NovelToon NovelToon

Pasukan Kharisma Jagat

PROLOG

Ada seorang perempuan remaja yang sangat takut pada cermin, remaja itu berumur 11 tahun, dia selalu berkata bahwa, ketika dia berkaca pada setiap cermin yang ada di rumahnya, dia melihat wajah lain, makanya dia menangis dan bertanya, siapa kamu ... pada cermin yang ada di hadapannya.

Nama gadis itu adalah Seira Adam Hanida, sejak itu Seira menjadi berubah aneh dan pendiam, kata mamanya, dia takut kaca, setiap berkaca selalu menangis meraung-raung, dia selalu bilang pada mamanya bahwa itu bukan dia, sembari menunjuk kaca.

Dia menunjuk dirinya sendiri dan meraung-raung bertanya, “Aku siapa?” dia tidak amnesia ataupun lupa identitas, sebenarnya yang ditanyakannya adalah keberadaan, untuk apa dia di bumi ini, siapa dia, manusia macam apakah dia, cuma ketika itu dia hanya anak umur 11 tahun dan ini adalah transisi pertama, dari si buta setengah menjadi si penglihat semua.

Semua orang menatap Seira dengan tatapan mengolok, seolah dia adalah gadis yang gila.

Hari terus berlalu dan Seira harus bertahan sendirian dan mulai percaya pada prasangka setiap orang bahwa dia gila, sampai tiba waktunya di mana Seira bermimpi, di antara tidurnya yang belum juga terlelap, dia melihat sesosok kucing dengan corak loreng berwarna kuning, coklat dan hitam belangnya aneh, karena biasanya tak ada kucing yang belangnya seperti itu, tapi tentu saja Seira yang barus berumur belasan tahun, dalam keadaan tidak sadar karena tengah tertidur, hanya mampu melihat kucing itu terus berjalan bolak-balik melewati kakinya.

Dia pikir ini adalah kejadian yang tidak bermakna sama sekali, hanya bunga tidur, walau rasanya, seperti nyata ketika kucing itu terus berputar di kakinya.

Hingga suatu hari gadis remaja itu sedang menonton bersama adiknya di rumah dan dia menoleh ke arah luar memastikan lagi apa yang dia lihat, makhluk itu datang lagi, kucing belang 3 itu ada di depan rumah, seperti terjatuh dari genteng dan dia mengitari sesuatu tepat di depan rumah Seira, saat sedang memperhatikannya, kucing itu menoleh seperti meminta ijin masuk, Seira menatapnya dan melarang masuk rumah.

“Adek disini dulu ya, mbak keluar sebentar, sebentar aja.” Seira meminta adiknya Seina untuk diam, dia hanya menarik tangan kakaknya, tanda tidak setuju. Sebenarnya Seira takut, tapi kalau dia tidak keluar, dia merasa akan ada hal buruk yang terjadi padanya dan juga adiknya, maka dia memutuskan untuk keluar rumah, pada saat kejadian itu, entah kenapa sekitar rumah menjadi sepi, tak ada suara, tak ada lalu lalang orang, hanya dia, kucing itu dan adiknya yang ketakutan.

Seira menatap binatang jadi-jadian ini, entah kenapa dia merasa bahwa ini bukan kucing biasa, sekarang mereka sudah berhadapan, kucing itu menatapnya dengan mata yang tajam, Seira lalu berlutut mengambil benda yang diputari oleh binatang ini, batu berwarna hijau sebesar biji salak, itulah benda yang dia putari terus menerus, Seira kembali menatapnya dengan marah, lalu mengambil batu itu dan membuangnya, setelah itu dia buru-buru berlari, Seira lihat kucing belang tiga itu berlari mengejar batunya, Seira juga berlari dan menutup pintu dengan kencang, lalu berteriak, “Pergi dan jangan kembali!!!”

Seira merasa sudah aman karena kucing itu telah pergi, walau dia tak yakin, tapi dia merasa kucing itu terlihat lebih besar dari mimpinya, selain itu, satu hal yang kelak Seira akan tahu, bahwa binatang itu bukan kucing, melainkan seekor macan jadi-jadian bernama, Panglima Erlangga, macan itu adalah Karuhunnya atau pelindung nenek moyang yang diturunkan dari buyut hingga anak cucunya untuk melindungi keluarga.

Tahukah kalian bahwa, dalam budaya Sunda, ada mitos yang menakutkan bernama mitos Karuhun, bahwa di tanah Sunda atau Pasundan, ada anak-anak yang terberkahi, di mana setiap anak tersebut akan memiliki pelindung berupa makhluk ghaib dalam banyak wujud, pelindung ini akan melindungi tuannya dengan cara ghaib. Pelindung yang berjuluk Karuhun ini akan memberikan ilmu ghaib pada tuannya yang bisa digunakan untuk menolong orang ... atau mencelakai orang, tergantung sifat pemilik Karuhun tersebut.

Seira adalah salah satu keturunan anak-anak terberkahi itu, ketika kemunculan Karuhun pertamanya yang sering dipanggil Panglima itu, Seira disegel oleh orangtuanya yang tidak mau anaknya menjadi seperti ayahnya, menjadi pewaris ilmu ghaib dan pergi meninggalkan keluarga, mamanya Seira tidak paham kalau Karuhun tidak bisa diusir atau dibuang, dia hanya tak terlihat saja melalui penyegelan mata batin Seira yang tingkahnya dirasa mulai aneh oleh orang sekitar.

Waktu terus berjalan, Seira hidup normal dengan mata batin yang disegel, hingga dia berumur 30 tahun, tepat di umurnya itu, Seira akhirnya melihat kembali Panglima bersama seekor macan putih jadi-jadian lain, dia tak tahu dan tak paham, siapa dua makhluk yang tiba-tiba terlihat itu, karena setelah disegel, dia lupa segalanya, kejadian bahwa dia pernah menjadi remaja dengan kemampuan ghaib yang tinggi.

Maka ketika pertemuan dengan Panglima terjadi lagi, Seira bingung dan tak paham, siapa mereka dan apa mereka sebenarnya, kenapa hanya dia yang bisa melihat dua makhluk jadi-jadian itu.

Ternyata, batas waktu penyegelan telah berakhir, sudah waktunya Seira kembali pada tugas utamanya di bumi ini, yaitu menjadi seorang ratu dari sebuah suku bernama KHARISMA JAGAT, suku tanah Pasundan yang memegang Karuhun atau pelindung ghaib untuk menjaga keseimbangan dua dunia, karena dipercaya, kelahiran Seira adalah untuk menjaga agar para Kharisma Jagat tetap melaksanakan tugasnya di dunia ini, yaitu menjaga dunia ini dari makhluk ghaib yang berniat jahat pada manusia.

Seira Adam Hanida akhirnya harus membuka segelnya dan mengemban tugas sebagai ratunya Kharisma Jagat yang memiliki gelar AYI MAHOGRA, dalam menjalankan tugasnya, Seira didampingi oleh seorang lelaki yang telah menjaganya sejak kecil dan mulai belajar ilmu hitam dan putih untuk mengimbangi Seira agar bisa melindunginya ketika dia dalam masa penyegelan, lelaki itu bernama Malik Rainan.

Selama menjalankan tugasnya, Seira atau Ayi Mahogra, menemui begitu banyak rintangan, karena dia harus melawan para tetua Kharisma Jagat yang mulai sesat, dari sini Ayi Mahogra paham bahwa, dia memang harus mulai menerima statusnya sebagai ratu karena dua dunia akan mulai kehilangan keseimbangannya akibat ulah para tetua yang merasa berkuasa dengan ilmu ghaib yang disalurkan dari para karuhunnya.

Maka Ayi Mahogra menyusun strategi untuk menjalan tugasnya dengan maksimal, melihat begitu banyak manusia tak berdosa yang harus jadi korban karena ulah para tetua, maka Ayi Mahogra siap untuk berperang dan menghimpun kekuatan dari segala penjuru wilayah di negeri ini, dia mengumpulkan semua raja jin dan juga orang sakti untuk membantunya menah dalam peperangan melawan tetua, walau dia kalah jumlah, pada akhirnya Seira menang dan bisa kembali membuat dua dunia aman dan seimbang.

Karena melihat pengalaman para Kharisma Jagat yang kehilangan jati diri akibat haus kekuasaan dan merasa memiliki kemampuan ghaib, maka Ayi Mahogra membangun sebuah tempat bernama Akademi Kharisma Jagat atau disingkat AKJ, tempat itu adalah kerajaan kecil yang dia bangun untuk mendidik Kharisma Jagat agar mampu mengendalikan kemampuannya dan menggunakan kemampuan itu untuk membantu umat manusia yang terkena masalah ghaib hingga dunia kembali aman dan seimbang.

Lalu apakah ... cerita telah selesai?

Tentu saja tidak!

Sementara Seira telah menang dalam peperangan melawan tetua, ada seorang pemuda bernama Aditia Kamajaya, lelaki ini memiliki status sebagai Kharisma Jagat yang telah dididik ayahnya sejak kecil untuk mengemban tugas sebagai Kharisma Jagat, yaitu, menjemput ruh-ruh yang tersesat untuk kembali pulang para Tuhannya, Aditia memiliki ayah yang juga Kharisma Jagat bernama Mulyana.

Mulyana membentuk pelindung lain untuk membantu Aditia kelak dalam menjalankan tugasnya, para pelindung lain itu disebut kawanan, terdiri dari 2 orang lelaki dan 2 orang perempuan, Mulyana tahu, kelak dia takkan bisa terus membimbing dan melindungi anaknya, karena Mulyana adalah salah satu orang yang percaya kedatangan Ayi Mahogra, dia menjaga dirinya untuk terus menjadi Kharisma Jagat yang lurus dan setia pada berkah Tuhan dan dia tahu, ini berarti dia menentang para tetua yang ingin Ayi Mahogra lenyap, maka para Kharisma Jagat yang percaya kedatangan Ayi Mahogra juga kemungkinan akan diincar oleh para tetua, karena itu, maka dia mengangkat 4 orang anak lain yang juga memiliki keistimewaan dalam hal ghaib, walau bukan Kharisma Jagat untuk dia latih agar kelak bisa berjuang bersama Aditia, 4 orang tersebut bernama, Ganding, Jarni, Hartino dan Saba Alkamah.

Kelak mereka akan dipanggil kawanan.

Aditia akan memiliki para pelindung yang sangat kuat, orang-orang dengan khodam berilmu tinggi, salah satunya Saba Alkamah, dia adalah seorang wanita setengah manusia dan setengah jin, karena ibunya manusia dan bapaknya jin, dia manusia yang sangat awet muda dan memiliki ilmu ghaib yang sangat tinggi, kemampuan tertingginya adalah memiliki wujud jin dan juga wujud manusia. Bagi Aditia Saba Alkamah bukan hanya sebagai kawanan yang membantunya menyelesaikan kasus, baginya dia adalah wanita yang dia cintai dan ingin dia nikahi, tapi ada hal-hal yang tidak bisa dia lewati hingga membuat Aditia dan Saba Alkamah sulit bersama sebagai sepasang kekasih.

Apa yang Mulyana takutkan akhirnya terjadi, dia meninggal dunia ketika anaknya Aditia Kamajaya belum juga lulus kuliah, dia lalu mewariskan sebuah keris mini dan juga Karuhunnya untuk Aditia, menjaganya dalam menjalankan tugas Mulyana yaitu menjemput ruh yang tersesat agar kembali ke pada Tuhan.

Sebelum meninggal dunia, Mulyana memberikan buku catatan pada Aditia, buku itu berisi catatan kasus yang belum selesai, kasus ruh-ruh penasaran yang mengganggu kehidupan manusia hingga membuat dua dunia tak seimbang.

Mulyana meminta Aditia untuk menyelesaikan kasus itu berdasarkan urutan di buku catatan yang dia wariskan dan saat itulah pertemuan pertamanya dengan 4 anak angkat ayahnya yang juga memiliki ilmu yang tinggi di ranah ghaib, mereka bahu membahu menyelesaikan kasus yang masih belum terpecahkan dari buku catatan Mulyana ayahnya Aditia dan bapak angkat kawanan.

Kasus yang ditangani oleh Mullyana dan dicatat di bukunya berasal dari urband legend yang terjadi di setiap wilayah di negeri ini, seperti kuntilanak merah, begu ganjang, rangda dan kisah lain yang membuat manusia menjadi korban atas ruh penasaran yang mengganggu manusia.

Dalam menyelesaikan kasus, Aditia dan kawanan, seringkali disesatkan oleh jin dan juga orang jahat lain, tapi kawanan tetaplah solid dengan Aditia sebagai pemimpin mereka, kasus di catatan Mulyana akhirnya satu persatu bisa diselesaikan.

Banyak kasus yang mereka selesaikan sangatlah rumit, maka Ayi Mahogra sebagai ratu dari Kharisma Jagat seringkali membantu kawanan dan Aditia dalam memecahkan kasus, Aditia sudah dianggap adik oleh Ayi Mahogra karena secara garis keturunan keluarga Aditia berasal dari status Kharisma Jagat yang tinggi, statusnya dekat dengan Ayi Mahogra dan walau Mulyana tidak bisa merasakan kemenangan yang didapat Ayi karena sudah meninggal dunia tetap saja, bagi Ayi keluarga Mulyana adalah keluarganya, dia mengenang bagaimana Mulyana tetap yakin akan kelahiran dirinya, walau akhirnya tak bisa berjuang bersamal. itu yang Aditia ketahui, tapi satu yang Aditia tak paham, bahwa Ayi bukan hanya membantunya menyelesaikan kasus, tapi Ayi juga terus mengawasi dirinya dan kawanan, perlahan Ayi melatih mereka menjadi PASUKAN KHARISMA JAGAT.

Pasukan Kharisma Jagat adalah orang-orang keperyaan Ayi Mahogra yang saat ini dibutuhkan untuk menjaga AKJ dari serangan musuh yang tentu saja masih ada, mereka adalah sisa-sisa kekuasaan para tetua yang mengincar Ayi Mahogra untuk bisa membunuhnya dan mengambil kekuasaan sebagai pemimpin yang mampu menggenggam dua dunia.

Ayi Mahogra tahu, bahwa cepat atau lambat, meski perang telah berakhir bertahun-tahun lalu, pasti akan ada upaya untuk menumbangkannya sebagai ratu, karena kekuasaan memang tidak pernah abadi, tapi di sisa kekuasannya, Ayi ingin pastikan bahwa Kharisma Jagat yang mampu berwatak mulia, lahir dari AKJ dan meneruskan perjuangannya sebagai PASUKAN KHARISMA JAGAT yang melindungi dua dunia.

_______________________________________

Catatan Penulis :

Novel Trilogi :

1.Karuhun

2.Angkot Jemputan

3.Pasukan Kharisma Jagat

Baca berurutan lebih seru.

Bagian 1 : Jawatankuasa

Pada sebuah tempat, di mana kau bisa masuk hanya jika diizinkan. Tempat di mana hanya ada pohon dan tanah sebagai alas saja, tempat yang tidak bisa kau lihat, hanya jika diperkenankan melihat, di sanalah ada sepasang suami istri yang membangun sebuah kerajaan ghaib, tempat di mana perintah Tuhan dijaga, yaitu melindungi umat manusia dengan perkara ghaibnya yang mengancam nyawa.

Karena mereka adalah Ratu dan Panglima dari sebuah perkumpulan bernama, Pasukan Kharisma Jagat, Ratu yang benama Ayi Mahogra, kita semua mengenalnya sebagai Seira Adam Hanida, wanita biasa bagi mata awam, tapi seorang Ratu yang bijak dan berilmu tinggi di mata Karuhun dan Pasukannya, berpanglimakan seorang lelaki tampan yang kuat, tapi hanya jika kau melihatnya dengan mata awam.

Jika kau melihatnya dengan mata batin, kau hanya akan melihat beling di sekujur tubuhnya. Malik Rainan, seorang pria setia yang berhasil menikahi Ayi Mahogra pada zaman ini.

Tempat itu adalah sebuah tempat untuk melatih para Kharisma Jagat untuk memaksimalkan ilmu mereka dan kelak akan dilepas pada masyarakat untuk membasmi dukun ilmu hitam dan para jin kirimannya, termasuk perkara ghaib lain yang melibatkan jin fasik.

Mereka menyebutnya Akademi Kharisma Jagat atau AKJ, tapi Ayi punya sebutan yang lebih sakral untuk tempat itu, yaitu Jawatankuasa Kharisma Jagat.

Apakah kisah mereka telah berakhir bahagia selamanya? Apakah mereka tetap bisa bersama atau akhirnya harus terpisah lagi seperti dulu, ketika Seira pergi bersama Pram untuk menaklukan seluruh jin di setiap tempat?

Maka, aku akan memulai kisahnya dari sini.

“Ada apa? Apakah bulan purnama masih membuatmu takut?” Malik bertanya pada istri yang sedang menatap langit dengan wajah gusar, mereka ada di sebuah taman di tempat itu, tempat yang hanya jika kau diizinkan untuk masuk.

“Ya, aku bermimpi buruk lagi.”

“Kan sudah kubilang, kita melewati hal yang sangat besar bersama, sekarang kau punya pasukan, mereka orang yang kau didik untuk menjaga tugas mereka sebagai orang terpilih dan melindungi Kerajaan ini.”

“Malik, ini bukan tentang peperangan kita lagi, jodoh adat sudah dihapuskan, itu tujuan awal kita bukan? Semua orang bebas memilih pasangannya, termasuk Kharisma Jagat, jika ingin menikah dengan orang biasa, akan diizinkan. Bukan itu masalahnya, tapi aku merasa, ini semua lebih besar dari jodoh adat, Malik.

Aku merasa yang kita perjuangkan, hanya hal kecil dari apa yang seharusnya akan kita hadapi kelak.”

“Kau ini sedang hamil sayang, hamil seorang wanita Kharisma Jagat Agung, dia membuatmu menjadi lemah dan penuh kegusaran, kau hanya harus melewati fasenya dan bersiap untuk memimpin lagi.”

“Wahai panglima yang sangat kuat, percayalah, instingku sangatlah kuat, jangan sepelekan apa yang menjadi kekhawatiranku, lebih baik kita melakukan langkah yang sangat jauh, daripada kita terlena dan akhirnya hancur oleh ketidaksiapan.”

“Baiklah Ayi, sekarang apa yang sangat menjadi kekhawatiranmu? Kau tidak pernah menceritakan mimpimu, kau hanya terus saja ketakutan,” Malik bertanya.

“Akan kuceritakan jika waktunya sudah tiba, tapi jika waktu itu tiba, maukah kau berjanji untuk melakukan apapun yang aku katakan?”

“Tentu saja, adakah satu dari perintahmu yang tidak pernah aku lakukan?”

“Malik, aku bicara bukan sebagai Ratu dari Kerajaan ini, tapi aku bicara sebagai seorang istri kepada suaminya, jika kelak sudah waktunya, aku akan pastikan kau menepati janji, apapun taruhannya?”

“Ya, aku berjanji, apapun taruhannya, aku akan lakukan untuk istriku, bukan sebagai Ratuku.”

“Jangan bercanda!” Seira kesal karena Malik masih saja menggoda, malam semakin larut, Malik kembali ke kamarnya sendirian, Seira masih di taman, dia sedang melihat banyak jin masih berlatih sendirian, Jin dari kalangan Karuhun tua memang sangat gigih membuat tubuh ruhnya bugar, malam adalah waktu terbaik.

Panglima dan Raden muncul tiba-tiba, tentu saja, Panglima yang ini berwujud Macan belang tiga, sedang Panglima sebelumnya adalah seorang manusia sekaligus suaminya, mereka sama kuat, hanya saja, kurang akur, sejak dulu.

“Ayi, bulan purnama ketujuh.” Panglima berkata dengan gahar, Ayi mengangguk.

“Kita hanya punya waktu dua bulang lagi untuk bersiap.”

“Jadi … mimpi itu benar?”

“Satu bulan purnama pada setiap bulan pertumbuhan putriku, mereka menandainya, mereka mengirim pesan melalui bulan purnama yang memerah itu.”

“Ayi, kau harus berhati-hati.”

“Pada bulan kesembilan, di mana anak ini akan lahir, aku akan meminta Malik melakukannya, aku akan pastikan dia melakukannya.”

“Tapi Ayi, apakah dia sanggup?” Panglima bertanya.

“Apa yang tidak mampu dia lakukan? Kita sudah sama-sama melihatnya.”

“Berpisah darimu, dia takkan mampu.”

“Mampu, jika pertaruhannya adalah, darah dagingnya sendiri.”

“Diam, ada yang menguping!” Ayi berbisik.

Panglima menggunakan kemampuan mengendus jinnya dan berlari ke arah yang Ayi Mahogra katakan.

Betul saja, ada seorang pria yang berlari dari tempat itu dan menghilang di kegelapan malam.

“Tidak tertangkap lagi?” Ayi bertanya.

“Tidak, golongan tetua, tentu saja. Ilmu mereka masih tinggi.”

“Bagaimana dengan para pengawal di depan gerbang?”

“Meninggal.” Panglima menyesal mengatakan itu, karena ini kali ketiga mayat pengawal diketemukan, tak ada yang tahu, hanya Ayi dan dua orang kepercayaannya, Malik bahkan tak diberitahu, bahwa AKJ yang baru saja berdiri ini, sudah dibobol berkali-kali.

“Aku harus panggil kawanan, ketika waktuku tiba, aku harus panggil mereka, tak ada yang bisa melindungiku dan semua anak di sini selain mereka.”

“Mereka baru berlatih selama dua tahun terakhir dengan berbagai kasus, apakah mereka sudah siap?”

“Siap tidak siap, karena kalau mereka tidak datang, kita akan kesulitan menghalau mereka, para tetua sudah gila, mereka melakukan hal yang persis sama seperti yang aku lakukan dulu, mereka mulai mencari sekutu sebanyak mungkin selama ini, selama lima tahun terakhir Malik dipenjara dan AKJ ini aku bangun, hingga akhirnya berdiri.”

“Aku takut kalau mereka akan membelot.”

“Panglima, kau banyak tidak percayanya, kau tahukan, instingku sangatlah kuat, aku percaya mereka.”

“Mungkin untuk 5 sekawan, tapi bagaimana dengan leak itu!” Raden kali ini yang bertanya, tentu dengan suara imutnya, kalian tahu, kan, bagaimana suara Raden? Berbanding terbalik dengan bulu putihnya yang gahar.

“Alisha? Dia bukan orang jahat, walau telah membawa Esash, jin tua laknat itu, tapi dia melakukan itu untuk cinta Panglima, kau harus memilah, kadang, kejahatan itu dilakukan untuk melindungi orang lain, walau kejahatannya tidak bisa dibenarkan, tapi cintanya … nyata.”

“Malik maksud Ayi?”

“Aku lelah dengan kecemburuanmu! Sudahlah, aku mau tidur saja!” Ayi kesal dia berkata dengan intonasi manja pada Karuhun tua yang sangat protektif, dibanding sebagai Karuhun, Panglima lebih pantas disebut sebagai ayah dalam bentuk macan.

Sedang Raden hanya sibuk menjilat kakinya.

“Kau jangan bersikap seperti kucing, kita ini maung! Kenapa kau suka sekali menjilat kakimu!” Panglima berkata pada saudara sejawatnya.

“Coba deh kau lakukan, ini enak tahu, seketika aku merasa bersih.”

“Bodoh! Kita ini maung! Bukan meong!” Panglima lalu menghilang, sedang Raden masih terus sibuk membersihkan diri dengan menjilat.

Jauh dari tempat itu, ada 6 orang yang kelelahan, kasus terakhir mereka sungguh paling berat, berputar-putar pada sawah yang menjadi zona gelap itu.

“Aku lelah.” Ganding berkata, mereka sedang di markas ghaib yang tempatnya tidak pernah terlihat sama sekali oleh mata awam.

“Kami semua tepatnya, lelah, Nding.”

“Tapi Dit, kenapa ya, aku masih penasaran sama perkataan dukun itu, apa yang dia maksud tentang rahasia kakekmu, apa yang sebenarnya terjadi ketika itu?” Ganding bertanya.

“Entah, Paman Aep juga bilang bahwa itu hanya perkataan fitnah dari mereka, ya kau tahu lah, kami Kharisma Jagat selalu dijadikan kambing hitam.”

Kisah Drabya tentu kalian sudah tahu, untuk kalian yang belum tahu, maka kalian harus baca serangkaian trilogi dari kisah ini, Karuhun dan Angkot Jemputan untuk bertemu benang merahnya.

“Nding, Dit, bisa kan kita lebih santai dulu? Karena kasus sawah itu sungguh membuatku capek, kita dibuat seperti orang linglung di sana, banyak sekali hal yang membingungkan, bisakah kita cuti dulu, Dit?”

“Apa maksudmu cuti?” Alka kali ini yang bertanya, dia kesal dengan perkataan adiknya.

“Kak, aku ingin tidur hangat dengan istriku, aku sudah lama sekali tidur beralaskan tikar dan beramai-ramai, aku ….”

“Har! Kau mau aku hajar!” Alisha kesal karena dia tidak suka Hartino mengumbar kemesraan apalagi berkata cabul soal malam yang dilewati suami istri.

Sementara Jarni sibuk membereskan barang bawaan mereka, dia seperti biasa, lebih suka diam.

“Alisha, aku ini lelaki, aku punya kebutuhan biologis.”

“Har! Aku ingin muntah mendengarnya!” Ganding berteriak, Aditia tertawa saja.

“Kau kenapa tertawa kencang sekali?” Alka melotot pada Aditia.

“Tidak, aku hanya bersikap sopan saja, memang kau pikir aku memikirkan apa? Pikiran kotor gitu? Tidaklah, aku kan bukan seorang pemikir dengan pikiran-pikiran kotor, aku ….”

“Hah! Kau tersesat dengan pikiranmu sendiri kan!” Ganding tahu, Aditia mencari alasan, makanya kata yang dia gunakan berulang.

“Alisha, aku lapar.” Jarni tiba-tiba berkata.

“Kasiannnn, anak bayi perempuanku kelaparan, aku buatkan bala-bala mau?”

“Aku mau bala-bala, gehu sama caos, kayak yang dijual di kampung paman Aep.”

“Kau ngelunjak Jarni! Mana aku bisa membuatnya semirip itu!” Alisha berteriak, Jarni hanya melengos saja.

“Kekasihmu terkadang imut terkadang ingin kulumat!” Alisha lalu ke dapur bersiap untuk masak, Alka menyusul untuk membantu, semua orang sibuk, sementara Aditia duduk di sofa, tak ada yang sadar, bahwa pemikiran tentang aib dari kakeknya, juga menghantui dirinya.

Dia takut, kalau ada rahasia besar yang dia belum tahu, seperti ketika dia baru tahu kalau ayahnya adalah orang yang kaya raya.

Tapi dia tak ingin kawanan menjadi sibuk lagi untuk menyelidiki, makanya dia hanya mencoba menenangkan kawanan, tapi jujur, dia ingin tahu, apakah benar, kakeknya telah melakukan kesalahan.

Apakah kalian tahu, apa rahasia kakeknya Aditia? Yang sudah baca Angkot Jemputan sampai tamat, pasti tahu, rahasia apa itu.

____________________________________________

Catatan Penulis :

Selamat datang judul baru dari serangkaian trilogy novel Kharisma Jagat. Jika kalian pembaca baru, maka begini urutan novelnya :

Karuhun

Angkot Jemputan

Pasukan Kharisma Jagat.

Ketiga novel ini saling berhubungan dan memiliki benang merah yang sangat rumit, maka jika kalian tidak membaca novelnya secara berurutan, kalian akan tersesat dalam hutan benang merah itu.

Untuk pembaca lama, apakah kalian siap untuk petualanan yang lebih mencekam lagi bersamaku? Jika ya, kalian harus ikuti novel ini sebagai novel favorit, bantu aku lagi untuk menaikkan novel ini hingga dikenal banyak orang seperti Angkot Jemputan yang memiliki 10 juta popularitas dan 2 juta lebih pengikut yang memfavoritkannya.

Kasih tahu aku ya, apa perasaan kalian membaca part 1 ini, apakah energi Karuhun dan Angkot Jemputan masih terasa? Atau kalian merasakan energi lain? Komentar ya, kasih tahu aku apa yang kalian rasakan setelah membaca part 1 novel PKJ ini.

Salam sayang dari Ibu.

Penulis Novel Horor Trilogi Kharisma Jagat.

Bagian 2 : Jawatankuasa 2 ... Nenek dan Setan Kepala Buntung.

“Hei … hei … hei … hi hi hi hi hiiiiiiiii.” Suara tertawa dari sebuah lift membuat seorang anak lelaki terpaku, dia terdiam, melihat sekeliling, dia mencoba memencet tombol lift agar bisa keluar dari sana, tapi tak berhasil, lift terus berjalan naik … lalu turun lagi … naik … lalu turun.

“Aku mau pulang.” Anak itu bergumam di lift yang terus naik turun dengan kecepatan normal, tapi semua tombolnya tidak mau dipencet.

“Mau pulang? Ikut aku saja.” Suara yang entah datang dari mana, membuat anak itu terdiam, tiba-tiba pintu lift terbuka.

Gelap, tak ada cahaya satu pun yang terlihat, hingga anak itu enggan keluar dari lift, padahal beberapa waktu lalu dia sangat ingin keluar dari sana.

Lift tetap berhenti dan pintu lift tetap tak tertutup, anak itu ragu untuk keluar.

Tapi dia berpikir, bahwa jika dia tak keluar, maka berapa lama lagi dia harus menunggu, alamiahnya, seorang anak, tidaklah pernah bisa sabar dan selalu ingin berlarian.

Anak itu mengendap, dia cukup takut melihat kegelapan di sana, jika dia keluar, apakah akan ada hal buruk terjadi?

Anak lelaki itu akhirnya melangkah keluar dari lift, seketika tubuhnya sudah keluar sempurna, pintu lift tertutup secara otomatis dan terlihat menuju lantai bawah.

Anak kecil itu tidak tahu dia berada di lantai berapa, gelap sekali, dia sama sekali tak bisa melihat apapun.

“Ada orang?” Dia berteriak, berharap ada siapa pun yang bisa menolongnya. Dengan kaki kecilnya yang cukup panjang untuk ukuran seumurannya, dia berjalan perlahan, walau kegelapan menyelimuti seluruh lantai itu.

“Hei … hei … heiiiiiiii.” Suara yang di lift tadi muncul lagi, tapi suara ini terdengar semakin berbisik, seolah suara itu berasal dari samping kupingnya.

Anak itu mempercepat laju larinya, dia tak peduli apapun yang akan dia tabrak, hingga akhirnya dia terjatuh karena ternyata, dia terselandung sebuah benda, entah apa. Dia memegang dengkulnya, sepertinya berdarah karena terjatuh tadi, lupa kalau dia sedang berlari dari sebuah suara, anak itu tetap saja mengusap dengkulnya, hingga akhirnya dia sangatlah terkejut, benda yang tadi membuatnya terjatuh, terasa mendekat, walau gelap, tapi benda itu terlihat menggelinding, anak itu berkata dalam hatinya, oh hanya bola, dengan lega.

Benda yang dia sangka bola itu akhirnya semakin dekat dengannya, walau dalam pemikirannya dia heran, kenapa bola itu menggelinding padahal dia sudah jatuh dari tadi, apalagi arah gelindingnya aneh, kenapa bola itu bisa menggelinding di alas yang datar?

Belum juga menemukan jawaban, benda yang dikira bola itu akhirnya sudah sangat dekat dan bahkan menyentuh kaki anak itu. Seketika bola itu menyentuh kakinya, dia merasa dingin, bola yang terasa aneh, ada rasa dingin dan juga rasa kenyal dari bola itu.

Anak kecil itu lalu terus memperhatikan bolanya dan masih belum ketemu jawaban, sebenarnya benda aneh apa ini? Apakah mainan? Tapi apa? Mainan apa yang dingin dan kenyal seperti ini.

Karena penasaran, anak itu mengambil bola yang ada di dekat kakinya, mendekatkan bola itu pada wajah agar bisa melihat bola itu dari dekat, tapi saat bola itu sudah dekat dengan wajahnya, bola itu lalu berubah menjadi sebuah kepala botak yang matanya menghitam, mulutnya lebar dengan senyum dari bibir yang robek, “Heiiii … ikut aku yuk, kita main.” Kepala itu tiba-tiba menggunakan mulutnya untuk mengajak, tapi anak lelaki itu terkejut, saking terkejutnya, dia melompat dan melempar kepala itu.

Suara dari kepala buntung itu terdengar jelas seperti suara yang dia dengar dari lift, anak itu setelah melempar kepala itu dan terus berlari tanpa berteriak karena takut mengundang keramaian.

Dia berlari terus, tapi kegelapan masih saja menyelimutinya, dia mencoba bertahan untuk tidak berteriak, sebagai anak berumur 5 tahun, dia sangat takut pada ibunya, hingga dia tak mau membuat keributan, kalau sampai dia membuat keributan, ibunya pasti marah.

Karena larinya cukup kencang, keringat mengucur dari dahinya, anak yang belum genap berumur 5 tahun itu terus berlari sambil mengawasi sekitarnya dalam kegelapan.

Saat dia berlari, akhirnya melihat cahaya di ujung sana, dia berlari untuk mencapai cahaya tersebut dan akhirnya sampai!

Tanpa pikir panjang dia memasuki sumber cahaya itu dan … ting! Pintu lift tertutup, dia masuk ke dalam pintu lift ternyata, anak lelaki itu berjongkok mengawasi sekitar, bingung kenapa dia bisa masuk ke lift, padahal arah larinya sama sekali berbeda dengan arah ke lift ini.

Tapi dia tak mau memikirkan hal lain, dia memencet unit apartemennya, kali ini tombol menyala dengan normal.

Hati dan pikirannya lega, tak lama, dia sudah berada di lantai yang dia maksud, perlahan pintu lift terbuka, tapi saat dia hendak keluar, ada seorang lelaki berdiri di hadapannya, dia menghela napas panjang karena ini adalah orang pertama yang dia temui sejak terjebak di lift dan lantai gelap itu.

Anak lelaki itu menengadah untuk melihat wajah lelaki yang ada di hadapannya, tapi betapa kagetnya dia, karena ternyata lelaki itu tak memiliki … wajah! Bukan hanya wajah, tubuhnya berhenti hanya sampai leher, dia tak punya kepala!

Anak itu terdiam, menarik napas panjang dan ….

“Aku capek tahu lari-larian gini. Pantas saja nenek bilang tak mau keluar dari unitnya lagi, dia bilang karena takut pada setan kepala buntung. Tapi kau tega kalau mengerjai nenek-nenek, kau sengaja ingin nenek sakit!” Pram kecil, anak dari Seira dan Malik bertanya pada lelaki tanpa kepala itu.

Sementara lawan bicaranya hanya terdiam, tentu saja, bagaimana dia bisa menjawab Pram kecil, kan kepalanya tidak ada.

Pram membukakan lift, dia memencet tombol lalu berkata, “Masuk ke lift sekarang, nanti kau akan bertemu dengan kepalamu, kalau sudah bertemu, jangan ganggu orang lagi ya, sama bilangin juga ke Perempuan berjubah putih, jangan selalu tertawa malam hari, berisik tahu!”

Pram yang menunjuk lift, membuat lelaki tanpa kepala akhirnya masuk ke lift, dia lalu pulang menuju unit apartemennya.

Begitu masuk, ibunya Seira sedang berdiri di hadapannya.

“Kan aku sudah bilang, kau tidak boleh keluar dari unit, kenapa kau malah pergi hampir 3 jam!”

“Oh, lama sekali ya.”

“OH LAMA SEKALI YA! Seira melotot karena anaknya begitu santai, sungguh terasa seperti dirinya saat kecil yang suka sekali kabur dari rumah hanya untuk sekedar bermain di lapangan bersama teman-teman.

“Pram, sini masuk, ayah mau bicara.”

Merasa diselamatkan, Pram langsung berlari ke hadapan ayahnya.

“Pram kenapa kok pergi lama sekali, tadi mbak cariin Pram loh, tapi nggak ada di mana-mana.”

“Ini loh ya, Pram tadi mau ketemu nenek, tapi nenek nggak mau bukain pintu unitnya, Pram udah bel, nenek malah teriak PERGI KAU SETAN KEPALA BUNTUNG. Jadi Pram kasihan, dia pasti diganggu setan itu, dia kan cari badannya. Badannya ada di lantai kita, nggak bisa turun dia karena pagar ibu.”

Malik menahan tawanya, dia tahu, pasti Pram punya alasan yang baik hingga harus keluar diam-diam.

Dia memang sangat suka mengobrol dengan seorang nenek di unit bawah, nenek itu tinggal sendirian, anak-anaknya ada yang di luar kota atau kalau di ibukota juga tetap saja, karena sudah menikah, tidak mau tinggal bersama ibunya.

Pram kecil sangat suka main ke unit nenek itu, karena dia sungguh pandai memasak dna bercerita, Pram kecil suka dengan dongeng anak-anak yang diceritakan nenek.

Walau terkadang ceritanya aneh dibanding dengan yang dia baca.

Seperti ketika nenek bilang bawang merah baik dan bawang putih jahat, atau dia juga bilang kalau buto ijo itu jin sebenarnya dan cerita aneh lain yang menurut Pram itu lucu, nenek suka bercerita terbalik dan mengarang-ngarang

Ibu dan ayahnya juga kenal nenek itu, tapi ibu dan ayah tak mau jika diajak bertemu nenek itu, nenek juga terkadang mengganggu Seira dengan perkataan pedas seperti Seira itu ratu iblis, karena hanya dia yang tidak diganggu di unit apartemennya itu, hanya dia yang mampu bertahan di lantai itu sendirian bahkan saat dulu Malik masih di penjara.

Maka rumor tentang Seira adalah ratu iblis tersebar begitu saja hingga masuk ke telinga nenek itu.

Pram yang hanya anak kecil sebenarnya sedih ketika ibunya dibilang ratu iblis, dia memang ratu, itu kata ayah, tapi Ratu Kharisma Jagat, bahkan ibunya sering membantu orang untuk menyelesaikan masalah ghaib.

“Kalau dia masih jawab dari dalam rumah, artinya dia masih sehat, sekarang kirim makanan untuk nenek itu ya, takut kalau dia nggak mau keluar dan tidak ada makanan di dalam rumahnya.” Malik berkata, dia sebenarnya juga tak suka dengan mulut nenek itu, tapi mengingat sendirian di dalam unit apartemen tanpa anak itu, pasti lebih menyiksa lagi.

“Aku malas ah, setan itu tadi menjebakku masuk ke tempat gelap, aku nggak mau lagi ah ke sana, nanti aja.” Pram akhirnya mengatakan kalau dia juga menemui setan kepala buntung itu.

“Dia masih berkeliaran?” Seira kali ini yang bertanya.

“Iya, tadi aku dimasukkan ke tempat gelap, terus kepalanya kena kakiku, dingin banget Bu, udah gitu pas aku pegang, ternyata kepalanya botak, kupikir bola!”

“Dia memasukkanmu ke zona ghaib, besar juga nyali setan itu, lalu?” Seira tertawa sambil menyiapkan kotak makan untuk nenek, dia akan mengantarnya bersama Pram, kalau tak mau, Seira akan tetap menaruhnya di depan kamar, hanya agar nenek itu makan.

Setelah selesai, Seira mengajak Pram, Pram berlari dan meraih tangan ibunya, sekarang pasti aman.

Seira memencet tombol dan begitu pintu lift terbuka, mereka berdua melihat seorang lelaki yang ada di dalam lift, lelaki biasa saja, dia mungkin penghuni unit itu.

Seira masuk tanpa peduli dengan lelaki itu, dengan perut besar, Seira berjalan cukup sulit.

Tak lama pintu lift terbuka, saat terbuka, gelap, Seira menengok dan melihat dari kejauhan, pekat sekali, lantai yang belum dia sentuh untuk dibersihkan karena kehamilannya yang membuat lemah ini membuatnya tidak bisa bergerak dengan lincah lagi.

“Kau mau aku keluarkan dari tempat ini dan tersiksa di tempatku, atau mau keluar sendiri dari lift ini?” Seira berkata sambil berbalik badan menghadap pria yang sudah ada di lift itu.

Pria itu kini tak berkepala.

“Sudah kubilang, ibuku galak, tadikan kita main lari-larian, kenapa kau sekarang muncul?” Pram berbisik pada kepala yang jatuh di samping tubuh itu.

Kepala itu lalu tersadar sesuatu saat melihat Ayi Mahogra dan bermaksud kabur, tapi terlambat, Ayi memegang tangan lelaki tanpa kepala itu dan berteriak, “Tangkap kepalanya!” Ayi meminta Pram menangkap kepalanya.

“Ah kan, habis kau! Sudah kubilang jangan cari masalah dengan ibuku! Kau ini benar-benar!”

Seketika jin itu menghilang karena Seira melemparnya ke zona ghaib, ingatkan, kalau Ayi Mahogra bisa membuka seluruh pintu ghaib, bahkan menciptakannya, maka dia melempar setan kepala buntung ke zona ghaib buatannya, perlahan lift tertutup dan mereka sudah di lantai yang dimaksud.

Keluar dari lift menuju unit nenek itu.

Pram memencet bel unitnya, tapi tak ada jawaban.

Pram memencet bel lagi sambil melompat karena dia memang belum sampai.

Belum ada jawaban lagi.

Seira lalu mengetuk pintu dan berkata, “Nek, ini kami bawa makanan.” Seira berteriak sambil terus mengetuk.

Tak lama, terdengar suara dari dalam, suara itu bertanya “Siapa?” dengan suara yang berbisik, tapi cukup terdengar.

“Ini Seira dan Pram, kami bawa makanan.” Seira masih berusaha untuk tenang, walau dia dalam hatinya kesal, seharusnya nenek itu buka pintunya.

Tak ada jawaban lagi, Seira terdiam lalu berkata.

“Saya taruh makanannya di depan pintu ya Nek, tenang saja, takkan ada lagi setan kepala buntung, kan saya ratu iblis, saya sudah bawa dia jadi anak buah saya, jadi takkan mengganggu lagi!” Saking kesal tapi dia takut nenek belum makan, Seira akhirnya berkelakar.

Masih tak ada jawaban, Seira akhirnya menaruh kotak makan di lantai, dia lalu pergi menuju lift bersama Pram.

Saat Seira hendak masuk lift, dia melihat nenek itu berdiri di depan pintu unitnya sambil menatap kotak makan itu, melihat nenek tersebut Seira lalu berkata … “Innalilahi wa innailaihi Rajiun.”

“Nenek!” Pram berteriak karena tahu juga, kalau … itu adalah ruh nenek tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!