dan menuju sepeda motornya untuk segera pergi ke rumah Ambar.
Tak di sadari Arka melihat percakapan Sita dan Si Nenek penjual kue, ia merasa terenyuh meliahat keakraban Sita dengan nenek itu "apa mungkin itu cucunya" batinya sembari mengangkat sebelah alisnya.
Karena sedikit penasaran Arka menuju nenek itu dengan beralasan membeli kuenya.
"nek mau kue nya lagi dong, lima aja ya." ucap Arka.
"Iya mas, enak ya kue nya nenek." ucap nenek itu sambil tersenyum dan di angguki oleh Arka.
"Nek yang perempuan tadi itu cucunya ya?" tanya Arka.
"Bukan mas, itu cuma tetangganya nenek nama nya nan Sita. Anaknya memang begitu sangat ramah." jelas nenek itu.
"Mbak Sita juga sering ngajarin Amel juga lo kak." sahut Amel yang sangat bersemangat. Arka mengusap kepala gadis kecil itu.
"wajah nya seperti gak asing, seperti pernah lihat tapi di mana ya" batin Arka.
"Ini mas kuenya." ucap nenek itu dan membuyarkan lamunan Arka.
"terimak kasih nek, ini uangnya. Kembaliannya ambil saja." ucap Arka yang memberikan selembar dua puluh ribu itu pada Si nenek.
"Alhamdulillah, terima kasih ya mas." ucap nenek itu.
Arka segera meninggalkan nenek itu dan menuju untuk pulang.
"siapa ya gadis itu, tapi kenapa dia pergi ke arah komplek." lirih Arka.
"Tunggu atau jangan-jangan...." lanjutnya lagi.
☆☆☆☆☆
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!