Diruang tunggu rumah sakit Rinda terlihat gelisah. Saat anaknya Aldi di diagnosa terkena kanker otak stadium satu, Rinda hampir down saat anaknya terkena sakit dan kata Dokter kemungkinan kecil akan sembuh dari sakitnya.
Kini Rinda berusia 32 tahun, badan mungil dan imut-imut. Membuatnya seperti tidak mempunyai anak tiga, terlihat raut kesedihan diwajah seorang ibu saat anak pertamanya sakit.
Lalu Rinda memberitahu kepada suami bahwa anak mereka, terkena kanker otak stadium satu, namun ketika menceritakan semuanya kondisi sedang terpuruk, suaminya bukan malah bersimpati dan menyuruh Rinda untuk berpikir untuk mencari uang untuk anaknya yang sedang sakit.
"Sayang, anak kita sedang saki," ucap Rinda ketika suaminya bernama Naufal mendatangi rumah sakit. Untuk melihat kondisi anaknya yang sedang sakit.
"Anak kita sakit? Aldi, kamu tidak mungkin ... Sakit apa anak kita?" tanya Naufal kepada istrinya yang sudah bersedih, bahkan matanya berkaca-kaca dan suaranya terbata-bata untuk menceritakan semua kepada Naufal.
"Anak kita terkena kanker otak stadium satu dan anak kita sedang butuh biaya besar untuk operasi," ucap Rinda.
Rinda mencurahkan semua kepada suami mengenai masalah biaya. Justru Naufal tidak peduli, sebab dari mana seorang pengangguran bisa mendapatkan uang sedangkan istri masih cantik dan imut-imut. Masih bisa bekerja dan mendapatkan pekerjaan.
"Kamu dong yang memikirkan biaya rumah sakit, kamu tahukan? Bahwa suamimu hanya seorang pengangguran." Naufal bangga menjadi beban untuk Rinda.
Mereka tidak mempunyai banyak uang, sedangkan suami adalah seorang yang tidak berguna dan tak bisa diandalkan selama berumah tangga. Sangat pemalas dan tak ada niat untuk mencari pekerjaan dan selama ini hanya Rinda lah yang bekerja.
"Aku menjaga anak dirumah sakit! Kamu masih sanggup menyuruh aku bekerja, tolong deh kamu pikir dengan otak kamu!" Rinda menjadi emosi, saat suami melontarkan kata-kata bahwa istri bisa bekerja.
"Pokoknya ... Aku tidak mau memikirkan biaya rumah sakit! Biar aku yang menjaga anak dan kamu yang bekerja,"
"Kamu kan kepala keluarga? Seaturnya kamu yang bekerja!" Rinda sudah capek dengan posisinya, bahwa Rinda yang harus menjadi kepala keluarga, pontang panting mencari uang supaya ada uang masuk untuk keluarga mereka.
Naufal tetap tidak peduli dan tak mau tahu dengan kondisi yang terjadi. Rinda menjadi sedih bahwa suaminya sama sekali tak peduli dan hati ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya masih berumur 8 tahun harus merasakan sakit.
"Saya bukan kepala keluarga! Kamu yang dinobatkan sebagai kepala keluarga." Naufal lalu pergi begitu saja dari hadapan Rinda untuk melihat anaknya yang sedang sakit di kamar rawat inap.
Uang operasi untuk anaknya berkisar 300 juta dan Rinda tidak mempunyai banyak uang selama ini, hanya ibu rumah tangga yang mempunyai masukan dari usaha catering kecil-kecilan.
"Dari mana aku harus mendapatkan uang? Tiga ratus juta begitu banyak, mana mungkin aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu," gumam Rinda dalam hati, ingin menjerit namun berusaha untuk tenang. Namun pikiran sudah berjalan kemana-kemana, bahkan otak terasa pusing untuk memikirkan semua ini.
Mereka bertengkar dengan masalah uang berobat anak. Akhirnya suami menyarankan Rinda untuk menjadi kupu-kupu malam, seperti tetangga rumah sebelah mereka yang bekerja sebagai wanita malam.
Lalu suami berbicara kepada istri, dihadapan anak yang sakit. Pembicaraan tersebut hanya ada mereka berdua, sebab Naufal melihat bahwa tetangga mereka perempuan cantik kini sudah mempunyai segalanya dari mobil, uang banyak, rumah mewah dan kehidupan yang mewah dari hasil bekerja menjadi wanita malam.
"Bagaimana jika kamu istriku, bekerja menjadi wanita malam? Seperti tetangga kita sebelah rumah, lihatlah ... Kini sudah punya uang banyak, mobil, harta dan segalanya sudah di miliki dari hasil bekerja menjadi seperti itu," ucap Naufal berbicara pelan supaya tidak ada yanh mendengar percakapan mereka.
"Kamu ... Bicara apa? Kamu menawarkan istri kamu, menjadi wanita malam," Rinda begitu terkejut, saat seorang suami begitu tega menyuruh Rinda untuk bekerja menjadi wanita malam.
Tak habis pikir dengan pikiran suami, bahwa ada orang yang bisa tega. Menyuruh istri untuk menjadi wanita malam demi mendapatkan uang banyak dan melihat dari kehidupan tetangga di samping rumah.
"Iya jadi wanita malam ... Seperti tetangga kita, kalau kamu bekerja seperti itu, pasti banyak yang memboking. Lihatlah badan kamu masih cantik, semok, bahenol, mungil dan masih cantik. Walau kamu sudah punya anak tiga." Naufal masih berpikir bahwa istri pasti laku, melihat dari bentuk tubuh dan perawakan saja bisa membuat pria tergoda.
"Kamu sudah gila! Coba dong istri kamu sendiri, kamu menyuruh untuk menjadi wanita malam,"
Lalu Naufal memegang kedua tangan Rinda untuk berbicara dari hati. Bahwa pekerjaan tersebut adalah jalan pintas dan menjanjikan bagi ibu tiga anak ini, untuk mendapatkan uang dengan nominal 300 juta tersebut.
"Pekerjaan itu adalah jalan pintas, untuk mendapatkan uang secara instant." Naufal masih memaksa istrinya, untuk mengambil pekerjaan itu. Sebab merasa kasihan dengan anaknya yang sakit, namun Naufal tersadar bahwa dirinya tidak akan sanggup bekerja karena pria ini sangat pemalas.
"Aku tidak mau ... Menyesal saya menikah dengan, kamu." Rinda menyesali pernikahan tersebut. Dengan suami yang membuatnya jenuh karena karakternya yang pemalas.
"Kamu tidak mau? Lihatlah pekerjaan itu gampang banget, kamu tinggal menunggu pria hidung belang dan melayani mereka."
"Kamu tidak merasa cemburu?" tanya Rinda suami tak ada rasa cemburu, jika Rinda bekerja menjadi seperti itu.
"Buat apa cemburu? Demi uang ..." Naufal menjawab dengan enteng.
Uang adalah segalanya dan bagi Naufal tidak ada rasa cemburu. Bahwa keadaan sedang darurat dan ini adalah jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan gampang.
Uang adalah segalanya bagi pria ini, Naufal membiarkan saja. Bahwa tak ada rasa cemburu yang penting ada uang masuk untuk keluarga mereka.
"Kamu tega banget, ini istri kamu loh, baru kamu yang merelakan. Seandainya aku jadi wanita malam, apakah kamu sanggup melihat istri kamu, disentuh oleh pria lain? Apakah kamu tidak merasa jijik, menyentuh tubuh istri kamu ini ... Seandainya aku melayani begitu banyak pria," Rinda menangis hatinya sangat sakit dan pikirannya sedang kacau.
"Bagaimana lagi! Semua karena keadaan, aku rela saja. Tubuh istriku dinikmati oleh pria lain, ini semua demi kesembuhan anak kita." Naufal tak memikirkan kondisi Rinda yang sudah down dengan ide suami yang begitu gila.
"Ide kamu sangat gila dan sangat di luar nalar," ucap Rinda mengeluarkan air mata.
"Rinda ayolah ... Kamu harus mau bekerja seperti ini," paksa Naufal terhadap istrinya dan ini adalah kesempatan besar bagi mereka untuk mendapatkan uang.
Rinda akhirnya mengambil jalan pintas, sebab anaknya dalam kondisi kritis. Hati ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya tidak bisa ngomong lagi dan tak berdaya dirumah sakit.
Rinda berpikir mengambil jalan pintas sebab jika tidak ada uang untuk operasi. Maka Rinda harus mengihklaskan kehilangan anak atau penyakit anaknya semakin parah.
Hati ibu mana yang tidak down melihat kondisi anak. Bahkan ibu tiga anak ini belum mendapatkan uang untuk operasi anaknya.
Akhirnya Rinda mengambil jalan pintas dan menyampaikan kepada suami. Bahwa Rinda bersedia untuk menjadi psk demi anak, keadaan lah yanh membuatnya menjadi seperti ini dan harus menerima tawaran.
"Suamiku, aku mau mengambil jalan pintas. Aku mau menjadi psk demi anakkku, bahkan aku sudah pusing dengan biaya berobat Aldi saat ini," ucap Rinda menghampiri suaminya tersebut.
"Nah gitu dong ... Akhirnya kamu menerima tawaran ini juga," jawab Naufal sangat senang dan Naufal bersedia membawa Rinda, untuk menempatkan Rinda di sarang-sarang psk untuk mencari mangsa.
"Aku sebenarnya menangis dengan keadaan ini dan aku pikirkan tidak ada harga diri." Rinda menggelengkan kepala, sudah terpikir dibenaknya. Akan tidur dengan pria hidung belang dan membuat harga dirinya tidak ada lagi.
"Kamu tidak perlu menangis sayang, hidup ini kejam." Naufal menenangkan hati istrinya.
"Hidup ini begitu kejam untukku namun tidak untuk kamu," jawab Rinda, suami dinikahi seperti tidak ada artinya.
"Maksud kamu?"
"Kamu tenang dirumah saja, sedangkan aku harus berjuang untuk mencari nafkah," ucap Rinda.
Rinda membahas masalah pengorbanan suami yang tidak ada. Lalu Rinda berusaha untuk menerima kenyataan akan hidupnya tersebut bahwa semua terasa pahit dan mengelegar.
Dengan baju super mininya, Rinda diantar oleh Naufal ke tempat sarang-sarang psk, untuk mencari mangsa. Dengan menjalankan aksinya untuk melayani pria hidup belang.
"Sayangku, kamu aku tinggal disini. Tolong layani pria yang membokingmu dengan baik dan buat harga dengan mahal, semoga laris manis." Naufal menyuport istrinya seperti tak ada pikiran dan ide tersebut sangat gila luar biasa.
"Iya ... Tolonglah kamu pulang, hari sudah malam. Anak kita di tinggal dirumah sakit untuk menemani Aldi yang sakit, tolong jaga anak kita baik-baik dan nanti tolong jemput aku ketika hari sudah pagi," jawab Rinda menitikkan air mata.
"Oke ... Semangat."
Naufal balik kerumah sakit lagi karena untuk menjaga anaknya dirumah sakit. Naufal dan anak-anak tidur dirumah sakit sedangkan istri melayani pria hidung belang di malam hari.
Awalnya Rinda menolak saat ada pria yang membokingnya dan mengajaknya kehotel. Pada malam hari pertama ada tiga pria yang minta di layani. Mereka akan membayar dengan jumlah yang fantastis yaitu dua puluh juta setiap orangnya, akhirnya Rinda menerima tawaran tersebut.
Rinda melayani pria dengan menitikkan air mata. Terasa sakit banget harus melayani pria hidung belang tanpa cinta dan perasaan yang sesungguhnya dan kini tubuhnya sudah kotor karena disentuh pria lain tanpa ada hubungan ikatan pernikahan.
Hari sudah pagi, setelah melayani pria hidung belang. Rinda bergegas kerumah sakit dan menemui anak dan suaminya. Di hari pertama Rinda sudah membawa uang 60 juta dan membuat Naufal sangat senang.
Tok Tok Tok Tok
"Masuklah ..."
"Istriku ..." Naufal senang, lalu mengajak keluar dari kamar rawat inap dengan menarik tangan Rinda. Supaya tidak didengar oleh anak-anak.
"Ada apa?" tanya Rinda merasa capek.
"Sudah bawa uang berapa hari ini?" tanya Naufal. Bukan langsung menanyakan istri apakah baik-baik saja?.
Namun langsung menanyakan bahwa uang berapa. Membuat Naufal terkesan matre dan mata duitan, Rinda menjadi sedih bahwa suaminya bertanya tentang bawa uang berapa dan bukan bertanya tentang kondisinya ketika melayani pria hidung belang.
"Aku bahwa uang 60 juta," jawab Rinda.
Naufal mendengar kisaran yang begitu besar langsung berseri-seri. Mengacungkan jempol dan bertepuk tangan, bahwa istrinya keren bisa menghasilkan uang dalam satu malam.
"Wah keren, luar biasa kamu, sayang. Lalu mana uangnya? Bagi aku 10 juta." Naufal meminta bagian nya untuk pegangan.
Rinda memberikan uang tersebut sesuai yang di minta Naufal. Namun capek saja begini jika suami meminta uang terus padanya pada hal suami adalah tulang punggung keluarga.
"Kamu kapan mencari kerja? Jangan istri kamu saja yang bekerja." Rinda meminta kepada suaminya untuk bekerja.
"Tidak perlu saya bekerja dan ada istri yang bisa menghasilkan uang puluhan juta dalam sehari." Naufal menjawab dengan santai lalu menghitung uang senilai 10 juta tersebut.
Pada malam kedua Rinda kembali melayani pria namun dalam kondisi tidak mood. Habis berantam dengan suaminya Naufal, sebab Rinda capek dengan suaminya dan menuntut suami untuk bekerja.
Barlin adalah pria yang memboking Rinda pada malam itu. Barlin adalah pria berumur 28 tahun belum menikah dan melampiaskan rasa marahnya kepada Rinda.
Mereka bertemu di kamar hotel dan Barlin mengira bahwa Rinda adalah seorang gadis karena berbadan mungil dan imut-imut dan Barlin tidak menyangka bahwa Rinda sudah mempunyai 3 anak.
"Hai ..." Sapa Rinda tidak bersemangat bahkan matanya terlihat berkaca-kaca. Namun berusah untuk tegar, menutupi semua rasa kekecewaan yang luar biasa dihatinya.
"Hai juga ..." Sapa Barlin tersenyum.
Barlin lalu menyentuh Rinda tanpa ada perkenalan lebih lanjut. Hanya menjadikan sebagai budak nafsunya saja sebab Barlin ingin menenangkan pikirannya. Bahwa begitu sakit saat di tinggal menikah oleh kekasih.
"Cepat buka bajumu dan aku ingin menikmati tubuhmu." Barlin langsung mengoyakkan lingerie tipis dengan kedua tangannya.
Rinda menahan perih, sebab seperti tidak punya harga diri. Dalam kondisi tidak mood pun membuat mood Rinda menjadi tidak beraturan saat ada berondong dibawah usianya langsung membuka begitu saja bajunya.
"Kamu sudah mengoyakkan sendiri bajuku," jawab Rinda.
Lalu mereka sampailah dalam sebuah tahap perkenalan. Sebab Barlin penasaran dengan usia Rinda sekarang soalnya masih terlihat seperti gadis belia dan cantik.
"Kamu umur berapa?" tanya Barlin kepada Rinda, saat ingin ******* bibir Rinda.
"Umur saya 32 tahun ..." Rinda menjawab dengan jujur.
"Apa? 32 tahun umur kamu, wah mantap sekali namun aku menebak seperti anak yang masih berumur 24 tahun." Barlin menepuk tangan bahwa usia 32 tahun terlihat seperti 24 tahun.
"Hahahahaa ... Mana mungkin aku terlihat seperti 24 tahun, sedangkan anak aku saja sudah ada tiga," tawa Rinda, lucu saja saat umurnya ditebak diangka 24 tahun.
Barlin sangat terkejut dengan omongan perempuan itu. Merasa tidak percaya bahwa Rinda sudah mempunyai tiga orang anak dan badannya seperti orang yang tidak pernah bongkar mesin masih terlihat cantik dan bahenol sampai saat ini. Begitu hebat Rinda mempertahankan bentuk badan walau sudah mempunyai anak 3.
Barlin pria yang sedang di tinggal kekasihnya tersebut. Lalu berhubungan ranjang dengan Rinda, sebab terlalu lama melayani sedangkan badmood Rindq sedang tidak baik pada saat itu.
"Sudah hentikan! Sudah 6 jam kita seperti ini bersama ...," ucap Rinda meminta kepada Barlin untuk selesai.
"Saya tidak mau, saya bayar kamu! Bagaimana pun jangan larang sayang." Barlin marah kepada Rinda.
Barlin yang marah tersebut mengomel kepada perempuan itu. Rinda minta maaf sebab kurang terlalu fokus karena bertengkar masalah uang dan tanggungjawab, saat cerita masalah rumah tangganya. Barlin menjadi penasaran tentang rumah tangga perempuan tersebut dan setelah mendapatkan jawaban bahwa suami Rinda perempuan di bokingnya tersebut adalah seorang pengganguran.
"Suami kamu pengangguran?"
"Iya,"
"Maafkan saya, sebab saya tidak mengetahui bahwa kamu punya masalah rumah tangga dan saya juga lagi terbawa emosi, sebab saya ditinggal menikah oleh mantan pacarq," uca Barlin.
"Tidak apa-apa, kita mempunyai masalah pribadi masing-masing," jawab Rinda menangis.
Rinda menangis dihadapan Barlin, bahwa dirinya adalah kepala rumah tangga karena suami tidak bisa diandalkan, hingga membuat Barlin menyimpan nomor perempuan tersebut dan Barlin pun menjadi cerita tentang masalah asmaranya.
Setelah kejadian di hotel tersebut mereka mulai berani melakukan hubungan ranjang dan jalan terus menerus. Barlin juga meminta Rinda berhenti menjadi psk, sebab Barlin mau Rinda hanya melayani dirinya.
Rinda menuruti keinginan Barlin, sebab dibayar besar oleh Barlin. Seiring sering melayani Barlin, mulailah tumbuh rasa cinta diantara mereka karena sering bertemu. Hingga kehadiran Barlin yang lebih muda mampu lebih dewasa dari suaminya.
"Kamu adalah pria dewasa pemikirannya dan lebih dewasa dari suamiku," Rinda mengusap keringat Barlin.
"Saya juga nyaman bersama kamu, tetapi kamu sudah mempunyai suami," Barlin meminta kepada Rinda untuk menceraikan suaminya.
"Kita bisa apa? Kita bertemu saat aku sudah menjadi istri orang ...." Rinda tersenyum tetapi menyakitkan baginya.
"Ceraikan saja suami kamu dan kita hidup bersama. Tak ada guna kamu mempertahankan rumah tangga, jika suami kamu tidak bisa diandalkan," ucap Barlin merasa kasihan dengan Rinda.
"Sabarlah, suatu saat akan aku ceraikan suamiku."
Luka diobati oleh Barlin dan tak ada rasa cinta lagi terhadap suaminya Naufal. Sampai saat ini Rinda bertahan hanya demi anak, namun rasa cinta sudah untuk barlin.
Barlin selalu meminta Rinda untuk menceraikan suaminya, Rinda menunggu waktu yang tepat untuk menceraikan suaminya yaitu pada saat anak sudah sehat kembali dan menikah dengan Barlin.
Barlin berusia 32 tahun merupakan klien dari Rinda. Awalnya pria itu tidak jatuh cinta dengan Rinda, hanya ingin memuaskan nafsunya saja setelah gagal menikah.
Setelah selesai berhubungan diatas ranjang, Barlin penasaran dengan ibu tiga anak ini mengapa bisa terjun menjadi wanita malam bahkan Barlin ingin mendengarkan curhatan Rinda.
"Saya mau bertanya? Mengapa kamu mau menjadi wanita malam?" tanya Barlin belum mendapatkan alasannya dan masih penasaran pada malam itu.
"Sudahlah, saya tidak perlu bercerita dan kamu tidak akan mengerti ..." Rinda tidak ingin menceritakan tentang keadaannya.
"Ceritakan saja? Saya penasaran, mana tahu saya bisa membantu," ucap Barlin.
"Saya menjadi seperti ini karena keadaan," jawab Rinda menceritakan tentang keadaan terpuruknya saat ini.
"Maksudnya? Keadaan seperti apa?" tanya Barlin belum menemukan jawaban.
"Iya, saya bekerja seperti ini karena anak saya sedang sakit. Saat ini untuk operasi anak saya lagi membutuhkan uang 300 juta, untuk biaya operasi saja dan sampai saat ini saya sedang tidak mempunyai uang, hingga mengambil jalan pintas." Rinda menceritakan tentang keadaannya.
Barlin adalah seorang Ceo dari perusahaan tambang batu bara, perhotelan, kayu dan bisnis kuliner. Uang 300 juta masih kisaran sedikit buat Barlin, akhirnya pria itu dengan niat hati yang tulus ingin memberikan uang pengobatan anak Rinda.
"Mana nomor rekening kamu? Saya ingin membantu biaya pengobatan anak kamu," jawab Barlin tulus ingin membantu.
"Maksudnya?" tanya Rinda begitu bingung pertemuan mereka pertama kali, sudah membuat berkesan dalam hidup Rinda.
"Rekening kamu mana? Biar saya transfer uangnya."
"Terimakasih, Barlin. Kamu begitu baik dengan saya." Rinda tersenyum bahagia, saat yang pas sehari sebelum anaknya di operasi bahkan biaya belum cukup. Namun Barlin menolongnya.
Hingga pada saat sudah melewati proses panjang. Awalnya Barlin tidak jatuh hati kepada Rinda. Namun seiring berjalannya waktu membuat Barlin menjadi cinta dengan perempuan tersebut.
Setelah Barlin mengetahui bahwa Rinda adalah perempuan hebat. Berjuang demi anak dan keadaan lah membuatnya menjadi begini hingga pada suatu saat Rinda juga menaruh hati pada pria itu dan mengijinkan Barlin untuk menjenguk anaknya.
"Rinda, bolehkah saya bertemu dengan anak kamu?" tanya Barlin ingin menjenguk anaknya Rinda.
Menjenguk anak Rinda adalah niat tulus dari Barlin. Sehabis pulang bekerja pria itu langsung menemui Rinda di kamar rumah sakit dan menghampiri Rinda walau suaminya tetap ada disana.
Tok Tok Tok Tok.
"Masuklah," teriak Naufal dari dalam ketika sedang melihat Rinda memeluk Aldi yang sedang terbaring sakit, namun kondisi Aldi sudah mulai membaik.
"Halo ..." Sapa Barlin dengan dekdekan.
Naufal bertanya siapa pria yang menjenguk anak mereka kerumah sakit. Istrinya sudah menceritakan bahwa ada pria yang membantu biaya pengobatan anaknya dirumah sakit.
"Hay Barlin," sapa Rinda melambaikan tangan dengan tersenyum.
Naufal menjadi terheran-heran. Sebab istri bisa ramah kepada orang lain, membuat Naufal ingin mengetahui identitas Barlin.
"Siapa dia?" tanya Naufal kepada istri.
"Sayang perkenalkan ini Barlin ... Pria yang sudah aku ceritakan kemarin, yang sudah membantu biaya pengobatan dan biaya operasi anak kita."
"Oh, pangkatnya apa? Mengapa sampai bisa membayar biaya rumah sakit anak kita?" tanya Naufal penasaran.
"Dia seorang Ceo yang mempunyai bisnis tambang batu bara, perhotelan, kuliner dan usaha lain, sayang." Rinda menceritakan banyak tentang pria itu.
Ketika mengetahui bahwa pria yang dihadapannya adalah pria kaya. Naufal sangat senang, meminta kepada istrinya untuk mau berteman dengan pria itu dan memanfaatkan semua harta Barlin.
"Sayang pria ini seperti ini bagus, pria ini cocok untuk kita manfaatkan," bisik Naufal ditelinga istri.
Rinda menggelengkan kepala, mau sampai kapan suaminya jahat? Bahkan pikiran piciknya tersebut, membuat Rinda merasa capek sendiri bahwa Barlin ingin dimanfaatkan, untuk mendapatkan uangnya saja.
Namun Rinda sudah menaruh hati kepada pria itu. Sebab selama ini saat Rinda terluka Barlin lah yang memberikan kenyamanan dan menjadi tempat ternyaman untuk bercerita, ketika sudah tidak menemukan tempat ternyaman dalam bercerita.
"Sayang ... Kamu tidak boleh begitu, tidak mungkin aku memanfaatkan pria itu," jawab Rinda berbisik ditelinga suami.
"Oh iya perkenalkan namaku Naufal dan kalau boleh tahu, kamu ini adalah klien dari Rinda di dalam hotel?" tanya Naufal sekedar basa basi.
"Iya, saya sempat menyewanya dalam satu malam. Saat saya bertanya masalah pribadinya, istri kamu menjelaskan dengan detail, bahwa Rinda menjadi psk karena terdesak dengan keadaan karena anaknya sakit dan suaminya menganggur. Sedangkan anak menderita penyakit kanker otak stadium satu," jawab Barlin sekalian menyindir pria itu.
"Lah, sayang. Kamu menceritakan buruknya suami kamu ini, saya ini seorang pengangguran? Kemana harga diri seorang suami kamu taruh sayang?" tanya Naufal kepada istrinya.
Naufal tidak suka dikatai pengangguran oleh istrinya. Pria itu ingin diakui dihadapan yang lain bahwa sudah mempunyai pekerjaan, namun uang tidak cukup karena kehidupan mereka pas-pasan.
"Aku tidak merendahkan, kamu. Memang kamu seorang pengangguran kan?"
"Saya memang pengangguran, namun tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu kepada orang lain."
Seiring berjalannya waktu anak mereka sudah mulai membaik. Namun suami bukan menyuruh Rinda untuk berhenti, namun semakin menyuruh Rinda untuk melanjutkan pekerjaan tersebut karena sudah tergiur dengan uang yang dihasilkan oleh istrinya.
"Aku ingin berhenti dari pekerjaan ini! Sudah capek rasanya," kata Rinda berbicara kepada suaminya.
"Sayang jangan dong, kamu tidak boleh berhenti bahwa pekerjaan ini mengiurkan sekali untuk mendapatkan uang," Naufal membujuk istrinya tersebut.
"Tidak sayang, aku tidak akan melanjutkan pekerjaan ini."
Naufal tetap memaksa bahwa Rinda harus bekerja dengan cara seperti ini. Rinda sudah di paksa untuk berhenti bekerja oleh Barlin yang sudah menaruh hati kepada Rinda.
Rinda juga sudah mulai nyaman dan mereka mulai melakukan pendekatan. Pria itu tidak ingin Rinda terluka lagi, sebab suami tidak bisa diandalkan tidak pantas untuk dipertahankan. Membuat Barlin memprotes kepada Rinda kok mau mempertahankan suami seperti dia.
"Kamu kenapa mau mempertahankan rumah tangga bersama suami kamu?" tanya Barlin mengusulkan Rinda supaya bercerai saja dan Barlin siap akan menjadi ayah dari anak-anak.
Namun tidak semudah itu untuk menceraikan suami. Sebab akan banyak tentangan dari pihak keluarga yang tidak akan membolehkan mereka berpisah.
"Aku banyak alasan masih mempertahankan suami, salah satunya dari keluarga bahwa keluarga akan menentang perceraian kami," jawab Rinda.
Rinda mau saja bercerai dengan suami namun ada anak. Rinda harus melihat situasi dulu sebab anak mereka masih dalam keadaan sakit dan sebentar lagi akan pulih dari sakitnya tersebut.
"Ayolah ceraikan suami kamu sayang," Barlin memaksa Rinda untuk bercerai dari suaminya tersebut yang tidak bisa di andalkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!