NovelToon NovelToon

True Love

Bab 1

Seperti pagi biasanya Rubby dan keluarganya berkumpul di ruang makan untuk sarapan bersama sebelum mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Di sela-sela mereka menikmati sarapannya sesekali terselip obrolan ringan dan canda, terutama Rubby dan sang kakak yang setiap pagi selalu heboh entah bercanda atau sekedar membahas sesuatu yang kurang begitu penting.

" By..nanti kak Ed ga bisa jempu, nanti biar pak Usman aja yang jemput kamu." kata Edward kepada Rubby sambil melirik kearah Rubby yang tengah melahap sarapannya.

Papa dan mamanya hanya memperhatikan sekilas dan saling tersenyum melihat interaksi kedua anaknya yang begitu saling menyayangi.

"Emang kak Ed sibuk banget ya?" tanya Rubby tanpa melihat kearah kakaknya.

"Hemmmm..kakak ada janji ketemuan sama teman lama yang baru balik dari London By.."

"Cowok atau cewek kak..cie..cie..kakak.." kata Rubby menggoda kakaknya sambil mengedip-ngedipkan mata bulatnya. terlihat lucu dan menggemaskan bagi Edward.

"Cowok By.." kata Edward sambil mencubit hidung mancung adiknya.

"Kirain.." Rubby tertawa kearah kakaknya.

"Sudah-sudah,,cepat habiskan sarapan kalian dan segera berangkat, nanti kalian telat lho.."

Kata Elsa mama mereka. Rubby dan Edward segera menyelesaikan sarapan mereka dan berpamitan kepada mama dan papanya.

Setiap harinya Edward selalu mengantar jemput Rubby ke kampus. Hanya bila Edward sibuk saja Rubby diantar jemput supir keluarga mereka, Pak Usman namanya.

Tak terasa sampai juga mereka di depan kampus Rubby, sebelum turun dari mobil Rubby berpamitan kepada kakaknya.

"By masuk ya kak..kakak hati-hati di jalan.." kata Rubby tersenyum kearah kakaknya.

"Oke adik kakak yang cantik. kuliah yang bener." kata Edward sambil mengusap lembut rambut adik kesayangannya.

Rubby hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya kearah sang kakak.

Rubby keluar dari mobil dn berjalan masuk ke dalam kampus, setelahnya Edward kembali melakukan mobilnya menuju ke kantornya.

Belum sampai di ruang kelasnya Rubby sudah di hadang oleh ketiga sahabatnya, Audy, Milly dan Diva.

Ternyata mereka bertiga sengaja menunggu kedatangan Rubby. Mereka segera menghampiri dan menyapa Rubby.

"By..!" Seru mereka bertiga dan mendapat balasan senyum indah dari Rubby.

"By selesai kelas ke mall yuk.." Kata Diva sambil mengarahkan pandangan ke Rubby.

"Boleh juga..kebetulan kak Ed ga bisa jemput aku nanti."

"Oke deal kita ke mall setelah kelas selesai." Seru Milly.

Audy si tomboy hanya mangut-manggut dan tersenyum menanggapi obrolan para sahabatnya. Mereka berempat akhirnya masuk kelas bersama.

Rubby tidak selalu bisa jalan bareng dengan sahabat-sahabatnya, karena selama ini keluarganya membatasi pergaulan Rubby.

Entah apa yang membuat keluarga Rubby seprotektif itu Rubby pun tidak tahu. Yang Rubby tahu kakak dan juga orangtuanya begitu menyayangi nya.

Akhirnya jam mata kuliah mereka usai juga, membuat mereka tidak sabar untuk segera keluar kelas dan pergi seperti yang sudah mereka semua rencanakan.

Pak Usman yang di tugaskan untuk menjemput Rubby pun sudah berada di halaman parkir kampus.

Milly ikut bersama ke mobil Diva sedangkan Audy ikut ke mobil Rubby. Mereka segera melajukan mobilnya kearah mall yang tak begitu jauh dari kampus.

Setelah beberapa menit sampai juga mereka di mall yang mereka tuju.

Mereka begitu menikmati kebersamaan yang sudah pasti jarang sekali Rubby rasakan, mungkin hanya seminggu sekali Rubby mendapat ijin untuk jalan bersama teman-temannya.

Mereka berjalan kesana kemari menyusuri setiap stand di mall tersebut sambil bercanda tawa.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat di tempat makan di dalam mall tersebut.

"By tumben sekali kak Ed tidak jemput kamu?" Tanya Audy.

"Hemmm..kak Ed ada janji dengan temannya. katanya sih baru pulang dari London." jawab Rubby sambil memakan makanan nya.

"Teman kak Ed Cowok atau Cewek By?" Tanya Diva penasaran.

"Kata kak Ed sih cowok Va." Jawab Rubby.

"Wahhh bisa dong di kenalin ke kita By.." Canda Milly yang di tanggapi sorakan oleh semuanya.

"Dasar mau nya lo Mill.." Sahut Audy dan mereka tertawa bersama.

Tanpa terasa hari sudah sore dan mereka memutuskan untuk pulang. Di samping itu Edward juga sudah menghubungi Rubby supaya segera pulang.

Rubby lebih dulu mengantar Audy pulang sebelum dia pulang ke rumahnya.

selama dalam perjalanan Rubby dan Audy asyik ngobrol kesana kemari. sesekali pak Usman melirik ke belakang melalui kaca yang ada di dalam mobil tersebut sambil tersenyum.

Pak Usman begitu senang dengan karakter nona mudanya itu yang manja dan ceria. Mengingatkan Pak Usman pada anaknya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu karena kecelakaan lalu lintas. Usianya berbeda dua tahun lebih tua dari usia Rubby.

Tanpa terasa mereka sudah sampai di depan rumah Audy. Mereka mengakhiri canda tawanya dan Audy bergegas turun dari mobil.

"Thanks ya By.." Kata Audy dengan senyum kearah Rubby.

"Sama-sama Dy.. sampai ketemu besok ya.." jawab Rubby tersenyum manis. Dan di balas lambaian tangan oleh Audy.

Pak Usman segera melakukan mobilnya kembali, sepanjang jalan Rubby hanya terdiam yang biasanya dia selalu mengajak ngobrol pak Usman.

Mungkin Rubby lelah karena aktivitas nya berjalan-jalan di mall bersama para sahabatnya tadi.

Rubby merasa sangat mengantuk dan akhirnya dia pun tertidur di dalam mobil.

Mobil yang di tumpangi Rubby susah memasuki halaman rumah mewah dan megah itu.

Halaman depan rumah yang luas dengan desain taman yang begitu indah, taman yang juga di tanami berbagai jenis bunga dan tanaman perundang terasa sejuk dan asri.

Pak Usman menghentikan mobilnya dan segera melangkah keluar menuju pintu penumpang dan membukanya.

Namun Rubby masih dalam posisi enaknya tertidur pulas. Pak Usman segera membangunkan nona mudanya itu.

"Non..bangun non sudah sampai rumah." Ucap pak Usman.

Rubby mendengar suara pak Usman segera membuka matanya, melihat kearah pak Usman yang berdiri di ambang pintu mobil.

"Oke pak..terimakasih." Ucap Rubby sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

Rubby berjalan dengan tidak fokus karena memang masih mengantuk sehingga tidak menyadari jika di ruang tamu ada tamu kakaknya yang duduk seorang diri.

Rubby melewati begitu saja ruang tamu yang disitu ternyata duduk seorang pria tampan dengan aura dingin dan angkuh.

Pria itu terus memperhatikan pergerakan Rubby yang berjalan dari ruang tamu ke tangga di rumah itu untuk menuju ke kamarnya.

Rubby terlihat sangat lelah dan sudh pasti terlihat masih mengantuk.

Pria tampan itu adalah Devan, ya dia adalah teman Edward sejak SMA.

sebenarnya Devan tidak berencana untuk ke rumah Edward hari ini.

karena Devan bisa datang lain waktu untuk secara khusus berkunjung, hanya saja Edward memintanya untuk mampir sebentar karena ada yang perlu di bahas soal kerjasama perusahaan mereka.

Sementara Edward menerima telpon dari kliennya, Devan lebih memilih menunggu di ruang tamu sebelum nantinya dia dan Edward akan membahas pekerjaan di ruang kerja Edward.

Jujur saja Devan begitu terpesona dengan Rubby yang baru saja di lihatnya setelah sekian tahun lamanya.

Rubby masih tetap cantik bahkan berkali-kali lebih cantik dari masa terakhir Devan melihatnya.

Hatinya begitu bergemuruh jantungnya terasa berdetak lebih keras dari sebelumnya.

Bahkan untuk sekedar menyapa Rubby yang tidak menyadari keberadaannya pun dia tidak sanggup.

Mulutnya seperti terkunci dan sulit untuk mengucapkan kata apapun.

Dia hanya bisa memandang setiap gerak gerik Rubby yang begitu menggemaskan baginya.

Tanpa Devan sangka dia akan bertemu Rubby dengan cara yang istimewa seperti ini.

Rubby tidak mengenalnya bahkan tidak menyadari keberadaannya.

Namun hal yang membahagiakan bagi Devan dia bisa melihat Rubby lagi setelah sekian lama.

Dulu ketika masih SMA Devan sering ke rumah Edward untuk mengerjakan tugas atau sekedar main saja.

Dari situlah Devan mengenal Rubby yang kala itu berusia 10 tahun.

Rubby sangat mencuri perhatian Devan saat itu, bagi Devan Rubby adalah seorang anak perempuan yang cantik, kulit tubuhnya yang putih bersih, rambut hitam panjang lurus berponi yang selalu di gerai indah, alis tebal, mata bulat, bulu mata lentik, bibir tipis nan mungil.

Bukan hanya itu yang Devan sukai tapi karakter Rubby yang manja dan ceria yang selalu bisa mengalihkan perhatian Devan saat berkunjung ke rumah Edward.

Anggap saja Devan sudah tidak normal bahkan di usianya yang ketika itu sudah 17 tahun menyukai seorang anak berusia 10 tahun.

Tapi hal tersebut tidak bisa di sangkal oleh Devan.

Tekadnya sudah bulat bahwa dia akan menjadikan Rubby sebagai cinta pertama dan terakhirnya.

Tanpa Devan sadari Edward sudah berdiri di dekatnya dan membuyarkan lamunan nya.

"Ngelamun aja lo..lihat apa sih?" tanya Edward sambil memandang kearah Devan kemudian mengarahkan pandangannya kearah tangga di tengah-tengah rumah sesuai arah pandang Devan.

"Tangga itu ga bakal kemana-mana bro, dilihatin terus." Lanjut Edward masih bingung dengan sahabatnya itu.

"Eh..lo Ed. sejak kapan lo disini?" kata Devan dengan wajah datarnya.

"Sejak lo ngelamun dn bersikap aneh." Ucap Edward. Devan hanya menanggapi dengan senyum tipis dan mengabaikan perkataan Edward.

"Ya udah ayok ke ruang kerja gue." kata Edward kemudian berjalan lebih dulu menuju ruang kerjanya.

Devan mengekor dari belakang dan mereka masuk ke ruang kerja Edward untuk membicarakan bisnis di antara mereka.

Dua jam sudah Devan dan Edward berada di dalam ruang kerja tersebut, entah apa saja yang mereka bicarakan hanya mereka yang tahu.

Namun yang sudah bisa di pastikan Devan tidak akan fokus dengan pembicaraan mereka, karena Devan tentu saja masih kepikiran dengan Rubby.

Bayangan Rubby terus mengganggu otaknya, dan itu sukses membuat Edward sedikit kesal di buatnya.

Karena tidak biasanya sorang Devan akan berlaku seperti itu saat berbincang soal bisnis.

Karena menurut rekor dunia perbisnisan Devan terkenal sebagai sosok pengusaha muda yang jenius, selalu serius, berwibawa, cekatan dan handal. Tapi kali ini jauh dari semua itu.

Akhirnya Devan meminta untuk pamit dari rumah sahabatnya itu.

Ketika keluar dari ruangan kerja Edward mata Devan berkeliling siapa tahu dia akan bertemu dengan Rubby lagi.

Tapi sepertinya harapannya sia-sia, tidak ada Rubby di sekitarnya.

Sebelum pikirannya di sadari oleh Edward dia segera bergegas melangkah pergi.

Dengan langkah yang mantap dia melangkahkan kakinya melewati beberapa ruangan di rumah itu dengan Edward yang berjalan di sampingnya.

"Kak Ed.." Seru Rubby tiba-tiba dari dapur. Membuat Edward dan Devan secara spontan menoleh ke sumber suara.

Kebetulan Rubby merasa haus dan berniat mengambil minum di dapur, tanpa sengaja Rubby melihat kakaknya berjalan ke luar bersama laki-laki yang sepertinya tidak asing bagi Rubby namun dia lupa siapa.

Rubby berjalan mendekati Edward dan langsung menatap penuh tanya kearah Devan.

Edward mengerti arah pandang Rubby kepada Devan.

"Ini teman kakak By.." Ucap Edward.

"Masa lupa sih..? Devan.." lanjut Edward lagi.

Rubby tampak berpikir dan mengingat teman kakaknya tersebut.

Saat Rubby masih sibuk mengingat tiba-tiba Devan mengulurkan tangan kearah Rubby.

"Apa kabar By lama tidak bertemu.." Ucap Devan sambil tersenyum kearah Rubby.

"Ehh..kabar baik kak.." jawab Rubby canggung sambil tersenyum sangat manis membuat Devan tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Rubby.

"Kapan kakak datang? Rubby tidak lihat kakak datang tadi?" Tanya nya kepada Devan.

"Oh..sudah dua jam yan lalu." jawab Devan dengan ekspresi wajah dibuat sebiasa mungkin supaya rasa berdebar dan bahagianya tidak terlihat oleh kakak dan adik tersebut.

Sedang Rubby hanya menanggapi dengan mengangguk dan senyum.

"Oke aku pulang dulu ya." pamit Devan melihat kearah Edward kemudian pandangannya beralih kepada Rubby.

Rubby mengangguk dengan senyum mengembang di bibirnya.

Sedangkan Devan dan Edward segera beralih dari ruangan itu berjalan kearah depan meninggalkan Rubby yang masih berdiri di tempatnya menatap kepergian Devan dan kakaknya.

Devan segera masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan rumah Edward.

Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya.

sepanjang jalan Devan terus memikirkan Rubby, dia ingin segera memiliki Rubby.

Gadis cantik yang selama ini dia rindukan.

Dan sekarang saat yang tepat untuk memilikinya.

Selama di perjalanan senyum seakan terus mengembang di bibirnya sampai tak terasa dia sudah sampai di rumahnya.

"Lagi bahagia nih kayaknya anak mami..?" kata Aileen mami Devan.

Sontak membuat Devan terkejut karena tidak menyadari jika mami nya ternyata menyambut kedatangannya di depan pintu.

Mami Aileen berkata seperti itu bukan tanpa alasan, tapi memang karena ketika turun dari mobilnya Devan terlihat sangat bahagia dan senyum senantiasa terukir di bibirnya.

"Mami.." Devan menghampiri mami nya dengan senyum lalu memeluknya.

"Tumben anak mami senyum-senyum sendiri, ada apa sayang..? jangan-jangan udah ketemu cinta." Goda mami Aileen kepada Devan setelah Devan meleas pelukannya.

"Bentar lagi mam, sekarang belum saatnya." Jawab Devan kemudian.

"Jadi bener tadi udah ketemu cinta?" Sahut mami Aileen.

"Wahhh..udah ga sabar nih mama pengen cepetan punya mantu." Lanjut mami Aileen dengan perasaan berbunga-bunga.

Devan tidak menanggapi perkataan maminya, dia langsung masuk ke dalam rumah dengan sebelum nya mengecup pipi sang mami.

Mami Aileen menyebut gadis yang di cintai Devan dengan sebutan cinta, sejak Devan menceritakan semua perihal Rubby kepada mami nya.

Dan tentu saja Aileen mendukungnya karena sebenarnya Aileen sudah lama juga mengenal Rubby dan keluarganya.

Bab 2

Seperti biasa Rubby berangkat kuliah di antar kakak nya, kakak beradik itu larut dalam lamunan nya masing - masing sambil menikmati lagu yang di putar Rubby barusan.

“Kak..boleh nanya ga?” ucap Rubby memecah keheningan.

“Hemmm…” Edward mengagguk tanpa mengalihkan pandanganya ke arah Rubby dan masih fokus menyetir mobilnya.

“Soal teman kakak yang kemarin ke rumah..” Ucapan Rubby terhenti seakan sedang mengingat sesuatu, sejenak kemudian dia melanjutkanya lagi.

“Eeemmm..kak Devan, itu yang dulu sering datang ke rumah kan kak?” pandangan Rubby beralih menghadap kakak nya dengan mata bulat nya yang seakan memberi kode tidak sabar untuk mendengar jawaban dari sang kakak.

“Iya, dia itu Devan teman kak Ed sejak SMA By.” Jawab Edward dengan wajah datar.

Rubby tampak berpikir dan sebelum melanjutkan ucapan nya Edward sudah bicara lagi.

“Kenapa emang,, Kamu naksir ya?” kata Edward dengan senyum menggoda adik nya.

“Ihh..kakak..apaan sih..” Rubby terlihat kesal sembari memanyunkan bibirnya.

“Trus ngapain Tanya – Tanya,hayo..” goda Edward sambil menahan senyum nya, sebenarnya Edward ingin tertawa karena melihat adik nya yang begitu lucu dengan mood jengkel nya.

“Ga gitu kak..By hanya penasaran aja kalo memang itu Kak Dev teman SMA kakak, kok beda jauh saja. Makanya By pangling.” Kata Rubby panjang lebar, seakan ingin menjelaskan kepada kakaknya jika apa yang di katakana kakak nya tidak benar soal Rubby naksir Devan.

“Emang apa nya yang beda By, dari dulu Dev ya kayak gitu. Ga ada yang berubah tuh..” ucap Edward datar karena bagi Edward, temannya itu tetap sama dari dulu tidak ada yang berubah.

“Menurut By beda kak, kalo dulu kak Dev kurus ga segagah sekarang. Kak Ed ga’ lihat tubuhnya kekar kayak gitu? Terus…” Rubby menjeda ucapan nya.

“Terus apa By?” Tanya Edward bingung.

“Eemmm..sekarang lebih keren.” Lanjut Rubby sedikit malu.

Edward menangkap gelagat malu di wajah Rubby. Edward sekuat tenaga menahan rasa ingin tertawanya.

Edward berkata dalam hati Dia itu bakal suami kamu adik ku sayang, kami semua selama ini jagain kamu hanya untuk dia. Seandainya kamu tahu itu.

“Jadi kamu suka gitu sama dia?” goda Edward sambil melirik kearah Rubby.

Belum sempat Rubby menjawab perkataan kakaknya mobil sudah sampai di depan kampus Rubby, kesempatan ini Rubby gunakan untuk menghindar dari kakak nya.

Sejujurnya Rubby sangat terpesona dengan sosok Devan yang secara tidak sengaja di lihatnya kemarin. Dan Rubby akan di bully kakak nya habis-habisan kalau kakaknya sampai tahu hal itu.

Dari pada Rubby malu nantinya lebih baik dia menyimpannya sendiri saja.

Seakan tahu perasaan adiknya Edward sengaja ingin mengerjai adik nya itu.

Sebelum Rubby turun dari mobil Edward sengaja mengatakan sesuatu yang sukses membuat Rubby sedikit patah hati.

“By..Dev udah punya calon istri.” Ucap Edward dengan wajah di buat seserius mungkin.

Benar seperti dugaan Edward Rubby terlihat kecewa namun mencoba untuk biasa dan bermimik senormal mungkin.

“Ya bagus dong kalo udah ada calon istri, lagian kak Dev juga udah seharusnya punya istri kan? Emang kakak, yang setia berstatus jomblo sejati!” kata Rubby agak ketus.

Edward hanya tersenyum masam menanggapi kata – kata adiknya. Niatnya ingin menggoda adiknya kini malah adiknya yang menyerang dia.

Rubby segera pamit kepada kakaknya untuk masuk ke dalam kampus dan Edward segera melanjutkan perjalanannya menuju kantor nya.

Edward sebenarnya pernah memiliki seorang kekasih dan dia begitu mencintai kekasihnya itu, namun Tuhan berkehendak lain.

Kekasih Edward yang bernama Anggun itu meninggal dalam kecelakaan lalu lintas yang seketika itu merenggut nyawanya.

Edward begitu terpukul dan sedih berlarut – larut, sehingga ia enggan untuk mencari pengganti cintanya.

Karena bagi nya tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan Aggun di hatinya. Dia memilih untuk menjomblo selama bertahun – tahun.

Sementara itu di perusahan yang berdiri menjulang dan megah telah duduk seorang pria tampan yang tak di ragukan lagi bentuk tubuh nya yang sempurna di mata kaum hawa tengah sibuk dengan laptop di meja nya.

Devan sangat serius bila sudah menyangkut tentang pekerjaan dan tidak ada yang berani mengganggu nya.

Tok..tok..tok..

Suara pintu ruangan nya di ketuk.

“Masuk.” Jawab Devan singkat dengan suara bass nya yang menggema di ruangan super luas dan mewah itu.

Hans sekretaris sekaligus asisten pribadi nya datang menghadap untuk membacakan schedule harian nya.

Setiap pagi Hans selalu melakukan rutinitasnya tersebut. Hans membungkukkan badannya sebelum membacakan jadwal harian bos nya tersebut.

“Tuan hari ini jam Sembilan anda ada rapat direksi, kemudian jam satu siang ada meeting dengan klien di restoran xxx, kemudian jam tujuh malam ada undangan jamuan makan malam di rumah tuan Hadiyasa.”

“Untuk acara jamuannya batalkan. Bilang aku sangat sibuk” kata Devan datar dengan mata masih menatap layar laptopnya.

Devan enggan menerima undangan dari Tuan Hadiyasa bukan tanpa alasan, Devan sangat tahu jika Tuan Hadiyasa ingin menjodohkannya dengan putri tunggalnya Vanessa Hadiyasa.

Dengan alasan Devan dan Vanessa adalah teman sekolah sejak SMA dan alasan lain adalah soal bisnis.

Bahkan tuan Hadiyasa pernah terang -terangan mengutarakan niat nya kepada orang tua Devan.

Namun orang tua Devan tidak menghiraukan nya karena bagi orang tua Devan pasangan hidup putranya di serahkan sepenuhnya ke tangan Devan, di samping itu Devan sudah memiliki cinta yang selama ini di simpan nya untuk seorang gadis cantik dari keluarga Admadja.

“Baik Tuan.” Jawab Hans Kemudian undur diri dari ruangan bos nya dan beralih ke ruangan yang memang sudah di sediakan untuknya.

Sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan bosnya Hans membungkukkan tubuh nya dan segera keluar.

Devan kembali serius dengan setumpuk berkas di mejanya. Namun tiba-tiba bayangan wajah Rubby singgah di pikirannya.

Dia menghentikan aktivitasnya sejenak, dia mengalihkan pandangan nya kearah jendela kaca di sampingnya dengan tangan bertumpu di dagunya.

Sejak pertemuannya kemarin dengan Rubby membuatnya sering hilang fokus, gejolak hatinya menginginkan pertemuan itu terulang kembali atau bahkan segera memperistri Rubby supaya setiap saat dia bisa bersama Rubby.

Dia benar-benar sangat merindukan Rubby. Namun dia sudah janji kepada orangtua Rubby jika ia akan menunggu Rubby sampai Rubby lulus kuliah.

Dia tidak akan mengganggu kuliah Rubby yang Tinggal beberapa bulan lagi akan selesai. Itu sebabnya ia segera pulang dari London hanya untuk menanti moment ini.

Sementara itu perusahaan cabang di London di percayakan kepada adik sepupunya.

“Woiii..! mau ngelamun atau mau kerja?” seru David mengagetkan Devan.

Devan tak menjawab hanya langsung menatap tajam kearah sahabat – sahabat nya yang entah ada angin apa berkunjung ke kantornya.

David, Tommy dan Andre sengaja berkunjung ke kantor Devan pagi ini.

“Kalian ga di ajarin sopan santun hah? Ketuk pintu baru masuk.” Kesal Devan kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

“Hellooo..kami udah ketuk pintu bro. Tapi sepertinya pemilik ruangan ini tidak mendemgarnya, jadi ya..masuk aja.” Jawab Andre santai sambil tersenyum ke arah Devan.

“hah…” Devan membuang nafas nya mengurangi rasa kesalnya.

“Oke, ada apa kalian kesini. Sangat mencurigakan sekali.” Tanya Devan ketus.

“Wait bro..tidak ada maksud apapun dari kami. Kami hanya rindu sudah lama kita ga bertemu. Lagian balik dari London kita belum sempat kumpul – kumpul bukan?” Jelas Tommy

“Yakin Cuma itu?” Devan memandang ketiga sahabatnya penuh selidik.

“Tau aja nih big bos kalo masih ada yang lain.” Ucap david sambil tersenyum sok manis kearah Devan.

Devan memandang sinis kepada ketiga sahabatnya.

“Oke, jelaskan maksud kalian yang sebenarnya. Aku lagi sibuk sebentar lagi ada rapat.” Ucap Devan tegas.

“Sudah tidak sabaran aja nih bos. Nanti malam kita mau ke rumah Ed dan kami mau ngajak lo juga.

Ya kali lo juga sahabat kami masak kami tinggal, ga’ lucu kan?” terang Tommy.

“Hemmmm…udah ga’ sabar nih pengen ketemu si cantik By.” Kata Andre dengan wajah seperti membayangkan sesuatu.

Hal tersebut sukses membuat Devan langsung menatap tajam kearah Andre. Dan hal tersebut disadari oleh Tommy dan David.

Pasalnya mereka tahu betul jika Devan menaruh perasaan kepada Rubby, namun mereka tidak pernah tahu kejadian yang sebenarnya bahwa Devan sudah melamar Rubby langsung ke orangtua nya dan kakaknya sejak Devan memutuskan untuk mengurus perusahaan keluarga nya di London.

Hanya keluarga Rubby dan Edward yang tahu, bahkan Rubbypun tidak tahu.

Mengetahui perubahan di raut wajah Devan ketiga sahabat itu pamit undur diri. Lagian mereka punya pekerjaan masing – masing.

Devan kembali mengatur mood nya akibat ketiga sahabat nya itu. Setelah mereka pergi Devan segera beranjak kearah ruang rapat.

Hans sudah selalu setia di belakang bos nya mengikuti perintah dan kemanapun bos nya pergi. Termasuk ikut rapat dan Hans biasanya berdiri di belakangnya.

Hans merupakan anak dari asisten pribadi Aditama papi nya Devan, dan dari kecil Hans sudah terbiasa bersama dengan Devan.

Mereka juga sekolah di tempat yang sama. Tentu saja Tuan Aditama yang membiayainya. Hans berumur satu tahun lebih tua dari Devan.

Hans sangat menyayangi Devan seperti saudara nya sendiri begitu pun dengan Devan. Hanya di dalam kantor saja Hans bersikap seperti bawahan namun di luar pekerjaan mereka akan biasa seperti saudara.

Sementara itu di kampus keempat gadis yang sepakat untuk menjadi sahabat selamanya sedang serius mempersiapkan skripsi mereka supaya mereka bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.

Setelah selesai kuliah hari ini mereka berencana pergi makan ke restoran terdekat, kebetulan hari ini ulang tahun Milly, dan Milly berencana mentraktir sahabat – sahabat nya.

Sudah di putuskan mereka akan ke restoran xxx.

Rubby segera mengirim pesan kepada orangtua dan kakaknya bahwa sepulang kuliah akan langsung ke restoran xxx bersama sahabatnya, tentunya Rubby menyertakan alasan nya juga.

Setelah kuliah selesai mereka berempat segera meluncur pergi ke restoran yang sudah mereka sepakati.

Sesampainya di restoran mereka segera memesan menu untuk mereka. Sambil makan mereka mengobrol seru dan bercanda tawa.

“By..cerita dong sedikit tentang kak Ed.” Pinta Diva kepada Rubby.

“Hemmm..kak Ed masih love sama mantannya, jadi ga’ usah ngarep.” Kata Rubby membuat Diva kecewa.

“Jadi kak Ed belum bisa move on dari mantan nya yang sudah tenang di surga?” Tanya Milly kemudian. Dan hanya di jawab anggukan oleh Rubby.

“Sayang sekali ya..padahal kak Ed ganteng banget. Tapi sayang udah ga’ mau lagi sama perempuan.” Kata Diva lesu.

“Ihhh..emang kak Ed penyuka sesama jenis gitu? Ngaco kamu Va. Kak Ed Cuma belum siap menjalin love lagi karena masih ke inget terus dengan kak Anggun.” Kata Rubby sedikit sewot.

“Iya..iya..bukan gitu maksud aku, sensi amat sih..Tapi aku akan bersabar kok nunggu sampai kak Ed mau buka hatinya untuk aku..” ucap Diva percaya diri.

Ketiga sahabat nya bersorak menanggapi perkataan Diva.

“Dasar lo..kak Ed yang ga’ mau sama lo kali..” celetuk Audy.

“Trus kak Ed maunya sama lo gitu?” timpal Diva.

Saat mereka asyik berdebat tentang Edward tiba – tiba pandangan Rubby terlihat fokus menatap kearah pintu masuk restoran. Milly mengikuti arah pandang Rubby, dan Milly pun ikut terpana dengan apa yang baru saja di lihat nya, seorang pria tampan tengah melintas di hadapan nya.

Audy dan Diva mengakhiri perdebatan mereka dan menyadari kedua sahabat nya tengah memperhatikan sesuatu.

“Hey,,kalian kenapa sih, bengong aja.” Tanya Diva yang kemudian mengikuti arah pandang kedua sahabatnya.

“Ya ampun,, Ganteng nya..” Mulut Diva sampai menganga.

Mungkin hanya Audy yang tidak begitu menggubris pria yang di kagumi oleh sahabat – sahabat nya itu.

Rubby berpikir kebetulan sekali bertemu Devan di tempat ini. Rubby berniat mengalihkan pandangan sebelum Devan menyadari bahwa dia begitu terpesona, bisa malu sekali dia jika Devan memergoki dia dengan wajah nya yang barusan.

Belum sempat beralih pandang Devan lebih dulu melihat kearah Rubby dan teman – temannya. Dan mata Rubby bertemu pandang dengan mata Devan.

Untuk sesaat Devan menatap intens kearah Rubby namun pandangan nya segera di alihkan dan segera berjalan menuju ruang khusus untuk meeting nya kali ini.

Rubby merasa Devan begitu cuek dan acuh meskipun dia sudah melempar senyum kearah Devan. Huh sombong sekali sih, tau gitu ga’ senyum aja tadi. Kata Rubby dalam hati.

Beda halnya dengan ketiga sahabatnya yang masih membahas perihal pria tampan yang baru saja mereka lihat.

Devan telah sampai di ruangan yang sudah di sediakan khusus untuk meeting nya dengan klien, dia langsung menyapa klien nya yang memang sudah berada di ruangan tersebut.

Selama meeting berlangsung Devan selalu mencoba untuk tetap fokus meskipun pikiran terus melayang memikirkan pertemuan tak sengajanya lagi dengan Rubby, apalagi mengingat Rubby tersenyum sangat manis kepada nya, dia benar – benar sangat terpesona namun dia menutupinya dengan sikap cuek dan wajah dibuat sedatar mungkin.

Mengingat di sana ada para sahabat Rubby.

Beberapa kali Devan terlihat tersenyum sendiri, dan hal itu membuat klien nya sedikit heran karena selama bekerjasama dan bertemu dengan Devan baru kali ini pebisnis muda yang terkenal dingin dan angkuh ini menampilkan mood yang begitu manis di pandang.

Hans pun turut memperhatikan bosnya yang terlihat tidak biasa ini. Namun Hans sudah bisa menebak jika hal tersebut bukan tanpa sebab, melainkan karena pertemuan sekilas bos nya dengan wanita yang di cintainya.

Cinta memang bisa mengubah segalanya. Itu yang di pikirkan Hans saat ini.

Sementara itu Rubby dan teman – teman nya memutuskan untuk pulang, karena sudah cukup lama juga mereka berada di restoran tersebut.

Sudah dua jam acara meeting Devan berlangsung, kini masing – masing dari mereka berpamitan.

“Trimakasih Pak Devan atas kerjasamanya, semoga ke depannya bisa mendapat pencapaian yang sesuai dengan yang kita inginkan.” Ucap klien Devan sembari mengulurkan tangan untuk berjabat.

“Sama – sama pak Fahri.” Ucap Devan kemudian menyambut jabat tangan kliennya.

Mereka pun keluar dari ruangan tersebut, namun Devan menatap kearah meja yang tadi ada Rubby dan teman – teman nya.

Meja itu telah kosong bahkan sudah tampak bersih karena pelayan restoran sudah membereskannya.

Ada sorot kecewa yang terlihat di wajah Devan namun Hans segera membuyarkan lamunannya.

“Mari Tuan mobil sudah siap.” Kata Hans yang di jawab anggukan oleh Devan.

Merekapun berjalan menuju mobil dan meninggalkan restoran tersebut.

Mereka kembali ke kantor dengan Devan yang membawa perasaan bahagia, bukan karena kontrak kerja sama nya dengan klien yang lancar tapi karena pertemuannya dengan Rubby dan senyum manis Rubby.

Bab 3

Rubby melangkahkan kaki nya kearah dapur di situ Rubby melihat kesibukan Mamanya beserta beberapa pelayan di rumahnya sedang sibuk memasak berbagai macam menu makanan.

“Masak apa mam,,banyak sekali menunya?” Tanya Rubby sambil menyomot udang goreng tepung di atas piring.

“Nanti malam teman – teman kak Ed mau datang By.” Jawab Elsa sang mama sambil mengaduk sup ayam jamur nya.

“Ohhh..” sahut Rubby sambil melahap udang goreng nya lagi.

Mama Elsa memperhatikan Rubby sekilas tampak tidak bersemangat, kemudian Elsa menanyakan perihal acara Rubby bersama teman – temannya siang tadi.

“Kenapa sih By, kayak ga’ semangat gitu?”

“Ga’ papa mam,,Cuma lagi kesel aja.” Jawab Rubby dengan wajah cemberut.

“Ga’ papa kok gitu wajahnya? Pasti ada apa – apa tuh?” selidik mama Elsa sambil memperhatikan wajah Rubby.

Rubby tak menjawab hanya sesekali menghela nafas nya.

Tidak mungkin juga dia bercerita kepada mama nya perihal Devan, bisa malu dia kalo mama nya sampai cerita ke kakak nya.

Lagian Devan sudah punya calon istri untuk apa dia terpesona dengan Devan, pikir Rubby.

Setelah pulang dari restoran bersama sahabat – sahabat nya, Rubby masih inget kejadian di restoran ketika dia bertemu dengan Devan.

Sial nya Rubby sok akrab kepada Devan sehingga melempar senyum termanis nya kepada Devan namun Devan bahkan tidak menanggapinya malahan terkesan acuh.

Rubby bener – benar merasa malu sekali.

Yang Rubby tidak habis pikir kenapa dia begitu peduli dengan respon Devan terhadapnya, padahal kalau di pikir – pikir dia juga baru bertemu dua kali dengan Devan semenjak Devan tinggal di London beberapa tahun ini.

“Eh,, kok ngelamun sih By? Gimana acara makan – makannya tadi?” sela Elsa di tengah – tengah lamunan Rubby. Hal tersebut sontak membuat Rubby kaget.

“Kak Dev..Ops..” Rubby menepuk bibirnya yang keceplosan menyebut nama Devan.

“Dev? Ada apa dengan Dev?” Tanya Elsa bingung dengan perkataan Rubby yang terpotong.

Elsa semakin bingung ketika melihat gelagat putri nya yang salah tingkah.

“Emmm,, ga’ mam. Maksud Rubby kemarin kak Dev ke sini.” Jawab Rubby sedikit gugup.

“kalo itu mama udah tau By, kemarin Ed juga bilang ke mama.

Udah sana mandi siap – siap dandan yang cantik nanti teman – teman kakak mau pada datang.” Kata mama Elsa menggiring Rubby keluar dari dapur.

Rubby hanya menurut perintah mama nya dan segera berjalan menuju kamarnya.

Sementara itu di kantor nya Devan sudah tidak sabar untuk datang ke rumah Edward.

Meskipun acara makan malam biasa bersama sahabat – sahabatnya, namun yang ada dalam pikirannya adalah bertemu dengan Rubby.

Gadis cantik yang sangat dia cintai itu selalu mengganggu pikirannya.

Apalagi mengingat senyuman manis nya di restoran tadi, benar – benar membuatnya hilang fokus.

“Tuan,,saya sudah menyiapkan segala nya untuk datang ke acara makan malam di rumah Tuan Edward.” Kata Hans membuyarkan lamunan Devan.

“Hemm,,Bagus Hans. Apa kau juga sudah menyiapkan kado untuk Rubby?” Tanya Devan memastikan.

“Sudah semua nya Tuan termasuk kado untuk Nyonya Elsa, Tuan Admadja dan juga nona Rubby Tuan.” Jawab Hans kemudian.

Devan hanya menanggapi dengan manggut – manggut dan kembali membuka lembaran berkas yang harus dia tanda tangani sesegera mungkin supaya cepat selesai dan ia bisa segera ke rumah Rubby.

Sepulang dari restoran perihal meeting tadi Devan menyuruh Hans untuk mempersiapkan pakaian yang akan dia kenakan untuk acara bersama sahabat – sahabat nya di rumah Edward, dia juga menyuruh Hans untuk membelikan kado untuk orangtua Edward terutama Rubby.

Hal tersebut langsung di laksanakan oleh Hans tanpa kurang satu apapun.

Di dalam kamarnya Rubby masih bingung dengan perintah mama nya. Dia bingung harus mengenakan baju yang mana, sudah beberapa kali memilih dan pada akhirnya dia kembalikan lagi.

“Bukannya yang datang teman kak Ed ya,,kok aku jadi ikutan ribet sih.” Gerutu Rubby, saking frustasi nya dia memilih pakaian.

“Emmm,, yang ini aja deh..ga’ terlalu formal tapi juga ga’ terlalu santai dan tetap sopan di lihat.” Kata Rubby akhirnya menemukan pilihan baju yang akan dia kenakan nanti.

Rubby memilih gaun selutut berwarna soft pink dengan motif bunga – bunga berwarna putih tanpa lengan.

Rubby terlihat tidak begitu antusias karena pasti Devan akan datang juga nanti malam.

Rubby masih merasa kesal dengan kejadian di restoran tadi siang.

Tapi ucapan mama nya tidak bisa di bantah atau dia tidak akan mendapat uang jajan nya selama seminggu ke depan.

“Huh,,kesel deh rasanya. Mana nanti pasti ada kak Dev lagi. Masih sebel aku di cuekin di depan umum.” Gerutu Rubby dengan bibir di manyunkan.

“ Tapi ya udah lah dari pada mama marah dan ga’ di kasih uang jajan mending nurut aja lah.”

Rubby bergegas menuju kamar mandi dan bersiap – siap.

Mama Elsa sibuk menyiapkan makanan di meja makan di bantu para pelayan nya.

Sedangkan Rubby masih berada di kamar nya.

Edward dan papanya di ruang keluarga berbincang mengenai bisnis dan sesekali menanyakan perihal Devan.

“Gimana Ed,,apa Dev sudah menemui By secara khusus dan mengutarakan tujuannya yang sejak dulu belum di ketahui sama sekali oleh By?”

“Dev belum menemui By pa,,Dev baru sekali bertemu By waktu datang ke sini kemarin.”

“Bukan kah seharusnya Dev segera menemui By Ed?”

“Emm,,Dev bilang beberapa bulan lagi setelah By lulus pa. Dev tidak ingin mengganggu kuliah By pa.”

“Oke lah papa hanya ikut aja gimana baiknya, yang penting By bisa menerima Dev. Karena semua terserah By, papa juga ga’ bisa paksa.”

“Papa tidak perlu khawatir, Ed yakin By tidak akan nolak.”

Tuan Admadja hanya manggut – manggut menanggapi perkataan Edward.

Bel rumah berbunyi dan pelayan segera membukanya.

David, Tommy dan Andre datang bertiga. Kemudian pelayan mengarahkan mereka menuju ke ruang keluarga dimana ada Edward dan Tuan Admadja sedang mengobrol.

“Malam Om,,Ed,,” sapa mereka bertiga sembari tersenyum dan melangkah menuju sofa tempat Ed dan Tuan Admadja duduk.

Tuan Admadja menyambut mereka dengan ramah dan senyum terpancar di bibirnya.

“Dev mana? Ga’ bareng kalian?” Tanya Ed.

“ Ya elahhh kayak ga’ tau Dev aja dia tuh manusia super sibuk jadi mungkin agak telat datangnya.” Jawab Andre.

“Malam Om.” Spontan semua menoleh ke sumber suara. Ya tentu saja suara Devan. Devan melangkah menuju Tuan Admadja dan menyalaminya. Kemudian melihat cuek kearah sahabat – sahabat nya.

“Panjang umur lo bro, baru aja di omongin udah datang aja.” Kata David .

Dan Devan hanya tersenyum menanggapi nya.

Saat tengah asyik mengobrol tiba – tiba pandangan mereka tertuju di satu sumber suara yang terdengar merdu dan manis.

“Hallo kakak semuanya, selamat malam.” Rubby menyapa teman – teman kakak nya dan sudah dapat di pastikan semua terpesona melihat Rubby.

Tak terkecuali Devan yang menatap Rubby intens.

Rubby terlihat begitu cantik dan gaun yang di kenakan nya begitu cantik terpasang pas di tubuhnya, Rubby menggunakan make up dengan riasan yang natural dengan rambut tergerai indah yang di curly bagian bawah nya.

Wajah yang cantik, Tubuh yang tinggi semampai dan kulit yang putih bersih membuat siapapun akan terpesona melihatnya.

“Malam by..” jawab David, Tommy, dan Andre. Dengan wajah yang begitu terpesona menatap kearah Rubby.

Hanya Devan yang masih bungkam seribu bahasa membuat Rubby tambah kesel di buat nya.

Apa susah nya sih jawab salam, dasar kutub utara. Oke,,paling ga’ senyum lah dikit. Pikir Rubby merasa kecewa tidak mendapat tanggapan dari Devan.

Lain hal nya dengan Devan yang sebenarnya hati nya bergemuruh hebat dan detak jantungnya sudah tak beraturan lagi.

Saking terpesonanya dengan Rubby sampai – sampai Devan tidak sanggup berucap bahkan sekedar menjawab salam dari Rubby.

Pandangan Rubby terarah ke pada Devan begitupun Devan matanya intens menatap Rubby.

Dan saat ini mereka sedang saling memandang.

Edward dan Tuan Admadja menyadari akan situasi tersebut sehingga mereka saling memandang dan melempar senyum.

“Ehem,,pada ngumpul disini terus, ayo ke ruang makan. Makanan nya sudah siap.” Tiba – tiba suara mama Elsa menginterupsi sehingga adegan saling memandangpun segera usai.

Dan semua mata mengarah ke mama Elsa.

Begitupun dengan Rubby langsung mengalihkan pandangannya ke arah mama nya dan berjalan menuju mama nya.

Semua beranjak dari duduk mereka dan berjalan mengarah ke ruang makan.

Dan duduk di kursi masing – masing, namun Rubby merasa sangat aneh karena mama nya menyuruh nya untuk duduk di samping Devan.

Namun Rubby berusaha untuk mengikuti mama nya dan tidak menolak.

“Wahhh,,tante Elsa benar – benar the best pokoknya. Ini nih makanan favorit gue.” Kata Andre sambil menunjuk kearah makanan kesukaan nya yang sudah tersaji di atas meja dan di susun cantik di atas piring .

“Tante masak makanan kesukaan kalian semua, tuh komplit kan? Lagian kalian udah lama sekali ga’ pernah berkunjung.” Kata mama Elsa dengan senyum bahagia terpancar.

“Dev,,tante juga masak makanan kesukaan mu sup ayam jamur special.” Kata mama Elsa lagi.

Devan langsung tersenyum dan memandang kearah mama Elsa.

“Trimakasih tante,,tante masih ingat makanan kesukaan Dev.” Jawab Dev dengan senyum dan itu membuat Rubby melirik kearah Dev dan berpikir Hei,,dia bisa jawab dan tersenyum manis sama mama. Dan sama aku boro – boro tersenyum manis cuek iya. Ehhh,, tapi kalo senyum gini jadi makin ganteng. Ya ampun,,apaan sih nih otak aku. Kan lagi kesel sama ni kutub utara.

“Inget dong Dev,,udah ayo di makan. By ambilkan sup nya untuk Dev.” Kata mama Elsa melihat kearah Rubby.

Rubby langsung mengarahkan pandangannya kearah mama nya, dengan wajah protes.

Seakan tahu pikiran putri nya mama Elsa langsung melanjutkan perkataannya.

“By,, itu sup nya ada di depan kamu jadi sekalian kamu ambilkan untuk Dev, Oke?”

“Emmm,,Baik mam..” Dengan berat hati Rubby mengambil sup untuk Devan. Dan memberikannya kepada Devan dengan senyum yang di paksakan.

Sebenar nya tidak di ambilkan pun Devan masih bisa menjangkaunya, hanya saja mama Elsa sengaja supaya Rubby bisa lebih dekat dengan Devan.

Jangan di Tanya lagi soal perasaan Devan, dia begitu bahagia dan sudah bisa di pastikan jika nanti malam dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak karena terbayang kejadian saat ini.

Dalam hati Devan tahu jika mama Elsa sengaja melakukan hal tersebut.

Dan Devan sungguh beruntung memiliki calon mertua yang pengertian seperti itu.

Dalam acara makan malam tersebut terselip obrolan dan canda tawa, hanya Rubby dan Devan yang terlihat canggung.

Bukan tanpa sebab tapi mereka sibuk dengan pikirannya masing – masing.

Sesekali Rubby melirik kearah Devan sedangkan Devan lebih bersikap tenang dan cuek nya.

Dan hanya mendengarkan candaan sahabat nya. Sesekali menanggapi dengan senyum dan tertawa kecil saat sahabat nya bercerita soal masa – masa mereka SMA.

Rubby tak hentinya berbicara dalam hati. Ada ya orang betah banget ga’ ngomong.

Sakit gigi apa ya? Huhhh,,kasihan banget calon istrinya, pasti juga sering di anggurin ga’ pernah di ajak ngobrol. Ihh,,pasti membosankan. Pikiran demi pikiran muncul di benak Rubby.

Sampai tanpa sadar ia mengeplak pelan kepala nya. Dan hal tersebut di ketahui oleh sang mama.

“Ada apa By? Kamu pusing?” kata mama Elsa dengan raut khawatir.

Seketika membuat Devan langsung menoleh kearah Rubby.

“Eh,, ga’ kok mam. Cuma ada nyamuk tadi.” Kata Rubby nyengir.

“Oh, mama kira kamu pusing.” Kata mama Elsa lega.

“Kalo emang pusing jangan di tahan By,atau mau aku periksa By?” kata David, David adalah seorang Dokter dan dia sudah memiliki rumah sakit nya sendiri tentu saja investor terbesarnya adalah Devan.

“Tidak perlu kak, By baik – baik aja kok.” Jawab Rubby dengan senyum.

“Oke.” kata David mengangguk.

Mereka melanjutkan makan malam dengan penuh kebahagiaan.

Karena memang sudah lama tidak berkumpul seperti ini karena kesibukan masing – masing juga karena untuk menyambut kedatangan Devan.

Dan karena malam sudah larut mereka semua berpamitan.

Dengan senyum kebagiaan keluarga Admadja mengantarkan tamu mereka sampai di depan teras rumah.

Rubby segera beranjak untuk menuju kamar nya namun mamanya memanggilnya.

“By,,ini ada titipan dari Devan.”

“Titipan apa mam?”

“Tadi Devan bawa kado untuk mama dan papa juga, dan yang ini untuk kamu.” mama Elsa menyerahkannya kepada Rubby.

“Rubby kan ga’ lagi ULTAH mam?”

“Udah lah By,,terima aja ngapa sih.” Sahut Edward.

Rubby hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan orangtua dan kakaknya yang masih di ruang keluarga.

Sesampainya di kamar Rubby langsung bersih – bersih dan tidur.

Tanpa membuka kado yang di berikan Devan kepadanya. Dia pun tertidur nyenyak, karena memang sudah mengantuk dan hari ini sungguh hari yang melelahkan untuknya.

Sedangkan kado pemberian Devan masih terbungkus rapi tergeletak asal di ruang kamar bernuansa girly itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!