Siang yang menyejukan tubuh, bunga-bunga yang bermekaran diatas pohon itu membuat siapa aja yang melihatnya akan terasa tenang dan senang, hari yang ditunggupun telah tiba, yaitu pengumuman sebuah kelulusan masuk kuliah di universitas terkenal pun dimulai pada hari ini. Namun, ini bukanlah kisahku, karna aku hanya menceritakan sebuah kisah yang mungkin kalian anggap ini hanya dongeng, jadi, dengarkan lah…, siapa tau kalian akan menganggapnya nyata.
Kisah ini bermula dari remaja asli Indonesia bernama Arief, dan Arief saat ini merasa seperti ikan di luar air saat ia berdiri di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang sibuk berbicara dalam bahasa Jepang. Matanya terus mengamati ponselnya, menunggu hasil pengumuman masuk. Setiap detik terasa seperti abad, dan hatinya berdebar kencang. Akhirnya, saat hasilnya muncul di layar, ia terpaku pada tulisan yang asing baginya.
“(Aku pasti gagal... aku tak paham apa yang ditulis di sini...)”
Arief pun mencari arti dari pesan tersebut dengan aplikasi dengan rasa pesimis, dan ketika kekecewaan mulai merasuki pikirannya, tiba-tiba suara lembut terdengar didekat telinganya membuat dia tersentak, suara itu begitu indah membuatnya merinding, bukannya merinding ketakutan, melainkan hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tak berselang lama, suara itu berkata lagi.
“Tidak perlu khawatir, kamu lulus kok.”
Arief memalingkan wajahnya dengan cepat dan menatap wanita dibelakangnya dengan kagum dan bingung. Dengan mata yang ceria dan rambut hitamnya yang mengalir, tingginya mungkin setinggi Arief dan sepantarannya. Wanita itu lalu mundur selangkah sambil tersenyum, berdiri di hadapannya dengan ponselnya dalam genggaman. Lantas, Arief dengan bingung dan latah mulai percakapan sambil bertanya-tanya dihatinya.
“ごめん?”
(“Maaf?”)
Wanita itu pun menyimak kata yang diucapkan Arief, dia pun tertawa seolah dia sudah mengetahui Arief sebelumnya.
“Jangan khawatir, aku bisa bahasa Indonesia kok.”
Arief terpaku dan terdiam, kagum oleh kemampuan wanita itu berbicara dalam bahasa Indonesia dengan begitu lugas. Lalu wanita itupun berkata lagi.
“Oh ya, namaku Mei Kasuragi, Panggil aja aku Mei. Di-Jepang tidak sopan kalau tidak memperkenalkan diri ke lawan bicara” katanya dengan senyum manisnya. “Aku juga mahasiswa baru di sini. Jadi, jangan khawatir ya!”
Arief yang terpana dengan pandangan pertamanya langsung mendapatkan kesadaran layaknya kesetrum. Arief merasa secercah cahaya telah muncul di kegelapan, dan dia pun mulai berbicara dan tersenyum kepada Mei walau terasa kaku.
“Terima kasih ya, Mei. Aku... Arief” Kata Arief terbata-bata.
“Salam Kenal ya, Arief” Balas Mei sambil tersenyum.
Tanpa sadar, dialog antara mereka saat itu masih berlanjut, dengan Mei mengajak Arief untuk berbicara lebih banyak tentang dirinya dan bagaimana ia juga pernah pindah dari Jepang ke Indonesia dan kembali lagi. Saat mereka berbicara, perlahan tetapi pasti, Arief merasa lebih nyaman. Walaupun ia masih canggung dengan bahasa, ia merasa bahwa Mei adalah sosok yang luar biasa yang dapat memahaminya bahkan tanpa banyak kata.
“Kamu tahu, Arief, aku punya teman yang berasal dari Indonesia loh. Kami akan membuat kelompok belajar bersama, mau gabung?” Kata Mei.
Arief merasa hatinya hangat mendengar tawaran tersebut. Mei tidak hanya membantunya dalam masalah bahasa, tetapi juga ingin memasukkannya ke dalam lingkungan sosial yang nyaman. Dengan rasa semangat, Arief membalasnya.
“Tentu! Aku akan senang bisa bergabung!”
Dengan tawa dan obrolan yang terus mengalir, Arief merasa bahwa dunianya yang baru di Jepang telah menjadi lebih menarik berkat hadirnya Mei. Dalam pandangannya, dunia yang semula tampak asing dan menakutkan, kini menjadi bersemangat dan penuh harapan.
Namun, Arief saat itu juga tidak tau tentang perasaannya dan tanpa disadarinya, Arief menyukai Mei dalam lubuk hatinya. Jadi, apa hal yang kalian tunggu disini? Apa menunggu kisah ini dengan Mei yang menyukai Arief juga? Kalau gitu dengarkan lagi, siapa tau kalian menganggapnya nyata.
Beberapa hari setelah pengumuman. Arief yang masih bingung akan waktu luangnya keluar untuk mencari kesenangan kecil. Ibukota Negara Jepang, Tokyo memiliki banyak sekali hiburan yang luar biasa, dan keramaiannya pun bukan main-main. Arief berkeliling dan tentu saja, dia gak tau mau ngapain. Penat akan hal yang dilakuinnya hari ini, Arief duduk ditaman sambil melihat smartphone ditangannya.
Arief berfikir, sungguh hal yang luar biasa bisa berkuliah di sini, tinggal di negara maju, dan mendapat beberapa kenalan yang bisa satu Bahasa dengannya. Namun, hal ini membuatnya sedikit curiga. Bagaimana mungkin ada yang langsung menyapanya begitu? Tapi Arief pun hanya menepis pemikiran ini dengan prasangka positif.
Tak lama, Arief melihat seseorang didepannya, duduk dengan santai sambil mengelus rambut panjangnya. Wajah manis yang membuat siapapun terpesona, namun memiliki mata setajam silet membuat siapapun takut untuk mendekatinya. Arief yang terdiam langsung memalingkan wajahnya ketika orang itu melihatnya.
“Duh, habis aku.”
Orang yang melihat Arief langsung menghampiri Arief. Berjalan selangkah demi selangkah yang membuat Arief takut. Arief hanya berpura-pura melihat smartphonenya yang tanppa disadari smartphone yang dipegangnya terbalik. Dan tanpa sadar, orang itu sudah didepan Arief.
Arief memerhatikan orang tersebut dari balik smartphonenya. Gadis ini mungkin wanita dewasa, terkesan aura yang muncul disekitarnya rasa permusuhan tidak langsung. Arief hanya bisa menyembunyikan wajahnya.
“Arief $^@$?”
Arief terkejut seketika, gadis ini memangil namanya dengan lengkap seolah orang yang dia tunggu adalah Arief.
“Cukup sudah ngumpetin wajah itu. Lagipula kalau ingin pura-pura liat dulu hpmu kebalik apa gak.”
Arief melihat ke smartphonenya yang kebalik dan langsung merah padam. Namun hal yang dia dengar tadi itu Bahasa Indonesia kan? Siapa gadis ini?
“Haa…, sudahlah. Aku Akane Sakurajima, bisa dibilang aku sudah tau profilmu.”
Arief hanya bisa terdiam, pikirannya kesal, kenapa perempuan ini judes amat? Tapi kenapa pula Akane bisa tau Arief? Kecurigaan Arief semakin terjadi.
“Sini”
Akane mengambi smartphone Arief, lalu mengembalikannya. Arief hanya bingung apa yang terjadi, namun Akane sambil tersenyum dan berkata.
“Simpan Nomorku, tu berguna nanti.”
Akane meninggalkan Arief begitu saja, Arief kali ini serasa karakter figuran yang tak bisa berkata-kata. Akane merupakan wanita yang misterius, kesannya yang dimiliki membuat Arief hanya dapat membuat Arief diam. Nomor yang diberikan oleh Akane adalah nomor pribadinya, lantas kenapa?
Arief yang hanya mendengar budaya Jepang dari mulut ke mulut langsung membuat dia merah padam, alasannya karna wanita Jepang memiliki keberanian menembak duluan. Apa Akane mengira Arief adalah laki-laki pemalu makanya diberikan no pribadinya? Arief lantas berdiri dan berjalan meninggalkan taman begitu saja, selangkah demi selangkah yang begitu berat mengisi harinya yang begitu memalukan yang berisi kesalahpahaman.
Tanpa sadar, Akane sebenarnya belum meninggalkan taman memerhatikan Arief. Menelpon seseorang, berkata sesuatu yang membuat orang yang mendengarnya pasti merinding. Akane lalu menutup telponnya setelah Arief meninggalkan taman, juga meninggalkan taman dan menuju ke siluet seseorang. sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Akane itu? Apa maksud dari perbuatannya?
Lantas, apa kalian juga menebak-nebak siapa Akane, bukan? Atau mungkin kalian juga pernah merasa seperti yang dirasakan Arief, begitukan? Jadi, apa kalian penasaran? Kalau gitu lanjutkan, siapa tau ini jadi cinta segitiga.
Cerita ini berlanjut lagi, dan kali ini mulai pada malam itu, langit berwarna jingga perlahan berubah menjadi gelap di atas kota Jepang. Arief duduk sendirian di meja makan, merenung tentang hari yang telah berlalu. Ayahnya sering kali terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga mereka jarang berinteraksi. Arief membaca pesan singkat di meja yang memintanya untuk membeli makan malam. Dengan mengernyitkan dahi, Arief memutuskan untuk pergi ke swalayan kecil di dekat rumah.
Langkah demi langkah dilaluinya, melewati jalanan yang sepi, hal seperti ini sudah biasa baginya yang sudah beradaptasi selama 3 bulan lamanya. Arief memiliki tetangga di tempat tinggalnya namun dia tidak pernah menyapa orang sekitarnya. Bukan karena angkuh, melainkan Bahasa Jepang yang tak dikuasainya. Tak berselang lama, Arief sampai di swalayan.
Langkah-langkahnya yang ragu membawanya ke dalam swalayan. Saat Arief berjalan di antara rak-rak, ia tiba-tiba melihat sosok yang membuatnya terkejut. Itu adalah Mei, teman yang baru saja ditemuinya hari lalu.
“Arief, apa kabar?”
Wajah yang belum lama jumpainya membuat Arief terkejut dan merasa sedikit malu karena masalah bahasa yang telah terjadi sebelumnya. Wajah itu tak lain dan tak bukan adalah Mei. Mei mendekatinya dengan perasaan hangat, menyapanya dan melihat isi keranjang belanja Arief.
“Oh, kamu ingin membuat makanan ini? Kelihatannya lezat!”
Arief hanya mengangguk, merasa canggung. Dia tidak pernah mengira akan bertemu Mei di sini, dalam situasi yang sama sekali tidak ia antisipasi.
“Tidak perlu sungkan, biar aku yang bayar. Seolah-olah ini sebagai balasan atas bantuanku tadi.”
Arief berusaha untuk berbicara, tetapi kecanggungan dengan perlakuan baik Mei, membuatnya merasa kaku.
“Uh, terima kasih... Mei...”
Mei yang melihat Arief hanya tersenyum sambil mengelus kepalanya.
“Santai saja, Arief! Bahasa bukanlah halangan. Kita bisa saling mengerti.”
Ketika Mei membayar belanjaan mereka, Arief merasa bahwa ada semacam ikatan yang terjalin di antara mereka. Dia merasa beruntung memiliki seseorang seperti Mei yang begitu ramah dan mau mendengarkan.
“Baiklah, ayo pulang kerumahmu dan memasak bersama!”
Arief yang hanya terdiam dan didalam dirinya, tiba-tiba detak jantung Arief semakin cepat. Dia merasa bingung dan gugup, karena belum pernah membayangkan bahwa Mei akan datang ke rumahnya.
“Uh, ya, baiklah. Tapi rumahku agak jauh dari sini...”
Mei lagi-lagi tersenyum.
“Tak apa-apa. Aku akan mengantarmu.”
Arief seketika bingung, bukannya Mei seharusnya tak tau rumahku? Mereka berjalan bersama meninggalkan swalayan, dan setiap langkah terasa begitu penting bagi Arief. Sesampainya di depan rumahnya, Arief merasa hatinya berdebar hebat. Ini adalah pertama kalinya dia mengajak seseorang ke rumahnya.
Mei dengan cepat masuk ke dalam rumah tanpa ragu-ragu, seolah-olah dia adalah bagian dari rumah itu sendiri. Ia bergerak lincah di dapur, mengeluarkan bahan-bahan dan menyiapkan semuanya.
“Ayo, Arief. Mari kita memasak bersama!”
Arief hanya terdiam sambil mengangguk. Dia duduk di kursi, memikirkan bagaimana Mei begitu hapal rumahnya padahal Arief yang baru tinggal dirumah ini setelah kepindahan dari Indonesia belum hapal, sambil berfikir, Arief memperhatikan Mei dengan penuh rasa kagum. Ketika makanan akhirnya dihidangkan di meja, harum semerbak makanan mengisi udara, dan Arief merasa seperti sedang berada dalam mimpinya.
Namun, ketika mereka tengah menikmati makanan mereka, pintu tiba-tiba terbuka, dan langkah kaki berat terdengar di koridor. Arief merasa jantungnya hampir berhenti saat ayahnya tiba-tiba muncul di depannya.
Lalu, Kalian menunggu apa yang terjadi selanjutnya, bukan? Kalau begitu, dengarlah. Apa yang terjadi membuat kalian terguncang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!