NovelToon NovelToon

Tidak,Jika Bukan Kamu

BAB. 1 Pulang

Tidak memberitahu Ibu dan Ayah nya adalah kebiasaan Qiana.Berjam-jam menempuh perjalanan.Akhirnya dia sampai juga di kota kelahirannya.

Mata nya berbinar saat sudah memasuki kota,jalanan masih sama seperti dulu.Hanya banyak gedung-gedung yang terlihat baru di bangun,dan ada juga yang sudah sama sekali Qia tak mengenali.

Selama lima tahun Qia hanya sesekali pulang,kali ini dia memaksa dirinya untuk pulang karena beberapa waktu lalu Ibu nya mengeluh rindu pada putri satu-satunya.

Memiliki kakak laki-laki dan adik laki-laki,membuat Qia sangat di sayangi oleh keluarga nya.Namun sayang,watak nya yang keras kepala membuat Ibu nya harus mengalah merelakan putri kecil nya bekerja mencari pengalaman di luar kota.

Mobil taxi mulai memasuki jalan menuju rumahnya.Rumah Qia sebenarnya tidak jauh dari jalan raya.Hanya saja jika mobil masuk akan susah jika untuk putar balik,harus memutari komplek yang cukup besar di dalam sana.

Memakai kaos oblong di balut jaket jeans dengan merk ternama,senada dengan celana panjang yang dia gunakan.Tidak lupa topi untuk menutupi rambutnya.Qia menarik koper hingga pintu gerbang.

Tangan Nya merogoh kunci gerbang.Dan ternyata gembok menggantung di sana.Mt Qia melihat ke dalam,pintu terbuka.

"Ayah,Ibu...."

Berkali-kali Qia memanggil namun tak ada jawaban.Terpaksa Qia mengeluarkan ponsel nya.

"Hallo?"

"Ayah,buka gerbang nya!"

"Hah?" Tono yang terkejut dengan suara Qia meletakkan gagang telepon di meja lalu melangkah,kepala nya menyembul di pintu.

"Ayah,buka! Ini di gembok!"

Tono pun kembali lagi masuk mencari kunci gembok yang ia gantung di atas lemari es.Langkahnya berlari cepat menuju gerbang.

"Kenapa tidak mengabari jika kau pulang Qi?"

Qiana menggeleng "Nanti Ibu woro-woro ke orang kalau aku pulang yah!"

"Ya ibu mu memang seperti itu!" Tono meraih koper Qia membantu anak nya dan masuk ke dalam.

Qiana melihat itu,dan gerbang yang di gembok lagi.Memasuki rumah Qia merasa sepi tidak ada orang satu pun kecuali ayah dan dirinya.

"Kamu tidak apa-apa kan ditinggal sendiri Qi?Ayah akan ke rumah Niar,Ibu mu di sana, sedang membantu memasak"

Qiana berhenti berjalan saat mendengar itu "Tante Niar,ada acara apa memang yah?"

"Ada acara doa bersama untuk Ibu nya Niar,beliau meninggal beberapa hari yang lalu."

Qia mengangguk.

Ohh,nenek Rio baru saja meninggal.

"Ayah berangkat sekarang ya?Kamu istirahat saja dulu,gerbang mau di gembok kembali atau bagaimana?"

"Di gembok saja Yah,aku capek ingin istirahat!"

Qiana merebahkan tubuhnya di kamar.Kamar yang tiga tahun ini ditinggalkan.Masih sama seperti dulu.Penuh dengan foto masa putih abu-abu.Foto dirinya bersama dengan Zena, Wati dan ada satu lagi sebenarnya.Tapi Wati menggunting dan membuang nya.

Baru menikmati semilir AC dan mulai mengantuk,ponsel Qia berbunyi.

'Woi,pulang gak kabar-kabar'

Sebuah pesan dari Agraham.Qia tidak membalas pesan itu dan hanya membaca di tepi atas notifikasi.

'Sekarang jadi cewek metropolitan ya? Gila beda banget!'

Kebiasaan Agra memang,jika tidak di balas dia akan terus mengirimi pesan.

'Tidak usah pura-pura tidur.Aku tahu kau membaca dan malas membalas!"

Qia tersenyum membaca.Akhirnya dia membuka pesan Agra,jari nya bergerak ingin membalas namun sebuah panggilan telfon masuk.

"Cewek metropolitan sombong sekarang ya!"

Qia tergelak mendengar nya.

"Gua malas menanyakan kabar mu Qi,karena gua tau pasti lu akan baik-baik saja!"

Qia tersenyum mendengar itu.

"Lu sengaja kan tidak mengabari,kalau akan pulang?"

"Untuk apa?Aku hanya ingin istirahat sebentar lalu berangkat lagi!"

"Buka pintu gerbang nya,atau gua loncat lewat tembok kaya jaman dulu sekolah,masuk lewat jendela?" Agra tertawa terbahak,begitu pula dengan Qia.

Mengingat kenangan beberapa tahun silam,mereka sering tidur bertiga atau berempat bersama.Dan menghabiskan waktu jika hari libur.

"Lu gak asik Qi,menghilang dari kita"

"Lu tau gua pulang Gra?"

"Tadinya sih ragu.Tapi siapa lagi jika bukan lu anak perempuan Om Tono?"

"Ragu?"

"Lu beda banget Qi,perawatan apa memang di sana?"

Qia hanya tertawa mendengar ucapan Agra.

"Gua cuma jadi kuli di sana,Gimana bisa perawatan.Perawatan tuh mahal Gra!"

Kedua nya hening.

"Qi..."

"Hemm..."

"Keluar dong,gua pengin liat lu"

"Gua cape Gra,baru nyampe.Nanti deh!"

"Kapan? Lu emang gak kangen sama kita?"

Qia hanya tersenyum.Agra tidak pernah berubah.Dulu dan sekarang sama saja.Suka memaksa.

"Besok sore ada acara di kafe biasa,kita semua ngumpul di sana.Ikut ya?"

"Gak janji ya?!"

"Ok,gua tunggu kabar dari lu"

Ponsel,panggilan Agra dimatikan oleh Qia,padahal lelaki itu belum sempat mengakhiri.

Bayang-bayang kejadian beberapa tahun lalu terlintas di mata Qia,Mata nya yang tadinya mengantuk terbuka seketika.Mengulang kejadian beberapa tahun lalu,yang sengaja dia hindari.Nyatanya orang pertama yang mengetahui dia pulang adalah Agra,dan lagi-lagi Agra langsung menghubunginya.

Rasa yang sudah lama terkubur timbul kembali hanya dengan sebuah panggilan telfon dari Agra.

Susah payah Qia menghindari panggilan dari Agra.Mungkin jika di tempat rantau Qia bisa menghindari dengan alasan sibuk bekerja atau lupa membalas chat karena terlalu cape.Atau lembur dan tidak sempat melihat ponsel nya.

.

.

Tono sampai di rumah Niar dan memarkirkan mobil nya di sana.Memberi salam dan masuk ke dalam rumah.

Ada acara tujuh hari Ibunda nya Niar.Pintu rumah dibuka saja,karena rumah masih rame dan banyak yang berkunjung dari sanak saudara.

Langkahnya menuju ke dapur menghampiri istri tercinta,namun sayang istri nya sedang berdekatan dengan Niar.

Niat nya untuk memberi tahu jika Qia pulang di urungkan oleh Tono.

Masih dengan hal yang sama,masalah mas lalu tidak bisa di lupakan begitu saja meski kata maaf terucap di bibir mereka.

"Ayah ngapain ke dapur?" Istrinya tiba-tiba menegur Tono, karena tidak biasa nya dia berkeliaran di dapur.

Tono pun hanya tersenyum "Tidak,hanya ingin meminta teh atau kopi saja!"

Menyadari itu,Niar tertawa terbahak.Sebagai tuan rumah dia tidak tahu jika Tono datang dan lupa untuk membuatkan secangkir kopi atau teh.

"Astaga Tono,bilang saja jika ingin di buatkan.Aku sibuk,jadi maaf tidak di perhatikan."

"Ahh tidak apa-apa.Aku bisa membuatnya sendiri.Lanjutkan lah pekerjaan kalian.Tidak usah mempedulikan ku."

"Tapi maaf,istrimu mungkin dua atau tiga jam lagi baru akan kembali!"

"Tenang saja,aku akan menunggu nya di sini!"

Mereka tergelak.Dan kembali ke pekerjaan masing-masing.

.

.

.

to be continue

BAB. 2 Tamu

Akhirnya Tono dan juga istri nya sampai di rumah pukul setengah enam sore.

Ibu nya terkejut melihat anak gadis yang selalu dia rindukan sedang duduk bersandar di sofa dengan kedua kaki di atas dan cemilan di pangkuan nya.

Mendekat dan langsung memeluk,Qia bahkan tidak menyadari saat kedua orang tua nya masuk rumah.

"Nak,kenapa tidak mengabari ibu jika kau pulang?"

Qia yang dipeluk tiba-tiba hanya menyebut kuda melihat ayahnya.

"Kamu baik-baik saja kan,sampai di sini jam berapa?kenapa bisa masuk,kan pintu gerbang di gembok ayah?Adik mu juga sedang di rumah mamas!"

Qia menggaruk alis nya yang tidak gatal.Pertanyaan ibu nya sangat lah banyak,hingga dia bingung mana yang akan di jawab terlebih dahulu.

Mengurai pelukan,kedua tangan ibu Qia masih saja memegang bahu anak gadis nya.

"Kami sehat kan nak?"

Qia tersenyum melihat wanita yang kini mulai terlihat beberapa kerutan di wajahnya.

"Alhamdulillah sehat Bu,Qia sampai tadi siang.Sengaja meminta ayah untuk menggembok pintu gerbang"

Mendengar itu Ibunya menoleh ke Tono yang duduk di sofa sebelah.

"Ayah!! Kenapa tidak memberitahu kan ke ibu kalau Qia pulang?!" Wanita tua itu memasang muka jutek.

"Bukan tidak cerita Bu,Di sana rumah Niar.Ramai banyak orang,lagi pula Rio juga dari tadi bersama ayah kan?"

Tono melirik Qia yang duduk di depan Istrinya.Tanpa berbicara apapun Ibu Qia langsung mengerti dengan ucapan suami nya.

Semenjak Qia pergi dan mencari dunia nya sendiri,bekerja,dan mandiri sendiri.Walau sempat keinginan nya di tentang oleh kedua orang tua nya.Namun dia berhasil membujuk dengan bantuan Mamas yang sangat menyayangi nya.

Tidak jauh,hanya berapa jam jika ditempuh dengan jalur udara.Kepulangan nya pun mendadak dan secara tiba-tiba.Tidak mengabari seorang pun atau siapapun.

"Sudah makan nak?"

Qia menggeleng,menggerakkan toples yang berisi kue nastar buat tan ibunya.

"Maaf Bu,aku habiskan!"

"Itu sisaan lebaran kemarin.Memang masih enak?"

"Lumayan" Senyum nya hambar.

"Kalau begitu sebentar,Ibu tadi membawa rendang dari rumah Tante Niar."

Mira,Ibu Qia beranjak dari duduk nya dan membuka bungkusan paper bag kecil yang berisi kotak rendang dan lauk yang lain.

"Ibu siapkan di piring sekalian ya Nak?"

"Iya Bu.." Qia tidak bisa menolak jika itu adalah ibu nya.Kasih sayang yang Ibu berikan adalah anugerah yang paling indah yang Qia rindukan,tidak pulang selama tiga tahun membuat diri nya rindu Ibu dan segala perhatian nya.

.

.

"Apa kamu tidak mengabari teman-teman mu Nak?" Tiba-tiba Tono menanyakan itu kepada Qia.

Qia pun menggeleng "Tidak yah"

"Anak ayah baik-baik saja kan?"

Qia tergelak "Iya yah,aku baik-baik saja.Ayah bisa lihat sendiri bukan?Kenapa ayah mengkhawatirkan ku seperti itu?"

"Kau anak gadis ayah satu-satunya,ayah akan bersedih jika kau pulang karena hal yang lain nak!"

"Aku pulang hanya merindukan kalian.Ayah,Ibu,Mamas dan juga Adek.Tidak untuk yang lain Yah"

"Berapa hari kamu di rumah?Apakah lama?"

"Mungkin yah!"

Ibu Mira datang membawa sepiring nasi beserta rendang dan kerupuk udang kesukaan Qia.

"Habiskan nak!"

"Pasti Bu,akan aku habiskan!" Mereka tersenyum.

Qia mulai meraih sendok dan mengambil nasi untuk di siapkan namun bel di depan berbunyi.

Ketiga nya menoleh ke arah pintu depan.Dan saling berpandangan.Qia mulai menyiapkan nasi di sendok nya.

"Biar ayah saja yang membuka nya!"

Mira pun tersenyum dan mengangguk.

.

.

"Malem om"

"Malem, tumben sekali Agra kemari? Teo masih di rumah Mamas belum pulang"

Agra lah orang yang memencet bel beberapa menit yang lalu.

"Maaf Om,Tapi aku mencari Qia.Apa dia ada Om?"

Qia dan Mira yang berada di ruang tengah saling memandang,kedua nya bisa mendengar obrolan Tono dan juga Agra.

"Kamu tahu Qia pulang Gra?"

Agra tersenyum hambar "Kebetulan tadi siang kami mengobrol di telfon Om"

Tono berjalan masuk dan di ikuti oleh Agra di belakang nya.Bukan dipersilahkan duduk di ruang tamu, tapi langkah Tono malah ke ruang tengah menghampiri Qia dan istrinya.

Mira dan Qia menoleh seketika,ketika mendengar langkah kaki mendekat.Qia yang memakai celana pendek di atas lutut,reflek mengambil bantal sofa di sebelah nya untuk menutupi kaki jenjang nya.

"Malam Tante... Hai Qia?" Tangan nya melambai ke arah Qia.

Demi apa,dia beneran ke sini.Astaga Agra memang kurang asem!

Lain dengan Mira yang tersenyum menanggapi salam dari Agra,Qia hanya membulatkan mata melihat Agra yang serius datang ke rumah nya.

Qia mengulum senyum dan membalas lambaian tangan Agra.

"Duduk Gra!"

"Iya Tante" Tanpa basa basi Agra duduk di sofa yang tadi ditempati oleh Tono.

"Agra mencari mu Qi,katanya dia tadi ngobrol dengan mu lewat telfon.Kata nya tidak mengabari siapa pun jika pulang,kenapa Agra tahu?"

Ayah nya bertanya penuh slidik kepada Qia.

"Oh maaf Om,,bukan Qia yang memberitahu,tapi Agra yang tidak sengaja lewat dan tahu Qia masuk membawa koper siang tadi"

Membela Qia di mata orang tua nya.Bak pahlawan yang datang saat dibutuhkan.Menjelaskan jika dia yang tidak sengaja melihat anak gadisnya.

"Oh jadi begitu..Ehekmm! Ayah kira Qia hanya memberi tahu orang spesial nya!"

"Ayah!" Qia reflek menjawab pernyataan ayah nya.

"Lanjutkan,ayah mau kebelakang dulu lihat ikan!"

Tono pun melenggang pergi dari meninggal kan istrinya yang masih betah membelai Surai indah Qia dan mengusap punggungnya.

"Makan Gra!"

Agra yang sedari tadi memandangi Qia tersenyum ketika gadis di depan nya menawari makan.

"Rendang,tadi Tante yang membawa nya dari rumah Tante Niar.Tujuh hari meninggal nya Oma.Kalau mau ambil saja Gra,di dapur masih ada banyak!"

"Terimakasih Tante,Agra sudah makan"

Hening

Hening

Hingga akhirnya Mira pun turut kebelakang beralasan menyusul suami nya.Melihat ikan di kolam.

Qia yang tahu Ibu nya pergi sedikit waspada dengan Agra,dari tadi mencuri pandang dengan nya.Beruntung acara makan Qia tidak tersedak.

"Lu perawatan ya Qi?"

Pertanyaan yang konyol sebenarnya,tapi bukan Agra jika tidak bertanya seperti itu.Mata nya terus melihat ke arah Qia,hingga Qia sendiri nervous karena sedang makan.

"Kalau perawatan sih gak,tapi kalau merawat dompet iya!" Qia mengulum bibir menahan senyum nya sendiri.

Agra berdecak mendengar ucapan Qia.

"Seneng kan lu di kota besar,cowo nya ganteng-ganteng pasti.Sampai di bela-belain perawatan.Hampir aja gue gak mengenali lu tadi siang!"

"Ashh bullshits! Demi apa lu gak mengenali gue?! Sendal yang biasa gue pake aja lu tau! Ya kan?"

Qia mengacungkan telunjuk nya pas di depan muka Agra,Dan di tangkap oleh nya.

"Gak usah nunjuk gitu kali Qia,gue gak jauh kok,tetep di sini nungguin lu!"

Ucapan nya bermakna berbeda sepertinya

"Ishhh apa'an sih Gra!" Qia menarik tangan nya yang di genggam oleh Agra.

Hal yang seperti ini,yang Qia malas jika pulang.Terutama Agra,Lelaki yang mempunyai nama Agraham itu sering bolak balik depan rumah hanya ingin melihat Qia.

Istilahnya,nama nya orang cinta liat sandal nya aja udah senyum-senyum,salting, senyum-senyum sendiri tidak karuan.

.

.

.

to be continue

BAB. 3 Venus

Merayu Qia memanglah tidak mudah,keras kepala dari dulu dan Agra tahu sekali tentang itu.Tidak juga ingin keluar dan bertemu bersama teman-teman nya.

"Lu takut apa sih Qi?"

Mereka duduk di gazebo depan,dengan bantal di pangkuan Qia untuk menutupi kaki nya.

"Gue gak takut apapun,kecuali Tuhan.Masih capek gue,Bayangin aja berapa jam mengudara setelah itu ke rumah juga membutuhkan waktu yang lama"

"Cuma sebentar Qi,dan itu cuma dengan temen-temen.Tidak ada Rio"

Mendengar itu Qia melihat sekilas Agra.

"Janji ya sebentar?Lu gak ngomong kan kalau bawa gue?"

Agra tersenyum "Janji,gue juga belum ngomong mereka kalau lu pulang!"

"Ok! Gue ganti baju dulu!" Qia melangkah masuk ke dalam rumah.

Agra yang berada di sana menatap lekat gadis yang pernah bersama nya malam itu.Dilihat dari ujung kaki hingga ke ujung kepala,dan sebaliknya.Bibir nya menyunggingkan senyum,mengingat beberapa tahun silam.

Tidak ada yang berubah dari mu Qi.Lu tetap sama bagi gue.Dan sekarang malahan semakin cantik.Mario pasti menyesal menyianyiakan mu.

.

.

Beberapa menit berlalu,Kedua anak manusia yang dipertemukan kembali sudah berada di dalam mobil.

Memakai jumpsuit berwarna silver ,panjang se mata kaki,dengan lengan yang terbuka,menampilkan bahu dan tali Daleman berwarna hitam.Rambut Qia di gerai dengan ujung yang di buat bergulung seperti sepiral.

Mata Agra tak berkedip selalu mencuri pandang pada perempuan di sebelah nya.

Cantik banget ya Tuhan!Kalau lu istri gue,gak akan pernah bahu lu gue ijinin terbuka seperti itu.

Ehekmm! Qia yang sedang bermain ponsel sadar dengan tatapan Agra yang selalu menoleh ke arah nya.

Dia pun berdehem "Fokus Gra! Gue gak mau mati,belum merid gue!"

Mendengar itu Agra menahan senyum nya.

Belum merid tapi udah pernah ngerasain kan Qi?

Ahh Agra hanya mampu bertanya di dalam hati,karena mereka berdua sudah berjanji tidak akan pernah mengungkit suatu apapun.Dan bagi Qia dirinya sudah menganggap itu angin lalu.

.

.

VENUS CAFE

Sengaja tidak ingin di istimewa kan,Qia langsung keluar saat mobil berhenti di parkiran.

Kepala nya tegak melihat tulisan di depan nya,bibir Qia tersenyum tipis melihat itu.

Banyak banget kemajuan nya ni kafe!

Menoleh Agra,pria itu mengangguk dan memberi isyarat untuk masuk.

"Hai Bro!" Bukan hanya satu dua orang,hampir seluruh karyawan menyapa Agra.

Qia menenteng tas dengan kedua tangan nya,takut jika Agra mencuri waktu untuk menyentuh dan menggandeng tangan nya.

"Qiana!!" Baru juga dua langkah masuk ke dalam kafe.Suara melengking Wati terdengar,gadis itu langsung berlari menghampiri dan memeluk Qiana.

"Bego!! Sesek gue!" Tangan Wati melingkar di leher Qia.Seketika Wati melepaskan pelukan nya.

"Ya Allah Qi,lu cantik banget.Heran gue kenapa lu berubah sedrastis ini.Pake ilmu apa lu,perawatan dimana.Jadi sugar baby om om ya?"

Qia memutar bola matanya jengah.Mulut Wati bener-bener gak bisa di rem.Segala macem di sebutin,dari menyanjung sampai menuduhnya yang tidak-tidak.

"Duduk dulu Wat!"

Agra meraih tangan Qia,dan itu Qia merasa kecolongan.Pria itu melewati meja demi meja hingga duduk di kursi yang luas bersama Dani, Anto dan juga Zena.

Dari mereka memang Wati lah yang selalu tidak tahu malu dan memamerkan ke bar-bar ran nya.

"Qia,gue kangen lu banget!" Zena memeluk nya erat.

"Hadeuh ada yang makin-makin nih kayanya nanti!" Siapa lagi jika bukan Dani.Si pemegang rahasia Agra,bukan hanya itu.Dia juga paling pro dan brother ran banget pokoknya lah sama Agra.

Qia melihat satu persatu teman yang ada di sana.

"Dia gak di sini,lu tenang aja Qi.Dia di ujung sana tuh.Sama bininya!"

Mata Qia tak sengaja bertemu dan bertatap tajam dengan Mario,yang kata Agra dia tidak akan ke sana.

lalu itu siapa?Agra emang beneran ngerjain gue.

Kepalang tanggung,ingin pergi dari sana di sangka pengecut dan tidak bisa menerima realita.Bertahan bakal ada drama-drama yang kampungan antara Mario dan Mely.

Mata Qia menatap tajam Agra.Agra tahu tatapan apa yang diberikan oleh Qia.Selain Qia akan marah,setelah ini dipastikan Qia sulit lagi untuk di ajak keluar rumah.

Mencoba untuk biasa saja,mengobrol dan bersendau gurau dengan yang lain,namun tidak dengan Mario yang memilih duduk hanya meja dua orang saja bersama calon istrinya.

Lama-lama di buat jengah oleh kelakuan Mario yang berkali-kali menoleh dan di kembalikan lagi oleh Mely.

"Gue rasa mending gue pulang aja kali ya Wat?Gue ngerasa di sini tidak nyaman!"

Qia sudah berdiri dari kursinya.Namun Agra menghambat langkahnya.

"Sini saja,kita cari meja yang membuat mu aman dan nyaman!"

Qia mengerutkan keningnya,emosinya sudah mulai terpancing.

"Gue ke sini karna lu yang bilang tidak ada mereka,kenapa di sini ada mereka?!"

Agra menggenggam erat tangan Qia.

"Sumpah,gue gak tahu kalau mereka di sini!Maaf,kita pindah tempat ya!"

Qia menarik keras tangan nya dari genggaman tangan Agra.Wajahnya mengisyaratkan kekecewaan kepada Agra.

"Maaffin gue Qi.Gue gak tahu kalau lu pulang dan kemari juga,jadi tadi gue menghubungi Mely untuk bergabung!"

Zena yang sangat menyesal dengan situasi itu,terlebih lagi melihat Mario yang selalu mengarah ke Qia membuat Mely menjadi kesal di buat nya.

"Gue pulang sendiri aja!"

Langkah nya terhenti ketika Wati berdiri menghalangi nya.

"Gue tahu lu masih sakit Qi,tapi bukan Qia yang seperti ini yang gue kenal!"

Tatapan mereka saling beradu.Agra yang tidak bisa melihat Qia seperti ini memeluk nya,menekan rasa yang sudah memuncak.Tidak ada yang tahu rasa sebenarnya di dalam hati Qia,yang mereka tahu adalah penghianat tan Mario beberapa tahun lalu dan semua menyaksikan nya.

"Kita pindah tempat ya,slow Qi!"

Qia melepaskan tangan Agra dan mendorong dada lelaki itu.

"Gue bisa sendiri!"

Akhirnya mereka berpindah tempat,dengan Qia yang duduk membelakangi Mario dan Mely,meski sudah seperti itu.Mata Mario tetap saja menoleh beberapa kali ke Qia.

"Gue pesankan makanan ya Qi?" Wati mencoba mendinginkan suasana.

Qia mengangguk,membenarkan rambut yang jatuh di bulu mata nya.Melihat sekilas Agra.Bibir pria itu bergerak seolah berbicara kata "Maaf!" Dan hanya buangan wajah saja Qia menanggapi nya.

Hingga waktu mulai mencair seperti biasa,Qia yang sudah mau mengobrol dan kembali tersenyum.

Melihat itu Agra yang merasa bertanggung jawab atas Qia sedikit lega.

Tiba-tiba Mely dan Mario mendekat mengarah ke meja Agra.

Mely yang melingkar kan tangan nya di bahu Qia berpura-pura akrab dengan nya.

"Hai Qi,senang bisa bertemu dengan mu kembali.Gue tahu lu orang yang paling baik,pasti sudah tahu kan dari keluarga mu kalau kita akan menikah,Aku dan Mario.Dan lagi,di perut ku sudah ada Rio junior.Kau tidak ingin menyapa nya?"

.

.

.

to be continue

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!