NovelToon NovelToon

I Want You To Be Mine

putus

Baru saja ia memarkirkan mobilnya diparkiran gedung tempatnya berkantor,  ia merasakan getaran yang berasal dari  saku celana bagian kanan dimana poselnya ia letakan di sana. secepat kilat ia merogohkan tangan dan meraih ponselnya.

" Ya sayang... tumben nelfon  pagi pagi ,kenapa hmm?." Ujarnya begitu tersambung dengan Litha  wanita ayu yang berhati bak malaikat,  yang sudah menemani hari harinya tiga  tahun belakangan ini.

" Dimana Mas?... dikantor atau masih dijalan?." Ujar Litha.

"Baru saja  sampai di parkiran, kamu dimana sayang di kantor?." Sahut Tyo balik bertanya.

" Saya dirumah karena sudah resign  seminggu yang lalu,Mas  ada waktu tidak? sepulang kantor nanti ? urgent."

" Re-ressign? ada masalah di kantor?." Tanya Tyo sedikit tersendat karena rasa terkejutnya,  tidak biasanya Litha membuat sebuah keputusan tanpa melibatkan dirinya.

" Mas usahakan ya sayang ...wait kamu bilang kamu  sudah resign?kok  baru memberi tahu Mas sekarang kenapa?," Ulang  Tyo sedikit kecewa, karena meskipun baru sebatas berpacaran mereka sudah berkomitmen untuk melibatkan pasangan masing masing dalam membuat suatu keputusan.

" Iya Maaf...  nanti saja ya kita bicara ,Mas  have a nice day and goodluck bye...." Pungkas Litha seraya mengakhiri  percakapan keduanya, sebelum Tyo sempat mengajukan pertanyaan lebih lanjut.

Dengan perasaan sedikit Masygul ia menyimpan kembali ponselnya dan bergegas masuk keruangan kerjanya,  tapi ia tidak bisa fokus   Litha mengajaknya bertemu karena Urgent, berbagai pertanyaan dan syak wasangka menari nari di benaknya.

Terlebih lagi  memang hubungannya dengan Litha sedang  tidak baik baik saja ,karena sebuah kesalah pahaman beberapa minggu yang lalu ,  kesibukan masing masing yang  menyebabkan komunikasi tidak  bisa seintens awal awal masa pacaran ,dan kerap kali terjadi miss komunikasi diantara mereka.

Tiba tiba saja pearasaan takut menyergap hatinya, secepat kilat ia menyambar ponselnya dan menghubungi Litha sampai 3 kali panggilan nya tidak mendapat respon , dengan sedikit gusar jemarinya menari nari diatas  deretan abjad di layar ponselnya  mengetikan pesan singkat.

Namun pesannya hanya bercentang satu yang menandakan  Litha tidak mengaktifkan layanan data pada ponselnya, ia  menggosokan kedua telapak tangannya, sejurus kemudian mengusap kan kearah wajahnya  dengan perasaan gusar.

Pandangan nya tidak beralih sedetik pun dari layar ponselnya , namun pesannya masih bercentang satu setelah limas belas menit berlalu, saat hatinya tengah gundah ia  terdengar ketukan dari arah pintu ruangan kerjanya.

 Tok.. tok

"Masuk." Sahutnya mempersilahkan .

Tidak berselang lama assistennya memasuki ruangan, dengan setumpuk berkas di  tangannya." Pak ini berkas berkas  yang ,perlu di tanda tangani segera." Ujar Marsha assistennya, meletakan tumpukan berkas itu tepat di depannya.

"Baik.. ini saja?."

" Untuk saat ini, iya pak."

" Baik terimaksih."

"Ada hal lainnya yang, bapak butuhkan mungkin?."

" Coba kamu tanya Rhea bagian hrd, sampaikan kalau saya butuh data kandidat ,yang akan  menggantikan posisi Celine ya Sha."

"Baik .. segera saya sampaikan , jika tidak ada hal lain saya permisi."  Ujar Marsha

" Silahkan."

Setelah assistennya meninggkal ruangan Tyo segera memeriksa tumpukan berkas laporan  yang perlu ia tanda tangani dan  chek ulang, namun fokusnya terpecah antara pekerjaan dan pesannya yang ia kirimkan pada Litha yang tidak kunjung berbalas.

Waktu yang di nanti pun tiba ia bergegas merapikan meja, dan beranjak keluar dari  ruangan kerja  ia mempercepat langkah nya menuju parkiran  yang ada di benaknya saat ini ingin secepatnya bertemu dengan kekasih nya itu.

Bughhh!

Sebuah tepukan mendarat di bahunya yang membuat ia sedikit terkejut, karena sedang tidak berkonsentrasi reflek ia menoleh kearah belakang. saat ia menoleh kebelakang tampak  Hilman tengah  nyengir kuda tanpa perasaan bersalah.

" Kampret loe , bikin kaget aja." Gerutu Tyo seraya pura pura,hendak meninju Hilman.

" Eeeits santai broo, jangan mudah emosi cepet muda loe nanti ." Ledek Hilman sambil masih cengengesan .

" Hhahahha.. kadal biasa aja loe ,mau ngapain gw lagi gak ada waktu nih."Ujar Tyo sambil terkekeh menanggapi jokes dari Hilman, seraya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

" Gabung yuuk! nanti malam kita mau ngumpul nih." Ajaak Hilman.

" Sorry gw absen dulu ada hal urgent, sorry gw duluan ya." Elak Tyo .

" Yaah payah sudah lama nih kita tidak kumpul, sibuk apaan sih loe." Rengek Hilman dengan muka di tekuk.

" Secret,... sorry kali ini benar benar tidak bisa lain kali .. janji." sahut Tyo seraya  menujukan sign promise dengan jarinya yang di balas acungan jempol oleh Hilman.

Tyo memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata, dewi fortuna sepertinya sedang berpihak padanya karena  jalanan  tampak sedikit lengang, sesekali ia membuka aplikasi chat berwarna hijau itu untuk mengechek kalau kalau pesannya sudah di balas. Dugaannya benar pesannya sudah mendapat balasan.

" Maaf sayang baru balas ,tadi antar saudara hp tidak di bawa." Balas Litha, Meski sedikit kesal namun ia berusaha meredam emosinya.

"Sekarang dimana, Mas otw nih." Tidak lama pesannya langsung di balas.

" Saya sudah sampai Mas, hati hati di jalan ya." Balas Lita tidak lupa mnyematkan emoji  tersipu malu.

" Sure ."

Ia mengarahkan kendaraan menuju sebuah cafe di kawasan kemang, tempat bersejarah  bagi mereka.

Sesampainya di dalam cafe yang di maksud, ia mengedar pandangan  dan Litha yang telah sampai lebih dulu  melambaikan tangan kearahnya.

Seperti biasa spot favourite mereka ada di corner ,yang menghadap jendela dengan view jalan, Tyo melangkah menghampiri  kearah Litha.

Setelah duduk berhadapan  dan menyeruput minuman favouritenya yang sudah di pesankan oleh Litha ia sedikit berbasa basi menanyakan kabar kekasihnya itu.

" Gimana kabarnya sayang?, kangen tidak sama Mas hmm?." Ujarnya seraya mengusap perlahan pipi wanita berwajah ayu di hadapannya.

"Perlu mas tanyakan?, ya sudah pasti kangen Mas." Sahut Litha sambil tersenyum tipis.

Namun Tyo dapat melihat bahwa senyum yang Lita sunggingkan sebenarnya hanya sebuah kamuflase ,karena sorot matanya berkata lain meski sedikit kecewa dengan respons Litha ,yang tidak seperti biasanya ia berusaha untuk tetap tenang.

" Ouuh ya kamu kenapa resign?....ada masalah kok tidak diskusi  dulu sama Mas?." Lanjut Tyo lagi.

Litha tidak menjawab tapi dia mengarahkan pandangan kearah lain ,seolah olah sedang mengumpulkan kekuatan untuk menyusun kata kata.

" Tidak apa apa Mas, maaf  tidak diskusi dulu dengan Mas." Jawab Litha  dengan suara lirih masih dengan posisi wajah menyamping sepertinya ada sesuatu yang membuat ia tidak berani mentatap wajah Tyo.

Cukup lama Litha memalingkan wajahnya kearah jendela membuat Tyo semakin penasaran ia  meraih wajah Litha dan memaksa Litha untuk menatapnya,  namun dengan cekatan Litha menepis  tangannya  dan kembali memalingkan wajahnya .

Sementara itu Litha tengah bergumul di dalam bathinnya, masih terngiang dengan jelas penjelasan dokter seminggu yang lalu. Semua berawal dari darah  yang keluar di luar jadwal menstruasinya, atas saran orang orang terdekatnya ia memberanikan diri untuk chek up.

Dan hasil pemeriksaan membuat tubuhnya lemas lunglai  seperti tidak ada tulang yang menyangga tubuhnya,

" Berdasarkan pemeriksaan fisik.. kemudian  gejala yang saudari keluhkan ,di perkuat  dengan  hasil lab  tidak diragukan lagi ini adalah  kanker servix, dan kabar buruknya ini sudah masuk ke stadium dua." Terang dokter yang memeriksanya saat itu.

"Mas disini sayang ....di depan kamu bukan di jendela, hargai Mas dong."  Dengus Tyo sedikit kesal dengan sikap Litha. Litha hanya diam membisu seraya menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

Rasa penasarannya semakin tinggi dan ia menepis jemari lentik itu  dan  kali ini berhasil memaksa Litha untuk berhadapan sejenak ia tercekat saat melihat  bibir  Litha terlihat bergetar menahan isak  dan buliran bening telah menggenang di pelupuk mata wanita yang di cintainya itu.

Perasaan bersalah menyergapnya, dengan lembut ia mengusap cairan bening dari pelupuk mata Litha.

" Kamu kenapa sayang hmm? ,ada yang salah dengan sikap atau perkataan Mas tadi?." ucap Tyo seraya menggenggam  jemari Litha, lagi lagi Litha hanya  diam membisu dan air mata kembali mengenang di pelupuk matanya .

" Sayang kalau begini Mas pulang aja ya hmm?, Mas bukan cenayang loh yang bisa  menebak hanya lewat isyarat, gimana Mas pulang saja ya?." Ujar Tyo lagi dengan penuh kesabaran, saat Tyo hendak berdiri Litha menahan tangan Tyo,

" Maafkan saya Mas." Ucap Litha dengan suara parau .

Denial

Tyo menghela nafas panjang berusaha menahan emosinya yang nyaris meluap, is meraihh minuman milik Litha  dan menyodorkan  kearah  Litha.

" Minum dulu,  dan tenangkan perasaanmu , nanti kalau sudah tenang kita bicara lagi ya?."Bujuk Tyo seraya mengusap lembut rambut Litha.  Tyo menyulut sebatang rokok dan menghisap asapnya dalam dalam , untuk menenangkan perasaannya sendiri,  dibenaknya kini berseliweran beribu pertanyaan  tentang kemungkinan apa yang akan terjadi .

Keduanya kini larut dalam kesunyian asyik dengan jalan fikirannya masing masing , sikap Litha menimbulkan berbagai persepsi ,saat rokoknya tinggal setengah Litha memanggilnya.

"Maaas.."

" Ya sayang ..sudah tenang perasaanmu?." Sahut Tyo seraya mematikan sisa rokok yang tinggal setengah, Litha hanya mengangguk.

"Mas saya harap kita bisa bicara secara dewasa tanpa melibatkan emosi disini, tapi terlebih dahulu saya mohon maaf atas semua kesalahan yang pernah saya lakukan pada Mas." Ujar Litha  dengan nada lirih

Tyo menautkan kedua Alisnya yang tebal dan hitam legam yang tampak kontras dengan wajahnya yang putih bersih." Ngomong apa  kamu sayang hmm?!, kamu mau buat Mas gila dengan sikap kamu yang di luar nalar ini?!." Sergah Tyo dengan nada sedikit meninggi.

"  Begini Mas...  saya rasa hubungan ini tidak bisa di lanjutkan, setelah saya merenung  jalan terbaik memang kita memilih jalan masing masing." Jawab Litha.

"Maksudmu? kamu ingin putus dari Mas?.... tapi kenapa sayang hmmm? kalaupun ada masalah kan bisa di bicarakan baik baik "  Potong Tyo.

" Tidak ada masalah Mas,  justeru  ini adalah saat yang tepat menurut saya , kita awali hubungan ini secara baik   dan saya  ingin  mengakhiri hubungan ini juga secara baik baik." Lanjut Litha

" Mas tidak tahu apa yang terjadi, tidak ada angin tidak ada hujan kamu ingin kita mengakhiri hubungan kita, ada apa ini sayang?."

" Tidak ada apa apa Mas,  saya hanya  tidak bisa untuk melanjutkan hubungan ini, semoga kelak Mas dapat yang jauh lebih baik dari saya."

Bagai ribuan anak panah yang melesat menembus  tepat di jantunganya saat mendengar ucapan  Litha, tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba ingin mengkahiri hubungan yang sudah terbina selama tiga tahun belakangan.

" Kamu bercanda?... kamu kira lucu hah?! kenapa tidak daftar stand up komedi? lebih berfaedah dari pada kamu pamerkan  di depan Mas!." Mata Tyo tampak berkilat kilat penuh amarah.

" Mas please ... tolong hargai saya , saya punya hak untuk tetap bertahan  atau pergi, saya benar benar tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Litha kukuh pada pendiriannya .

"Atau kamu ada yang lain hmm? jawab  jujur!"  Tantang Tyo sengit.Litha hanya diam membisu sambil memainkan jemarinya tanpa berani menatap langsung ke wajah Tyo.

" Arlitha,,jawab!... kamu ada yang lain hmm? kamu selingkuh di belakang Mas? jawab Arlitha!." Pekik Tyo.

" Ini .  saya  di jodohkan  dan akan menikah bulan depan." Jawab Litha tenang seraya menyodorkan undangan berwarna putih dengan design bunga bunga hijau tampak anggun dan mewah.

Tyo  meraih undangan yang di sodorkan Lita dan membacanya, pandangannya berubah menjadi gelap , rasa dingin menjalar dari ujung jari kakinya  tapi ia memaksakan diri untuk tetap sadar. Matanya nanar memandangi wajah ayu yang tertunduk di hadapannya, rahangnya mengeras tangannya gemetar.

Tyo meremas undangan berwarna putih itu , dadanya terlihat turun naik karena ledakan emosi.

" Tega kamu!  apa salah Mas? apa salah Mas samapai  kamu perlakukan seperti ini?."

Dengan tangan masih gemetar ia berusaha menegakan  wajah Litha yang tertunduk, di tatapnya lekat lekat wajah itu sambil memicingkan matanya.

" Mas tidak menyangka kamu sejahat ini!  hebat kamu.. hebat ...salut!." Setengah berbisik Tyo mengucapkan kata kata itu tepat di telinga Litha , Tyo menepukkan telapak tangannya   hingga memancing beberapa pengunjung sekilas menoleh kearah mereka yang membuat Litha rikuh.

" Maafkan saya Mas, saya tahu ini jahat, tapi satu hal yang harus Mas tahu ini bukan hal yang  mudah untuk saya... ssa-kkit Mas." Litha mulai terisak seraya menepuk dadanya. Tyo tersenyum menyeringai kearah Litha.

" Jadi kamu fikir Mas tidak sakit?... kamu fikir perasaan Mas tidak hancur? kamu kalau berniat membunuh Mas jangan  dengan jalan ini ,pakai jalan yang lebih manusiawi." Cecar Tyo.

"Mas ..maafkan saya.. seandainya Mas  segera meminang saya , hal ini tidak akan terjadi Mas, semua orang tua tidak ingin anak perempuannya menjadi bahan gunjingan karena tetap melajang di usia yang sudah matang." Litha berusaha memberikan pengertian pada Tyo mengapa ia menempuh jalan ini.

Namun  di dalam lubuk hati yang terdalam  Litha ia meratap  pilu dengan semua  cerita bohong ia yang karang sedemikian rupa.

" Maafkan saya Mas, seandainya Mas tahu alasan  yang sebenarnya, saya hanya tidak ingin di kasihani, biarlah saya menanggung sakit ini seorang diri, saya ingin Mas bahagia dengan wanita yang tidak penyakitan seperti saya," Ratap Litha  dalam hati.

" Basi! memang benar ungkapan yang mengatakan kalau  setan tidak lebih menyeramkan, daripada manusia di beberapa kondisi.. kamulah contohnya!." Serang Tyo berapi api

" Maki saya  Mas.. silahkan   saya ikhlas lahir bathin ,jika seandainya dengan memaki saya perasaan Mas lebih lega, " Litha tersenyum tipis namun matanya berkaca kaca .

"Kenapa ... kenapa kamu tega?!, kenapa saaayang kenapa?!." Cecar Tyo dengan suara yang mulai parau.

"Mas dalam hidup terkadang kita harus memilih, meski pilihan itu menyakitkan  we must bare with it."

"Yeaahh thats right  i"ll try to bare with this pain , semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu, selamat." Tyo menyodorkan tangan kearah Litha.

Tyo bangkit dari kurisnya dan berjalan gontai keluar dari cafe, meninggalkan Litha yang masih duduk termangu. ia menghempaskan pintu mobilnya  dengan sekuat tenaga dan menimbulkan suara yang menggema di basement yang  sudah mulai terlihat sepi.

" Baaajingan... arrraaaghhhhh!." Tyo berteriak histeris  sambil memukulkan tangannya ke  dashboard di depannya, ia  merasa dunianya  kini benar benar runtuh. Di saat ia tengah berjuang untuk menyiapkan masa depannya dengan wanita yang ia cintai, namun ia mendapat pengkhianatan di balik sikap diam kekasihnya.

Namun kodratnya sebagi laki laki membuatnya harus terlihat tegar meski dunianya hancur lebur, keesokan harinya  ia kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa di kantor,  tidak sedikitpun tersirat di wajahnya jika ia tengah hancur  akibat kandasnya hubungan asmara.

Drrt ,,,drrt .. drrt

Saat ia tengah berjuang dengan macetnya jalanan ibukota, ia merasakan getaran yang berasal dari ponselnya.

"Whats up bro.."  Sapanya begitu tersambung dengan Hilman.

"  Broo mau joint gak nih? nanti malam tempat biasa."

" Gas... siapa aja  yang ikut?." Tanyanya antusias.

" Wait wait.. eerh something fishy detected nih...   loe baik baik aja kan? tumben tumbenan langsung okay aja, biasanya seribu alasan kalau di ajak  kongkow." Selidik Hilman .

" Ergggh kadal.. serba salah ya sama loe! , gw joint di curigai gak mau joint  di bilang payah, mau loe apa sih ngajak ribut apa gimana ?."Dengus Tyo sebal.

" Eeeits .. sensi amat loe lagi pms ya ?hahahhahaaha , agak  speechless sih  dengan perubahan loe gitu." sahut Hilman.

" Dont talk too much...  mirip tukang obat loe!,  pokoknya nanti gw datang , sudah dulu ya gw lagi nyetir nih."

" Okay.. safe drive."

Kandasnya hubungan asmaranya dengan Litha, tidak begitu ia tampakan di depan orang lain ,meski jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Bayangan Litha dan segala kenangan yang pernah mereka lalui begitu membekas di hatinya.

Karena besarnya rasa cinta pada Litha ia memutuskan untuk menutup pintu hatinya rapat rapat, selain merasa tidak ada wanita yang seperti Litha, ia juga takut untuk terluka tepatnya belum siap untuk terluka lagi.  tidak lama  ia telah masuk ke gerbang komplek perumahan tempat tinggalnya.

Dengan sedikit tergesa gesa ia  masuk kedalam rumah untuk mandi dan bertukar pakaian,  ponselnya kembali berdering saat ia baru saja  keluar dari kamar mandi.

"Whats up bro?."

"Jadikan loe datang ? kita udah formasi lengkap nih, tinggal menunggu loe." Sahut Hilman

" Formasi lengkap, loe kira kita boy band yang mau manggung? tunggu baru selesai mandi, mau lihat adik gw loe biar percaya?." tiba tiba terlintas di benaknya ide jahil untuk mengerjai Hilman, dengan menahan  geli ia memotret adik kecilnya yang akan  di kirimkan pada Hilman.

" Yaudah kirim fotonya, pasti cakep adik loe." Desak Hilman.

.

Dark joke

" Wait.. nahhh done ya udah gw  siap siap dulu ya, see you selamat memandang foto adik gw ..tapi di larang tertarik apalagi ingin memiliki."  Tyo sudah tidak bisa menahan hasrat tertawanya , ia tertawa terbahak bahak membayangkan reaksi Hilman dan kawan kawan yang lain.

Benar saja  saat ia tengah  berpakaian ponselnya tidak berhenti berdering, notif pesan singkat pun bertubi tubi mendarat   di ponselnya , lima belas menit kemudia ia telah rapi dan buru buru keluar rumah.ponselnya kembali berdering kali ini Harsha yang menghubunginya.

" Sha...  errghh dimana nih?." Ujarnya berbasa basi  sedikit karena sebenarnya ia tahu bahwa semua teman temannya sudah berkumpul di club yang sudah di sepakati.

"Sambar gledek matamu, kok yo pede ngirim  anumu itu yow." Maki Harsha.

" Anu apa? main marah marah aja loe."Sergah Tyo pura pura  ,tidak tahu apa apa.

" Cucak rowomu kuwi....apes bener dikira foto adikmu beneran, uaseeeem  tenan!." Tyo tidak  dapat menahan ketawanya mendengar Harsha dan teman temannya memaki maki dirinya dengan aneka sumpah serapah.

" Eerhh eeerh ... Bapak Bapak   harap sabar  dilarang sarkas apalagi   anarkis ,  not my fault salahkan tu Hilman  yang tidak bertanya lebih lanjut main suruh kirim aja." Elak Tyo.

Tidak lama ia telah sampai di club  tempat ia dan teman temannya berkumpul saat week end, tawa mereka pun  pecah saat mengingat kekonyolan yang ia lakukan.

 Sepanjang malam mereka larut dalam hingar bingar dentuman music, yang di mainkan oleh dj yang sedang  perform.

" Bro  kamu masih kan berhubungan sama Litha?," ujar Hilman setengah berbisik di telinga Tyo.

"Kenapa memangnya?" Sahut Tyo.

" Enggak belakangan loe  agak  aneh sih menurut gw, soalnya kan selama ini Litha is yor world."

" its over! almost 6 month  we  break up."

" Ouups, i' m so  sorry bro , no wonder."

" Its okay, but life must go on."

" thats Right.. cheeers ." Sahut Hilman seraya membenturkan gelas winenya ke gelas  milik Tyo.

Mereka  semakin Asyik  dalam euforia sesaat, saat Tyo hendak menuangkan kembali wine kedalam gelasnya Harsha merebut botol itu dan menyuruh teman yang lain menjauhkan dari jangkauan Tyo.

" Kontrol Bro.. kita disini untuk happy jangan konyol, masalah gak usah di fikirkan namanya juga hidup."

" You know nothing, yang merasakan sakitnya itu gw broo "

" I know.... sudah lah   forget it, makanya mencintai sewajarnya, jangan  goblok gini kan akibatnya?." Ujar Harsha seraya menoyor kepala Tyo.

" Tidak ada yang salah dengan mencintai, tapi logika harus di kedepankan jangan kasih 100%  hati kita,  sisakan sedikitnya 40% sebagai spare kalau something happen gak hancur hancur banget  ya udah gw ketoilet dulu"Ujar  Harsha  seraya melenggang meninggalkan Tyo.

Menjelang pagi hari mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, kerumah masing masing.

" Bisa nyetir gak loe bro," Ujar Harsha  tampak mengkhawatirkan keadaan Tyo yang  sempoyongan.

" Dont worry be happy, perempuan ****** itu akan dapat karmanya,kurangnya  gw  apa cobaaa, semua gw kasih tapi dia nolak   dasar munafikkk." Tyo mulai menceracau.

" Kurangnya gw  app- apaaa. dimana kurangnya guaa,  gw ganteng banyak cewek yang  ngejar  tapi gw setiaa kerjaan gw bagussss   bajingaaaaan!." Suara Tyo bertambah kencang membuat teman temannya kalang kabut.

" Shhht," Hilman dengan  secepat kilat ia membekapkan tangan ke mulut Tyo ,sementara   Harsha membantu Hilman  menopang tubuh Tyo yang mulai limbung dan memapahnya menuju mobil  sementara yang lainnya membuka pintu mobil dan merebahkan Tyo di kursi tengah.

"Emang parah sihh,  dengar dengar sih ceweknya nikah dengan laki laki lain." Celetuk Hilman.

" Wedokan yo ngono kui, tapi aku tetep  ra seneng karo lanangan." Timpal Harsha.

" Kampreet, hahahhahhaahhaha." Timpal yang lainnya ikut nimbrung.

Akhirnya mereka memutuskan menunggu pagi di parkiran club, karena semua juga  sedikit kliyengan meski tidak separah Tyo.

Tyo mengerjap kerjapkan matanya  saat matanya terasa silau dengan pantulan sinar matahari yang menerobos  kaca mobilnya ia berusaha bangun  meski kepalanya terasa berat,  ia sedikit kebingungan dan sesaat kemudian baru menyadari bahwa ia tidur di dalam mobil.

Dikursi pengemudi  ia melihat Hilman dan Harsha  tertidur pulas, dengan sisa kekuatan yang ada Tyo berusaha membangunkan keduanya

" Maan.. man bangun kita ada dimana ini?." Bisik Tyo

Hilman mulai membuka mata dan menoleh kesekililing, sama terkejutnya dengan Tyo ia pun sedikit panik dan langsung membangunkan Harsha.

Mereka turun dari mobil dan membilas wajah mereka dengan air mineral yang ada di dalam mobil , setelah merasa segar mereka berbincang sebentar kemudian, memutuskan untuk masuk ke mobil masing masing.

" Bisa nyetir kan loe?." Harsha memastikan sekali lagi keadaan  sahabatnya itu, yang di sambut  dengan acungan Jempol oleh Tyo.

Tyo berusaha  untuk fokus saat dalam perjalanan pulang berusaha sekuat tenaga menahan rasa mual yang mendesak meronta keluar  dari kerongkongannya ,keringat dingin membanjiri keningnya dan punggung bagian belakang meski  suhu Ac mobilnya bagai di kutub utara.

Ia menarik Nafas lega saat mobilnya memasuki gerbang kompleks perumahan tempat tinggalnya, dengan tergesa gesa ia memasukkan mobilnya kedalam garasi dan berlari secepat kilat karena sudah tidak dapat menahan rasa mual yang mendesak dari perutnya.

Hari berganti minggu  , minggu beranti bulan tidak terasa perpisahannya dengan Litha sudah menginjak tahun kedua, sedikit banyaknya  ia sudah bisa mulai move on dan menghapus semua kenangan tentang Litha.

Tok tok tok !

" Masuk .."

" Siang pak ini data  data karyawan, yang  di rumahkan  akibat imbas  pandemi."

" Baik,  nanti saya periksa, terimaksih."

" Jika tidak ada hal lain, saya permisi." Pamit Marsha.

Tyo hanya  mengiyakan  dengan mengangguk,  ia segera memeriksa data beberapa karyawan yang menurutnya sangat berkompeten namun bernasib apes  saat  pandemi covid 19, kini setelah keuangan perusahaan membaik dan revenew perusahan  stabil ia ingin mengajukan agar  beberapa nama yang dirumah di panggil kembali untuk menempati  posisi yang kosong.

Tok tok tok!

" Masuk." Sahut Tyo.

Kali ini Rhea staff hrd yang masuk keruangannya.

"  Siang Pak Tyo  Ini data kandidat yang masuk untuk menggantikan  posisi yang di tinggalkan Celine." Rhea menyodorkan  cv  seorang kandidat perempuan.

" Woow ini  intersting but  agak berumur ya?,memang berapa kandidat yang masuk untuk mengisi posisi ini Rhe?." Tanya Tyo.

" Total ada 20 tapi  sudah saya kerucutkan menjadi top 5,dan menurut saya yang sedang bapak review cv nya ini the best kandiddat loh pak." Jelas Rhea.

" Can you give explaination kenapa kamu mengatakan  kandidat ini  the best?,bukan karena sentimen karena berasal satu daerah kan?."  Selidik  Tyo.

"  Tentu saja tidak Pak, saya profesional dan memilih beliau pure karena kecakapan beliau."

 Dengan seksama Tyo mendengarkan penjelasan  Rhea  secara rinci ,mengapa ia merekomendasikan untuk menghire kandidat tersebut. Tyo  manggut manggut karena penjelasan Rhea  sangat masuk akal.

" Tidak salah perusahaan menempatkan kamu sebagai hrd, saya  setuju dengan kamu ya sudah buatkan jadwal untuk interview  kandidat  ini dan hire  beliau."

" Oh ya pak wajah kandidat ini , tidak sesuai umur loh?."Canda Rhea sambil mesem mesem penuh arti.

" Maksudmu Rhe?." timpal Tyo sambil pura pura menggaruk kepalanya, yang sebenarnya tidak gatal.

"Wajahnya lebih muda dari usianya dan mungil."

Tyo  ikut tersenyum mendengar ucapan Rhea.

"Kamu mau jadi ,mak comblang yaa?."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!