Seorang pria berusia 20 tahun, mengundurkan diri dari perkuliahan karena berbagai hal dua tahun sebelumnya, kemudian menganggur hingga kini. Itu adalah aku, pria yang menyedihkan.
Rasanya aku ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah jalan yang kuambil. Sayang sekali, itu adalah hal yang mustahil, bukan?
Kupikir, banyak orang yang mungkin lebih menyedihkan daripada diriku. Itu seharusnya benar, tetapi sulit untuk tidak merasa iri kepada mereka yang mampu berjalan ke depan. Tidak seperti aku, yang hanya berdiri diam dalam zona nyaman.
Aku sadar betapa lembeknya aku, hingga berpikir bahwa akhir dari hidupku diharapkan untuk datang lebih cepat daripada yang seharusnya.
Bagaimanapun, kematian adalah pilihan terbaik untuk menyerah dari segala hal yang menyakitkan.
Duduk di atas kursi yang nyaman, sama sekali tidak mengindahkan cahaya matahari yang memberikan nutrisi bagi tubuh secara gratis, padahal hanya perlu keluar dari persembunyian. Hari-hariku dipenuhi dengan kehidupan yang membosankan. Bukan hanya dinding, furnitur, dan berbagai macam hal yang biasanya ada di rumah, tetapi aktivitas yang kulakukan pun tidak banyak. Tidak ada tantangan sama sekali.
Di bulan Agustus, hari ke-10.
Itu adalah tanggal ketika sesuatu yang berada di luar nalar terjadi padaku. Kejadian itu mengakhiri kehidupanku yang menyedihkan, seolah-olah Bumi pun muak dengan keberadaanku.
Pada saat itu, siang hari. Matahari menyinari separuh Bumi, di beberapa titik seharusnya tertutupi oleh lapisan awan yang terbawa angin.
Seperti biasa, itu adalah saat-saat di mana aku akan menghabiskan waktu dengan tidur paling lama sejam.
Tanpa mengetahui apa yang akan terjadi padaku, aku tidur dengan nyaman. Tidak sulit untuk segera memasuki dunia mimpi. Kupikir, itu memang mimpi, di mana aku melihat tubuhku yang tidak berdaya terombang-ambing di antara bintang-bintang yang tersebar di angksa.
Berapa lama aku berada di angkasa? Aku sama sekali tidak dapat menebak berlalunya waktu. Bagaimanapun, di dalam mimpi, terkadang akan terasa lama, terkadang juga singkat.
Oh, tidak.
Jauh di depan sana, aku dapat melihat ada lubang hitam yang sedang melahap benda-benda langit. Aku tampaknya sedang bergerak ke sana juga. Mungkin aku akan ikut terhisap ke dalamnya. Tapi, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan tubuhku terus bergerak mendekati lubang hitam tersebut.
Semakin tubuhku bergerak maju, semakin aku dapat melihat betapa besarnya lubang hitam yang sedang melahap benda langit. Aku dapat membayangkan tubuhku hanyalah setitik debu di hadapan lubang hitam yang bahkan dapat melahap bintang.
Tanpa ada halangan, aku terus mengalir dalam kehampaan. Menyaksikan cahaya yang mengelilingi kegelapan yang tak berdasar, aku hanya bisa pasrah ketika tubuhku terus bergerak melewati lingkaran cahaya, terus bergerak ke dalam kegelapan. Ke manakah kehampaan membawaku pergi? Benar-benar hanya ada kegelapan, bahkan aku tidak dapat melihat tubuhku sendiri. Aku tahu aku memasuki lubang hitam, tetapi tidak mungkin hanya ada kegelapan, bukan?
Cahaya? Aku melihatnya di kejauhan. Mulai dari satu titik, terus membesar seiring tubuhku mengalir.
Seperti bagaimana aku keluar dari koridor yang gelap menuju keluar ruangan di siang hari, mungkinkah aku akhirnya sampai di ujung bagian dalam lubang hitam? Apakah cahaya itu pintu keluar dari kegelapan ini?
Aku tidak bisa terus menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya karena terlalu silau. Akhirnya aku memilih untuk menutup mata, berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.
Begitu aku membuka mata, berpikir bahwa aku telah keluar dari cahaya yang menyilaukan, aku menemukan tubuhku sedang melayang di langit. Di bawah sana, lautan yang berwarna biru terhampar tanpa dapat terlihat ujung dari dunia. Yang dapat kulihat selain lautan adalah garis pembatas antara pemandangan langit dengan permukaan laut.
Angin berhembus dengan kencang, membuatku sulit untuk bernapas dengan santai. Selain itu, tentu saja aku yang tidak memiliki sayap ini sedang terjun di ketinggian yang membuat bulu kuduk berdiri.
"WAAAAAAAHHHH!!!"
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk dapat menyadari bahwa ini bukanlah mimpi. Sensasi kepadatan udara karena berada di ketinggian ini, tolakan angin, dan pemandangan yang tampak, semuanya adalah nyata.
Bagaimana bisa aku tiba-tiba saja ada di sini!? Begitulah yang kupikirkan.
Meskipun aku akan mendarat di laut, tetap saja terlalu tinggi untuk terjatuh. Bisa-bisa, tulang-tulangku remuk bahkan sebelum tubuhku menghantam permukaan air laut. Tubuhku kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tulang, pasti akan mudah untuk hancur. Selain itu, meskipun aku masih hidup, aku jauh dari kata mahir untuk dapat berenang.
Namun, satu hal yang dapat kulakukan sebagai usaha terakhir untuk dapat tetap hidup. Agar mengurangi kerusakan, aku harus mendarat dengan memposisikan tubuh secara vertikal.
Ah, sial. Padahal aku hanya bercanda. Siapa juga yang ingin berakhir di usia muda? Aku bahkan belum merasakan kenikmatan dunia. Sungguh, dalam hal ini, dunia malah mengabulkan harapanku. Apakah hidupku akan berakhir dengan konyol seperti ini?
Lihatlah permukaan air laut yang menggulung-gulung. Sesekali akan terlihat ada ikan yang melompat. Kali ini, aku melihat kawanan burung berwarna putih dengan ncorak biru muda yang terbang dengan tenang. Meski melihat pemandangan indah ini menjadi pengalaman yang sangat langka, hidupku dipertaruhkan. Aku sama sekali tidak bisa menikmatinya.
"TOOOLOOOONG!!!"
Aku melihat ada kapal berjarak cukup jauh. Meskipun aku meminta tolong, aku tak yakin mereka akan dapat mendengar suaraku. Bahkan, suaraku keluar dengan tidak jelas.
Sudah saatnya aku memposisikan diri mengikuti lintasan tubuhku yang terjatuh. Dengan kedua mata yang tertutup, aku merasakan tubuhku seperti pecah ketika menghantam permukaan air laut. Tapi, aku yakin aku masih hidup setelah menghantam dengan keras. Masalah yang sekarang adalah aku dapat melihat permukaan air laut tampak menjauh, padahal akulah yang menjauhinya.
Ah, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Pasti tulang-tulangku remuk, bukan? Kalau tahu hidupku akan tiba-tiba mengalami kejadian aneh ini, aku akan lebih banyak berolahraga dan menyerap cahaya matahari.
Sudahlah. Hidupku yang menyedihkan ini memang sepantasnya berakhir dengan menyedihkan.
Baru sebentar aku menutup mata, aku merasakan goncangan yang membuatku kembali membuka mata, hanya untuk menemukan pemandangan yang di luar dugaan.
Tangan diikat, duduk di tempat yang lembab, dikelilingi oleh tiang-tiang kayu yang berjajar bersama beberapa orang yang tak dikenal di dalamnya. Begitulah kondisiku sekarang. Tubuh beserta pakaianku masih basah. Apakah aku baru saja berada di dalam kurungan ini? Aku tidak tahu. Siapa yang telah menyelamatkanku pun tidak tahu. Meskipun aku diselamatkan, kurasa situasiku tetap kurang baik. Aku merasakan firasat buruk tentang ini.
"Hey," aku sedikit mendekatkan diri kepada seorang pria yang duduk di sampingku. Saat mataku bertemu dengan sepasang mata yang menunjukkan sorot mata yang telah kehilangan harapan, aku mengurungkan niat untuk menanyakan beberapa hal padanya.
Masih dilanda kebingungan, perhatianku teralihkan pada layar yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Aku yang sedikit tersentak karena kaget, segera memandang sekeliling untuk menemukan orang-orang tidak ada yang menyadari kemunculan layar setengah tembus pandang berwarna biru. Setelah memastikan mereka sama sekali tidak ada yang menyadarinya, aku kembali mengalihkan pandangan pada layar di depanku.
[Sedang mengintegrasikan sistem ... 5%]
[Sedang mengintegrasikan sistem ... 63%]
[Sistem 100% berhasil diintegrasi!]
Ini adalah hari ke-5 sejak aku mengalami fenomena yang tak masuk akal, matahari telah terbenam beberapa jam yang lalu. Butiran air berjatuhan dari langit, membuat udara terasa membekukan tulang.
Aku belum mengetahui alasanku berada di atas kapal, atau mengapa tiba-tiba saja aku jatuh dari langit hingga berakhir diselamatkan oleh para perompak. Kini aku bersama orang-orang yang menyedihkan, menjadi budak untuk nantinya dijual oleh mereka kepada pedagang budak, bangsawan, atau pelanggan lainnya.
Para perompak itu, masing-masing dari mereka mengenakan pakaian yang kasar dan tak terawat. Tentu saja, orang-orang yang menyedihkan di dalam kurungan bersamaku ini juga mengenakan pakaian yang lebih buruk.
Yang paling menarik perhatian adalah para perompak membawa berbagai jenis senjata tajam dan tumpul, juga senjata jarak jauh seperti busur silang. Tidak sekalipun aku melihat ada yang membawa senapan atau senjata modern lainnya. Selain itu, desain kapal masih terbilang primitif, di mana kapal sangat bergantung pada kekuatan dari dorongan angin dengan menggunakan layar. Juga, sejauh yang kudengar dari percakapan para perompak, beberapa hal membuat imajinasiku menjadi lebih liar.
Seperti keberadaan binatang iblis, salah satu topik yang cukup sering dibicarakan oleh mereka. Dalam pelayaran ini, mereka ternyata telah mengenal perairan di jalur yang sedang dilewati. Dengan begitu, mereka dapat menghindari tempat-tempat para binatang iblis yang bersemayam di bawah permukaan air laut.
Entah di mana tempatku terjatuh, tetapi aku menduga bahwa aku tidak lagi berada di Bumi.
Apakah aku telah dikirim ke dunia lain? Aku belum memiliki bukti yang cukup kuat untuk meyakinkan dugaanku ini. Kalaupun aku dikirim ke dunia lain, alasannya apa? Apakah aku dipanggil oleh semacam sihir yang dirilis para penyihir untuk melawan Raja Iblis seperti dalam cerita populer yang telah cukup banyak kubaca?
Sulit untuk memikirkan kejadian yang kualami ini untuk dianggap sebagai pemanggilan pahlawan. Aku sangat lemah, akan aneh kalau aku dibutuhkan untuk melawan Raja Iblis atau entitas jahat yang serupa. Atau, orang-orang mungkin mengharapkan keberadaanku ini untuk melindungi dunia dari ancaman yang mampu menghancurkan seluruh peradaban.
Aku tidak merasakan perubahan apapun padaku secara signifikan, seperti kekuatan yang layak untuk melawan Raja Iblis atau semacamnya. Satu hal yang memberikan harapan dan cukup membuatku tenang.
Sistem.
Ya. Kemunculan layar sistem yang tiba-tiba di depan pandanganku entah kenapa membuatku dapat bertindak dengan lebih tenang. Bukan berarti sistem yang terintegrasi denganku memberikan semacam ketenangan atau apapun itu, tetapi aku memiliki harapan untuk bertambah kuat.
Kekuatan, dalam hal ini rasanya aku akan memerlukan kekuatan untuk dapat hidup dengan benar. Situasi yang sedang kuhadapi pun seharusnya akan menjadi lebih mudah kalau aku memiliki kekuatan untuk melawan para perompak, atau melarikan diri, bahkan sampai menyelamatkan orang-orang menyedihkan ini. Sistem yang terintegrasi denganku secara tidak langsung mampu membuatku semakin kuat.
Salah satu fitur yang disuguhkan oleh Sistem adalah Shop. Aku beberapa kali melihat-lihat barang yang tersedia di dalamnya. Barang yang disediakan bukan hanya berupa materi, keterampilan maupun hal-hal yang tidak berwujud pun ada. Bukan uang untuk dapat membeli barang di sana, melainkan Poin Quest.
Ketika aku melihat layar bagian Status Karakter, Poin Quest milikku adalah 0. Lagipula, aku belum melakukan apa-apa untuk mendapatkan Poin Quest.
Tentang Status Karakter, ringkasnya adalah sebagai berikut:
[STATUS KARAKTER]
[Nama]: Kaellan (LVL.1)
[Spesies]: Manusia
[Bakat]: Tidak ada
[Atribut]: STR(5) INT(1) AGI(3) VIT(10) [Poin Atribut]: 0
[Poin Quest]: 0
Sebenarnya, namaku bukanlah Kaellan. Ketika aku pertama kali melihat layar Status Karakter, kolom Nama masih kosong, begitu juga kolong Atribut yang masing-masing memiliiki nilai 1. Aku mengisi bagian Nama dengan nama yang baru, sementara aku juga telah mendistribusikan Poin Atribut ke dalam tiap-tiap bagian Atribut dengan beberapa pertimbangan yang dangkal.
Aku, yang memahami kondisi tubuhku, tanpa memikirkan lebih jauh, segera memasukkan lebih banyak Poin Atribut pada VIT yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas tubuh. Berbeda dengan Poin Quest, Poin Atribut ada nilai awal sebanyak 15, yang diberikan label sebagai bonus.
Betapa sengsaranya ketika vitalitas tubuh sangat rendah gara-gara aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam sarang. Meskipun aku tahu itu tidak baik, tetap saja rasanya sulit hanya untuk melangkah keluar. Untuk itu, sebagai langkah awal, kupikir ada baiknya memiliki nilai vitalitas yang tinggi. Setelah aku mendistribusikan Poin Atribut, ada semacam sensasi asing karena terjadinya perubahan drastis di dalam tubuh. Secara tampilan, itu tidak mengalami perubahan, mungkin, tetapi aku menjadi terasa memiliki lebih banyak energi.
Dihujani oleh butiran air, berada di tempat yang lembab, udara yang menusuk tulang, bau yang pengap. Itu semua menjadi terasa lebih ringan untuk dihadapi dibandingkan sebelum komponen-komponen dalam Atribut ditingkatkan. Kalau saja vitalitas tubuhku masih sangat rendah, aku pasti telah meriang parah sekarang.
"OY! TURUNKAN LAYAR UTAMA!"
Aku tidak tahu apa yang terjadi, kupikir sebentar lagi kapal akan berlabuh.
"JANGKAR, SIAPKAN!"
Ini adalah waktu yang sedang kutunggu-tunggu. Maksudku, waktu di mana aku akan mulai beraksi akhirnya tiba. Tentu saja aku sedikit memiliki kepercayaan diri semenjak Atribut mengalami peningkatan. Apalagi, ada motivasi yang cukup besar untuk melakukan aksi ini. Selama pelayaran, aku telah memikirkan beberapa rencana yang mungkin dapat kulakukan.
Poin Quest, aku sungguh tidak sabar untuk segera mendapatkannya agar dapat membeli barang yang ada di Shop. Bagaimanapun, Poin Quest didapatkan setelah aku berhasil menyelesaikan Quest yang tersedia saat ini.
[QUEST]
[Taklukkan perompak (40 Poin Quest)]
[Kalahkah setidaknya 5 perompak (25 Poin Quest)]
[Selamatkan setidaknya 1 korban (5 Poin Quest per korban)]
[Bebaskan diri (5 Poin Quest)]
Aku tidak yakin dapat menaklukkan para perompak ini. Bagaimanapun, dua Quest teratas memerlukan kemampuan bertarung yang tinggi untuk melawan sekitar 20-an perompak. Untuk melawan satu saja aku tidak yakin apakah aku akan masih tetap hidup setelahnya. Selain menggunakan metode pertarungan, dua Quest terbawah masih ada kemungkinan untuk berhasil diselesaikan.
Sangat disayangkan memang membiarkan dua Quest teratas tidak diselesaikan. Terlebih lagi, aku menemukan di Shop pada bagian Bakat, harga terendah adalah 20 Poin Quest.
Aku masih belum memiliki Bakat ketika aku melihatnya di Status Karakter. Tentu saja, membahas Bakat termasuk sesuatu yang membuatku bersemangat untuk mendapatkannya. Terutama untuk bakat yang cukup terjangkau andaikan aku memiliki Poin Quest yang mencukupi, yaitu Swordsman yang berharga 25 Poin Quest.
Bagaimana jadinya kalau aku memiliki berbakat dalam Swordsman? Membayangkannya saja membuat darahku mendidih. Apalagi, dikatakan bahwa setelah aku membeli Swordsman, aku akan mendapatkan satu jurus acak.
Aku menghela napas panjang.
Hanya dengan membayangkan apa yang akan kulakukan sebentar lagi saja membuat jantungku berdegup dengan kencang. Meskipun aku telah sedikit lebih percaya diri, terlalu berlebihan untuk langsung menghadapi situasi yang mengancam nyawa.
Kapal mulai melakukan penyesuaian agar dapat berlabuh di dermaga.
Pemandangan di samping kapal adalah sebuah pelabuhan yang memiliki sedikit pencahayaan. Karena malam, aku tidak dapat melihat pelabuhan dengan lebih jelas. Namun dilihat dari pencahayaannya saja, aku segera dapat menebak bahwa pelabuhan tersebut bukanlah pelabuhan besar. Pencahayaan masih mengandalkan obor atau semacamnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kapal selesai berlabuh. Aku dapat melihat beberapa orang mulai menaiki kapal seolah menyambut kedatangan seseorang yang kupikir adalah seorang kapten dari para perompak.
"Hm... memang benar, ada seseorang yang terlihat berkualitas cukup baik," seorang pria buncit, yang mengelus janggutnya, tiba di depan kurungan tempat para budak berada, di sampingnya adalah Kapten Perompak. "Kalau begitu, tinggal melakukan sedikit pemeriksaan lanjutan. Setelah itu, saya akan menentukan harga tepatnya."
"Senang mendengarnya. Kuharap, berita baik datang ketika kami sedang berpesta. Hahaha..."
Aku hanya duduk diam sambil mengamati pria buncit yang mengenakan pakaian yang lebih mewah dibandingkan Kapten Perompak. Meski lebih mewah, itu bukanlah pakaian modern yang terbuat dari kain halus, masih kasar, terutama karena sebagian besar bahannya berasal dari kulit hewan yang tidak terlalu diolah dengan baik. Kemungkinan besar pria buncit itu adalah seorang pedagang.
Kurungan tempat para budak diangkut menggunakan gerobak, didorong oleh orang suruhan Pedagang Budak.
Kami dikawal oleh beberapa orang yang mengenakan pelindung badan. Mereka tampak lebih menakutkan dibandingkan para perompak, terutama karena cara mereka bergerak begitu tegas. Mereka pun memiliki persenjataan yang jauh lebih baik. Mungkinkah mereka prajurit? Apakah itu berarti pria buncit itu bukan seorang pedagang budak? Ini akan menjadi lebih rumit kalau ternyata Kapten Perompak menjual kami kepada seorang bangsawan, yang jelas-jelas memiliki keamanan yang lebih ketat.
"Keluar, cepat!"
Mau tak mau, aku hanya bisa menuruti perkataan salah seorang yang mengawal kami menuju ke sebuah ruangan gelap, begitu juga orang-orang menyedihkan yang bernasib sama denganku.
Hanya ada satu obor yang sedikit menerangi ruangan ini, tapi aku dapat menebak, ini adalah sebuah gudang.
"Mencoba lari, atau merusak barang-barang yang ada di sini, kalian akan tahu akibatnya. Jadilah kotoran yang baik sebelum Bos memeriksa kalian. Apa kalian mengerti?!"
Mendapati tatapan tajam dari pria itu, aku ikut mengangguk walaupun sangat enggan. Terutama, karena dia menyebut orang-orang menyedihkan ini, yang tentu saja termasuk aku, dengan kotoran. Aku memang menganggap diriku sendiri sebagai seseorang yang sangat menyedihkan, tetapi tidak sampai setingkat dengan kotoran. Tapi yah, setidaknya sampah lebih baik dibandingkan kotoran.
Kriieeet... BUGH!
Orang-orang menyebalkan itu pergi, pintu ditutup, menyisakan kami di dalam tempat yang redup.
[QUEST]
[Dapatkan bukti kejahatan Pedagang Budak (75 Poin Quest)]
[Kalahkah setidaknya 5 tentara bayaran (40 Poin Quest)]
[Selamatkan setidaknya 1 korban (12 Poin Quest per korban)]
[Bebaskan diri (12 Poin Quest)]
Aku hanya ingin memeriksanya, dan sesuai dugaan. Isi dari Quest telah mengalami perubahan, yang pastinya disesuai dengan situasi di lingkungan. Jumlahnya tetap sama. Yang membuatku mengerutkan kening adalah masing-masing Quest terdapat peningkatan jumlah Poin Quest yang akan kudapatkan setelah berhasil menyelesaikan Quest.
Setelah mengamati perilaku Quest, aku segera dapat sedikitnya memahami.
"Semakin sulit Quest yang tersedia, semakin besar Poin Quest yang ditawarkan. Jadi, begitu ya...," aku yang duduk bersila sambil bersandar pada dinding ruangan, hanya dapat menatap langit-langit dengan tatapan kosong.
Kehidupan yang membosankan, berdiam diri di dalam zona nyaman, pada akhirnya aku dipaksa untuk berpikir keras menghadapi situasi yang berbahaya. Bukan hanya itu, terdapat konflikasi pada kondisi tubuh fisik. Andaikan aku belum mengalami peningkatan vitalitas, aku mungkin sekarang telah sakit-sakitan. Bagaimana jadinya aku menghadapi situasi yang sekarang kalau aku masih memiliki tubuh fisik yang buruk?
Jadi, meskipun dihadapkan pada situasi ini, aku entah mengapa malah merasa lebih baik.
Aku bangkit berdiri untuk melakukan beberapa gerakan. Bagaimanapun, terjadi perubahan yang signifikan di dalam tubuhku. Aku perlu beradaptasi para perubahan tersebut.
Seperti yang diharapkan. Aku memang terasa lebih bertenaga. Ketika aku menyentuh dan mencubit kulitku sendiri, itu menjadi sedikit lebih kencang. Melakukan berbagai pergerakan acak pun tidak lagi merasakan sakit pada beberapa bagian persendian. Jujur saja, meskipun aku masih muda, kondisi tubuhku seburuk itu. Juga, alasanku dapat bergerak dengan bebas, tentunya orang-orang menyebalkan itu telah melepasan ikatan pada kami.
Setelah berhenti bergerak, aku kembali terpikirkan tentang Quest yang paling atas. Quest tersebut adalah mendapatkan bukti kejahatan Pedagang Budak, itu tentunya akan sulit untuk dilakukan.
Poin Quest yang ditawarkan sangat besar. Tapi mengingat Quest tersebut hanya bertujuan untuk mendapatkan bukti kejahatan, aku bisa mengandalkan strategi yang cerdik untuk menyelesaikannya daripada menggunakan kekerasan. Ini memiliki banyak cara untuk dilakukan. Sayangnya, untuk mendapatkan peningkatan INT yang berhubungan dengan kecerdasan, aku tidak memiliki sisa Poin Atribut.
INT(1)
Betapa menyedihkannya. Itu cukup membuatku merasa penasaran tentang sensasi yang akan kurasakan ketika aku mengalami peningkatan pada kecerdasanku. Apakah aku memang akan menjadi lebih cerdas ketika poin pada INT meningkat? Bagaimanapun, kecerdasanku cukup berada di atas rata-rata saat ini, seharusnya.
"Yah... kurasa, aku perlu keluar dari ruangan pengap ini dulu sebelum memikirkannya."
Orang-orang menyedihkan yang satu ruangan bersamaku tidak bisa diajak bicara. Mereka tampaknya sangat pasrah pada nasib yang mereka hadapi. Aku tidak tahu apa yang telah mereka alami sebelumnya, tetapi itu mengingatkanku pada diriku ketika aku berada di zona nyaman. Meskipun kasusnya berbeda, ketika melihat orang yang tidak mengusahakan apapun, rasanya memuakkan.
Apakah orang-orang melihatku seperti itu juga ketika aku masih menjadi orang yang menyedihkan? Entah mengapa, aku merasa sangat malu ketika mengingat perilakuku sendiri. Padahal belum lama ini aku menetap di zona nyaman, tetapi aku berubah secara drastis hanya karena mengalami peningkatan kondisi tubuh.
Seperti bagaimana jiwa yang tergabung dengan raga, mestinya satu sama lain saling mempengaruhi.
Meskipun aku telah sangat yakin bahwa ini bukan mimpi, aku berharap ini benar-benar kenyataan yang sedang kualami Situasi saat aku tidak bisa melangkah sedikitpun dan hanya berdiam di dalam zona nyaman lebih mengerikan daripada yang sekarang. Itulah mengapa, rasanya aku lebih bersyukur dapat merasakan tubuh yang begitu bugar.
Pintu ruangan ini dikunci. Tidak ada jalan keluar lain.
Apakah aku akan mendobrak saja pintu keluarnya? Tapi, pasti itu malah menarik perhatian orang-orang menyebalkan itu. Aku harus menghindari pertarungan bagaimanapun caranya. Sangat disayangkan kalau aku menyia-nyiakan kesempatan saat aku berhasil keluar dari zona nyaman.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau aku menunggu pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap kami. Itu mungkin hanya pemeriksaan tubuh fisik, seperti yang dikatakan oleh Pedagang Budak kepada Kapten Perompak sebelumnya. Akan sangat gawat kalau Pedagang Budak itu langsung melakukan suatu ritual yang mengekang seorang budak agar tidak dapat membantah kepada pemiliknya, terutama setelah pemeriksaan selesai. Aku harus menghindari kemungkinan tersebut.
Dengan begitu, tdak ada jalan lain selain membebaskan diri sebelum pemeriksaan dilakukan. Hanya saja, di sini sama sekali tidak ada jalan keluar selain pintu masuk ke dalam gudang.
Kalau aku menggunakan cara yang pertama, ada kemungkinan aku bisa selamat walaupun telah menarik perhatian orang-orang menyebalkan itu. Kemungkinan tersebut mestinya kecil. Apa aku bertaruh saja? Daripada berakhir menjadi budak yang tidak bisa berbuat apa-apa, lebih baik kehilangan nyawa sebelum tersiksa lebih jauh, bukan? Tapi, tetap saja itu mengerikan membayangkan kematianku sendiri karena bertarung melawan mereka.
Mungkin, suatu saat aku akan dapat membebaskan diri ketika aku pada akhirnya menjadi seorang budak.
"Sialan. Belum resmi menjadi budak saja sudah membingungkan seperti ini, apalagi nanti?"
Ketika pertarungan terjadi, mungkin aku takkan dapat melakukan perlawanan yang berarti. Aku belum pernah berlatih seni beladiri, hanya melihatnya dari film-film. Itu takkan dapat membantu banyak selama aku tidak memiliki pengalaman bertarung.
Aku ragu-ragu, berdiri di depan pintu.
Trekkk...
Mendengar suara itu, aku sedikit tersentak, sebelum bergegas menjauhi pintu dan duduk di pojokan ruangan.
Pintu dibuka oleh seseorang. Dia berjalan ke tengah ruangan. Kemudian, dia berkata, "kata Kapten, kalian belum diberi makan. Jangan mengecewakan Pedagang Budak itu ketika pemeriksaan dimulai. Kalau nilai kalian lebih rendah dari yang diharapkan, jangan berharap kalian bisa bernapas lagi besok. Tsk. Menyedihkan."
Kata terakhir yang terucap darinya terasa nyelekit, tapi aku takkan melewatkan kesempatan ini.
Dengan gerakan hati-hati, aku mendekati pria yang membawakan kami makanan. Aku segera membelitkan tangan kanan melalui leher bagian depannya, sementara tangan kiri menekan kepala bagian belakangnya. Lalu, tangan kanan mencengkram ujung lengan atasku sendiri. Tanpa ragu-ragu lagi, aku mematahkan lehernya, sebelum perlahan memindahkannya ke pojokan ruangan.
Untuk berjaga-jaga, aku memastikan apakah pria itu masih hidup atau tidak dengan memeriksa denyut nadinya di leher.
DEG-DEG!
Aku tidak bisa merasakannya lagi. Apakah aku baru saja merenggut nyawanya? Kupikir aku hanya akan membuatnya kehilangan kesadaran. Aku memang mendengar suara tulang patah, tapi bukankah itu hal yang biasa ketika seseorang meregangkan badan? Apa aku terlalu berlebihan ketika mematahkan lehernya? Padahal aku tak berniat sampai sejauh itu. Seharusnya itu hanya akan memberikan kejutan pada saraf pusat, bukan?
"Hah... hah... hah..."
Apa yang harus aku lakukan terhadapnya? Aku tahu dia harus dibumikan, tetapi aku tidak bisa melakukannya sekarang. Apa aku membiarkannya saja?
"Fyuh..."
Sekali lagi, aku memeriksa denyut nadinya. Itu tetap tidak dapat kurasakan.
Mendengar suara percapakan dari luar, aku segera tersadar bahwa ini bukan saatnya bagiku untuk memikirkan banyak hal selain melarikan diri. Aku memang ingin menyelesaikan Quest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sayangnya, aku bahkan tidak yakin apakah aku dapat berhasil melarikan diri dari sini dengan selamat.
"Maafkan aku... Dan, terima kasih."
Karena, dia telah membukakan pintu gudang untukku.
Setelah memberikan penghormatan singkat pada tubuh yang bersandar pada dinding dengan tanpa daya itu, aku bergegas pergi keluar dari gudang tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!