NovelToon NovelToon

SUAMIKU, AKU MENCINTAIMU, AYO BERCERAI

Chapt. 1. Dia Memiliki Wanita Lain

Yan Hao sedang membantu bibi Wang di dapur sambil sesekali tangannya menggulir hp untuk sekedar menonton drama korea favoritnya atau pun sekedar membaca berita terbaru tentang artis idolanya, mulutnya juga tak henti-hentinya mencicipi beberapa makanan yang sudah jadi yang tersedia di depannya, kegemarannya akan makanan sudah bukan rahasia lagi di villa keluarga Gu. Sejak kedatangannya 5 tahun lalu, Yan Hao selalu bereksperimen dengan bibi Wang menciptakan aneka jenis makanan dan kue untuk dicicipi seantero villa, pembawaannya yang ceria dan ramah membuat seluruh mansion bahagia. 'Peri Kecil' julukan yang disematkan para pelayan dan supir kepada Yan Hao. Dia juga menyukai bunga, taman indah yang ada di belakang mansion pun tak lepas dari tangan dingin Yan Hao. Ia sering merangkai aneka jenis bunga dan meletakkannya di ruang tamu atau pun di kamarnya. Cita-citanya saat masih remaja sebelum menikah dengan Gu Xinji adalah menjadi seorang floris, namun sekarang semua itu hanya menjadi hobi semata.

Saat sedang menggulir layar hp tangannya terhenti pada berita yang lumayan mencolok, "PRESIDEN GU MENJEMPUT SANG KEKASIH" di layar muncul sosok tampan suaminya menggandeng seorang wanita yang sangat cantik, melangkah dengan anggun meninggalkan bandara. Seketika jantung Yan Hao berdegup sangat kencang, perasaan sakit yang amat sangat menyerang dadanya, membuatnya kesulitan bernafas. Dengan menahan sakit, Yan Hao sempoyongan berjalan menuju taman. Duduk di kursi taman sambil memegang erat hp di tangannya, air mata jatuh tanpa bisa ia kendalikan, lima tahun----lima tahun--- bukan waktu yang singkat untuk sebuah hubungan, lima tahun pula ia terkurung di villa ini, menanti malam demi malam, hari demi hari demi kepulangan sang suami, tapi tak kunjung datang. Dalam lima tahun pernikahan mereka, bisa dihitung dengan jari kepulangan Gu Xinji, kalau pun pulang, dia memperlakukannya dengan sangat sopan, seolah mereka bukan suami istri, seolah dia adalah saudara iparnya bukan istrinya.

Yan Hao ingat, lima tahun yang lalu, dia menunggu Gu Fushen di depan biro catatan sipil, tapi Fushen tidak kunjung datang, hingga lima menit sebelum biro catatan sipil tutup, datang sebuah mobil hitam mengilap yang mewah berhenti didepannya. Sepasang kaki panjang dibalut sepatu hitam mewah, celana hitam yang dijahit tangan di setrika dengan sangat rapi, dan jas yang sangat elegan membalut tubuh seorang pria tampan, turun dari mobil. Berjalan dengan penuh wibawa ke hadapannya menatap dengan tenang. "Yan Hao?"

"Ya."

"Ayo masuk."

Dengan linglung, Yan Hao mengikuti pria tampan itu masuk ke dalam biro catatan sipil. Mengulurkan tangan, "Identitasmu?" pria itu bertanya dengan tenang meminta identitas Yan Hao untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Tersadar Yan Hao bertanya, "Siapa kamu? dimana kakak Jinxi?" mata Yan Hao berkeliaran dimana-mana mencari keberadaan Gu Fushen, namun sayang, sampai sakit lehernya menengok sana sini ia tidak melihat bahkan bayangan Fushen.

Memandanginya dengan tenang, Gu Xinji menjelaskan, "Fushen menyuruhku mendaftarkan pernikahan kalian, dia tidak bisa datang, aku akan mengantar kamu kepadanya ketika proses pendaftarannya sudah selesai. Identitasmu?" Gu Xinji sekali lagi meminta identitas Yan Hao.

Yan Hao memberi semua dokumen yang diperlukan untuk mendaftarkan pernikahan. Saat hendak menandatangani surat nikah, mata Yan Hao melotot melihat nama yang tertera di sana. "Gu Xinji. . . . Gu Xinji! siapa Gu Xinjie?. .  . mengapa Gu Xinji?. . . . mengapa bukan kakak Shen?" serentetan pertanyaan disemburkan Yan Hao dalam sekali tarikan napas.

"Tanda tanganlah, aku Gu Xinji, adik Fushen, aku akan menjelaskan setelah ini"

Entah karena bodoh, atau terlalu kaget, atau bisa jadi karena pria di depannya terlalu tampan, dan membawa aura yang tidak bisa ditolak, Yan Hao dengan bodohnya menandatangani dokumen pernikahan mereka.

Setelah itu dia dibawa ke mobil hitam super mewah, duduk bersama dengan pria asing yang telah menjadi suaminya di kursi penumpang di belakang. "Lin Chao, Ke rumah sakit?" perintah Xinji tenang.

Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Yan Hao pada suami barunya, namun, melihat wajah Xinji yang dingin Yan Hao mengurungkan niatnya. Berpura-pura tenang Yan Hao duduk seperti patung, namun matanya berulang kali melirik Xinji yang duduk di sampingnya. "Ada apa?" tanya Xinjie tenang.

"Kita mau kemana?"

"Kerumah sakit."

"Siapa yang sakit?" jantungnya berdegup kencang, perasaannya tidak enak, seolah mendapat firasat buruk, tiba-tiba air matanya mengalir turun tanpa bisa ditahan. "Apakah kakak Shen dirawat lagi di rumah sakit?" dia memang tahu kalau Fushen memiliki penyakit jantung bawaan. Selama ini, Fushen sangat banyak membantunya, mulai dari membayar uang sekolah, sampai memberinya pekerjaan merawat kebun bunga miliknya di villa peristirahatannya di pulau bulan nama yang diberikan Yan Hao karena sering melihat bulan di pulau itu. Hingga akhirnya Fushen mengajaknya menikah seminggu yang lalu.

"Ya." Xinji menjawab pendek

Di rumah sakit, banyak peralatan sudah terpasang di badan Fushen, dalam keadaan yang setengah sadar, matanya tertuju pada pintu seakan mengharapkan kedatangan seseorang. Sementara di parkiran, begitu sampai dirumah sakit, Xinji dan Yan Hao bergegas berjalan menuju ruang perawatan Fushen, disana sudah menunggu beberapa orang termasuk bibi Wang, sedangkan kakek Gu masih dalam perjalan dari pulau. Mereka memang sudah kehilangan orang tua sejak usia remaja karena kecelakaan pesawat saat bepergian ke luar negeri, dan akhirnya di besarkan oleh sang kakek, Gu Qiao.

Yan Hao terpaku melihat Fushen dari kaca jendela ruang perawatan ICU, matanya menatap tak percaya, baru kemarin ia berbicara dengan kakak Shen di telpon, suara Fushen tenang dan sesekali bercanda dengannya, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Melihat Yan Hao yang termangu dengan mata memerah, Fushen dengan lemah melambaikan tangannya, Yan Hao masuk setelah mengganti bajunya dengan gaun steril ruang perawatan ICU, air matanya seperti keran air yang bocor, dia menangis dalam diam, sambil menggenggam tangan Fushen. "Kakak....kakak Shen... aku mohon bertahanlah."

"Yan Hao," lembut suara Fushen memanggil, "mendekatlah."

Yan Hao menunduk dan mendekatkan telinganya ke arah Fushen. "Jangan menangis, berbahagialah......." tiiiiiiiiitttt.......tangan Jinxi yang memegang tangan Yan Hao langsung terkulai lemas bersama suara mesin jantung yang berbunyi panjang. Tim dokter bergegas ke ruangan mencoba melakukan pertolongan untuk menyelamatkan hidup Fushen, namun napasnya telah berhenti dengan senyum yang terukir di wajahnya, seolah kehadiran Yan Hao adalah sesuatu yang ditunggu sejak lama. Yan Hao terdiam, menangis tanpa suara, tangannya menekan jantungnya, memukul-mukul, seolah ingin menghentikan rasa sakit yang dirasakan dalam dadanya.

Semua terjadi begitu cepat, mulai dari pernikahannya dengan Gu Xinji, kematian kakak Shen hingga pemakamannya, semua terjadi bagai mimpi. Saat Yan Hao tersadar, dia sudah ada di villa ini, bersama para pelayan yang memang menjaga dan menghormatinya layaknya nyonya muda, tapi suaminya, Gu Xinjie tidak ada, bisa dihitung dengan jari kepulangannya di villa ini. dan hari ini.....

"Nyonya muda, Tuan telah kembali." salah satu pelayan bergegas mendekati Yan Hao di taman. Yan Hao cuma memandang kosong, namun dia tetap berdiri berjalan menuju ke arah ruang utama.

Gu Xinji manatap Yan Hao, tak ada riak dimatanya seperti biasanya, dingin, dan menjauh. Yan Hao sudah terbiasa dengan itu, memaksakan senyum Yan Hao menyapa, "Kakak."

Chapt 2. Yan Hao menangis kejer

"Nyonya muda, Tuan sudah kembali." Seorang pelayan datang melapor. Yan Hao cuma memandang kosong, namun dia tetap melangkah.

Melangkahkan kakinya ke ruang utama, Yan Hao memaksakan senyum di wajahnya.

"Kakak." Yan Hao menyapa Gu Xinji dengan senyum mengembang di wajahnya. Xinji mengangguk dan melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kakak, apakah kau akan malam denganku?"

Jingxi berhenti sebentar di tangga, dan tanpa menoleh menjawab, "Tidak, aku ada janji makan malam di luar."

"Baik." Yan Hao menjawab pelan. Ia sudah tahu jawabannya, tapi tetap bertanya, berharap mendapat jawaban berbeda dari suaminya.

"Nyonya, perlu saya siapkan makan malam sekarang?" bibi Wang bertanya. Ia kasihan melihat nyonyanya yang ditolak tuan mereka. Ingin menghibur tapi tidak tahu bagaimana caranya, jadinya bibi Wang hanya diam disisi nyonya mudanya. "Bi, apakah saya bisa pergi sebentar? rasanya sesak di rumah ini?"

"Nyonya ingin keluar?"

"Ia bi."

"tapi tuan baru saja pulang."

"Tidak apa-apa bi, saya hanya keluar sebentar, lagipula Xinji tidak akan peduli saya ada atau tidak." Yan Hao menjawab dengan sendu. Senyum yang biasanya ceria dan sering menular ke para pelayan, hari ini seperti tertutup awan, yang ada hanya kesedihan yang membayangi wajah cantiknya.

"Biar Pak Chao temani nyonya."

Yan Hao hanya diam, tidak menanggapi bicara bibi Wang.

Sementara itu, di kamar lantai atas, Gu Xinji mandi, tapi di benaknya terbayang senyum Yan Hao, tatapan matanya yang berharap, dan wajah kecil yang cantik. Ia tahu, Yan Hao tidak bersalah, namun setiap kali melihat wajahnya bayangan wajah saudaranya, Fushen, selalu membayang, masih teringat pembicaraan terakhir dirinya dengan kakak laki-lakinya sebelum kematiannya. "Xiao Ji, bisakah aku memohon sesuatu padamu?"

"Katakan." Xinji menjawab dengan tenang.

"Ada seorang gadis yang ingin kulindungi, tolong gantikan aku, seumur hidup ini aku akan berterimakasih padamu."

"Siapa dia?"

"Dia seorang gadis kecil, Yan Hao, aku ingin melindunginya dalam hidupku, tapi waktuku..... sekarang dia sedang menungguku di biro catatan sipil, kami akan menikah, tolong gantikan aku." Gu Fusheng menatap Xinji dengan penuh harap. Di wajahnya yang pucat ada terselip harapan agar saudaranya mau memenuhi permintaanya. Badan Gu Xinji menegang, ia boleh meminta apa pun padanya, tapi kenapa harus pernikahan, sementara dia sendiri belum ada keinginan untuk menikah.

"Tolong berjanjilah." Gu Fusheng memegang erat tangan Xinji. "Dia hanya seorang gadis kecil, dia banyak membantuku di pulau, membuatku merasa bahwa hidup ini berarti, bukan hanya menunggu kematian, aku menyayanginya, dan ingin melindungi kepolosannya dari kekejaman dunia ini, tapi aku tidak bisa, dan itu satu-satunya yang membuatku menyesal." Setitik air mata penyesalan jatuh di wajahnya yang pucat. Gu Xinji memandang saudaranya, mengambil keputusan dalam hatinya, "Baik, aku akan membantumu menjaganya, aku akan menikahinya." Lamunannya buyar ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya.

Menyelesaikan mandinya, Gu Xinji keluar dengan hanya mengenakan piyama handuk, sambil menyeka rambutnya yang basah dia membuka pintu. Di depannya berdiri butler (kepala pelayan) Li. "Ada apa?"

"Tuan, nyonya muda keluar."

Tangan Xinji yang masih menyeka rambutnya yang basah seketika berhenti, "kemana?"

"Nyonya tidak mengatakan apa-apa."

Jantung Xinji berdetak cepar, ada rasa tidak enak dalam hatinya, berbalik mengambil telpon, segera ia menghubungi Yan Hao, namun tersadar kalau selama ini dia tidak pernha menyimpan nomor hp istrinya, selama ini jika ingin menghubungi Yan Hao, Xinji hanya menghubungi Bibj Wang, baginya Yan Hao tidak akan kemana-mana, dalam benaknya sudah terukir bahwa apa pun yang terjadi Yan Hao tidak akan pergi, dia hanya akan menunggunya di villa mereka. Jadi saat mendengar Yan Hao pergi, perasaanya menjadi tak karuan. "Panggil bibi Wang!" perintah Xinji dingin.

"Baik, tuan." Butler Li berbalik, segera menuju ke arah dapur memanggil bibi Wang.

"Anda memanggil, tuan." bibi Wang berkata dengan sopan.

"Hubungi Hao'er, tanyakan dimana dia, tidak... tidak.. biar aku saja, mana nomor Hao'er."

Xinji segera menghubungi Yan Hao setelah dering pertama telpon diangkat, "Hallo," maaf hp nyonya tertinggal di rumah, nyonya lagi keluar."

Setelah mendengar, Jinxi langsung menutup telp, setelah itu ia menghubungi Pak Chao. "Dimana?" suaranya tenang, dingin, dan terkesan menjauh. Pak Chao yang menjawab telpon di seberang langsung menggigil, dia tahu, tuannya sedang marah, semakin tenang suaranya semakin marah dia.

"Tuan, nyonya ada di Qinghe, dan nyonya sedang minum, saya takut nyonya mabuk."

Raut wajah Xinji berubah, setelah menutup telpon, Xinji menatap bibi Wang dan butler Li, wajah keduanya memucat, selama ini nyonya muda tak pernah melangkah keluar rumah sendirian apalagi sampai mabuk di luar, biasanya bibi Wang menemani kemanapun nyonya ingin pergi.

"Wu Chen, siapkan mobil." Tanpa kata Xinji bergegas keluar, langsung menuju mobil yang sudah disiapkan Wu Chen di depan rumah.

Bibi Wang dan Butler Li saling pandang, "ada apa dengan nyonya?" bibi Wang bertanya tapi disambut gelengan kepala oleh butler Li.

Sementara di Qinghe, setelah minum beberapa gelas kepala Yan Hao tertunduk, posisi itu yang dilihat Jinxi tiba. Tapi belum sempat ia membangunkan Yan Hao, tiba-tiba kepala Yan Hao mendongak menatap Jinxi. Matanya yang berair seperti bulan penuh yang bersinar, menatap Jinxi dengan cahay yang cemerlang. Jinxi terpana, dia selalu tahu kalau Yan Hao sangat cantik, kecantikan yang polos dan bersih, membawa ketenangan di dekatnya. Tapi malam ini, kecantikan Yan Hao naik ke level baru, matanya bersinar, pipinya kemerahan, bibirnya mungil dan ada sedikit belahan ditengahnya berwarna merah karena alkohol seperti habis mengalami ciuman yang menggairahkan, dan raut wajahnya sangat sensual. Jakun Jinxi naik turun, terpana, namun sebelum bisa melakukan apa pun, tiba-tiba tangan mungil dan lembut memeluk pinggangnya. "Hubby, kamu datang. Aku tahu, kamu peduli padaku." Yan Hao bicara sambil mendusel-dusel wajahnya di perut Xinji. Reaksi Yan Hao yang diluar dugaan membuat tubuh Xinji menegang, badannya tiba-tiba memanas, darah seolah mengalir tebalik menyerang otaknya.

"Hao'er ayo pulang."

Yan Hao tiba-tiba berdiri berjalan dengan tegap keluar tanpa menunjukkan gejala mabuk. "apa dia tadi berpura-pura." batin Xinji memandangi Yan Hao yang berjalan keluar.

"Paman Chao!"

"Ya, nyonya."

"Pinjamkan aku kertas sama pulpen."

Tertegun sejenak, Pak Chao segera berlari mengambil kertas dan pulpen yang diminta Yan Hao. "Ini, nyonya."

Sambil berjalan mendekati Xinji Yan Hao berkata, "Hubby, berbalik."

Xinji: "......"

Melihat Xinji yang hanya diam, Yan Hao jadi gemes, "Ayo suami, cepetan, nanti keburu lupa akunya." Yan Hao bicara sambil membalikkan badan suaminya. Saat Xinji telah berbalik, "menunduk sedikit, badanmu terlalu tinggi aku gak nyampe!"

Xinji: "...... "

Yan Hao meletakan kertas di punggung Xinji yang mulai menunduk sedikit, entah apa yang di oret-oretnya, setelah selesai kertas itu di serahkan pada pak Chao

"Paman Chao, ini nomor undian yang akan keluar besok, paman harus membelinya." sambil meletakan kertas berisi angka-angka di tangan pak Chao

Gu Xinji: ".... "

Pak Chao: "......."

Setelah itu dia berjalan lurus, belum ada dua langkah pinggangnya segera diraih Xinji. "Mau kemana?"

"Pulang,"

"Kemana?"

"Villa Lan Hua"

"Ayo kuantar." melihat Yan hao hanya diam, Xinji berkata, "kenapa lagi?"

"Suamiku, aku sudah tahu, kekasihmu sudah pulang, dan dia sangat cantik, hiks.. hiks..." air mata Yan Hao jatuh sebesar jagung dari sudut matanya yang indah. "kalau kamu ingin kita pisah, bisakah menunggu sampai bunga-bungaku mekar? waaa... waa... waaa...." air matanya jatuh seperti butiran hujan. Sudut mulut Xinji berkedut, rasa geli tertera jelas di wajahnya namun ditahan karena takut Yan Hao akan semakin keras menangis. Saat ini dihadapannya bukan istri yang biasanya tenang dan sopan, Xinji merasa yang ada di hadapannya saat ini adalah bocah peremouan yang baru yang baru saja beranjak dewasa. Pak Chao yang melihat nyonyanya menangis dengan keras hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Buru-buru menutup mulut istrinya yang semakin kencang menangis, Xinji berkata dengan lembut, "Siapa yang akan bercerai, jangan bicara omong kosong! ayo pulang, kita bicarakan dirumah." Xinji berkata lembut sambil mendorong Yan Hao ke dalam mobil.

Sebelum masuk Yan Hao yang masih terisak meraih lengan baju Xinji dan menggosok sisa air mata beserta ingusnya. Xinji yang melihat ulahnya hanya bisa terdiam.

"Pak Chao, jangan lupa belikan nomor undian itu."

Pak Chao: "......."

Xinji: "......"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Chapt 3. Gu Xinji, ini terlalu kejam!

Selama di perjalanan menuju rumah, Yan Hao tertidur, tidurnya begitu rapi dan anggun tanpa sedikitpun menunjukan tanda-tanda mabuk. Orang yang melihatnya tidak akan mengira bahwa wanita anggun yang tidur di mobil adalah wanita yang sama yang baru saja menangis kejer di depan sang suami menuntut agar 'jika diceraikan tunggu sampai bunga-bunganya mekar' jika saja aroma alkohol yang kuat tidak menguar keluar dari mulutnya yang mungil mungkin Xinji juga akan tertipu.

Tiba-tiba suara panggilan dari telpon genggam Xinji memecah suasana sunyi di dalam mobil.

"Ya."

Suara lembut terdengar dari seberang sana, "Kakak Xinji, apakah kita jadi makan malam bersama?"

Xinji tertegun sejenak, gara-gara mengejar Yan Hao yang mabuk ia sampai lupa janji makan malam dengan He Xingying.

"hhmmmm, aku akan datang."

Beberapa waktu kemudian mobil memasuki halaman Villa yang luas, Jinxi turun dari mobil sembari menggendong Yan Hao yang tertidur pulas dalam pelukannya, naik ke lantai atas, ia meletakkan Yan Hao di ranjang besar di kamar tidur utama, membetulkan selimut, setelahnya berbalik memandang bibi Wang dan Butler Li yang mengikuti di belakang.

 "Jangan biarkan dia mendekati alkohol." perintah Jinxi dingin, aura dingin yang terpancar dari tubuhnya serasa membekukan hingga ke tulang, bibi Wang dan butler Li hanya diam dan menunduk.

Mereka bergerak setelah Jinxi pergi dan suara mobilnya hilang dari pendengaran. Bibi Wang tahu dengan pasti tabiat Yan Hao saat mabuk, pernah suatu ketika Yan Hao mengira Xinji akan pulang karena hari itu ulang tahun pernikahan mereka, namun hingga larut malam Xinji tidak datang sama sekali, Yan Hao minum beberapa gelas anggur dan akhirnya mulai mabuk, awalnya semua pelayan tidak tahu jika majikan mereka mabuk karena Yan Hao dengan ceria memanggil semua pelayan, mengambil gitar dan bernyanyi di depan mereka mempertontonkan suaranya yang merdu, para pelayan tidak pernah menyangka bahwa nyonya muda mereka memiliki suara yang indah, sejak itu bertambah lagi satu julukan untuk sang nyonya 'peri bersuara emas'.

 Setelah bangun keesokan harinya Yan Hao tidak mengingat kejadian semalam, awalnya bibi Wang mengira nyonyanya malu tapi setelah bibi Wang melihat tampang polos Yan Hao dia akhirnya sadar kalau Yan Hao mabuk semalam dan tidak mengingat kejadian pada saat dia mabuk.

Sementara itu di suatu tempat, seorang gadis cantik melangkah turun dari mobil mewah.Gaun malam indah one shoulder membalut tubuh langsingnya dengan anggun ditutupi dengan mantel bulu berwarna gading, melangkahkan kakinya yang dibalut stileto orange ke dalam gedung pencakar langit. Sampai di lantai tiga puluh tiga ia disambut pelayan yang langsung mengantarnya ke ruang pribadi yang sudah dipesan. A Lin memberikan mantelnya kepada pelayan sebelum melangkah masuk dengan anggun.

Tak lama kemudian Gu Xinji datang, melangkah dengan malas dan keanggunan yang tercetak sampai ke tulang. "Kakak Ji" sapa A Lin

Gu Xinji mengangguk dan duduk di hadapan A Lin, mereka makan sambil berbincang hangat, ada kelembutan dalam tatapan mata Xinji, sesekali terdengar suara tawa renyah A Lin, tak lama kemudian Lin Chao datang membisikkan sesuatu di telinga tuannya. "baik." mengambil hp dari tangan Lin Chao dan berjalan menuju jendela bergaya Prancis.

"Mr. Robert. . . . " pembicaraan Xinji sepenuhnya menggunakan bahasa Prancis , dan berbicara sekitar 10 menit tentang jalinan kerjasama antara dia dan Mr. Robert. Setelah selesai dia berbalik dan menatap A Lin, "aku akan mengantarmu pulang."

"Kakak Ji, apakah kamu akan ke Prancis?"

"Hhhmmm."

"Bisakah kita pergi bersama? Aku juga ada kerjaan di sana, rancangan musim dingin akan segera keluar, jadi pertunjukan busana musim dingin harus dimulai. Dan aku ambil bagian di dalamnya."

"Baiklah, aku akan menjemputmu besok pagi."

......................

Sudah sebulan sejak kejadian malam itu, Yan Hao asyik menyiram bunga di kebun bunga miliknya di bagian belakang villa. Ddrrttttttt..... hp nya berbunyi, pada panggilan ketika Yan Hao menjawab.

"Ya."

"Beauty? terdengar keras dan bersemangat dari seberang sana. "Kenapa kau tidak membuka emailmu, kita memiliki banyak pekerjaan."

Yan Hao tidak langsung menjawab, ia bahkan menjauhkan hp dari telinganya yang berdenging lantaran suara keras dari Xiao Yi, tidak ada yang tahu nama samarannya saat sedang bekerja selain Ni Yi agennya.

Sebagai pengisi suara radio maupun seorang dubber baik kartun, drama ataupun perfilman, dia selalu menggunakan nama Beauty, dirinya sendiri merupakan misteri karena pekerjaannya selalu dikirim via email dan di transmisikan ke radio, kalau pun online baik di weibo ataupun youtube dia selalu menggunakan topeng jadi tak pernah ada yang tau wajah aslinya seperti apa, penggemarnya sendiri sudah mencapai beberapa juta di China belum lagi di luar negeri.

"Aku akan membacanya."

"Sebaiknya kau menerimanya, ini kesempatan bagus. Film "Secret of Love" yang digadang-gadang bakalan meledak di pasar dalam negeri maupun Internasinal mencari seorang dubber untuk mengisi suara pemeran utama wanita, karena suara Lin He pemeran utama wanita tiba-tiba hilang, jadi mereka harus menggunakan pengisi suara. Dan kau yang terpilih!" Xiao Yi menjelaskan dengan antusias.

"Baiklah.. baiklah.. aku akan menerimanya,kirimkan skrip dan rekamannya." jawab Yan Hao lembut.

Hening, tak ada suara dari sebrang, Yan Hao melihat hp nya kalau-kalau tanpa sengaja dimatikan, tapi masih tersambung, ketika ia hendak menanyakan kenapa diam, Xiao Yi tiba-tiba bersuara.

"Saudariku, hhmmm....... sebenarnya..... rekaman suaranya dilakukan di Pulau Jeju, Korea Selatan."

Boommm

Kaget, Yan Hao seketika mencari tempat duduk, "Apa? dimana? coba ulangi perkataanmu tadi!"

Sudah menduga reaksi Yan Hao, Xiao Yi segera menjelaskan. "Hao'er, film ini kolaborasi antara Tiongkok dan Korea Selatan, syutingnya juga kebanyakan diambil di sana, jadi.... karena sutradaranya tidak ingin treiler filmnya bocor ke publik sebelum diumumkan maka rekaman suaranya juga di ambil di studio di pulau Jeju."

"Oh, ayolah, Beauty, anggaplah ini sebagai liburan gratis sekaligus bekerja." Xiao Yi merayu.

"Kasih aku waktu sehari, besok akan kuberikan jawabannya."

"Yess!" Xiao Yi melompat kegirangan sambil berjoget, padahal Beauty tidak melihat.

"Aku menunggu kabar baik besok, Beauty"

"Baiklah."

Sampai telp ditutup Xiao Yi, Yan Hao masih linglung, ia tidak Menyangka bahwa pekerjaannya akan membawanya ke Pulau Jeju, salah satu tempat yang sangat ingin dikunjungi. Tersenyum lebar, ia cepat-cepat membuka email yang dikirimkan Xiao Yi kepadanya.

Skrip "Secret of Love" dan rekaman film yang sudah diambil menghiasi layar komputer yang ada di kamarnya. Namun sebelum melihat lebih lanjut, Yan Hao tertarik dengan rekaman suara yang dikirim secara anonim di Wechatnya.

"Aahhhh.... Kakak Ji, Pelan-pelan, sakiiiiiit."

Suara dari rekaman yang di buka Yan Hao seketika membuat matanya terbelalak. Air mata menetes di pipinya yang putih, tangannya menekan jantungnya yang berdegup hebat, mematikan rekaman suara yang masih berlanjut dengan adegan-adegan yang tak sanggup di dengar, Yan Hao bergetar hebat.

"Gu Xinji, ini terlalu kejam, aku membencimu! Hiks... hijs... hiks.... "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!