"Mas, aku mau keluar." ucap Hana dengan nafas tersengal dibawah kungkungan Indra suaminya.
"Bersama, sayang. " kata Indra mempercepat gerakannya.
Akhirnya lenguhan panjang itu, menandai berakhirnya percintaan panas mereka malam ini. Mereka berdua masih mengatur nafasnya yang tersengal karena olahraga malam mereka yang menguras tenaga.
"Terima kasih, Sayang. " Ucap Indra setelah berhasil mengatur nafasnya.
"Sama-sama mas, sudah tugasku." Jawab Hana dengan memberikan senyuman hangat kepada suaminya.
Mereka akhirnya tidur dengan saling berpelukan. Hana sudah akan menutup matanya, hingga suara Indra yang bicara membuat Hana membuka matanya lagi.
"Hana apa kau sudah tidur? " tanya Indra setelah tidak melihat pergerakan dari istrinya itu.
"Hmmm.... " jawab Hana dengan gumaman.
"Aku ingin bicara sesuatu padamu. "
"Apakah begitu penting, sampai kau tidak bisa menunggu untuk berbicara esok hari saja. Aku sudah sangat lelah. "
"Aku hanya butuh waktu sebentar untuk membicarakan ini denganmu Hana. " kata Indra memaksa Hana untuk mendengarkannya.
"Katakan, apa yang ingin kau katakan. " ucap Hana pada akhirnya, karena dia sudah sangat lelah dan mengantuk setelah seharian bekerja di rumah ini.
Indra menghembuskan nafasnya sebelum mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada istrinya itu. Seharian ini, dia sudah berlatih menyiapkan kata-kata yang tepat dan halus untuk disampaikan kepada Hana, agar tidak menyakiti hati istrinya itu.
"Hana kita sudah tiga tahun menikah. "
"Iya, terus. " ucap Hana sambil memejamkan matanya tanpa rasa curiga sedikitpun.
"Tapi kita masih belum diberi momongan. Aku ingin hadirnya seorang anak di tengah-tengah kita, Hana. " ucap Indra pada akhirnya.
Hana menarik nafas dalam-dalam. Dia merasa sesak setiap kali Indra mengatakan kalau dia menginginkan hadirnya seorang anak di tengah-tengah rumah tangga mereka.
Bagaimana dia bisa memiliki seorang anak dengan Indra. Jika quality time antara mereka berdua saja tidak pernah ada. Indra yang sering pergi ke luar kota karena pekerjaannya yang meninjau dua cabang restorannya di dua tempat berbeda. Sedangkan dia dirumah harus mengurus rumah sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga, membersihkan rumah besar ini sendiri dan merawat ibu mertua alias ibu Indra yang sedang sakit stroke.
Semua dia lakukan sendiri. Jika Hana mengeluh, dan memintanya untuk memperkerjakan asisten rumah tangga, Indra selalu beralasan hanya buang-buang uang saja. Dia berkata lebih baik Rumah ini diurus Hana, agar bisa dia kendalikan dan dia tidak bermalas-malasan dirumah. Sekalian olah raga agar tubuhnya bergerak.
Oke, Hana menerima hal itu. Tapi Hana mulai berfikir, jika dia terus kelelahan seperti ini, bagaiman bisa benih Indra akan menempel di rahimnya, Jika Indra saja hanya bercocok tanam hanya seminggu sekali atau dua minggu sekali sejak pernikahan mereka berlangsung tiga tahun lalu. Bisa jadi benih itu akan luruh bersama darah menstruasi tiap bulannya, akibat rasa lelah yang juga menderanya setiap hari. Sekarang Indra menuntut hadirnya seorang anak diantara mereka. Apa dia waras???
"Katakan saja terus terang apa maumu, mas. " akhirnya pertanyaan itu melucur juga dari bibir Hana. Karena Hana sudah mencium gelagat tak beres dari ucapan suaminya malam ini.
"Aku.... aku... " Indra jadi tidak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan Hana dengan nada dinginnya.
"Jika kau tidak mau mengatakannya, lebih baik aku tidur. Aku lelah, dan pekerjaanku besok masih banyak. " Putus Hana, sambil membalikkan tubuhnya memunggungi suaminya.
"Hana, aku meminta ijin padamu untuk menikah lagi apa boleh? " tanya Indra cepat, sebelum Hana berbalik.
Sebuah pertanyaan yang membuat Hana Mematung dan seperti tersambar petir malam ini. Pertanyaan itu langsung menusuk tepat di ulu hatinya, dan menyebabkan luka yang begitu dalam.
"Hana, sayang... " panggil Indra sambil meraih bahu Hana agar menghadap kearahnya.
Namun Hana tak bergeming, dia tetap diam dalam posisinya. Kalimat terakhir Indra benar-benar membuatnya tak percaya.
"Hana ijinkan aku bicara dan mengemukakan alasanku. " kata Indra lagi.
Hana, masih diam tak bersuara. Tubuhnya pun diam mematung tak bergerak sedikitpun.
"Kita sudah tiga tahun menikah, Hana. Aku juga menginginkan seorang anak hadir di tengah-tengah keluarga kita, seperti para sahabatku yang sudah memiliki momongan walalu baru menikah. Jika kau mengijinkan aku menikah lagi, dan istri keduaku memiliki anak. Maka kita akan mengasuhnya bersama Hana." Indra menjeda kalimatnya dan ingin melihat reaksi Hana.
"Aku yakin, aku bisa adil kepada kalian berdua. Restoranku ada tiga cabang. Pendapatan restoran utama, aku yang pegang. Pendapatan restoran ke dua akan kau pegang dan pendapatan restoran ke tiga akan dipegang istri keduaku. Bagaimana aku adil bukan? " kata indra dengan entengnya.
Hana masih tidak bergeming dia masih terdiam. Indra jadi bingung melihat reaksi istrinya itu. Apakah dia setuju atau tidak, semuanya masih belum indra ketahui. Karena Hana masih belum berkata satu patah katapun sejak dia meminta ijin ingin menikah lagi.
"Hana."
Indra mencoba memanggil istrinya itu dan membalikkan tubuhnya agar menghadap ke arahnya dan Indra tau bagaimana reaksi Hana sebenarnya. Namun Indra gagal, kuatnya pertahanan Hana tidak bisa di runtuhkan Indra.
"Hanya itu yang ingin kau katakan? " Akhirnya Hana bersuara.
"Iya."
"Kalau begitu, kita bicarakan lagi besok. Aku sekarang sudah lelah dan mengantuk. Jangan menggangguku lagi. " ucap Hana dengan nada dingin.
Indra meneguk salivanya dengan susah payah, mendengar ucapan Hana yang sangat dingin.
"Baiklah, sekarang istirahatlah. Kita akan bicarakan lagi masalah ini besok. " Indra lalu menyelimuti Hana sampai menutupi bahunya.
Mereka tertidur dalam diam tanpa ada pembicaraan apapun lagi. Setelah mendengar dengkuran halus dari Indra, Hana lalu membuka matanya. Dan tanpa terasa air matanya jatuh menetes membasahi pipi.
Hana bangkit dari tidurnya, dan membawa pakaiannya yang teronggok dibawah lantai ke kamar mandi. Hana membasahi seluruh tubuhnya dengan kucuran air shower yang dingin.
"Tega kamu mas, Kau membuatku terbang beberapa saat lalu, lalu kau hempaskan aku ke dasar bumi begitu saja malam ini. Hanya karena kita belum memiliki seorang anak. Kamu sampai mau menikah lagi. Padahal aku seperti ini juga karena dirimu mas, Aku melakukan apa pun yang kau inginkan. Mengurus rumah ini, mengurus ibumu, sampai aku tidak bisa mengurus diriku sendiri. Tega kamu mas... tega... "
Hana terus melampiaskan kekecewaannya dibawah kucuran air shower.
Setelah dirasa sudah cukup, Hana segera keluar dari kamar mandi. Dengan mengenakan pakaian tidurnya. Dia tidak tidur di samping suaminya lagi. Tapi keluar dari kamar menuju kamar tamu.
"Baiklah, aku akan mengikuti rencanamu, mas. Kita lihat, apa maumu sebenarnya." gumam Hana.
"Aku rasa masalahnya tidak sesederhana itu, pasti ada sesuatu yang membuatmu ingin menikah lagi. Aku akan mencari tau kebenarannya mas. Aku tidak mau kau bodohi lagi, seperti selama ini kau membodohiku." Gumam Hana lagi.
"Aku memang hidup sebatang kara di dunia ini, tapi Aku bukan wanita lemah yang bisa kau tindas dan manfaatkan sesuka hatimu, mas." Hana tersenyum miring, sebelum dia memejamkan matanya.
Hai Reader, ketemu lagi dengan othor dan Selamat datang di karya baru othor. Semoga kalian suka ya. Terus dukung karya Othor dengan Like, subscribe dan votex. Bantu follow othor juga ya, Biar makin semangat berkarya di sini.
Indra bangun di pagi hari, dan sudah tidak melihat istrinya berada di sampingnya. Dia menghela nafasnya berat, mungkin saja Hana sudah berada di dapur seperti biasa, menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah. Memang itulah pekerjaan Hana setiap hari di rumah ini, setelah dia pergi bekerja, maka Hana akan mulai mengurus ibunya yang hanya bisa duduk di kursi roda.
Tidak ada waktu bersantai sedikitpun bagi Hana. Ibunya yang sudah tidak bisa apa-apa itu mengandalkan Hana untuk memandikan nya, menyuapinya bahkan membuang kotorannya. Indra, mana mau dia. Bahkan jarang sekali dia berkomunikasi dengan sang ibu.
Benar-benar seperti pengurus rumah tangga bukan?
Tapi bagi Indra memang seperti itulah tugas seorang istri dan menantu, bisa mengurus semua urusan rumah. Tanpa harus mengeluh lelah.
Dua hal yang masih membuat Hana bertahan di rumah ini, yaitu uang bulanan yang cukup lumayan dan cinta dari suaminya. Jika bukan karena itu, mungkin Hana tidak akan bertahan selama tiga tahun ini menjadi seorang pembantu berkedok istri dirumah suaminya sendiri.
Indra sudah bersiap dengan pakaian rapi, kali ini dia tidak memakai pakaian yang disiapkan Hana karena Hana memang sengaja tidak menyiapkan pakaian ganti untuknya. Dia lalu menemui Hana yang sedang menyiapkan sarapannya di meja makan.
"Pagi, sayang." Sapanya sambil mengecup kening Hana lalu duduk dikursi menghadap sarapan yang sudah disiapkan istrinya.
Hana hanya tersenyum menanggapi sapaan suaminya.
"Kenapa kau tidak menyiapkan pakaian untukku? ' tanya Indra sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Maaf, tadi aku kesiangan. Jadi aku langsung pergi ke dapur, dan lupa menyiapkan pakaian ganti untukmu. " kata Hana mencari alasan.
"Ohhh, ya sudah. Tidak apa-apa. "
Lihatlah jawabannya sangat santai, dia seolah tidak tau sama sekali kalau Hana tidak tidur bersamanya semalam. Sungguh luar biasa suaminya ini. Setelah menorehkan luka, begitu dalam semalam, dia bisa tidur dengan nyenyak.
Hana menggelengkan kepalanya tanpa sadar, sambil memandang ke arah pria yang sudah menikahinya selama tiga tahun ini.
"Oh, iya Sayang, apa kau sudah pikirkan matang-matang, bagaimana keputusanmu tentang permintaan ku semalam?" tanya indra tanpa dosa sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
Hana sudah menduga Indra pasti akan menanyakan hal ini kepadanya, cepat atau lambat. Tapi tak di sangka dia menanyakannya pagi ini juga. Secepat itu?? Tapi tenang, Hana sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaam Indra itu.
"Bisa aku meminta waktu, mas. Bagaimanapun aku butuh waktu untuk berfikir. Ini adalah keputusan besar dalam hidupku, berbagi cinta dengan wanita lain." Jawab Hana pada akhirnya.
"Baiklah, berapa lama kau membutuhkan waktu untuk berfikir? dua hari, tiga hari ?" tanya Indra dengan antusias seolah dia sudah tak sabaran.
"Paling lama satu minggu." putus Hana pada akhirnya.
Kening Indra berkerut, satu minggu? itu waktu yang lumayan lama menurutnya.
"Satu minggu ya? Apa tidak terlalu lama untuk mengambil keputusan itu, sayang. " kata Indra sambil menggaruk rambutnya.
"Memangnya kenapa? Kenapa sepertinya kau tidak sabaran untuk menikah lagi? Atau jangan-jangan kau sudah memiliki calon untuk menjadi istri keduamu." tanya Hana dengan tatapan tajam ke arah suaminya.
"Bukan begitu... tapi... "
"Sudahlah satu minggu atau tidak sama sekali kau kuberi ijin menikah lagi. "
"Baiklah... baiklah... satu minggu. Okey. Aku tunggu satu minggu. " Indra terpaksa menerima keputusan Hana dari pada tidak sama sekali.
"Nanti jika kau sudah mengijinkan aku menikah lagi, kau boleh tinggal di sini bersama ibu. Nanti aku akan membelikan apartemen untuk istri keduaku, sebagai tempat tinggal kami. " ucap Indra lagi tanpa memikirkan perasaan Hana.
Hana tersenyum sinis. Namun, Indra menganggapnya senyuman bahagia. Terserahlah.
Ternyata suaminya itu sudah memikirkan sampai sejauh ini.
"Kalau begitu aku pergi dulu. " pamitnya.
"Mas... " panggil Hana
"Iya, ada apa? "
"Jangan membeli apartemen dulu sebelum aku memutuskan. "
Kening Indra berkerut mendengarkan ucapan Hana kali ini.
"Maksudmu? "
"Pokoknya jangan beli apartemen dulu sebelum aku memberimu, ijin. "
"Baiklah sayang. Seperti keinginanmu. "
Indra lalu mencium kening istrinya, lalu beranjak dari sana. Hana langsung mengusap bekas ciuman Indra. Dia sudah kehilangan rasa kepada suaminya itu, sejak dia mengatakan ingin menikah lagi karena alasan seorang anak.
Hana lalu mengikuti suaminya keluar dari rumah, lalu masuk lagi ke dalam rumah setelah mobilnya tak terlihat.
Dia lalu masuk ke dalam kamar mertuanya yang sedang berbaring. Lalu membersihkan tubuh tua itu, yang sudah tak bisa berbuat apa-apa. Sambil menceritakan apa yang terjadi kepadanya dan suaminya.
"Bu, Apa salahku sebenarnya kalau aku tidak bisa memiliki anak. Usia pernikahan kami masih berjalan tiga tahun. Mas Indra sudah menuntukku untuk memiliki anak. Dan lihatlah, bahkan semalam dia meminta ijin kepadaku untuk menikah lagi. Apakah dia tidak memikirkan perasaan ku? " Hana terus berbicara sambil membersihkan tubuh tua itu, walau tidak direspon oleh ibu mertuanya. Tapi Hana melihat mata ibu mertuanya itu berkaca-kaca.
"Memangnya aku seperti ini karena siapa? Aku tidak bisa punya anak karena siapa. Kalau bukan karena dia sendiri, anak ibu itu. Selama ini aku selalu kelelahan mengurus rumah ini dan ibu. Maaf bu, bukannya aku tidak ikhlas merawat ibu. Tapi setidaknya jika mas Indra punya perasaan sedikit saja, dia akan memperkerjakan seorang pembantu rumah tangga untuk membantu ku mengurus rumah ini dan aku hanya fokus kepada ibu, agar aku tidak terlalu lelah. " Hana mencurahkan isi hatinya yang terpendam selama tiga tahun ini kepada ibu mertuanya itu, agar dia tau bagaimana perasaan Hana selama ini.
"Dia juga jarang pulang, dan kami jarang berhubungan. Lalu dari mana benih itu akan tumbuh, jika seperti itu. Aku tidak habis pikir dengan mas Indra, bu. Dia memang tidak pelit, tapi dia tidak memiliki perasaan sama sekali. Menyakitiku dengan perkataan ingin menikah lagi setelah apa yang aku lakukan untuknya dan ibu selama tiga tahun ini."
Mata Ibu mertuanya akhirnya mengeluarkan air matanya. Mendengarkan semua curahan hati dari sang menantu yang sangat baik dan tulus ini. Kini ketulusan menantunya ini di uji dengan kabar suaminya yang ingin menikah lagi. Sebaik-baik wanita, sesabar-sabarnya wanita dia tidak akan rela jika dimadu.
"Maaf bu, mungkin beberapa hari ini aku akan meminta seseorang untuk menjaga ibu di rumah. Aku harus berbuat sesuatu dan mencari tahu sesuatu, apa yang dilakukan mas Indra di luar sana. Sehingga membuatnya ingin menikah lagi. Sekali lagi maafkan aku bu, bukannya aku tidak percaya kepada mas Indra, tapi saat dia meminta ijin menikah lagi, disitu aku mulai curiga. " ungkap Hana pada akhirnya, tepat setelah dia menyelesaikan tugasnya membersihkan tubuh ibu mertuanya.
Dia lalu mendudukkan ibu mertuanya di atas kursi roda. Dan mendorongnya ke ruang keluarga. Hana lalu memutar televisi. Agar ibunya itu bisa melihat hiburan. Dia lalu meninggalkannya sendiri didepan televisi.
"Maaf bu, aku harus mandi dulu. "
Hana kemudian masuk ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah bau campur aduk. Setelah beberapa menit Hana keluar kamar dengan keadaan yang sudah segar. Dia memakai kaos oblong dan celana jeans dengan rambut yang di kuncir kuda. Terlihat benar-benar, fresh.
Ibu mertua yang melihatnya pun tercengang melihat menantunya yang biasa hanya memakai daster kini memakai pakaian casual seperti itu.
"Aauu... eemana? " tanya ibu mertua dengan bahasa nya yang terbata-bata.
"Aku sudah bilang sama ibu tadi, kalau aku akan mencari tau sesuatu kenapa mas Indra meminta ijin kepadaku menikah lagi.Jadi sekarang aku pergi dulu. Ibu akan di jaga Bu Minah tetangga kita. Aku sudah meminta tolong kepadanya. Sebentar lagi dia datang. "
Benar saja setelah mengatakan itu, bel pintu berbunyi. Hana langsung membuka pintu, dan menyuruh bu Minah tetangga sebelah yang juga tetangga baik ibu datang. Dia bersedia menemani ibu mertua Hana itu hari ini, tentunya tidak gratis.
"Aku titip ibu mertuaku dulu ya Bu, aku akan cepat kembali setelah urusanku selesai. "
"Iya tenang saja, serahkan sama ibu. Ibumu aman sama ibu. Kita akan mengenang masa lalu iya, kan Tri? " ujar Bu Minah kepada ibu mertua yang bernama Gayatri.
"Baiklah kalau begitu, saya pergi dulu, bu. Assalamu'alaikum. "
Dengan langkah pasti, Hana keluar dari rumah itu, untuk mencari tahu apa yang suaminya lakukan diluar sana selama ini.
"Bismillah, Semoga Allah memudahkan jalanku mencari sebuah kebenaran tentang suamiku."
Dengan menaiki ojek On-line, Hana pergi ke tempat kerja suaminya. Dia bahkan membayar ojek online itu untuk mengikuti suaminya selama satu hari ini, tentunya Hana akan membayar mahal ini semua.
Hana sudah sampai di restoran milik suaminya itu, Dengan bekal masker dan jilbab pasmina yang dia bawa, Hana masuk ke dalam restoran itu. Dan melihat-lihat keadaan di dalam sana.
Matanya terbelalak tak percaya saat melihat suaminya itu menggoda pegawainya, tanpa risih sedikitpun. Bahkan pegawainya sepertinya juga senang digoda oleh pemilik resto yang tak lain adalah suaminya. Hana langsung mengambil ponselnya dan merekam apa yang dia lihat.
Sudah Hana katakan kalau dia tidak mau dibodohi lagi oleh suaminya itu, pasti ada sesuatu atau alasan, suaminya itu meminta ijin ingin menikah lagi.
Gerak-gerik Indra dan para pegawainya yang genit itu terhenti saat melihat sebuah mobil berhenti di depan restoran. Mereka langsung fokus lagi pada pekerjaan setelah seorang wanita cantik turun dari mobil, Dan berjalan memasuki restoran dengan anggun.
Hana sudah siap dengan kamera ponselnya, dan merekam apa yang akan terjadi selanjutnya.
Benar saja, wanita itu masuk dan disambut dengan senyuman lebar dari Indra. Mereka langsung berpelukan tanpa merasa malu sedikitpun pada para pengunjung yang datang. dan melihat keintiman mereka.
"jadi ini maksudmu ingin menikah lagi, mas. " Gumam Hana, masih dengan kamera yang masih menyorot kepada kedua manusia laknat itu.
Indra mengajak wanita itu duduk di sebuah kursi yang bertepatan berada di belakang Hana duduk. Jadi, Hana bisa menguping apa yang mereka perbincangkan.
"Bagaimana mas, apa istrimu memberi ijin kepadamu untuk menikah lagi? " tanya wanita itu langsung pada intinya.
"Sabar sayang, dia masih meminta waktu untuk berfikir. "
"Huft, berapa lama? Jangan sampai terlalu lama mas, nanti perutku ini makin membesar. Dan aku tidak mau, dibilang hamil tanpa suami."
Mendengar hal itu, Hana langsung membelalakkan matanya dengan tangan terkepal kuat. Jadi wanita itu sudah hamil? pantas saja suaminya meminta ijin menikah lagi. Ternyata selama ini suaminya sudah berselingkuh, sampai menghamili wanita lain. Hana menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya perlahan, untuk mengatur emosinya.
"Dia meminta waktu paling lama satu minggu, Dan dia juga memiliki syarat. " ucap Indra sambil menghembuskan nafasnya
"Syarat? syarat apa? " tanya wanita itu menggebu..
"Aku tidak boleh membeli apartemen dulu sebelum dia mengijinkanku menikah lagi. " ujar Indra kemudian.
"Ya nggak bisa gitu dong mas. Kamu sudah janji mau membelikan aku apartemen kalau aku sudah hamil anakmu. " kata wanita itu nyolot.
"Ema, sayang. Bisa bersabar sedikit lagi? Hanya satu minggu saja. Jika kita terburu-buru, dia akan curiga.Tadi saja dia hampir curiga padaku " bujuk Indra.
Ema mengerucutkan bibirnya sambil bersedekap dada, mendengar bujukan Indra.
"Baiklah, hanya satu minggu ya, setelah itu kau harus membelikanku apartemen. "
"Iya sayang. tenang saja. "
Mereka lalu saling bermanja tanpa memperhatikan sekelilingnya. Mereka pikir dunia ini milik mereka berdua dan yang lainnya hanya ngontrak.
"Mas, kenapa sih kamu nggak menceraikan istrimu itu. Dia kan nggak bisa ngasih kamu anak, mas. " tanya wanita itu tiba-tiba.
Hati Hana seperti tercubit mendengar ucapan wanita itu.
"Karena aku membutuhkan tenaganya, sayang. Kalau tidak ada dia, siapa yang merawat ibu. Ibu tidak mau disentuh siapapun kecuali Hana. "
Deg....
Lagi Indra sudah menusukkan belati itu tepat di jantung Hana. Ternyata selama ini indra hanya memanfaatkan tenaganya saja.
"Benar juga, kalau tidak ada dia siapa yang akan menjaga dan merawat ibumu yang sakit itu. Aku nggak mau lho mas. "
"Iya sayang, karena itu aku tidak menceraikan istri pertama ku. Biarlah dia tetap tinggal di rumah bersama ibu, dan kita akan bersenang-senang di apartemen bersama anak kita nanti. " kata Indra dengan tanpa perasaan.
"Dan ingat mas, kamu jangan berhubungan badan lagi dengan istrimu itu, setelah menikah denganku. Kau hanya milikku seorang setelah kita menikah. "
"Tentu saja, aku tidak akan berhubungan dengannya. Selama ini aku selalu menahan diri saat berhubungan dengannya. Karena tubuh nya bau tak sedap tidak sepeti tubuhmu yang selalu berbau wangi. " Kata Indra lagi sambil mengecup cuping Ema.
Cukup sudah, Hana sudah melihat apa yang ingin dia lihat dan mendengar apa yang ingin dia dengar. Tubuhnya bergetar menahan amarah, wajahnya pun sudah memerah. Untung saja masker yang dia pakai bisa menutupi amarah di wajahnya.
Apakah Hana akan melabrak mereka? Menampar, dan menjambak mereka berdua dihadapan para pegawai dan pelanggannya?
Tidak.
Hana beranjak dari duduk nya dan segera pergi dari restoran milik suami laknatnya itu. Dia langsung naik ojek yang menunggunya dengan setia sejak tadi. Hana yang berfikir akan mengikuti kemana suaminya akan pergi ternyata tidak jadi. Semua nya sudah dia lihat dan dia dengar tadi di restoran.
"Kita kemana lagi ini mbak. " tanya abang ojol.
"Kita pulang aja bang. Aku udah nggak selera ngikutin suami lagi. Tapi tenang aja, abang nanti aku kasih uang lebih. Nanti kalau ada ATM, tolong berhenti dulu ya bang, mau ambil uang buat bayar abang."
"Oke mbak. "
Hana akhirnya memutuskan untuk pulang, Tapi sebelum pulang dia akan mengambilnya sejumlah uang di ATM dulu untuk bersiap.
Sesampainya di rumah, Hana langsung memberikan satu lembar uang merah kepada bu Minah, yang sudah bersedia menjaga ibu mertuanya walau hanya beberapa jam saja.
"Makasih neng. Sering-sering aja nyuruh ibu jagain Gayatri. Kalau bayarannya segini. " ujar bu Minah sambil terkekeh.
Hana menanggapinya hanya dengan tersenyum.
"Sama-sama. Makasih banget ya, Bu. udah bantuin Hana hari ini. "
Setelah kepergian bu Minah, Hana mengajak ibu mertuanya masuk ke dalam kamar. Dan merebahkan nya diatas tempat tidur.
"Bu, Hana sudah tau semuanya. Maksud mas Indra menikahi Hana, Ingin menikah lagi, dan tidak menceraikan Hana setelah menikah. Ternyata masalah anak bukanlah satu-satunya alasan mas Indra meminta ijin menikah lagi. Hana tau semua rencana mas Indra. Jadi suatu hari nanti, Hana harap, ibu tidak akan memberatkan Hana dalam mengambil keputusan Hana. " ujar Hana, lalu meninggalkan ibu mertuanya sendirian.
Dia lalu masuk kedalam kamarnya dan menghubungi seorang temannya yang bekerja sebagai seorang pengacara.
"Hallo Dion. "
"Hallo Hana, apa kabar. Lama kita nggak bertukar kabar. " ujar Dion diseberang sana yang lagi bersantai.
"Kabarku buruk Dion. Aku ingin minta tolong padamu, apa boleh. "
"Minta tolong apa? "
"Aku ingin bercerai. "
Dion tertegun mendengarkan mendengarkan permintaan teman lamanya ini.
"Bisa kau ceritakan masalah rumah tanggamu? Sehingga kamu ingin bercerai. "
Hana lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi pada pernikahannya selama tiga tahun ini kepada pengacara muda itu. Dion menghela nafasnya setelah mendengarkan cerita singkat perjalanan pernikahan temannya ini.
"Ya kalau aku jadi kamu, aku juga Pasti akan mengambil langkah ini Hana."
"Jadi apa kau mau membantuku? " tanya Hana dengan wajah berbinar.
"Tentu, aku akan membantumu. "
"Terima kasih pak pengacara, aku harap biayanya nanti jangan terlalu mahal. Jangan memeras calon janda. " ujar Hana sambil terkekeh.
Hana berusaha bercanda walau hatinya sangat sakit saat mengatakan calon janda.
"Baiklah, Hana. Tunggu kabar baik dariku. Aku akan langsung mengurus permohonan perceraian kalian. " kata Dion kemudian.
Hana bersyukur ternyata temannya itu, mau menolongnya lepas dari masalah rumah tangga yang penuh dengan kemunafikan ini.
Apakah Hana bersedih?
Tentu saja dia bersedih, karena ternyata selama ini dia hanya dimanfaatkan oleh suaminya. Menjadi seorang pengurus rumah tangga berkedok Istri.
Cintanya, baktinya pada suaminya ternyata hanya dimanfaatkan oleh pria itu.
Tapi untuk menangis, Tidak akan Hana lakukan. Hana tidak akan menangis untuk pria yang sudah memanfaatkan dirinya selama tiga tahun ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!