Semua siswa mulai berlarian menuju mading sekolah setelah mendengar pengumunan nilai penaikan kelas telah keluar. Mereka saling mendorong agar bisa berada di barisan paling depan. Begitupun dengan Keinna, yang berusaha menerobos kerumunan demi melihat nilainya untuk ujian kali ini.
Senyuman gadis itu mengembang sempurna ketika melihat namanya ada di urutan pertama sebagai siswa dengan nilai tertinggi. Ini artinya beasiswa yang dia dapatkan tidak hilang dan dia punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan meski tanpa dampingan orang tua.
Tubuh Keinna yang semula tepat berada di depan mading, kini terhempas keluar dari kerumunan karena ulah seseorang. Keinna terjatuh ke lantai sehingga siku gadis itu berdarah akibat bergesekan dengan pasir yang dibawa oleh para sepatu siswa.
"Cuma luka goresan aja," gumam Keinna.
Gadis bernama lengkap Keinna Parker itu lansung berdiri dan merapikan seragam sekolahnya. Tepat saat Keinna berdiri tegak, primadona sekolah dan antek-ateknya datang dengan tatapan sinis. Gadis itu pula lah yang tadi menghempaskan tubuh Keinna kasar.
"Ka-kalian mau apa?" tanya Keinna.
"Lo masih berani bertanya setelah apa yang lo lakuin hah!" bentak Yolanda, primado sekolah yang ditakuti banyak siswa, terlebih ayah gadis itu salah satu donatur tetap di sekolah The Immortal tersebut.
"Ma-maaf Yola, gue pertahanin nilai karena masih mau sekolah di ...."
"Bawa dia ke gudang!" perintah Yolanda pada teman-temannya.
Keinna memberontak, gadis itu tidak ingin ikut bersama Yolanda. Setiap kali dia dibawa ke gudang, maka tubuhnya terluka. Mental Keinna selalu diuji setiap pengumuman nilai tiba, sebab Yolanda benci orang yang mempunyai nilai lebih tinggi dari gadis itu, apa lagi jika yang mengalahkan adalah siswa dengan ekonomi kelas rendahan seperti Keinna.
"Lepasin gue! Kalian nggak berhak hukum gue kayak gini!" teriak Keinna, berharap ada yang menolongnya dari kejahatan yang selalu Yolanda lakukan terhadapnya.
Namun, teriakan itu hanya sia-sia belaka. Semua siswa hanya menatap tanpa melakukan apapun untuk Keinna. Tubuh gadis itu dihempaskan ke dalam gudang, sehingga tubuhnya terjatuh tepat di kaki mulus Yolanda.
"M-maafin gue Yola. Gue butuh beasiswa ini buat bertahan hidup, makanya nggak bisa ngalah," ucap Keinna memohon di kaki Yolanda, tetapi gadis itu tampak angkuh. Bahkan tanpa perasaan mendorong tubuh Keinna dengan kakinya.
"Gue udah peringatin lo jauh-jauh hari, tapi lo nggak ada kapoknya. Dasar sampah!" bentak Yolanda. Gadis itu menunduk lalu mencengkram dagu Keinna beralaskan sapu tangan yang diberikan Oliv.
"Lo punya uang, lo bisa dapatin segalanya bahkan tanpa nilai, Yola. Sekali aja, tolong beri gue kesempatan hidup tenang," ucap Keinna dengan lelehan air mata di pipinya, tetapi itu tidak bisa mengambil hati Yolanda yang mempunyai sikap angkuh dan sombong.
"Itu salah lo karena lahir dari orang tua nggak bertanggung jawab. Mamah lo pelacur dan ayah lo pengedar narkoba yang bangkrut." Yolanda senyum meremahkan.
Gadis itu mengkode teman-temannya agar melakukan apa yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Sebab Yolanda sudah menebak hari ini akan terjadi. Keinna tidak akan mengalah apapun ancamannya, itulah yang membuat Yolanda membenci Keinna.
Oliv dan Alin tampak menyeringai, kedua gadis itu lantas mempersiapkan kamera. Oliv memegangi kamera tersebut, sementara Alin dan Yolanda menghampiri Keinna. Menyeret gadis itu menuju sudut ruangan sekuat tenanga, karena Keinna terus memberontak tanpa henti.
"Ap-apa yang kalian lakukan?"
"Membuatmu jera." Yolanda menyeringai licik. Gadis itu mengikat kedua tangan Keinna dibantu oleh Alin, setelahnya melucuti satu persatu seragam yang dikenakan oleh Keinna hingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja. Saat itu juga, Keinna menangis. Gadis itu merasa malu, rasanya dia ingin mengakhiri hidupnya detik itu juga.
Aksi pelec*ehan yang dilakukan Yolanda dan kedua temannya berlangsung cukup lama, sebelum akhirnya ikatan ditubuh Keinna dilepas. Saat itulah gadis itu kembali memakai seragamnya.
"Gila-gila, ide lo emang berlian, Yola. Kalau kita sebar ini ke situs sekolah, pasti ramai banget," ucap Oliv.
"Tunggu apa lagi, sana pergi!" Usir Yolanda pada Keinna yang mematung setelah memakai seragamnya.
Bukannya pergi, Keinna malah berlutut di depan Yolanda, Oliv dan Alin. Gadis dengan rambut ekor kuda itu menyatukan kedua tangannya dengan tatapan memohon dan keputusasaan.
"Gue mohon hapus video itu, gue janji nggak bakal bantah kalian lagi."
"Punya jaminan apa lo?" tanya Yolanda.
"Gue mohon hapus videonya. Gue bakal jadi pelayan kalian. Ngerjain tugas-tugas kalian dan nggak bakal ngisi jawaban dengan tepat saat ujian berikutnya," ucap Keinna penuh keputusaaan.
Selain harga diri, gadis itu tidak punya apa-apa lagi, dan jika sekarang harga diri itu pun hilang. Maka Keinna sudah tidak pantas berada di dunia yang hanya memihak orang-orang berkuasa.
"Yolanda!" teriak Keinna ketika ketiga gadis itu pergi tanpa mengatakan apapun. Dengan langkah tertatih, Keinna berusaha mengejar mereka, tetapi tubuhnya tidak kuat. Rasa sakit di pipi dan tangannya karena pukulan Yolanda dan Alin mulai menjalar ke seluruh tubuh.
Keinna ambruk tepat di depan gudang sekolah yang jarang dikunjungi oleh pihak sekolah maupun siswa. Tidak ada yang menolong gadis tersebut, bahkan Keinna bangkit sendiri setelah menguasai rasa sakitnya.
"Kenapa hidup aku harus kayak gini? Kalian kemana? Apa kalian nggak pernah harepin kehadiran aku di dunia?" tanya Keinna entah pada siapa, intinya sekarang dia sudah tidak mampu untuk hidup lebih lama lagi.
Dengan sisa tenaga yang ada, Keinna terus berjalan di koridor yang sepi hingga akhirnya sampai pada keremunan orang-orang yang menatapnya seolah jijik dan merendahkan. Keinna mengedarkan pandangannya ke arah lain, semuanya sama. Mereka menatap sambil saling berbisik.
"Kalian kenapa?" tanya Keinna.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan yang Keinna lontarkan, membuat gadis itu nekat merebut ponsel yang menjadi pusat perhatian mereka. Jantung Keinna berdetak sangat cepat, matanya memerah melihat apa yang mereka lihat sejak tadi.
"Nggak itu bukan gue, itu orang lain!" teriak Keinna histeris. Gadis itu terus berlari tanpa arah. Di otaknya hanya menjauh dari manusia yang kini menatapnya jijik dan tidak punya harga diri. Video yang beberapa menit lalu yang tengah Yolanda ambil kini telah tersebar di seluruh lingkungan sekolah The Immortal.
"Ap-apa yang harus aku lakukan? Itu bukan aku. Yolanda nggak mungkin sejahat itu," ucap Keinna dengan wajah linglungnya. Gadis itu tengah bersembunyi di antara rak-rak buku setinggi dua meter. Kini Keinna berada di perpustakaan sekolah, ruangan yang sangat jarang siswa kunjungi. Hanya orang-orang yang tidak mampu membeli buku pelajaran seperti Keinna yang akan berkunjung ke sana.
Di dalam perpustakaan itu, Keinna menangis sejadi-jadinya hingga hilang harapan dan memutuskan untuk mengakhiri hidup yang sudah tidak berati untuknya lagi.
Keinna mulai berjalan menuju sudut perpustakaan sambil menyeret bangku yang terdapat di dalam ruangan itu. Di tangannya ada sebuah tali yang dia dapatkan dari laci yang serin kali guru gunakan untuk menyimpan sebuah barang. Dia mulai mengikat tali tersebut pada kipas gantung, lalu ujung tali lainnya dia lilitkan pada leher.
Gadis itu memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam sebelum menendang kursi yang dia gunakan sebagai topangan. Tepat saat Keinna akan mengerakkan kakinya. Rak yang berada di sebelah gadis itu terguncang tanpa ada angin ataupun orang yang mendorongnya. Rak tersebut baru berhenti terguncang setelah beberapa buku berjatuhan di hadapan Keinna.
"Apa yang kau inginkan?" Tiba-tiba Keinna mendengar suara tersebut tanpa kehadiran seseorang di dalam ruangan yang dipenuhi buku dan rak. Tatapan gadis itu tertuju pada buku yang terbuka dengan sendirinya. Buku yang mengerluarkan sinar yang sangat menyilaukan mata Keinna.
Gadis itu sampai menutup matanya kerena tidak sanggup menerima cahaya yang memasuki retina miliknya. Setelah dirasa cahaya itu menghilang, dia perlahan-lahan membuka mata dan mendapati sebuah tulisan di dalam buku tersebut.
Apa yang kau inginkan? Katakanlah dan aku akan mengabulkannya!
Itulah tulisan yang Keinna lihat pada buku tersebut. Keinna tertawa kencang, tetapi sorot matanya menyiratkan keputusasaan. "Apa lagi ini? Bahkan buku mulai mempermainkan hidupku. Manusia aja nggak bisa ngabulin permintaan aku, apalagi hanya sebuah buku," ucap Keinna.
"Kalau kau benar-benar bisa mewujudkan keinginanku, maka biarkan aku merasakan bagaimana rasanya hidup mewah dan dikelilingi orang-orang menyayangiku. Buat mereka yang mempermainkan hidupku merasakan betapa sulitnya berada di posisiku saat ini," ucap Keinna dengan berlinangan air mata.
Gadis itu mengereng hebat saat dadanya terasa sesak. Seakan sesuatu memaksa keluar dari tubuhnya. Setelah melihat cahaya keluar dari tubuhnya, cahaya lain masuk ke tubuh Keinna hingga jatuh pingsang bertepatan tali yang berada di lehernya terlepas begitu saja.
***
Keinna perlahan-lahan membuka matanya ketika cahaya mulai memasuki renita gadis itu. Dia terkejut saat sadar tengah berada di sebuah ruangan yang sangat luas nan mewah bak kamar seorang putri kerajaan. Di sisi ranjang ada seorang wanita paruh baya yang memakai gaun mewah.
"Akirnya bangun juga putri mommy, ayo Sayang, waktunya untuk makan. Kau belum makan sejak pulang sekolah," ucap wanita paruh baya bernama Niken.
Keinna mengerjap pelan, alih-alih menyahuti perkataan wanita paruh baya yang baru pertama dia lihat, gadis itu malah mengedarkan pandangannya. Meninjau kamar mewah tersebut. Atensi Keinna berhenti pada foto keluarga yang tertempel di dinding kamar yang dia tempati.
"Yolanda, apa yang kamu pikirkan? Bergegaslah sebelum perutmu benar-benar kosong," ucap Niken.
Keinna menganggukkan kepalanya, segera mengkuti langkah Niken keluar dari kamar.
"Yo-yolanda? Apa benar jiwaku tertukar? Buku usang itu mengabulkan keinginanku?" Keinna terus bertanya dalam hati. Gadis itu melirik cermin besar yang kebetulan dia lewati bersama Niken. Benar itu terjadi, jiwanya berada di tubuh Yolanda. Lalu sekarang kemana gadis angkuh itu berada?
***
Kegelepan menyelimuti ruangan yang tampak mencekam tersebut, di dalamnya ada seorang gadis yang perlahan-lahan mengeliatkan tubuhnya saat merasakan dingin yang menusuk hingga tulang-tulang. Kelopak mata itu bergerak perlahan kemudian terbuka sepenuhnya.
"Ak-aku di mana? Seharusnya aku nggak di sini," gumam Yolanda. Seingat gadis itu, dia tertidur di kamar mewahnya saat tiba di rumah. Lalu kenapa tiba-tiba dia ada di ruangan gelap tersebut?
"M-mommy, Daddy, kak Leon?" panggil Yolanda, tetapi tidak kunjung mendengar sahutan.
Gadis itu berlari keluar dari ruangan gelap tersebut. Beberapa kali dia terjatuh karena membentur sesuatu hingga akhirnya berhasil menemukan cahaya setelah berada di aula The Immortal.
"Kenapa aku ada di sekolah? Apa yang sebenarnya terjadi. Dan bau apa ini?" gumam Yolanda ketika pakaian yang dia kenakan tidak sewangi biasanya.
Gadis itu terus berlari ke jalan raya untuk menemukan tumpangan kembali ke rumahnya. Namun, dia terkejut bukan main saat tidak sengaja melihat pantulan dirinya pada dinding restoran yang terdapat di pinggir jalan.
"Keinna?" gumamnya bingung. Gadis itu kembali berlari, memasuki toilet umum ya dia temui. Menatap pantulan tubuhnya secara langsung. Benar saja, di dalam sana ada Keinna.
"Nggak mungkin!" pekik Yolanda hingga suaranya mengema di langit-langit ruangan kecil tersebut.
Sementara di tempat lain, yakni rumah mewah bak istana. Makan malam keluarga sedang terjadi. Keinna mendapatkan begitu banyak perhatian dari Niken dan Nathan selaku orang tua Yolanda.
"Apa kamu kurang sehat? Daddy liat kamu banyak diam hari ini," ucap Nathan.
"Nggak Dad, Y-yola baik-baik aja," sahut Keinna. Gadis itu merasa canggung berada di rumah mewah dan dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, ralat, bukan dia melainkan Yolanda.
"Kalau begitu makanlah yang banyak, Sayang," ucap Niken dan dijawab anggukan oleh Keinna.
Untuk pertama kalinya, gadis itu bisa merasakan makanan mewah lagi sejak dia ditinggal oleh orang tuanya beberapa tahun silam. Keinna tampak menikmati makan malam tersebut, tetapi tidak bertahan lama ketika seorang pelayan datang dengan raut wajah yang tampak tidak enak.
"Maaf Nyonya, tetapi di luar ada gadis yang mengamuk meminta untuk masuk."
Suara garpu dan sendok yang diletakkan secara kasar terdengar nyaring karena beradu dengan meja kaca yang mengkilau layaknya permata.
"Kau membuat mood saya buruk. Usir saja gadis yang kau maksud itu! Saya yakin dia hanya pengemis," ucap Niken dan beranjak dari meja makan.
"Ak-aku mau menemuinya," sahut Keinna ikut berdiri, hal itu berhasil mengambil perhatian dua lelaki yang sejak tadi diam saja.
"Apa kamu yakin, Yola?" tanya Nathan.
"Kamu nggak biasanya kayak gini," celetuk Leon.
"Yola cuma mau mastiin sesuatu. Tolong antar saya kedepan," ucap Keinna. Bukan tanpa alasan dia meminta diantar, itu semua karena Keinna belum tahu seluk-beluk rumah besar yang dia tempati sekarang.
"Mari Nona."
Keinna mengangguk, segera mengkuti langkah pelayan tersebut menuju gerbang di mana seorang gadis tengah berusaha menerobos keamanan lumayan ketat.
"Berani-beraninya kamu menahan saya di sini! Saya Nona muda di rumah ini, apa kalian mau dipecat!" bentak Yolanda yang tubuhnya tengah ditahan oleh dua pria berbadan kekar.
"Pergilah Nona gila! Tempat kamu bukan di sini."
"Panggilkan Mommy dan daddy saya!"
"Ngapain lo mau ketemu orang tua gue?" tanya Keinna yang datang bersama beberapa pelayan. Gadis itu tersenyum memperhatikan tubuhnya yang sangat menyedihkan. Pakaian lusuh dan wajahnya telah dipermalukan siang tadi.
"Keinna!" teriak Yolanda penuh amarah, tetapi tidak bisa menyentuh Keinna yang dijaga beberapa pengawal.
"Gimana rasannya? Apa menyenangkan? Lo pernah ngomong kalau gue salah karena terlahir jadi miskin, maka nikmatilah sekarang!" ucap Keinna. "Usir dia, saya muak melihatnya!" perintah Keinna, berperilaku arogan seperti Yolanda.
Setelah berhasil mengusir Yolanda dari rumahnya sendiri, Keinna akhirnya kembali menemui anggota keluarga dan bersikap seolah-olah dia lah Yolanda yang asli. Gadis itu akan menggunakan kesempatan ini untuk membalas semua orang-orang yang telah menindasnya dulu.
"Apa pengemis itu udah pergi? Dia nggak nyentuh kamu kan, Sayang?" tanya Niken pada Keinna.
"Nggak Mom, banyak pengawal yang melindungi Yolanda. Kalau gitu Yola ke kamar dulu," sahut Yolanda dan dijawab anggukan oleh wanita paruh baya berparas cantik tesebut.
Saat akan menuju kamar, Keinna tidak sengaja berpapasan dengan Leon di anak tangga, tetapi pria itu lewat begitu saja seakan tidak melihat keberadaan Keinna.
"Kayaknya hubungan Yolanda sama kakanya kurang baik," batin Keinna. Gadis itu melanjutkan langkahnya hingga sampai di kamar. Tatapan gadis itu tertuju pada buku yang tergeletak di atas ranjang. Buku yang tadinya tidak ada di sana saat dia meninggalkan kamar.
Mata Keinna mengerjap perlahan ketika buku itu terbuka dengan sendirinya dan mengeluarkan cahaya cukup terang. Cahaya yang sama dia temui sebelum jiwanya tertukar. Keinna mengambil buku tersebut. Membaca halaman yang terbuka.
Rahasia besar ada di rumah ini
"Rahasia?" gumam Keinna, ketika akan melihatnya kembali, tulisan itu telah hilang dan tergantikan dengan yang baru.
Berikan keadilan pada orang-orang yang kau temui! Maka kau akan hidup bahagia selamanya. Jika kau melanggar dan jatuh cinta pada seorang pria, jiwamu akan kembali.
"Kaadilan?" gumam Keinna. Buku usang itu hanya memberikan kalimat-kalimat samar yang sulit Keinna cerna. Tepat saat cahaya itu menghilang, buku itupun tertutup kembali. Buku usang yang tidak mempunyai tulisan perhalamannya tetapi sangat tebal.
Keinna meletakkan buku usang tersebut di dalam laci, membaringkan tubuhnya di ranjang empuk yang sangat nyaman. Menatap langit-langit indah yang enak dipandang mata.
"Rahasia besar di rumah ini?" gumam Keinna. "Apa itu juga misi buat aku?"
***
Pagi menyapa begitu cepat, semua orang yang ada di rumah Yolanda tampak terkejut melihat Yolanda bergabung di meja makan dengan seragam lengkap dan rambut diikat ekor kuda.
"Kamu benar gadis angkuh itu?" tanya Leon.
Bagaimana semua orang tidak heran melihat Yolanda telah rapi. Biasanya jika pagi-pagi seperti ini, Yolanda akan menyusuhkan beberapa pelayan hanya untuk melayaninya. Entah buku, menata rambut, seragam dan yang lainnya. Tetapi hari ini semunya siap tanpa ada drama pagi.
"A-aku benar Yolanda, kenapa kakak bertanya?"
Leon tertawa mendengar jawaban Keinna. "Sejak kapan panggilan kamu berubah?"
"Leon, berhentilah mengejek adikmu. Dia mau berubah itu sangat baik," tegur Niken. Menarik kursi untuk Keinna duduk.
Sarapan mewah penuh kasih sayang telah Keinna dapatkan di kediaman Yolanda, berbeda dengan Yolanda sendiri yang tampak tidak suka berada di tubuh Keinna dan harus tinggal di rumah kumuh yang kotor.
"Ah sial, aku kira pertukaran jiwa hanya ada di drama," umpat Yolanda tidak suka. Kamar yang seluas kamar mandi itu sangat menyiksanya. Belum lagi tidak ada barang-barang mewah di rumah Keinna.
"Liat aja apa yang bakal aku lakuin di sekolah." Yolanda mengerai rambut panjang Keinna sehingga menambah kecantikan gadis itu. "Ternyata dia cantik juga." Sinis Yolanda.
Tidak mempunyai ponsel dan Tv di rumah sungguh membuat Yolanda hampir gila. Gadis yang biasanya hidup bergelimang harta, kini tidak ada artinya di mata orang-orang.
***
"Turun! Aku hampir telat!" perintah Leon pada Keinna.
"Ah iya." Keinna buru-buru membuka pintu mobil, tetapi gadis itu tidak tahu harus membukanya seperti apa. "Ak-aku ...."
"Entah kamu kejedot di mana sampai bertingkah aneh." Leon membuka pintu mobil untuk Keinna, tidak lupa menarik ikat rambut yang menjerat surai indah itu. "Jangan pernah ikat rambut kamu."
Keinna mengangguk dan segera turun dari mobil, bertepatan Yolanda melintasi pagar tinggi the immortal. Dia menyeringai melihat Yolanda menatapnya sinis. Hari ini Keinna akan membuat semuanya berbeda. Tidak akan ada lagi pembulian di sekolah dan dia akan memberi pelajaran pada orang-orang yang telah membulinya menggunakan kekuasaan Yolanda.
Keinna berjalan mendekati Yolanda dengan gaya angkuh seperti yang gadis itu lakukan setiap harinya. Dagu terangkat dan tatapan lurus ke depan.
"Berani-beraninya lo ngerebut semua yang ...." Tangan Yolanda melayan di udara karena cekalan seseorang saat akan menampar Keinna.
"Ya! Gadis miskin! Bisa-bisa nya lo mau nampar Yolanda!" bentak Alin, menghampaskan tangan Yolanda cukup keras, sementara Olive memainkan rambut Yolanda yang tergerai indah.
"Lo mau nyaingin kencatikan Yolanda hah? Lo kira gerai rambut kayak gini semua orang bisa lupa sama video lo yang tersebar?" ucap Olive.
Tangan Keinna seketika mengepal mendengar ucapan itu keluar dari mulut Olive. "Hapus video itu dan pastikan nggak ada yang bisa liat lagi!" ucap Keinna dan berlalu pergi.
Sedangkan Alin dan Olive masih menatap Yolanda penuh permusuhan. "Lo, liat aja nanti apa yang bakal Yola lakuin ...."
"Dia bukan Yolanda, Alin. Gue Yolanda yang asli, gadis miskin itu gunain sihir biar ...."
"Kayaknya lo udah gila setelah video itu tersebar," potong Alin cepat.
"Lo Yolanda yang asli? Lo kira cerita dongen." Olive tertawa mengejek, kedua gadis itu meninggalkan Yolanda yang tampak menahan amarah. Ingin rasanya gadis itu membunuh semua orang karena memihak Keinna. Mempercayai Keinna dan membuli dirinya.
"Yola, tungguin gue!" teriak Olive dan Alin. Kedua gadis itu menyeimbangkan langkahnya dengan Keinna yang berjalan tanpa arah. Memperhatikan semua siswa yang mungkin mendapatkan pembulian dari siswa yang lebih berkuasa.
"Lo udah hapus videonya?" tanya Keinna.
"Ah gue hampir lupa." Alin lantas mengotak-atik ponselnya, sementara Olive menyipitkan mata sambil menatap Yolanda heran.
"Kok dihapus sih? Harusnya dibiarin gitu aja, biar tuh gadis miskin jera dan nggak buat lo ...."
"Lo nggak dengar gue bilang apa?"
Olive seketika bungkam mendapatkan tatapan tajam dari Keinna. Keduanya tidak akan berani untuk melawan Yolanda sebagai penguasa di sekolah. Terlebih gadis itu adalah primado the immortal. Selain cantik dan kaya, kepintaran Yolanda hanya bisa dikalahkan oleh Keinna.
"Udah," seruh Alin.
"Bagus."
Keinna tersenyum lega, satu masalahnya telah selesai, yaitu menghapus video dirinya yang tersebar kemarin. Yang harus gadis itu lakukan sekarang hanya memberi keadilan pada orang-orang yang diremehnya oleh orang berkuasa. Berlaku baik agar posisinya tetap bertahan di tempat.
Satu lagi, Keinna harus mencari tahu rahasia apa yang sebenarnya tersembunyi di dalam rumah besar itu. Kenapa buku itu memilihnya untuk bertanggung jawab pada keadilan manusia? Padahal di luar sana ada banyak manusia yang lebih hebat darinya.
"Kantin kuy!" ajak Alin.
"Go!" seru Olive, sementara Keinna hanya mengangguk tanda setuju. Ah sepertinya gadis itu akan melakukan sesuatu di kantin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!