NovelToon NovelToon

Grim'S Descendants

Chapter 1

Di suatu sore, seorang pemuda berusia 17 tahun yang baru keluar dari sekolah nya di sebuah kota bernama Solem yang terletak di negara Alates, berjalan dengan langkah yang cepat untuk pulang ke rumah nya supaya tidak kemalaman pulang kerumah nya. Wajahnya yang tampan terlihat sedikit khawatir, rambutnya yang berantakan tergerai karena terhempas angin, dia mendekap tas nya dengan kedua tangan nya yang memakai sarung tangan. Tiba tiba,

“Awas.....” Terdengar suara teriakan dari belakang.

Dia merasakan kerah kemejanya di tarik seseorang dari belakang, dia terkejut dan terjatuh ke belakang. “Teeeet...woi masih lampu merah.....dasar bego.” Teriak orang di dalam mobil yang lewat di depan nya. Pemuda itu menarik nafas lega, barulah dia sadar kalau dia sedang ingin menyebrang jalan dan lampu penyebrangan masih menunjukkan dilarang menyebrang. Dia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menyelamatkan nya, tapi ketika menoleh, dia tidak melihat seorang pun di belakang nya.

Karena tidak melihat siapapun di belakang nya, dia berdiri, dengan tangan gemetar, dia menutup mata sebelah kanan nya dan melihat menggunakan mata sebelah kiri. Ternyata ada seorang gadis berpakaian seragam sekolah berlumuran darah dengan tubuh tidak beraturan yang mengerikan walau wajah pucatnya terlihat cantik dan tersenyum padanya. Pemuda itu menoleh dan melihat di bawah tiang lampu lalu lintas itu ada sebuah karangan bunga dan beberapa dupa yang di letakkan di sana. Dia menyadari kalau gadis itu adalah korban kecelakaan yang meninggal di jalan itu. Melihat gadis itu di belakang nya, dia langsung menunduk mengucapkan terima kasih dan berbalik tanpa menoleh lagi.

Tubuhnya mulai gemetar karena gadis yang dia lihat di belakang itu berjalan jalan berputar mengelilingi dirinya.

“Ne...ne....onii chan bisa melihat ku ya ?” Tanya gadis itu dengan suara mengerikan.

Pemuda itu diam saja, dia berpura pura tidak mendengar dan melihat gadis yang wajah berlumuran darah nya sudah dekat dengan wajah nya, keringatnya mengucur sangat deras. Ketika lampu hijau dan mobil mobil berhenti, pemuda itu langsung mengambil langkah seribu menyebrangi jalan, dia menoleh dan melihat gadis itu melambaikan tangan padanya. Bulu kuduk nya berdiri dan seluruh tubuhnya gemetar.

“Uuuh....kenapa selalu seperti ini.....” Pikir nya dalam hati.

“Hei....kartu pelajar mu jatuh....ini....” Ujar seseorang di samping nya.

“Oh terima kasi.....”

Pemuda itu kaget karena orang yang berlari di samping nya adalah seorang pekerja kantoran yang berlari mundur, tapi wajah nya menghadap ke belakang dan melirik ke arah nya sambil tersenyum dengan senyum yang mengerikan, dia memberikan kartu pelajar pemuda itu yang terjatuh karena berlari.

“Hehehe sudah kuduga kamu bisa melihat ku.....” Ujar pria pekerja kantoran itu dengan suara serak dan mengerikan.

“Tidak...tidak....aku tidak melihat apa apa....permisi.....”

Pemuda itu lari semakin kencang tanpa menoleh kebelakang. Akhirnya dia sampai di sebuah apartemen yang bangunan nya kusam dengan lampu remang remang, dia langsung menaiki tangga ke atas, kemudian dengan tangan nya yang gemetar dia mengambil kunci di sakunya dan dengan susah payah memasukkan kunci ke dalam lubang kunci di pintu nya. “Cklek.” Akhirnya dia berhasil membuka pintunya dan langsung masuk ke dalam.

“Huff...huff....selamat....” Ujar nya dalam hati.

Dia bersender ke pintu melepas lelah dan menarik nafas, kemudian dia terduduk bersender di pintu sambil meringkuk mendekap lutut nya kemudian membenamkan kepalanya, lalu dia melihat kondisi apartemen nya.

“Sudahlah....mau di ratapi bagaimana pun sama saja....” Ujarnya dalam hati.

Dia berdiri dan berjalan masuk menuju kamar mandi, setelah di dalam, dia membuka pakaian nya, tubuh nya terlihat kekar, tapi ada bekas luka melintang di dada nya dari pundak sampai ke pinggang. Dia melepas kacamatanya, kemudian dia melepaskan lensak konta di mata kirinya dan memandang wajahnya sendiri di cermin, mata sebelah kirinya ternyata berbentuk seperti mata kucing dan memiliki pupil berwarna merah. Dia mulai membasuh wajah nya sendiri dan kemudian mengambil handuk masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membilas tubuhnya, dia masuk ke dalam bak mandi,

“Fiuuuh......enak nya....benar benar hari yang melelahkan....” Pikir nya dalam hati sambil berendam.

Dia melepaskan sarung tangan nya, di kedua punggung tangan nya ada sebuah tanda lahir dengan bentuk seperti bekas luka bakar yang di lapisi sisik ular. Dia menaikkan salah satu tangan nya dan membuka tangan nya, dia melihat punggung tangan nya. Dia memejam kan mata dan pikiran nya mulai mengenang apa yang pernah dia alami di masa lalu.

*****

10 tahun yang lalu, ketika pemuda itu berumur 10 tahun, di sebuah desa bernama Yomi-mura yang berada di pegunungan,

“Ryuto kun......masuk, sudah sore nih....bantu mama menata meja.” Teriak seorang ibu dari dalam rumah kepada anak nya yang sedang bermain di halaman.

“Iya ma....” Jawab anak itu sambil berlari masuk ke dalam rumah.

Ryuto melepas alas kaki nya dan masuk ke dalam, dia langsung mengambil piring yang sudah di siapkan mama nya, kemudian menatanya di meja makan,

“Sudah ma....” Ujar Ryuto.

“Wah pintar, kamu bangunkan Mika chan ya.....” Balas ibu.

“Iya ma....”

Ryuto berjalan keluar dari ruang tengah kemudian menuju kamar yang berada di lantai dua. Dia masuk ke dalam kamar, menghampiri tempat tidur,

“Mika...bangun.....Mika.....” Ujarnya sambil menggoyang goyangkan tubuh kecil yang ada di depan nya.

“Uh...onii chan....makanan sudah siap ?” Tanya Mika.

“Hahaha dasar Mika, bangun tidur yang di tanya makan....sudah, ayo turun...” Jawab Ryuto.

Mika yang masih berumur 8 tahun berbalik dan duduk di tempat tidurnya, dia melihat Ryuto yang berdiri di sebelah nya. Kemudian dia turun dari tempat tidurnya dan bersama Ryuto berjalan ke bawah menuju ruang tengah yang merangkap ruang makan. Di bawah, mama sudah menyiapkan makanan nya di meja.

“Ayo kita makan.....selamat makan.” Ujar mama.

“Selamat makan....” Ujar Ryuto dan Mika.

Ketiga nya makan dengan riang, Ryuto membantu mengelap mulut Mika yang belepotan di sebelah nya, mama nya tersenyum melihat keduanya. Selesai makan,

“Ma, boleh tanya ga ?” Tanya Ryuto.

“Iya...kenapa...” Jawab mama.

“Begini ma, tadi aku melihat banyak sekali orang berdiri di depan pagar melihat ku yang sedang bermain, mereka memanggil manggil tapi tidak berani masuk ke dalam pagar. Mereka itu siapa ma ?” Tanya Ryuto.

Wajah mama langsung sedikit berubah, dia menoleh melihat Mika dan kembali melihat Ryuto yang memiliki mata merah seperti mata kucing di sebelah kirinya, mama juga melihat kedua tangan kecil Ryuto yang memiliki tanda di punggung tangan nya.

“Mereka bukan siapa siapa.....yang penting kamu jangan keluar ya....mama melarang kamu keluar rumah itu demi kebaikan mu.” Jawab mama.

“Iya ma, aku mengerti....tapi aku bosan ma...” Balas Ryuto.

“Ada aku kan onii chan....” Mika menoleh kepada Ryuto sambil tersenyum.

“Iya sih....ya sudah lah....” Balas Ryuto.

“Nah sekarang sudah malam, kamu masuk kamar ya Ryuto kun....” Ujar mama.

“Iya ma, kita main lagi besok ya Mika.” Ujar Ryuto sambil mengelus kepala adik nya.

“Iya onii chan....hehehe...” Balas Mika.

Ryuto turun dari kursi dan berjalan keluar dari ruangan, dia berjalan di lorong kemudian menuruni tangga di ujung untuk menuju ruang bawah tanah dengan lampu remang remang, setelah sampai, dia masuk ke kamarnya yang berada di ruang bawah tanah dengan banyak jimat menempel pada dinding di sebelah pintu nya.

Chapter 2

Sementara di atas, Mama dan Mika masih berada di ruang tengah karena masih belum selesai makan, Mika menoleh melihat mama nya,

“Mama.....hari ini boleh tidak Mika tidur sama mama ?” Tanya Mika.

“Iya boleh, kamu melihat nya ya....” Jawab mama.

“Iya ma, orang orang itu mengelilingi onii chan....” Balas Mika.

Mama langsung menghampiri Mika dan memeluk nya, tiba tiba, “Braak.” Pintu rumah mereka terbuka kencang, setelah itu “Braak.” Pintu ruang tengah juga terbuka kencang. Mama yang sedang mendekap Mika, menoleh, di belakang nya ada seorang pria besar yang tubuh nya di selimuti bayangan sampai tidak telihat wujudnya sedang berdiri dan menjulurkan lengan nya kepada nya. Mama langsung menoleh kepada Mika,

“Mika chan, kamu masuk duluan ke kamar ya, mama pergi sebentar, nanti mama susul kamu ya. Jangan kasih tahu onii chan ya seperti biasa.” Ujar mama sambil memegang kedua pundak Mika.

Mika yang ketakutan hanya bisa mengangguk mengiyakan mama nya, kemudian mama berdiri dan menyambut tangan pria itu, setelah itu mereka keluar dari ruang tengah dan masuk ke sebuah kamar yang berada persis di sebrang ruang tengah. Mika meringkuk di sudut ruangan dan tidak berani bergerak. “Buk..buk...buk.” Terdengar suara dari ruang di sebrang ruang tengah, Mika menutup telinga nya dengan kedua tangan nya, tapi tiba tiba,

“Apa....kamu mau mengambil Mika ? apa aku saja tidak cukup ?” Teriak mama di dalam ruangan.

Mika yang mendengarnya menjadi kaget. Dia berdiri dengan kaki yang gemetar berusaha berjalan perlahan menuju pintu. Ketika sampai di depan pintu, dia melihat pintu ruang yang berada di sebrang sudah terbuka, dia melihat ke dalam dan melihat mama sudah tegeletak di tanah dengan tubuh tanpa busana dan mata yang terbelalak berwarna putih.

“Ma...ma......” Ujar Mika gemetar.

Dia merasakan ada seseorang berdiri di belakang nya, Mika menoleh dan melihat pria hitam tadi sudah berdiri di belakang nya sedang memandang dirinya dengan mata yang berwarna merah. Karena kaget, Mika langsung berlari menuju ruang bawah tanah, pria itu berjalan santai mengikuti nya. Ketika tiba di depan kamar Ryuto,

“Onii chan....onii chan....buka pintu nya onii chan....” Teriak Mika.

Ryuto yang sedang berbaring di tempat tidur langsung terduduk mendengar suara Mika. Dia berlari menuju pintu dan membuka pintu nya, tapi ketika dia membuka pintu, dia melihat seorang pria besar yang berpakaian seperti seorang ksatria yang berdarah darah dengan kepala tertancap sebuah pisau di pelipisnya, sedang mencekik dan mengangkat Mika yang meronta ronta kesakitan. Pria itu menoleh melihat Ryuto dengan wajah nya yang buruk rupa,

“Onii.....chan.....”

“Hei...lepaskan Mika, lepaskan adik ku.....” Teriak Ryuto.

Ryuto maju menyerang pria itu dan berusaha membebaskan Mika, tapi dengan satu kibasan saja, Ryuto terpental masuk kembali ke dalam kamarnya, tubuh nya membentur dinding dan dia jatuh terlungkup di tanah, darah segar membasahi pakaian nya, ternyata kibasan pria itu melukai bagian depan tubuh nya dari pundak sampai ke pinggang. Dengan menahan sakit yang teramat sangat, dia berusaha berdiri dengan perlahan, Dia melihat adik nya yang meronta ronta di cekik di depan nya,

“Tidak......jangan...lepaskan adik ku....” Teriak Ryuto dengan nada gemetar ketakutan dan kesakitan.

Pria itu memasukkan tangan nya ke dalam tubuh Mika, kemudian dia menarik keluar roh Mika dari dalam tubuh nya, setelah itu dia melemparkan tubuh Mika ke arah Ryuto yang masih berusaha berdiri. Dengan susah payah Ryuto menangkap tubuh adik nya, dia melihat pria itu memanggul roh Mika dan membawa nya pergi. Roh Mika menangis dan berontak, karena kesal pria itu akhirnya memasukkan roh Mika ke sebuah tempat seperti botol dari kaca yang indah dan menutup nya, setelah itu dia menyimpan kembali botolnya di saku dan beranjak pergi meninggalkan Ryuto yang gemetaran di dalam kamar nya sambil memeluk tubuh Mika dan hanya bisa melihat nya pergi. Menyadari tubuh adiknya yang berada di pelukan nya tidak bergerak lagi,

“Tidaaaaaaak.....Mika.....Mikaaaaaaa....” Teriak Ryuto histeris.

Dia mendekap tubuh Mika yang sudah dingin dan kaku tidak bergerak lagi sambil menangis tersedu sedu. Karena kehilangan banyak darah, dia pun pingsan sambil memeluk tubuh adik nya.

*****

Kembali ke saat Ryuto sedang berendam di bak mandinya, dia membuka matanya dan melihat ke langit langit. Ryuto merasa bingung dan takut, dari hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya sangat ingin mencari pria atau roh jahat yang membawa roh adik nya dan membebaskan nya, tapi dia takut karena menyaksikan pria yang entah manusia atau bukan menarik roh Mika dari dalam tubuh nya persis di depan matanya sehingga menjadi trauma di dalam dirinya. Ketika berumur 13 tahun, dia di bawa ke kota oleh seorang dosen unversitas yang datang ke desa dan mengadopsi nya. Ketakutan nya bertambah, karena dia bisa melihat roh roh gentayangan yang mengerikan dan beraneka ragam wujudnya di dalam kota,

“Aku sudah muak.....aku benci hal hal seperti ini. Kenapa aku bisa melihat semua itu. Aku tidak pernah minta seperti ini.” Pikir nya dalam hati.

Setelah tenang dan kembali ke kenyataan, dia berdiri keluar dari bak mandi. Dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan mengenakan kembali pakaiannya, kemudian dia menuju ke kulkas, ketika membukanya,

“Aduh.....aku lupa belanja....” Ujar Ryuto melihat kulkasnya yang kosong.

Perutnya berbunyi, dia merasa sangat lapar, tapi karena tidak ada makanan dan dia tidak berani keluar, akhirnya dia mengambil gelas dan minum Air sebanyak banyak nya. Tapi tiba tiba, “Ding dong.” Bel unit apartemennya berbunyi, Ryuto langsung berjalan menuju pintu, dia mengintip melalui lubang kecil di pintu dan melihat seorang gadis berdiri di balik pintu yang merupakan tetangga nya. Ryuto melepaskan rantai dan membuka pintu nya,

“Halo Ryuto kun......ini kebetulan aku masak kare....di makan ya.” Ujar seorang gadis yang terlihat jauh lebih tua dari Ryuto memberikan dua box tupperware kepada nya.

“Oh...terima kasih banyak Ena onee san....aku jadi sering merepotkan.” Balas Ryuto sambil mengambil box nya.

“Haha tidak masalah Ryuto kun, di makan ya....tempatnya di kembalikan nanti saja tidak apa apa....sudah ya aku pulang dulu...” Ena pamit dan berbalik.

“Iya onee san...terima kasih sekali lagi.” Balas Ryuto menunduk.

Setelah menutup pintu, Ryuto langsung membawa kedua box itu ke meja, dia membuka nya, satu box berisi nasi dan satu box berisi kare, dia mencampurnya dan makan dengan nikmatnya. Karena kare itu cukup pedas, dia merasa kepanasan, Ryuto berdiri dan membuka tirai nya. Ternyata di balik tirai nya ada sebuah kepala seorang pria botak, dengan mulut yang robek sangat lebar dan lidah panjang terjulur ke bawah berlumuran darah sedang melihat dirinya. Dengan tenang Ryuto menutup kembali tirai nya dan kembali duduk di mejanya. Dia menghela nafas,

“Uh....benar benar merusak selera makan ku.......” Ujar Ryuto dalam hati sambil meneruskan makan nya.

Chapter 3

Keesokan hari nya, pagi pagi, Ryuto keluar dari apartemen nya sudah mengenakan seragam dan siap berangkat ke sekolah. Dia mengunci pintu nya berjalan menuruni tangga.

“Pagi Ryuto kun....” Sapa seorang ibu yang sedang menyapu di bawah.

“Pagi.....obasan (tante)....” Ujar Ryuto sambil menoleh memalingkan wajah nya.

Alasan nya, karena tante yang di sapanya itu tidak memiliki kaki dan melayang di udara. Ryuto berjalan keluar pagar menuju sekolah nya, di perjalanan dia melihat banyak sekali roh roh orang meninggal yang berkeliaran di jalan, dia memakai kacamatanya dan seluruh roh di depan nya menghilang. Kacamatanya berfungsi untuk menutup kemampuan mata kirinya, walau sudah memakai lensa kontak, efek kekuatan matanya baru berhasil di redam sedikit kalau di tambah kacamata. Tapi kadang ada saja roh yang masih terlihat oleh nya walau sudah memakai kacamata.

Di ujung jalan, Ryuto menunggu lampu lalu lintas pejalan kaki menjadi hijau, di sebrang dia melihat roh gadis yang kemarin menegurnya sedang duduk di bawah tiang, ketika gadis itu menoleh dan melihatnya, dia melambaikan tangan nya.

“Ah...dia melihatku....” Gumam Ryuto di hatinya.

Dengan terpaksa dia mengangkat tangan nya dan melambai kecil, ketika sampai sebrang, dia melompati bunga yang berserakan di jalan, gadis itu duduk di bawah tiang sepertinya sedang berusaha memungut bunga itu, tapi karena dia hanyalah roh tangan nya selalu menembus bunga kemudian ke tanah, dia tidak bisa mengambil nya. Akhirnya Ryuto yang kasihan melihatnya, memungut bunga bunganya dan menaruhnya lagi di bawah tiang lampu lalu lintas tempatnya semula. Gadis itu tersenyum, dia kembali berdiri melihat ke jalan, kemudian dia menoleh dan menunduk di hadapan Ryuto sambil melayangkan senyum nya yang mengerikan. Ryuto langsung menoleh dan kembali meneruskan jalan nya.

“Uh....masih pagi ini.....tapi, dia tidak bisa pergi dari sana ya.” Ujar nya dalam hati sambil berjalan.

Ryuto menoleh ke belakang dan melihat gadis itu berdiri di tepi jalan, karena pagi hari, dia tidak terlalu takut melihat nya. Setelah itu, akhirnya dia sampai di depan gerbang sekolah nya,

“Nah tantangan nya di sini......” Ujar Ryuto.

Dia melangkah masuk dan “Blugh.” Terdengar suara seperti benda besar yang jatuh, Ryuto melangkah dan tidak menghiraukan nya, karena dia tahu yang jatuh itu adalah roh seorang siswi yang entah bunuh diri dengan melompat dari atap sekolah atau ada orang lain yang mendorong nya, setiap pagi, waktu istirahat dan pulang sekolah Ryuto melihat nya melompat berkali kali dan menjadi genangan darah di tanah. Setelah di dalam gedung, di ruang loker sepatu, Ryuto membuka lemarinya,

“Baaaaaaa.....”

Sebuah kepala dan dua buah tangan berada di dalam kotak sepatunya yang berlumuran darah. Mata kepala itu di jahit, hidung dan telinganya di potong kemudian setiap pagi dia menyapa Ryuto dengan memaksa membuka mulutnya yang di jahit sehingga terlihat mengerikan dan menjijikkan. Kedua tangan nya bergerak gerak seakan akan seluruh tubuh nya di lipat dan di masukkan di dalam lemari loker yang kecil itu. Darah segar bercucuran membasahi isi loker nya. Dengan tenang, Ryuto melepaskan sepatunya dan menaruh nya di dalam setelah mengambil sepatu untuk di dalam ruangan nya, dia benar benar acuh berpura pura tidak melihat nya. Setelah itu dia menutup pintunya seperti tidak melihat apa apa di dalam nya walau setiap pagi tubuh nya pasti gemetar.

Dia berjalan menuju kelas nya, ketika sudah di depan kelas, dia mengintip ke dalam, sudah ada beberapa siswa teman sekelasnya yang duduk di kursi nya masing masing, dia melihat seorang siswa pria yang terlihat seperti kutu buku dengan seragam kebesaran sedang duduk di kursinya yang berada di depan sambil membaca buku. Tapi selalu ada seorang wanita tua mengerikan yang menempel di punggung nya seperti sedang di gendong dan Ryuto melihat nya setiap hari, kadang nenek itu menoleh melihat Ryuto dan tersenyum ramah.

Lalu di dekat pintu, dia melihat seorang siswi perempuan yang bertubuh seksi, berkulit sedikit gelap dengan rambut di cat pirang, dia memakai rok yang sangat pendek dan kemejanya di buka sedikit sehingga buah dada nya yang besar terlihat jelas, tapi yang menjadi perhatian Ryuto bukanlah penampilan gadis itu, melainkan 5 roh bayi yang menempel di tubuh nya, dua di dada nya, dua di pundak nya dan satu di antara kakinya. Kadang bayi bayi itu melihat dirinya dengan wajah tertegun dan mata yang seluruh nya hitam, mereka seakan akan tahu Ryuto bisa melihat mereka dan seperti ingin mengatakan sesuatu.

Selain keduanya, ada satu lagi yang membuat dirinya tegang, yaitu kursi kosong di sebelah nya, sebuah vas berisi bunga di taruh di atas meja bersama selembar kertas berisi ucapan turut berduka cita dari seluruh teman sekelas. Siswi yang duduk di sebelah nya meninggal dunia akibat kecelakaan tertabrak oleh truk di persimpangan jalan dekat rumah nya sebulan lalu. Nama siswi itu itu adalah Kimeno Aida dan cukup dekat dengan Ryuto yang duduk di sebelahnya.

Walau pun bagi teman sekelas siswi yang bernama Kimeno Aida hanya tinggal kenangan, bagi Ryuto, siswi itu masih ada, karena dia duduk persis di kursi sebelah yang memang tempat duduk nya dan menghadap ke papan tulis tanpa bergerak. Ryuto tidak berani bergerak tiba tiba sebab kalau dia bergerak tiba tiba, Aida akan menoleh melihat nya. Yang membuatnya takut, kepala Aida berputar menghadap pada dirinya, sedangkan tubuhnya menghadap ke depan, kemudian perlahan lahan mulutnya terbuka tersenyum sangat lebar dengan pandangan kosong yang mengerikan.

“Sudah biasa....sudah biasa....tenang Ryuto...tenaaaang.” Ujar nya dalam hati.

Walau kacamatanya berembun, Ryuto tidak berani melepasnya, dia membersihkan kacamata yang masih di pakainya dengan sapu tangan, alasan nya kalau dia melepas kacamatanya, ruangan kelas tempat dia belajar menjadi ruang operasi dengan dinding yang di penuhi darah dan banyak potongan tubuh bertebaran dimana mana.

Satu persatu teman sekelas masuk ke dalam ruangan, seorang siswa pria bertubuh besar dan gemuk tapi pendek duduk di depan Ryuto, dia langsung menoleh melihat Ryuto.

“Pagi Ryuto.....” Sapa nya.

“Pagi Hige....” Balas Ryuto.

“Kamu kenapa sih kalau pagi selalu pucat ?” Tanya Hige.

“Ah tidak apa apa, perasaan mu saja kali....” Jawab Ryuto.

Tiba tiba, Hige langsung mendekatkan wajah nya dan memberi kode menggunakan mata supaya Ryuto melihat keluar kelas. Ryuto menoleh, dia melihat seorang siswi perempuan sedang melihat nya dan melarikan diri ketika dia menoleh,

“Uh....” Ujar Ryuto.

“Hei, mau sampai kapan kamu mengacuhkan Megumi san seperti itu ?” Tanya Hige.

“Aku tidak mengacuhkan nya....hanya saja, setiap aku dekat dengan nya, dia lari....” Jawab Ryuto.

“Haaah....kadang aku tidak mengerti apa yang ada di pikiran Megumi san....” Gumam Hige.

“Apalagi aku, aku malah berpikir dia benci aku dan dendam padaku.....” Balas Ryuto.

“Lah, memang kamu salah apa ?” Tanya Hige.

“Justru aku tidak mengerti.....” Jawab Ryuto.

“Haha ya sudah lah, kalau aku rasa mungkin dia malu....” Balas Hige.

Bel masuk berbunyi, seluruh siswa siswi yang masih di luar kelas, masuk ke dalam kelas. Tak lama kemudian, seorang sensei perempuan yang terlihat masih sekitar 25 tahunan masuk ke dalam kelas. Setelah memberi salam, sensei mulai mengabsen murid satu persatu dan meneruskan pelajaran nya. Ryuto melihat ada seorang laki laki yang memegang setir mobil dengan wajah yang hancur dan tidak bisa di kenali, memakai kemeja berdasi yang berdarah darah. Tangan nya terlihat hampir putus dan kakinya terlipat ke perutnya. Ryuto baru hari ini melihat ada roh yang mengikuti sensei dan kondisinya mengerikan.

“Siapa yang mengikuti sensei itu.....” Ujar nya sambil menunduk melihat ke meja nya tidak berani menatap ke depan.

Pelajaran di mulai, sensei mulai membaca buku nya, dia berjalan mengelilingi kelas, setelah itu, dia menuju ke arah Ryuto yang duduk di paling belakang. Ryuto bisa melihat pria hancur itu mengikuti sensei berjalan,

“Duh sensei kesini lagi.....” Pikir Ryuto sambil berusaha memalingkan wajah nya.

Akhirnya sensei sampai di depan Ryuto dan berbalik, pria itu persis ada di sebelah Ryuto. Pria berwajah hancur itu menoleh melihat Ryuto, bola matanya sudah menggantung keluar dari dalam kelopak nya dan berdarah darah. Ryuto mulai gemetar karena pria itu jongkok sambil melihat dirinya dan mengamatinya. Ryuto benar benar berusaha supaya pria itu tidak tahu kalau dia bisa melihat nya,

“To...long......tolong.....beritahu....Nino.....aku....mencintainya.....nama...ku....Yoshida.......” Terdengar suara lirih memilukan dan mengerikan di telinga Ryuto.

Ryuto memberanikan diri menoleh dan wajah hancur pria itu persis di depan wajah nya,

“Waaaaaaa.....” Teriak Ryuto reflek.

Dia jatuh ke belakang bersama dengan kursinya, seluruh teman sekelas menoleh pada nya, sensei yang sedang membacakan buku juga langsung berhenti dan menjulurkan tangannya kepada Ryuto.

“Kamu kenapa lagi Ryuto kun...kebiasaan....makanya kalau di kelas jangan tidur...” Ujar Nino sensei.

“Ma..maaf sensei....” Ujar Ryuto yang berdiri dan mendirikan kembali kursinya.

Seluruh teman sekelas termasuk Hige yang berada di depan nya tertawa menertawakan dirinya, Ryuto hanya tersenyum saja menanggapi nya, dia mengerti, tentunya teman nya tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia alami dan kalau dia mengatakan nya maka dia akan di anggap gila. Ketika sudah duduk kembali dan sensei sudah pergi melewati nya dan menuju ke baris sebelahnya, dia melihat Aida sedang menoleh kepadanya dengan senyum yang sangat lebar dan mengerikan, sedangkan badannya tidak bergerak menghadap ke papan tulis.

“Uh....tolong jangan menoleh Kimeno san.....walau manis tapi kamu sudah mati...” Ujar Ryuto di dalam hati sambil merebahkan tubuh nya di meja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!