NovelToon NovelToon

AGEN PENANGKAP ROH

Bab 1

[ KELUARGA ANI ]

Berbaring diatas kasur dengan malas-malasnya sambil memainkan ponsel.

"Hei bisakah rambutmu tidak mengganggu wajahku sebentar saja! Huhhff!" bentak Ani kepada seorang arwah gadis yang suka bergelantungan di atas dinding langit kamar dengan rambutnya terurai panjang sampai menyentuh wajah Ani.

"Hihihi kau terlihat murung dari tadi, aku ingin menghiburmu dan bermain dengan mu hihihi." jawab gadis arwah itu kepada Ani.

Beberapa tahun lalu penglihatan Ani mengalami minus dan sekarang minusnya semakin berkurang hingga ia bisa melihat jelas akan sosok makhluk tak kasap mata di sekitar dirinya. Awalnya Ani takut sampai demam seminggu. Tetapi seiringnya waktu terus berjalan, Ani mulai terbiasa dengan hal itu. Sampai teman-teman Ani menganggapnya seperti orang yang suka berhalusinasi dengan berbicara sendiri. Padahal Ani berbicara dengan arwah-arwah orang mati yang tidak jelas berkata kepadanya seolah-olah mereka mengeluh atas kematian mereka. Tetapi Ani tidak bisa berbuat apapun dan hanya mendengarkan cerita kematian mereka. Sudah menjadi nasip dan takdir untuk mati dengan kondisi seperti apa dan dimana.

"Kau tidak paham sama sekali." Ani pun bangun dan duduk dengan memeluk bantal.

"Aku sudah melamar pekerjaan di perusahaan manapun tetapi tidak ada panggilan. Bahkan melamar di mall toserba pun tidak ada lowongan urggggghh." Ani memeluk erat bantal dan menggigitnya.

"Ya ampun... kau sangat lemah seperti orang berputus asa. Aku merasa kasihan kepadamu. Aku bisa membantumu mencari pekerjaan tapi kau tidak mau." arwah gadis itu meledek Ani sambil melayang terbang di udara.

"Shut uppppp!! " Ani melempar bantal ke hantu gadis itu.

"Membantu katamu?? Yang ada kau menakuti semua orang! Dan menganggap aku seperti orang idiot yang sedang bercosplay hantu!" sangat menjengkelkan ketika Ani mengingat tempo minggu lalu melamar kerja ke sebuah perusahaan ponsel. Hantu itu menyamar menjadi pelamar kerja bersama Ani tetapi dandanan di wajah hantu itu masih saja terlihat pucat menyeramkan bagaikan hantu. Dan itu mempengaruhi Ani sampai gagal interview.

"Hahhaha maaf maaf namanya juga hantu, sudah pasti berwajah seperti itu." tertawa juga si hantu ini pada Ani.

"kau! Kau yaaa...! Aku tidak akan membiarkan mu tinggal di kamar kuu!" Ani berdiri diatas kasur lalu melompat untuk menangkapnya.

"Brukkk! Debuk!"

"Aaa.. sakitt...." Ani terkapar jatuh ke bawah lantai. Hantu itu tidak bisa di tangkap bagaimanapun juga oleh Ani. Mereka makhluk bebas dan suka berbuat sesuka hatinya.

"Ani! Ani....!" terdengar suara Mamah memanggil Ani.

"Tuh Mamah panggil kamu." ucap hantu gadis ini kepada Ani. Ani pun langsung bangun dan keluar dari kamar.

"Iya Mamah aku dengar kok, ada apa Mah?" Ani menggaruk-garuk kepala berjalan mencari suara Mamah. Melihat Mamahnya di dapur yang sedang memotong sayur.

"Nanti jangan lupa sore jam 4 jemput adek kau di sekolah." Mamah menyuruh Ani untuk menjemput adek laki-lakinya di sekolahnya.

"Iya iya deh, aku takkan lupa kok." jawab Ani.

Sebenarnya dirumah ini hanya ada tiga anggota keluarga. Ani, Hendri si adek laki-lakinya dan Mamahnya. Papah Ani sudah lama tiada sejak 8 tahun yang lalu karena melaksanakan tugas pekerjaan. Papah Ani bekerja sebagai polisi detektif. Namun terjadi suatu kejadian pada menimpa Papah Ani. Suatu hari pada malam hari Papah Ani mendapat panggilan mendadak dari kantornya. Papah Ani mendapatkan kabar untuk lembur kerja pada malam ini dan akan sedikit pulang telat. Mamah Ani pun memahami pekerjaan suaminya. Keesokan harinya, Papah Ani belum memberi kabar kepada keluarga. Ani berpikir mungkin Papah Ani sangat sibuk dan mendapat tugas banyak. Akhir-akhir ini sering terjadi penculikan gadis remaja dan berakhir di bunuh di daerah kota. Kondisi itu membuat semua orang menjadi resah. Ani pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan Papah bersama atasannya dalam telponnya. Terlihat Papah begitu emosi atas ucapan atasannya. Sebegitukah Papah mendapat pekerjaan yang berat sampai mengeluar emosi yang belum pernah Ani lihat seumur hidupnya. Tetapi Ani berpura-pura tidak mendengar apapun dan bersikap seperti biasanya ketika ia bersama Papahnya.

Sampai hal yang tidak pernah terduga oleh keluarga Ani. Datanglah musibah menimpa di dalam keluarga tersebut. Saat Papah Ani lembur kerja dan tidak ada kabar kapan dia akan pulang, terdengar telpon rumah berdering. Mamah Ani langsung menghampiri telpon itu dengan berharap telpon tersebut adalah kabar dari suaminya. Mamah Ani mengangkatnya dan mendengar suara berat seorang pria. Ternyata suara itu adalah rekan patner suaminya. Dia mengkabarkan bahwa beliau menghilang saat melakukan penyelidikan dalam tugasnya. Mamah Ani seketika langsung jatuh terduduk di lantai dengan menangis. Telponnya masih akhif dan terus terdengar suara pria itu dengan berbicara ia akan berjanji untuk mengungkapkan hilangnya Papah Ani kepada istrinya.

Tiba-tiba Ani menghampiri Mamahnya karena mendengar tangisan Mamahnya. Ani merasa ketakutan dan ikut menangis di pangkuan Mamahnya.

Mamah memeluk erat tubuh Ani dengan keadaan ia tengah mengandung. Selang beberapa hari, Papah Ani akhirnya ditemukan dalam suatu gedung kosong. Tetapi anehnya pada penemuan tersebut hanya ditemukan pakaian Papah Ani yang dikenakan saat dia bekerja karena panggilan dari kantor. Pakaian, senjata pistol, topi serta sepatunya saja yang tertinggal di TKP. Ani dan Mamahnya percaya pasti Papah masih hidup. Mungkin Papah di culik atau di bawa oleh penjahat. Mamah berusaha keras menyuruh seluruh orang di tempat kerja kantor Papah untuk menyelidiki dan mencarinya. Hingga sampai sekarang sudah terlewat 8 tahun dari kejadian tersebut, masih belum ditemukan dimana keberadaan Papah Ani saat ini. Hendri yang sudah makin tumbuh besar dan Ani yang sudah lulus dari perkuliahannya. Mamahlah yang menjadi tulang punggung di dalam keluarga tersebut. Mamah bekerja menjual kue dan cake di toko kecil milik mereka tepat di samping rumahnya. Ani berpikir bahwa dirinya harus mendapat pekerjaan agar Mamah tidak lelah mencari uang.

"Mah, aku pergi dulu ya. Udah mau jam 4 nih." sembari Ani kenakan sepatu snikersnya dan memegang kunci motor.

"Iya, hati-hati loh, jangan ngebut ya. Awas kalo ngebut. Nanti Pak Joko marah lagi. Kasihan dia sudah tua." ucap Mamah.

"Hehhe iya mah okeee boss!" Ani membuka pintu rumah dan keluar untuk menjemput adeknya di sekolah.

Ani mengenakan helm dan kacamata helmnya. Ani mengendarai motornya dengan kecepatan stabil. Dari pertigaan depan rumah Ani, itu sudah terlihat jalan raya besar dan banyak orang menyebrang di jalan itu. Maka dari itu ada pos polisi lalu lintas. Pak Joko adalah Polisi Satlantas yang sudah bekerja lama sejak Ani kecil. Pak Joko membantu orang tua menyebrang jalan dan memandu arah kendaraan jika ada kemacetan. Dengan keadaan Ani yang suka ngebut di jalan raya membuat Pak Joko jengkel melihat Ani mengebut karena akan membahayakan bagi pengguna jalan raya. Apalagi Ani seorang wanita, sangat bahaya jika suka naik motor ugal-ugalan. Ani pun sampai di depan sekolah adeknya. Duduk di atas motor menunggu hendri keluar dari gerbang sekolah. Hendri sekarang sekolah dasar kelas dua. Dia anak nakal yang suka mempersulitkan Ani saat menjemput nya disekolah.

"Hendri! sudah ku bilang jangan kotori seragam!" teriak Ani pada Hendri yang sudah keluar dari gerbang.

"Apaan sih kak, namanya aja cowok sukanya main bola." Hendri menghampiri kakaknya dengan pede nya.

"Bahahahahwaha dia di marahi lagi." suara para temannya meledek Hendri.

"Kalian ya, besok aku tidak akan bergabung bersama kalian jika ada lomba sepak bola." kesal Hendri pada teman-temannya.

"Ettss sorry bro kita hanya canda haha, jaa... sampai ketemu besok teman." sapa teman Hendri. Hendri emanglah hobi bermain bola entah itu di sekolah atau di lapangan dekat rumah.

"Duhhh nanti Mamah marah gimana nih." sambil Ani rapihkan seragam identitas yang dikenakan Hendri dan Ani menghilangkan debu di celananya. Hendri hanya bisa tertawa pada kakanya dan Ani pun tidak bisa marah sepenuhnya kepada hendri karena dia satu-satunya laki di keluarga. Ani gegas menaiki motornya.

"Ayo naik, udah makin sore nih." ajak Ani kepada Hendri. Hendri pun naik ke motor dan mereka pulang ke rumah.

Bab 2

[ BERDIRINYA HARVES ]

Sebuah kota kecil yang masih ditumbuhi berbagai pohon di setiap pinggir jalan raya, serasa udara masih segar dengan polusi udaranya yang masih belum tercemari oleh asap-asap kendaraan. Sebuah gang dekat restoran seafood yang berdiri di depan jalan raya, gang yang tidak terlalu kecil dan masih dimasuki oleh mobil pribadi. Lurus terus dari gang itu dan akan menemui pertigaan sampai pada akhirnya belok kiri dan terlihat gedung sederhana tepat di pojok jalan itu. Tertulis di depan gedung itu HARVES Pengiriman Paket Kilat. Sebuah kantor jasa untuk pengiriman barang. Didalam kantor tersebut tampak seseorang pria berambut hitam dengan kacamata yang dikenakannya sedang menulis di meja dengan tumpukan kertas diatas mejanya.

"Data barang yang harus diantar besok, tidak terlalu banyak juga." ucapnya dengan bibir tipisnya.

"Hahh... membosankan hari ini. Hmmm.. sepi sekali di luar. Apakah kita tidak keluar untuk bersenang-senang di hari weekend ini??" ucap seorang pria berambut coklat pekat dengan mata berwarna merah gelap yang sedang duduk di sofa sembari kedua kakinya dibaringkan ke atas meja.

"Huuu..... aku akan taklukan dunia ini! Heahh!! Ayo baby menarilah bersamaku syalalalala......" terdengar suara orang sedang menyanyi di lantai atas. Tampak seorang pria yang terlihat masih bocah remaja. Penampilan menggunakan sweeter hoodie dan celana panjang. Rambutnya berwarna kuning dengan mata birunya yang sangat bening.

"Haissss si Gio itu berisik sekali. Aaaaaa...! Membuat telingaku sakittt. Anak itu tidak adakah pekerjaan yang harus dilakukannya ya?? Bahkan dia sangat buruk dalam bernyanyi." kata pria berambut coklat sambil mengorek-ngorek kuping kirinya.

"Sekarang kita harus menyiapkan barang para pengirim untuk di kirimkan besok pagi. Kalian ini terlalu manja."

ucap pria berkacamata itu dengan bijaksana.

Ketiga pemuda ini adalah pemilik kantor Jasa Pengiriman Paket Kilat di gedung ini. Pria yang menggunakan kacamata bernama Panji. Dia adalah bos sekaligus Direktur. Kedua bernama Saputra atau nama panggilannya adalah Putra si rambut coklat. Putra bertugas mengurus para pelanggan. Dan yang terakhir adalah Gio si bocah remaja berambut kuning. Penampilannya masih remaja tetapi sifatnya tidak seperti bocah remaja.

"Oia kita harus menerima para pelamar pekerja hari ini." Putra menyingkirkan kakinya di meja lalu membuka laptop ke meja.

"Apa kita harus terima semua pelamar ini?" tanya Putra kepada Panji yang tampak masih sibuk menulis.

"Terimalah satu orang saja, kita tidak butuh banyak pekerja baru." jawab Panji dengan singkat kepada Putra.

"Baik-baiklah. Jaaah.... kita lihat orang yang seperti apa yang pantas untuk kita pekerjakan." Putra sambil mendata file-file data pelamar kerja di layar laptopnya. Melihat foto seorang wanita muda di daftar riwayat diri. Membuat Putra makin terheran dengan wanita ini.

"Sepertinya wanita ini terlihat berbeda. Ok, aku pilih dia!" seru Putra sambil mengetik email untuk mengirim pemberitahuan kepada email wanita yang baru saja di pilihnya.

"Hei-heii.. wanita ini sangat imut sekali. Aku menyukainya." ucap Gio yang muncul tiba-tiba dari belakang Putra.

"Jika membahas wanita, kau langsung tertarik, seakan kau ingin memakan semua kecantikan para wanita. Dasar raja playboy." kesal Putra kepada Gio.

"Haha ayo lah, hidup ini kita harus bersenang-senang dengan wanita cantik. Lalu menikah dan mempunyai anak." dengan santainya Gio berbicara.

Panji pun terlihat sudah menyelesaikan pekerjaannya. Merapihkan dokumen di meja.

"Kita tidak berhak untuk melakukan hal seperti manusia. Ingat kita hanyalah kaki tangan dewa. Kita harus melaksanakan tugas dewa." ucap Panji dengan tenang.

"Baiklah kau benar. Huffff... aku kan hanya bercanda." cemberut si Gio. Sore ini tampak cerah. Hendri dan Ani membantu mamah di toko. Hendri merapihkan tatanan bungkusan kue kering di meja begitupun dengan Ani yang sedang menyapu halaman depan toko.

"Bbbrrrr brrrrr bbrrrrr" getaran ponsel Ani di dalam saku bajunya. Ani pun berhenti menyapu sejenak dan mengambil ponselnya. Ani mengecek ke layar ponselnya. Sebuah pesan email masuk ke akun Gmail Ani. Ia pun klik emailnya. Tertulis pesan dari sebuah kantor jasa yang pernah Ani lamar sebulan yang lalu.

"Selamat anda di terima di kantor kami, datang besok untuk interview lebih lanjut lagi." Ani membacanya, sontak kaget di wajahnya.

"Mamahhh! Kyaaaaa yesss!" Ani berlari masuk ke dalam toko dengan sapu yang ia tinggalkan begitu saja di lantai teras toko.

"Mamah! Mamah! Aku akhirnya mendapat pekerjaan baru kyaaaa!" seru Ani langsung memeluk Mamahnya.

"Wah..! Kakak selamatt! Horeee!" Hendri tampak senang mendengarnya.

"Syukurlah nak..., doa Mamah terkabulkan oleh Tuhan. Terima kasih Tuhan..." Mamah memeluk Ani dengan lembut.

"Ani, kau harus semangat terus dan jangan menyerah. Karena di luar sana kau kan menghadapi banyak rintangan. Kau sekarang sudah menjadi orang dewasa." Mamah mengelus rambut Ani.

"Iya Mamah, pasti! aku tidak akan menyerah apapun yang akan terjadi ke depannya. Demi menuju sukses!" ucap Ani dengan semangat.

"Malam ini Mamah masakin telor gulung enak dan soto babat kesukaan mu. Kita masak enak-enak untuk rayain kamu karena berhasil mendapatkan pekerjaan baru." Mamah sangat baik pada Ani dan Hendri walau papah sudah tiada. Mereka pun menutup toko lebih awal untuk makan malam yang enak.

Bab 3

[ AWAL ANI MULAI BEKERJA DI HARVES ]

"Pip pip pip pip pip" jam waker Ani berbunyi pukul lima pagi. Ani yang masih tertidur lelap karena semalam keasikan main PlayStation bersama Hendri.

"Hei bocah tukanga tidur! Bangunlah. Pagi ini katanya hari pertama kau kerja." hantu gadis ini mengganggu tidur Ani dengan menarik-narik selimut tebal yang menutupi tubuh Ani.

"Emmm... iya iya aku tau! Emmm... aku bangun.... "

jawab Ani masih memejamkan matanya dan masih belum bangun dari kasur.

"Terpaksa aku bangunkan kau sekarang!"

hantu gadis ini mengambil segelas air di meja dekat kasur Ani lalu menciptakan airnya ke wajah Ani agar ia bangun.

Ani merasakan sentuhan dingin air di wajahnya.

"Emm! Apa ini! Basah." Ani mengusap wajahnya yang basah karena terkena air.

"Sialan kau ya, ugghhh.... kau mengacaukan mimpiku bertemu pangeran!" kesal Ani kepada hantu gadis.

"Pfffff... pangeran? Ahahhaa.... kau membuatku sakit perut mendengarnya. Kau bahkan belum pernah pacaran. Walaupun kau ada pacar, kau bahkan akan selalu diputuskan. Hahaha naif sekali kau."

tertawa lah si hantu gadis pada Ani sambil mengelap air matanya karena kebanyakan tertawa.

"Jam berapa ini?." tanya Ani dengan menggaruk kepala. Ani menatap ke jam wakernya dan melihat pukul 05.10 pagi. Membuat kedua mata Ani langsung terbuka lebar.

"Whattt! hari ini kerja pertama ku!."

Ani langsung bangun dari atas kasurnya lalu lari ke pintu kamar. Ia keluar dari kamar dan menuju ke kamar mandi yang dekat dari kamar Ani.

"Eh lupa, aku tidak membawa handuk!" Ani lupa membawa handuknya.

"Nih handuk mu." hantu gadis ini tiba-tiba muncul di atas Ani dan menjatuhkan handuknya ke atas kepala Ani.

"Wah terima kasih, kau hantu tapi berguna juga ya." jawab Ani.

"Aku mau mandi, cepatlah keluar." Ani menyuruh hantu gadis tersebut untuk keluar dari kamar mandi.

"Hei kita kan sama-sama wanita, apakah itu masalah?" hantu gadis ini duduk di atas washtafel.

"Ya.. ya.. terserah kau lah." kata Ani sembari menutup tirai mandi dan menyalakan sower.

Mamah menyiapkan sarapan pagi di dapur. Mamah memasak nasi goreng dengan telor mata sapi dan dilengkapi susu hangat. Tak lama kemudian Ani sudah selesai mandi dan siap-siap untuk bekerja.

"Ayo kerja ayo kerja hem hem." senandung Ani sambil memilih tas selempang untuk dibawa kerja. Ani pun sudah rapih dengan pakaian kemeja dan jas blazer formal. Lalu menuju ke dapur untuk makan.

"Mamah masak nasi gorenganya harum banget sampai aromanya masuk ke kamar ku." Ani duduk di kursi dan makan nasi gorengnya yang sudah di siapkan dimeja oleh Mamah.

"Makan yang banyak, biar kau kerja tidak lemas di kantor mu." ucap Mamah sambil mengaduk susu coklat Hendri.

"Emm... kak tempat kerja kakak itu mewah ya??" tanya Hendri dengan mulutnya penuh nasi.

"Eh... makan dulu dan habiskan. Nanti kau telat sekolah." suruh Ani pada Hendri.

Ani dan Hendri pun siap-siap untuk berangkat. Ani mengantar Hendri ke sekolah setelah itu berangkat menuju tempat kerjanya dengan motornya.

Ani mengendarai motor dengan kecepatan normal. Melewati jalan raya yang begitu ramai akan banyak orang-orang beraktivitas untuk bekerja dan sekolah. Tempat kerjanya tidak terlalu jauh dari rumah Ani. Hanya berjarak 5 km. Melewati gedung-gedung tinggi serta pasar. Ani pun sampai di jalan gang menuju kantor.

Sampailah di depan kantor dengan bertuliskan HARVES. Lalu memarkirkan motor nya di depan kantor.

"Selamat pagi." suara pelan Ani memasuki kantor. Tampak sepi dan tidak ada orang di depan. Tak lama berdiri, datang seorang pria dan dia adalah Panji, bos pemimpin HARVES.

"Ha.. halo, saya Ani Putri Lestari akan mengikuti interview pagi ini." ucap Ani dengan nada sedikit tegas bercampur gugup.

"Ow... rupanya kau yang terpilih menjadi pekerja baru disini oleh Putra." kata Panji menatap Ani.

Putra lah yang memilihnya untuk menjadi anggota baru di kantor.

"Ikutlah bersama ku." ajak Panji pada Ani dan berjalan menuju ruang kerja pribadinya.

"Baik Pak!" jawab Ani dengan semangat. Ani pun mengikuti langkah kaki Panji.

"Hmm Putra? Siapa dia?" gumam Ani di dalam hatinya.

Masuk ke sebuah ruangan yang sangat luas dan banyak barang mewah di dalamnya. Lengkap dengan fasilitas dimana-mana. Tampak rak buku besar dengan buku berjejer banyak, sebuah patung wanita cantik yang terletak di sudut ruang dekat jendela kaca yang besar tertutup korden putih yang transparan, ada meja kerja pribadi milik Panji serta ruang duduk untuk tamu dengan aquarium berukuran panjang yang terletak di belakang kursi tamu. Ikan-ikan berwarna-warni yang indah berenang di dalamnya.

"Duduklah di sofa, aku kan menyiapkan minum." kata Panji padanya.

"Baik Pak." Ani pun duduk sofa. Panji membawa kopi di tangannya lalu meletakan di atas meja depan Ani.

"Minumlah. Jangan malu-malu." kata Panji dengan lembut.

"Terima kasih Pak. Permisi." Ani terasa gugup dan mengambil kopinya. Ani meminum sedikit. Lalu meletakan kembali ke meja.

"Sebelumnya, perkenalan nama saya adalah Panji. Saya bos di kantor ini." dengan formal Panji memperkenal dirinya kepada Ani.

"Salam kenal Pak Panji, saya Ani Putri Lestari. Panggilan saya Ani." ucap Ani memberi rasa hormat kepada Panji.

"Hehe setua itu kah saya di panggil begitu?Saya sebenarnya masih muda. Jangan terlalu formal kepadaku." respon Panji untuk membuat Ani tidak canggung.

"Kalau begitu bolehkah aku panggil Tuan Panji? " ucap Ani.

"Boleh saja, jika itu yang nyaman untuk mu." senyum Panji kepada Ani.

Panji menatap ke dalam diri Ani dan mengamatinya. Panji merasakan hal lain di dalam diri Ani.

"Kau datang sendiri kesini?." tanya Panji kepada Ani. Panji melihat ada hantu gadis disamping Ani.

"Ya benar, saya datang sendiri kesini." menyakinkan Tuan Panji. Ani merasakan ada seseorang di samping kirinya. Lalu Ani menoleh sekilas ke kiri dan kaget karena ada hantu gadis si penghuni kamar Ani yang mengikuti diri Ani.

"Hm! Hehe..." Ani langsung menghadap depan dan seolah-olah tidak melihat apa-apa.

"Ani... dia seperti bukan orang biasa." bisik hantu gadis ini pada telinga Ani. Panji menggerutkan kedua alisnya dan menggerakkan jari telunjuknya. Menunjuk ke hantu gadis tersebut dan menghilangkannya untuk pergi. Hantu gadis itu langsung menghilang. Membuat Ani sedikit kaget dan lega karena hantu gadis tersebut sudah pergi menghilang. Ani takut si hantu gadis ini merusak hari pertamanya kerja.

"Boleh ceritakan dirimu lebih jelas agar saya bisa tau posisi apa yang cocok untuk mu di kantor ini." kata Panji dengan nada lembut kembali. Ani pun menceritakan riwayat dirinya dan anggota keluarganya.

"Begitulah, jadi saya tidak ingin menyerah untuk mencari pekerjaan." ucap Ani mengakhiri perkenalan dirinya.

"Kau anak yang berbakti ya, saya suka. Hm.. tapi sepertinya kau memiliki kelebihan lain. Kau bisa melihat hal lain yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, betul tidak?" kata Panji untuk memancing Ani.

Ani terkejut karena bagaimana bisa Tuan Panji mengetahuinya, padahal Ani merahasiakan semuanya. Ani jadi teringat oleh kata hantu gadis jika Tuan Panji bukan orang biasa. Ani bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Ah i itu... mmm bisa dikatakan begitu. Tapi kenapa Tuan bisa tau???" dengan spontan Ani langsung bertanya.

"Itu karena kami sangat spesial."

bisik Gio yang muncul tiba-tiba di belakang Ani. Tampak juga Putra sudah duduk di samping Panji.

"Heee!!" kaget Ani ada suara di belakang telinganya dan menoleh ke belakang. Melihat ada cowok sangat tampan dengan rambut kuningnya.

"Si.. siapa kau? bu.. bule?" respon Ani dengan asal jeplak ngomong.

"He??? ke.. kenapa ada orang lain disini. Pa.. padahal hanya kita berdua??" Ani sangat kebingungan melihat bertambah dua orang pria di ruangan ini.

"Ada apa dengan tempat ini?" Ani memasang wajah kaget.

 

>> Sketsa Para 3 Pria Pemburu Roh <<

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!