Semangat!!!!! kata -kata yang spontan keluar dari bibir Riska saat selesai memakai kerundungnya,sambil tersenyum sendiri menatap cermin dan mengangkat tangannya ke atas. Ya, Riska tidak perlu lama untuk berdandan, karena dia memang tidak suka bermake up ria, cukup memakai sunscreem dan lip gloos agar kulitnya tidak kering. Peralatan make up nya pun hanya bedak, sunscreem dan lip gloss, karena Riska memang tidak suka berdandan. Sebenarnya tanpa berdandan pun wajahnya sudah cantik natural. Kulitnya pun putih mulus tanpa jerawat satupun yang nampak.
Hari ini adalah hari pertama Riska menjadi anak Sekolah Menengah Atas X, hari pertama Riska memakai seragam putih Abu-Abu, dari kemarin seragam itu sudah dipersiapkannya, bagaimana tidak karena sekolah ini termasuk sekolah favorit dikotanya "aku tidak boleh terlambat" cicitnya. Ahhh belum apa-apa Riska sudah senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana nanti dia saat disekolah.
Sambil menenteng tas sekolahnya, kemudian Riska keluar dari kamar, menuju ruang makan. "Bismillah" sahutnya saat keluar kamar. Sebelum melakukan aktivitas keluarga Mereka terbiasa sarapan bersama. Di meja makan sudah berkumpul semua anggota keluarga, Mama Riska, yaitu Mama Dinda Askia yang biasa dipanggil Mama Dinda sudah menyiapkan sarapan berupa nasi goreng ayam lengkap dengan telor ceplok yang merupakan salah satu makanan favorit di keluarga ini. Papa Riska, yaitu Prasetyo yang biasa dipanggil papa Pras sambil menunggu anggota keluarga lengkap berkumpul sesekali melirik ke hp untuk mengecek apakah ada pesan penting yang masuk. Papa Pras ini seorang pengusaha di bidang kontraktor. Kedua kaka Riska, Rina dan Rini pun sudah berada di meja makan. " Duuuh mana sih Riska, lama benar keluar kamarnya" celetuk Rini, karena Rini khawatir telat sampai ke kampus.
Tidak lama yang punya nama pun muncul. " Nah itu dia muncul juga... cie anak SMA nihh yeee" ejek Rina. Tidak mau kalah dengan Rina, Rini pun mengejek adik bungsunya itu " waaah udh gede aja nihh si Riska". Seperti biasa, Riska hanya tersenyum saja menanggapi cuitan kedua kakanya. Karena cuitan kedua kakanya merupakan hiburan tersendiri baginya. Tanpa cuitan kedua kakanya, maka dipastikan rumah sepi, karena hanya Riska yang mempunyai sifat pendiam berbeda dengan kedua kakanya yang sangat senang sekali bercerita kesana kemari, bercerita semua hal. Riska menurunkan sifat papanya yang tidak banyak bicara. Tetapi sekalinya Riska berbicara biasanya langsung berat bahasannya.
Nasi goreng buatan mama habis tidak bersisa, bagaimana tidak rasanya tidak kalah bahkan mungkin lebih enak dengan nasi goreng yang dibuat oleh koki yang ada di hotel bintang 5 ataupun restoran elit. Karena mama mempunyai resep rahasia, sehingga selalu membuat tiap masakan yang dibuatnya selalu ludes tidak bersisa, yaitu semua masakannya dibuat dengan CINTA. Ya.... saat memasak mama selalu dengan hati yang berbunga- bunga, tersenyum, semangat karena makanannya akan disajikan dan dimakan oleh semua anggota keluarga.
"Riska nanti diantar oleh siapa? " tanya papa. "Sama aku saja pa, karena satu arah kok dengan kampusku, lagi pula jam kuliahku masih agak siangan" jawab Rina. "Hati-hati ya Ris, harus bisa jaga diri dan pandangan" kata mama. "InsyaAllah ma" jawab Riska disertai dengan anggukan. Rini tidak mau kalah ikut nyeletuk "awas kegebet cowok ganteng" sambil tertawa cekikikan. Papa langsung bersuara "Husss... ingat ya, semua anak papa tidak boleh ada yang berpacaran". Rina, Rini dan Riska pun serentak menjawab " siapppp paduka" sambil nyengir. Papa Pras dan mama Dinda cuma tersenyum saja menanggapi jawaban ketiga anaknya. Ya, keluarga Papa Pras termasuk keluarga yang religius, dulu pun papa dan mamanya tidak mengenal dengan yang namanya pacaran. Mereka bisa menikah karena dijodohkan. Hal ini lah yang kemudian akan diturunkan kepada anak-anaknya, jika sudah waktunya, maka jodoh akan datang.
Sarapan selesai, sebelum berangkat Riska terbiasa membantu mamanya merapikan meja makan, berbeda dengan kedua kakanya yang selalu meninggalkan piring kotornya dimeja makan. Walaupun sudah ada bi Iyem yang bekerja disana, tapi sebisa mungkin Riska meringkankan pekerjaan bi iyem. Ritual terakhir yang biasa mereka lakukan adalah pamit kepada papa mamanya, sambil salim dan mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum kami berangkat ya Pa, Ma" kata Rina, Rini dan Riska. "Waalaikumsalam hati-hati dijalan ya nak" kata mama sambil menebarkan senyumnya. Saat mobil yang dikendarai anak-anak keluar halaman, tidak lama Papa pun berangkat. Ya begitulah ritual keluarga ini setiap harinya. Kalau kata orang mah ritual keluarga harmonis.
mohon maaf kalau lanjutan bab nya lama, karena authornya lagi banyak urusan. inipun nulisnya disaat semua sudah terlelap dalam mimpinya☺.
Mobil sedan berwarna abu-abu yang dikemudikan Ka Rina melaju dengan kecepatan sedang, jalanan memang masih terpantau lengang mungkin karena kami berangkat masih pagi sekali.
Setiap kali naik mobil Ka Rina, aku selalu ingat mobil ini diperoleh Kakaku ketika kaka berusia 17 tahun, untuk memudahkan mobilitas jika kakaku ada kegiatan diluar rumah. Dulu sebelum kaka mempunyai mobilnya sendiri, papa atau mama lah yang selalu mengantarkan kemana kaka pergi. Begitu juga dengan Ka Rini, yang mendapatkan hadiah mobil ketika mencapai usia 17 tahun. Duuhh aku jadi GR sendiri pingin buru-buru mencapai usia 17 tahun biar bisa nyetir sendiri, hehehe... "aku jadi senyum- senyum sendiri mengingatnya".
Ka Rina ini adalah kakaku yang no satu. Kuliah di Fakultas Hukum semester akhir. Saat ini Ka Rina sedang menyelesaikan skripsinya dan beberapa mata kuliah. Karena anak pertama jadi Ka Rina terbentuk menjadi sosok yang mengayomi kedua adiknya. Kalau kata orang-orang mah anak pertama adalah pemegang tahta tertinggi di dalam keluarga, tetapi walaupun begitu mama dan papa membagi rata kasih sayangnya kepada kami bertiga. Tidak membeda-bedakan hanya karena anak ke satu, ke dua atau ke tiga.
Ka Rina selalu menjadi pendengar yang setia untuk setiap keluh kesah adik-adiknya dan selalu bersedia jika memang waktunya sedang senggang untuk menemani adik-adiknya. Orangnya sangat detail sehingga jika ada satu hal saja yang menurutnya tidak sesuai maka urusannya bisa panjang. Seperti waktu kami berniat memberikan kejutan untuk papa dan mama yang baru pulang dari luar kota. Kami memesan kue yang bertuliskan "Papa Prasetyo dan Mama Dinda, kami sayang kalian, hanya karena tulisan nama papa ditulis oleh yang membuatnya Prasetio, Ka Rina langsung meminta untuk ditulis ulang menjadi Prasetyo. Aku sudah bilang sama Ka Rina " sudahlah ka, yang penting kan mirip nama papa". Tapi Ka Rina tetap pada pendiriannya harus diganti, kalau sudah begini, aku dan Ka Rini hanya senyum simpul saja melihat kelakuan Ka Rina. Padahal kalau menurutku dan Ka Rini ya sudahlah hanya kesalahan kecil saja yang penting kan mirip. Tapi tidak demikian untuk Ka Rini, segala sesuatu harus sesuai dengan yang direncanakan. Jadi saja memakan waktu lagi untuk membuat tulisan ulang, hanya karena satu kesalahan huruf saja.
Ka Rina juga pecinta warna abu-abu, buatnya segala yang berwarna abu-abu pasti bagus. Dinding kamarnya pun dicat sesuai warna favoritnya, sampai Sepre, handuk, dan hampir semua barang yang Ka Rina miliki berwarna abu-abu, sampai-sampai mama pernah menegur kakaku kalau beli baju, gamis, ataupun rok sekali kali jangan yang berwarna abu-abu saja, nanti dikira tidak punya baju. Tapi tetap saja, Lagi-lagi selalu warna abu-abu yang dipilihnya palingan yang membedakan hanya model dan motifnya saja. Sampai aku pernah menjuluki Ka Rina dengan Miss Bubu alias Nona abu-abu. Ehhh tapi malah kaka suka dengan julukan yang aku berikan, "bagus boleh juga sekali-kali dipanggil miss bubu" kata kaka.
Berbeda dengan Ka Rina. Kaka no duaku, Ka Rini kuliah di kampus yang sama hanya beda jurusan. Ka Rini kuliah di fakultas psikologi semester 3. Ka Rini ini tipenya santai tidak terlalu detail dan serius seperti Ka Rina. Sering berdebat dengan Ka Rina, hanya karena hal kecil. Tapi cepat berdamai lagi. Karena papa dan mama mengajarkan kami, jangan terlalu lama memendam amarah, tidak baik. Jika ada masalah harus segera diselesaikan, jangan berlarut-larut. Pernah satu waktu Kedua kakaku ini mau berangkat bareng, karena melihat waktu masih lama, Ka Rini dengan santainya masih sarapan dengan memakai baju rumah, karena Ka Rini pikir nanti gantinya setelah sarapan. Ka Rina, yang melihat Ka Rini masih memakai pakaian santai langsung menegur, 'laaahhh koq masih pakai baju rumah? katanya mau aku antar? " dan dengan santainya Ka Rini menjawab "Yailah Ka, masih ada waktu setengah jam lagi koq untuk siap-siap". Mendengar jawaban adiknya, Ka Rina hanya bisa menepuk jidadnya saja dan ngedumel dalam hati " dia yang mau nebeng tapi koq dia yang santai". Dan Ka Rini ini suka sekali dengan segala hal yang berwarna pink. Sudah bisa ditebak dong cat dinding kamarnya warna apa? aku pun memberi julukan Ka Rini dengan Miss slowly. Tapi lagi-lagi Ka Rini sama sekali tidak marah dengan julukan yang aku berikan, dia malah senang, katanya " boleh juga nih buat nama inisial kaka".
Kami bertiga mengenakan kerudung saat beraktivitas diluar rumah atau pun saat ada tamu di rumah. Saat kecil mama sudah membiasakan kami menggunakan kerudung walaupun sesekali kami lepas, tetapi ketika kami sudah mencapai usia akil baligh maka kerudung tersebut wajib kami pakai. Awalnya emang karena terpaksa, karena tidak mau membuat mama dan papa kecewa. Tapi lama kelamaan, ternyata dinikmati juga. Ternyata enak mengenakan kerudung, salah satunya yaitu kami nga perlu menyisir dan menata rambut terlalu lama. Kata papa dan mamaku dengan mengenakan kerudung berarti telah melaksanakan perintah Allah dan dapat lebih mendekatkan diri kepadaNya dan merupakan identitas seorang muslimah serta ada tanggung jawab pribadi.
Bukan Ka Rina, namanya kalau tidak bersuara. Tanpa harus menghidupkan radio di mobilnya pun, sudah ramai dengan cerita-cerita yang keluar dari mulut Ka Rina selama perjalanan. Tapi ketika sedang menyetir sendirian, kakaku biasanya menyetel murotal, radio islami atau ceramah-ceramah.
Tanpa terasa mobil kami sampai didepan gerbang sekolahku. Sebelum turun aku merapihkan kerudung ku dikaca depan, khawatir ada rambut yang menyelip keluar. "Sudah rapih kok de, sudah cantik malahan" kata Ka Rina. "alhamdulillah, Terima kasih Kakaku yang juga cantik seantero dunia" sahutku. "Mau kaka temani nga turunnya? " tawar Ka Rina. " Ihhh kaka emangnya aku anak TK apa sampai harus ditemani ke dalam, ckckckck" jawabku sambil tertawa kecil. "Ya sudah hati-hati ya de" kata Ka Rina. dan aq pun mengantuk sambil mengucapkan salam "Assalamu'alaikum Ka" dan Ka Rina pun menjawab "Waalaikumsalam". Lalu kemudian aku pun turun dari mobil.
Akupun turun dari mobil Ka Rina. "Bismillah" Sambil aku membuka pintu. Ka Rina pun langsung melajukan mobilnya karena harus ke kampusnya. Setelah mobil Ka Rina cukup jauh, aku melanjutkan langkahku untuk masuk ke gerbang sekolah. Baru juga hendak melangkahkan kaki masuk gerbang terdengar suara seseorang memanggilku.
"Riskaaaaaa"
"Riska Tri Hapsari.... tunggu aku"
Aku tersenyum mendengarnya, jelas aku pun mengenal sang pemilik suara, yaitu Zia. Zia adalah sahabat terbaikku. Kami bersahabat dari mulai masih berseragam putih merah. Akupun sudah mengenal seluruh anggota keluarga Zia dari mulai abi, ummi dan kakanya Zia, yaitu Ka Zidan. Begitupun sebaliknya, Zia juga sudah mengenal baik keluargaku, papa, mama dan kedua kakaku. Aku sering menginap di rumah Zia, dan Zia pun sering menginap di rumahku. Abi Zia adalah seorang pegawai di kantor pemerintahan dan umumnya adalah ibu rumah tangga yang suka menerima pesanan kue-kue basah, cake dan camilan. Mamaku juga sering memesan kue basah dan cake buatan ummi Zia setiap kali dirumahku ada acara. Kata mamaku rasa kue dan cake buatan ummi Zia tidak kalah saing dengan yang dijual di toko -toko besar. Zia pun suka membawa bekal kue buatan umminya bahkan terkadang membawa kue dan cake potong buatan umminya untuk dititipkan dikantin sekolah atau dijual di kelas. Papa tidak pernah melarang aku berteman dengan siapapun tetapi papa selalu berpesan jika ingin berteman dekat lihatlah dulu akhlaknya, karena kata papa teman dekat kita adalah gambaran diri kita.
Aku pun langsung menengok dan mendekati Zia yang pagi ini diantar oleh Abinya. Akupun menyapa abi Zia "Assalamu'alaikum abi".
" Waalaikumsalam Na Riska, gimana papa mama sehat? " kata abi Zia.
"Alhamdulillah bi, papa dan mama sehat" jawabku.
"Salam ya untuk papa dan mama mu na Riska" kata abi Zia.
"InsyaAllah nanti Riska sampaikan ya abi" jawabku.
Zia pun salim dan pamit kepada abinya. "Zia masuk dulu ya bi" kata Zia.
"Iya.. Hati-hati ya na" jawab abi.
"Na Riska titip Zia ya" Tiba-tiba abi bilang seperti itu kepadaku dan aku jawab dengan kata "InsyaAllah siap abi". dan Zia pun menjawab " ihhh emang aku barang apa pakai dititip-titip segala". Abi Zia dan aku hanya tersenyum mendengar ocehan Zia.
"Yu ah kita masuk" kata Zia.
"Hayuu.. " sahutku.
"daaaahh abi" Zia melambaikan tangannya kepada abinya sambil kami melanjutkan langkah kami.
"Zi, bawa kue nga? " tanyaku. siapa tahu saja kan Zia bawa, lumayan buat camilan kalau nanti rasa laper datang.
"Hadduhhh aku tadi buru-buru Ris, jadi nga sempat bawa kuenya ummi, maaf ya" jawab Zia.
"Ihhh ga pa pa kok, kan besok-besok juga bisa" sahutku.
Dipintu gerbang terpasang spanduk bertuliskan "Selamat Datang Siswa Siswi baru di Sekolah Menengah Atas X, sekolahnya para juara. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di kotaku, selain karena bangunannya yang terlihat megah, guru-guru dan murid-muridnya banyak yang mengukir prestasi. Bahkan kepala sekolah sekolah ini merupakan kepala sekolah teladan se nasional. Guru matematikanya pun merupakan pemenang lomba guru terbaik se Jawa Barat. Tidak hanya guru, murid-muridnya pun tidak kalah hebat. Dari mulai Juara Umum baris berbaris, Juara 1 pidato berbahasa Inggris, Juara 2 Cerdas Cermat tingkat Kota, dan sekolah ini pun dijadikan sekolah percontohan, karena lingkungannya yang bersih dan nyaman.
Selama tiga hari ini jadwalnya adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan sekolah pun hanya sebentar sekitar dua jam setengah saja. Terdengar suara toa, yang meminta murid-murid untuk berkumpul dilapangan untuk upacara pagi dan sudah ada kaka -kaka panitia dan guru yang menyambut kedatangan kami para murid baru. Mereka tersenyum lebar dan ramah menyambut kami "selamat datang di sekolah, silahkan masuk, kita baris dulu ya di lapangan" kata salah satu kaka panitia.
Saat upacara selesai kepala sekolah memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan para staff guru, tata usaha, perpustakaan, tukang bersih-bersih sekolah dan penjaga sekolah. Kepala sekolah ku namanya Bapak Rahmat Wijaya, beliau terlihat sekali berwibawa sebagai kepala sekolah. Setelah selesai upacara, diumumkan bahwa pembagian kelas sudah ada dan sudah ditempel di depan pintu masuk masing-masing kelas. Kami pun dipersilahkan untuk mencari kelas kami.
Zia langsung menarik tangan aku "ayoo Ris buruan sudah nga sabar aku" kata Zia. Dan di setiap pintu kelas sudah ada seorang guru yang menyambut kami. Setiap pengumuman aku dan Zia cermati masih belum ada saja namaku dan Zia. Sampai akhirnya kami di pintu kelas ke empat, "coba Zi, kamu liat ada namaku atau kamu nga? " kataku.
"siap tuan putri" jawab Zia sambil membungkukan badannya. Tiba-tiba tanpa aba-aba Zia, jingkrak kegirangan ke arahku. "Riskaaaaa....yeeeayyy kita sekelas, ternyata kita tuh emang ditakdirkan untuk selalu bersama ya Ris" kata Zia. Aku tersenyum mendengarnya dan hanya menjawab "alhamdulillah Zi". Aku senang ternyata sekelas dengan sahabatku jadi ya aku nga usah binggung duduk sebangku dengan siapa. Setidaknya diawal-awal sekolah aku bisa selalu bersama sahabatku. Kami pun masuk ke kelas. Kelas kami namanya Kelas 1- 4.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!