Mendadak seseorang menariknya dan sebuah botol minuman yang terbuat dari beling melayang ke arah wajah seorang wanita bernama Scarlet. Dia adalah seorang pegawai restoran yang mendapatkan tugas untuk mengantarkan makanan ke sebuah ruangan exclusive di mana seorang pria dan wanita berada di dalam sana.
Scarlet adalah gadis berusia 25 tahun yang sudah bekerja di restoran sebagai pramusaji selama tiga tahun. Dia hanyalah gadis yatim piatu yang sudah tidak memiliki orangtua serta sanak saudara karena dia besar di sebuah panti asuhan yang ada di kota London namun Scarlet memiliki seorang kekasih bernama Darien.
Scarlet yang selalu bersemangat bekerja tak menyangka hari itu akan terlibat dengan perkelahian antara pria dan wanita yang dia yakini sebagai sepasang kekasih. Scarlet mengantarkan makanan dan begitu masuk ke dalam dan hendak menghidangkan makanan, sepasang kekasih itu justru bertengkar.
Scarlet terkejut, yang pertama kali dia lihat adalah tindakan kasar pemuda yang mendorong kekasihnya hingga terjungkal. Tidak hanya itu saja, Scarlet pun terkejut saat seseorang menariknya setelah meletakkan manakan lalu botol minuman melayang tepat di wajahnya. Scarlet berteriak keras, dia sudah pasrah namun kejutan lain sudah menunggunya karena tiba-tiba saja, wanita yang ada di belakangnya mendorong Scarlet dengan keras agar botol minuman itu mengenai Scarlet.
Scarlet terkejut, begitu juga pemuda itu yang tak sempat menghindar. Scarlet berteriak saat jatuh ke atas tubuh pemuda yang tidak dia kenal sama sekali namun belum juga Scarlet mencerna situasi, dia sudah di dorong dengan keras hingga tubuhnya berguling jauh ke sisi ruangan.
"Sialan, apa kau sudah gila!" teriak Scarlet marah. Meski dia tidak boleh memarahi tamu tapi kedua tamu itu sudah keterlaluan.
"Beraninya kau menyentuh aku, Wanita!" teriak pemuda itu marah. Dia terlihat aneh, kedua tangan menggunakan sarung tangan berwarna hitam dan pemuda itu adalah Samuel Archiles. Samuel adalah putra kedua seorang konglomerat yang ada di Australia tapi dia lebih memilih belajar berbisnis di London dan mendirikan perusahaannya sendiri di sana. Dengan kerja keras yang dia lakukan sejak usia 25 tahun, Samuel bisa mendirikan kerajaan bisnisnya dan sekarang, dia sudah menjadi pengusaha yang cukup sukses dalam usianya yang baru menginjak 30 tahun
Sarung tangan yang dia kenakan bukan tanpa alasan. Seperti ayahnya yang mengidap penyakit OCD, Samuel juga mengidap penyakit itu. OCD adalah penyakit yang membuat seseorang terlalu takut akan kuman dan yang paling mudahnya disebut sebagai pecinta kebersihan.
Samuel sudah mengidap penyakit itu sejak dia masih kecil, dia tidak punya teman, tidak juga tidak memiliki kekasih karena setiap kali dia bersentuhan dengan seseorang, dia akan merasakan jijik luar biasa bahkan yang paling buruk dia akan muntah dan terkadang dia akan pingsan karena dia beranggapan seribu bakteri sudah menempel pada dirinya.
Samuel melempar botol juga bukan tanpa alasan. Wanita yang hendak dia lempar itu rekan bisnis yang mengajaknya makan siang tapi ternyata kesempatan itu dimanfaatkan oleh sang rekan bisnis untuk menggoda Samuel. Wanita itu sudah tahu penyakit OCD akut yang diderita oleh Samuel namun dia tidak percaya oleh sebab itu, wanita itu mendekati Samuel untuk memberikan sebuah ciuman menggoda tapi Samuel yang tidak suka disentuh oleh orang lain justru mendorong wanita itu lalu melemparkan botol tanpa ragu dan lihatlah, situasi semakin kacau karena seorang pramusaji pun harus berakhir di atas tubuhnya tapi kenapa dia merasa ada yang aneh?
Scarlet beranjak dari atas lantai sambil meringis, sedangkan Samuel sudah berdiri dengan gagah dan seorang pria yang menjadi sekretarisnya sedang menyemprotkan sesuatu ke tubuh Samuel untuk membersihkan kuman yang tidak Samuel sukai. Scarlet tercengeng melihat itu, sungguh dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Kau bener-benar pria kasar. Tuan Archiles. Bagaimana jika botol itu mengenai wajahku?" sang rekan bisnis tampak tidak terima dengan perlakuan Samuel yang tidak menyenangkan.
"Semua orang tahu akan penyakitku ini dan kau pun tahu tapi kenapa kau mendekati aku dan menggodaku? Kau bahkan mendorong wanita kotor dan bau itu ke atas tubuhku, apa kau mengira aku akan membiarkan masalah ini begitu saja?"
"Hei, bicara yang sopan!" pinta Scarlet karena dia tidak terima dengan ucapan Samuel yang mengatainya bau dan kotor. Scarlet bahkan mengendus aroma tubuhnya sendiri. Bodoh, tindakan yang dia lakukan seolah-olah menunjukkan jika dia benar-benar bau.
"Kau pemuda tidak berguna!" teriak rekan bisnis Samuel. Tak menyangka jika gosip akan Samuel yang tak bisa bersentuhan dengan orang lain ternyata bukan isapan jempol belaka. Pantas saja dia terlihat aneh dengan sarung tangan serta obat semprot yang selalu asistennya bawa ke mana-mana.
"Pergi, aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!" usir Samuel.
"Hm!" rekan bisnis yang mengira jika dia bisa menggoda Samuel dengan kencan dadakan itu ternyata salah perhitungan. Pria seperti itu, didapatkan pun tak akan ada gunanya karena penyakitnya yang pasti sangat menyebalkan. Sang rekan bisnis keluar dari ruangan itu, Scarlet pun mengikuti dengan diam-diam namun Samuel justru menarik kerah baju Scarlet hingga langkah gadis itu terhenti. Sudah dia duga ada yang aneh.
"Lepaskan aku!" teriak Scarlet sambil memberontak hingga Samuel melepaskannya.
"Mau ke mana kau?"
"Apa maumu?" teriak Scarlet namun Samuel diam dan memandangi kedua tangannya. Aneh, kenapa dia tidak merasakan perasaan jijik yang selama ini dia rasakan? Mana rasa mualnya saat bersentuhan dengan orang lain? Karena ingin tahu lebih jauh, Samuel melangkah mendekati Scarlet yang ketakutan dan melangkah mundur.
"A-Apa maumu, Sir?" pria yang sangat aneh, sungguh aneh.
"Kau, sihir apa yang kau gunakan padaku?" tanya Samuel.
"Hah?" mulut Scarlet menganga, tidak mengerti. Samuel semakin melangkah maju, sedangkan Scarlet terus melangkah mundur hingga dia tidak memiliki ruang gerak lagi akibat membentur dinding.
"A-Apa sih maumu?" tanya Scarlet yang tidak mengerti sama sekali dengan maksud pemuda itu.
Samuel memajukan tubuhnya, sedangkan Scarlet berusaha mundur dan memalingkan wajahnya. Samuel melihat wanita itu dengan penuh selidik, dia bahkan mengendus dengan perlahan. Kedua mata Scarlet menutup rapat, jantungnya hampir melompat keluar saat Samuel memegangi rambutnya dan memainkan jari ke wajah Scarlet. Itu aksi coba-coba untuk mencari tahu apakah penyakit menyebalkannya akan bereaksi atau tidak dan ajaibnya, penyakit OCD yang dia derita sejak kecil, tidak bereaksi sama sekali pada gadis itu.
"Ja-Jangan melecehkan aku!" teriak Scarlet sambil mendorong Samuel. Scarlet melarikan diri, dia segera keluar dari ruangan itu dengan jantung berdegup dan napas memburu. Apa itu tadi? Dia sungguh tidak mengerti dan pemuda asing itu sungguh bersikap menyebalkan dan dia tidak suka. Sungguh hari yang sial, dia hampir menjadi sasaran empuk dari pemuda yang marah. Jika botol itu mengenai wajahnya, mungkin wajahnya akan rusak. Semoga saja dia tidak terlibat dengan perkelahian pasangan mana pun lagi karena dia tidak mau.
Samuel memperhatikan kepergian Scarlet dan setelah itu, dia melihat kedua telapak tangannya. Tidak salah lagi, penyakitnya benar-benar tidak bereaksi pada gadis itu. Sungguh ajaib, dia tidak mengerti tapi sepertinya ini adalah sebuah keajaiban untuknya.
"Sir, kau dan wanita itu?" asistennya sungguh tidak mengerti kenapa bosnya tidak merasa jijik pada wanita itu.
"Ajaib, bukan?"
"Apa kau tidak merasa jijik?" tanya sang asisten lagi.
"Tidak oleh sebab itu, aku ingin kau mencari tahu semua tentang wanita itu karena ini kebetulan yang tak boleh aku sia-siakan. Besok semua informasinya sudah harus ada di atas mejaku!" perintah Samuel.
"Baik, Sir!"
Samuel pergi dari restoran namun dia memperhatikan Scarlet sejenak sebelum dia pergi. Sungguh menarik, dia tidak menduga ada yang bisa bersentuhan dengannya. Ini benar-benar kejutan dan besok, dia akan datang lagi untuk bertemu dengan wanita itu.
Sebuah map coklat berisi data yang Samuel inginkan sudah berada di atas meja. Tentunya data yang ada di sana berisi data Scarlet. Jujur saja, dia sangat penasaran kenapa hanya pada wanita itu saja dia tidak mengalami alergi akan penyakit OCD yang selalu membuatnya tersiksa karena dia tidak bisa bersentuhan dengan siapa pun.
Setiap hari harus menggunakan sarung tangan, obat sterilisasi harus dia gunakan setiap kali dia bertemu dengan rekan bisnis atau orang lain bahkan di usianya yang sudah 30 tahun, dia tidak pernah berpacaran karena dia tidak bisa dekat dan menyentuh wanita mana pun. Rasanya melelahkan, tidak bisa berinteraksi dengan orang lain tidaklah menyenangkan. Dia bahkan harus memendam perasaan cintanya pada gadis yang dia sukai karena dia tahu jika dia tidak akan bisa dekat dan bersentuhan dengan cinta pertamanya.
Hal itu membuat Samuel menjadi pria dingin yang tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun lagi karena dia tahu cinta yang dia miliki tidak mungkin dia gapai. Bukan karena status, bukan pula karena materi tapi semua yang terjadi karena penyakitnya yang menyebalkan dan untuk pertama kalinya, ada yang bisa bersentuhan secara langsung dengannya.
Samuel membaca semua informasi milik Scarlet. Wanita berusia 25 tahun, dia tinggal seorang diri karena yatim piatu namun Scarlet sudah memiliki seorang kekasih. Tidak jadi soal, itu bukan masalah untuknya karena dia ingin memberikan sebuah penawaran untuk Scarlet.
Scarlet satu-satunya wanita yang bisa menyentuhnya dan dia yakin, wanita itu bisa menyembuhkan penyakit OCD yang dia derita. Jika dia selalu dekat dan melakukan kontak fisik dengan wanita itu, dia yakin penyakit menyebalkannya akan segera sembuh.
"Mark, siapkan mobil!" perintah Samuel pada asisten pribadinya.
"Baik, Sir. Apa kau ingin pulang?" tanya sang asisten.
"Tidak, antar aku ke restoran. Aku ingin bertemu dengan seseorang!"
"Apa kau ingin bertemu dengan wanita itu, Sir?" dia yakin bosnya pasti akan menemui wanita itu karena bosnya bisa bersentuhan dengan pegawai restoran itu. Tentunya itu adalah kejadian yang sangat langka di mana bosnya yang biasanya tidak bisa menyentuh siapa pun tiba-tiba bisa bersentuhan dengan orang lain.
"Yeah, aku memang ingin menemuinya karena ada yang hendak aku tawarkan padanya oleh sebab itu antar aku ke sana sekarang juga!"
"Baik, Sir!" Mark bergegas pergi untuk mengeluarkan mobil sedangkan Samuel masih belum beranjak karena dia sedang memikirkan sesuatu. Jari-Jari berada di dagu, senyuman menghiasi wajahnya. Menarik, dia sungguh tidak menduga akan bertemu dengan seseorang yang bisa bersentuhan dengannya padahal selama ini tak ada satu orang pun yang bisa bersentuhan dengannya.
Samuel beranjak, saatnya menemui wanita bernama Scarlet itu. Dia yakin Scarlet tidak akan menolak tawaran darinya karena dia akan membayar mahal wanita itu jika dia bersedia.
Siang itu, Scarlet bekerja seperti biasanya. Restoran begitu ramai sehingga dia tidak tahu jika Samuel datang dan memesan sebuah ruangan exclusive untuk menunggu Scarlet selesai dengan kesibukannya. Dia juga sudah meminta Mark untuk berbicara dengan sang manager restoran jika dia ingin berbicara dengan Scarlet. Tentu saja sang manager tidak keberatan karena Samuel menjadi tamu exclusivenya mulai sekarang.
Tamu restoran yang ramai mulai sepi karena jam makan siang sudah lewat. Scarlet beristirahat sebentar dengan beberapa rekannya tapi sang manager memanggil dirinya dan memintanya untuk mengantar makanan ke ruangan exclusive yang ada di lantai atas.
Scarlet sangat heran namun dia terkejut ketika mendapati Samuel berada di dalam ruangan itu bersama dengan Mark. Perasaan tidak senang memenuhi hati Scarlet. Lagi-Lagi dia bertemu dengan pemuda aneh itu tapi kali ini pemuda itu tidak akan bisa memojokkan dirinya karena dia tidak melakukan kesalahan apa pun bahkan semalam pun tidak.
"Makananmu, Tuan," ucap Scarlet basa basi seraya meletakkan makanan ke atas meja.
"Ada yang hendak aku bicarakan denganmu, duduklah!" perintah William.
"Maaf, aku sedang bekerja!" tolak Scarlet tanpa basa basi.
"Aku sudah mendapatkan ijin dari managermu jadi duduklah!" ucap Samuel.
"Aku rasa kita tidak saling mengenal dan tidak akrab dan aku rasa tidak baik duduk dengan pria asing apalagi disaat sedang bekerja."
"Samuel, Samuel Archiles. Itu namaku dan kau harus mengingatnya!" ucap Samuel.
"Apa artinya bagiku, Sir? Mengenal namamu atau tidak, aku rasa itu tidaklah penting bagiku!" ucap Scarlet dengan tanda tanya memenuhi hati.
"Tentu saja ada, Scarlet. Sebaiknya kita bicarakan hal ini sambil duduk. Ada penawaran yang hendak aku berikan padamu!"
"Penawaran?" Scarlet menatap Samuel dengan tatapan heran sambil duduk dengan perlahan. Entah apa maksud dari pemuda itu tapi sebaiknya dia mencari tahu dan mendengarkan apa sebenarnya yang diinginkan oleh pemuda aneh itu.
"Benar, Scarlet West!" begitu namanya disebut, Scarlet cukup terkejut bahkan tatapannya tak berpaling dari Samuel yang sedang menatapnya dengan angkuh. Jangan katakan pria itu mencari tahu tentang dirinya karena dia tidak mau terlibat dengan masalah apa pun.
"Apa maumu, Samuel?" kini Scarlet tidak ragu menyebut nama Samuel karena dia tidak takut sama sekali.
"Aku ingin kau menjadi kekasihku!" ucap Samuel tanpa ragu.
"Apa kau bilang?" Scarlet hampir memekik akibat terkejut dan tidak percaya.
"Apa aku tidak salah mendengar?" tanyanya.
"Tidak, tentu saja tidak. Aku ingin kau menjadi kekasih bayaranku karena aku ingin kau bersama denganku agar penyakitku sembuh!"
"Sungguh konyol!" sela Scarlet emosi, "Aku tidak sudi menjadi kekasih bayaran siapa pun apalagi untuk sebuah tujuan pribadi. Maaf saja, aku tidak sudi!" tolak Scarlet tanpa ragu.
"Aku akan membayarmu, Scarlet. Cukup jadi kekasihku selama dua tahun maka aku akan memberikanmu uang yang cukup dan uang itu bisa kau gunakan untuk menikmati hidup selama beberapa tahu ke depan!"
"Jangan asal bicara. Aku sungguh tidak tertarik dengan uangmu!" Scarlet beranjak dari tempat duduk, dia tidak akan menjadi kekasih bayaran siapa pun meski dibayar dengan tinggi. Lagi pula dia sudah memiliki Darien dan dia tidak mau mengkhianati kekasihnya hanya karena uang.
"Apa kau yakin, Scarlet? Penawaran ini hanya aku berikan padamu saja karena aku tidak tertarik dengan yang lain. Anggap kau beruntung karena kau sedikit berbeda!"
"Aku tidak peduli dengan apa pun. Istimewa atau apa, aku tidak peduli. Mau berapa pun jumlah yang kau berikan padaku, aku sungguh tidak tertarik sama sekali, Aku tidak mau uangmu, simpan saja baik-baik dan aku tidak tertarik dengan tawaran yang kau berikan jadi carilah orang lain yang bersedia menjadi kekasih bayaranmu!" ucap Scarlet. Sebaiknya dia pergi dari ruangan itu. Entah apa mau pria itu, dia harap tidak bertemu dengannya lagi.
"Pikirkan baik-baik, Scarlet. Aku akan memberikan tiga ratus ribu dolar bahkan aku akan memberikan lebih jika kau bersedia dan aku menunggu jawaban darimu!"
Scarlet sedikit terkejut, tiga ratus ribu dolar? Sungguh uang yang sangat fantastis tapi dia tidak mau menjual harga dirinya. Pria itu pasti sudah gila tapi Samuel sangat serius karena dia ingin penyakit anehnya segera sembuh dan dia yakin Sarlet bisa membantunya.
Tidak masalah Scarlet menolak. Ini baru awal, dia akan mencari cara lain bahkan dia akan menggunakan cara kasar jika Scarlet tidak juga mau menjadi kekasih bayarannya. Scarlet keluar dari ruangan itu sambil menggerutu. Sepertinya pemuda yang ada di dalam sana sudah gila dan dia tidak akan tergoda.
Setelah mendapatkan tawaran yang tidak masuk akal itu, Scarlet mencari kekasihnya karena dia ingin mengatakan pada Darien jika dia mendapatkan sebuah tawaran gila dari seorang tamu restoran. Dia hanya ingin berbagi sambil mencari tahu kapan Darien akan menikahinya.
Scarlet dan Darien sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Darien adalah seorang pengusaha dan dia berasal dari keluarga yang cukup berada. Sesungguhnya hubungan mereka berdua tidak disetujui oleh keluarga Darien karena dia yatim piatu yang berasal dari panti asuhan dan yang tidak tahu dari mana asal usulnya.
Keluarga Darien menganggapnya anak ja*ang yang ditinggalkan di depan panti asuhan oleh sebab itu, mereka tidak setuju dengan hubungannya dengan Darien karena mereka takut nama baik keluarga mereka jadi tercemar gara-gara Darien menikahi gadis yatim piatu seperti Scarlet.
Meski tidak mendapatkan restu, mereka tetap menjalin hubungan sampai dua tahun lamanya. Scarlet sangat mencintai Darien dan kekasihnya itu pun begitu mencintainya sehingga dia berani menentang keluarganya tapi sebentar lagi ujian untuk cinta mereka berdua akan segera datang.
Darien yang sedari semalam tidak menjawab panggilan dari Scarlet karena sibuk memutuskan untuk mencari kekasihnya di restoran siang itu. Dia akan mengajak Scarlet makan siang bersama untuk menebus kesalahannya semalam karena dia tidak menjawab panggilan dari Scarlet.
Scarlet sangat senang ketika melihat kekasih hatinya datang. Bagaimanapun Darien adalah pria yang dia cintai dengan begitu tulus bahkan dia merasa dia tidak akan sanggup tanpa adanya Darien.
"Aku tunggu seperti biasa," ucap Darien. Mereka memang selalu menghabiskan waktu bersama saat ada waktu.
"Jangan pergi ke mana-mana karena ada hal penting yang hendak aku bahas denganmu!"
"Aku akan menunggumu, Sayang," Darien mendaratkan kecupan di dahi Scarlet sebelum berlalu pergi.
Scarlet tersenyum, bahagia. Meski tidak mendapatkan restu dari keluarga Darien, asalkan Darien mencintainya maka semua itu tidak jadi soal. Sepertinya hari ini dia harus mengutarakan niatnya agar Darien segera melamarnya. Lagi pula mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun dan Darien sudah sering memintanya melakukan hal itu. Dari pada mereka membuat maksiat meski itu hal wajar lebih baik mereka menikah.
Scarlet bekerja seperti biasa, mencatat pesanan yang diinginkan oleh para tamu. Pandangan mata Darien tak lepas darinya. Meski keluarganya tidak setuju tapi Scarlet gadis yang cukup cantik dan yang paling penting dia masih perawan. Sangat sulit mencari wanita yang masih suci, meski kesal karena Scarlet tidak pernah ingin menyerahkan dirinya. Sepertinya dia harus meminta hal ini pada Scarlet. Yeah, pada akhirnya mereka memiliki keinginan masing-masing.
Darien menunggu dengan sabar sampai akhirnya Scarlet beristirahat. Scarlet segera menghampiri kekasihnya yang sudah menunggu. Senyuman menghiasi wajah, tatapan matanya tak lepas dari kekasih tampannya. Sungguh, dia merasa jika dia adalah wanita yang beruntung karena dicintai oleh Darien.
"Sorry, apa lama menunggu aku?" tanyanya basa basi.
"Tidak, Sayang. Kemarilah. Kau belum makan, bukan? Sekarang pesan makanan yang kau inginkan!" Darien memberikan buku menu pada Scarlet.
"Thanks, Darien. Aku mencarimu dari semalam, kau pergi ke mana saja?"
"Aku sedikit sibuk, katakan ada apa!"
"Darien, kapan kita akan menikah?" akhirnya untuk pertama kali pertanyaan itu dilontarkan juga.
"Kenapa bertanya demikian? Apa kau sudah begitu ingin menikah denganku?"
"Kita sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Darien. Tidak ada salahnya kita membahas hal ini, bukan?"
"Kau benar, tapi kau tahu keluargaku tidak setuju dengan hubungan kita!"
"Lalu kita harus bagaimana? Mereka tidak mungkin setuju begitu saja dengan hubungan kita!" Scarlet menunduk dengan ekspresi wajah sedih.
"Tidak perlu khawatir, Scarlet," Darien memegangi tangan Scarlet untuk menenangkannya, "Aku rasa kedua orangtuaku akan setuju jika mereka memiliki cucu!" ucapnya lagi.
"Apa maksudmu, Darien?" tanya Scarlet tidak mengerti.
"Aku rasa kau tahu maksudku, Scarlet. Kita ke hotel nanti malam, bagaimana? Jika kau hamil, kedua orangtuaku pasti akan setuju dengan hubungan kita!"
"Apa? Aku tidak mau!" tolak Scarlet.
"Kenapa? Apa kau tidak mencintai aku? Bukankah kau ingin kita menikah?"
"Aku memang mencintaimu, Darien. Aku juga ingin menikah denganmu tapi tidak seperti itu caranya. Aku ingin kedua orangtuamu menerima aku tanpa adanya paksaan. Bagaimana jika setelah aku melahirkan mereka menendang aku? Aku tidak mau hal itu terjadi!"
"Hal itu tidak mungkin terjadi, Scarlet. Percayalah padaku!" Darien mulai kesal karena Scarlet tidak mau mengikuti idenya padahal mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun tapi Scarlet masih saja tidak mau berhubungan intim dengannya padahal melakukan hal itu adalah hal wajar bagi pasangan.
"Tidak, aku tidak mau!" Scarlet masih dengan pendirian.
"Kau benar-benar!" Dariel menahan emosi. Jangan katakan Scarlet tidak serius dengannya.
"Aku tidak mau berdebat denganmu akan hal ini, Darien. Aku ingin menikah denganmu tapi tidak dengan cara seperti ini!"
"Baiklah jika kau tidak mau. Sekarang katakan padaku apa yang hendak kau bicarakan?!" mendadak dia jadi muak dengan Scarlet yang sok suci.
"Kau tidak marah denganku, bukan?" Scarlet memandanginya, berharap Darien tidak marah atas penolakannya.
"Tidak, katakan apa yang ingin kau bicarakan padaku. Aku tidak akan marah padamu hanya karena hal ini saja."
"Terima kasih, kau benar-benar sangat baik dan aku sangat beruntung," senyuman manis kembali menghiasi wajah karena dia senang Darien tidak marah.
"Jadi?"
"Dengarkan aku, seorang tamu restoran memberikan penawarkan padaku untuk menjadi kekasih bayarannya," ucap Scarlet dan dia akan menyesali perkataan itu nantinya.
"Apa kau bilang?" Darien cukup terkejut mendengarnya.
"Aku ingin kau tahu agar kau tidak salah paham jika ada yang mendekati aku."
"Siapa yang begitu berani memberikan penawaran ini?" Dia saja belum bisa menyentuh Scarlet tapi sudah ada pemuda lain yang menginginkan kekasihnya.
"Aku tidak terlalu yakin tapi jika tidak salah namanya Samuel Archiles. Dia hanya pemuda gila yang menawarkan banyak uang untukku jika aku bersedia menjadi kekasihnya. Dia bahkan akan memberikan tiga ratus ribu dolar jika aku mau dan akan menambahkannya lagi!" Scarlet sungguh tidak tahu jika tatapan kekasihnya sudah berubah.
"Jadi kau menolaknya?" tanya Darien. Uang yang sangat menggoda. Samuel Archiles? Dia tahu siapa pemuda itu.
"Tentu saja, Darien. Aku tidak akan sudi menjadi kekasihnya karena aku sudah memiliki dirimu."
"Baiklah, Sayang. Aku sangat senang kau memilih aku tapi aku sudah harus kembali, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"Baiklah, aku hanya ingin menyampaikan hal ini agar kau tidak salah paham saat ada yang mendekati aku!"
"Aku tahu, aku tidak akan salah paham karena kau sudah mengatakannya. Sekarang waktunya aku pergi, nanti kita bertemu lagi!"
"Baiklah, sampai jumpa nanti!" ucap Scarlet tanpa curiga sama sekali.
Darien pergi dari restoran, dia tidak langsung kembali ke kantor karena ada yang hendak dia lakukan. Darien pergi menemui seseorang, siapa lagi jika bukan Samuel. Samuel yang sedang bekerja tentu saja tidak menerima kedatangannya tapi ketika dia mendapatkan kabar jika kakak Scarlet ingin berbicara dengannya, Samuel menerimanya meski dia tahu Scarlet tidak memiliki kakak.
"Maaf mengganggu waktumu, Tuan Archiles," ucap Darien basa basi. Ternyata benar pemuda kaya itu, ini sebuah kesempatan.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Samuel pula.
"Aku dengar kau memberikan sebuah penawaran pada adikku, apa benar?"
"Aku dengar Scarlet tidak punya kakak!"
"Abaikan itu, Tuan Archiles. Aku menerima tawaran darimu, aku akan memberikan Scarlet menjadi kekasihmu asalkan kau memberikan harga yang sesuai!" ucap Darien. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu karena dia sudah muak dengan Scarlet yang tidak mau tidur dengannya. Seandainya Scarlet mau maka dia tidak akan menjual kekasihnya sendiri dan sekarang, dia merasa uang yang akan dia dapatkan lebih berarti dari pada Scarlet karena dia bisa mencari yang lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!