Pengenalan Karakter
Ririn Ariana gadis biasa yang mandiri pekerja keras dan selalu bersemangat. Dia lulusan Universitas Terkenal di kota ini. Dengan Ijazahnya dia bisa mendapatkan kerja di perkantoran. Namun karena kesalahannya di masa lalu dia terpaksa bekerja paruh waktu disebuah mini market kecil tak jauh dari kontrakannya. Di waktu pagi Ririn mengajar di sebuah Playgroup sampai pukul 11 siang.
Ririn masih memiliki kedua orang tua dan seorang adik laki-laki yang masih sekolah SMP. Terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya pegawai biasa di sebuah perusahaan kecil dan ibunya hanya mengurus rumah tangga.
Ririn tidak seperti wanita lain umumnya, dia tidak terlalu tertarik dengan tas, sepatu, perhiasan bahkan pakaian keluaran model terbaru. Baginya bisa makan makanan yang layak dan mengenyangkan Ririn sudah sangat bersyukur.
Meskipun tinggal di kota yang sama Ririn lebih memilih tinggal di kontrakan kecil. Bukan karena dia ingin hidup bebas tapi dia ingin bekerja keras mengumpul tabungan untuk membuka usahanya sendiri dan tidak ingin melibatkan masalahnya pada keluarganya.
sampai kapan aku hidup seperti ini ??
ah, aku ingin membahagiakan orang tua dan adik ku. semangat Ririn.
begitulah dia menyemangati dirinya sendiri. Setiap dia kelelahan dan putus asa dengan memikirkan keluarganya dia bisa mengembalikan semangat dan tenaganya.
Ririn tidak memilik banyak teman dan pacar, bahkan dia sudah lama tidak memikirkan masalah percintaan. Setiap kali ada yang mendekatinya selalu ditolak dengan alasan sudah punya kekasih.
Ririn masih mencari seseorang dimasa lalunya yang pernah singgah dihatinya dulu.
Namun dia tidak tahu harus mencari kemana orang itu. Orang yang tiba-tiba hilang bagai ditelan bumi. Bahkan Ririn tak sempat menjelaskan dan meminta maaf kerena telah mengecewakan lelaki tersebut.
Raka Wiratama seorang CEO di perusahaan Wiratama group. Terlahir dari keluarga yang kaya raya, namun harus bekerja keras sejak masih muda karena menjadi satu satunya pewaris Wiratama group.
Dengan kepintaran dan kelihaian dalam berbisnis ditambah sikapnya yang tegas membuat Wiratama group berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini dan pundi pundi kekayaannya juga bertambah. Dengan kekayaannya dia bisa melakukan apapun yang diinginkannya.
Sebagian besar sektor perekonomian di kota ini dikuasai oleh Wiratama group, mulai dari perusahaan besar dan perusahaan cabang, mall, pabrik, yayasan, Rumah Sakit dan lain-lain. Siapa pun yang tinggal di kota ini pasti tahu Perusahaan besar tersebut, tapi CEO nya sangat misterius.
Meskipun banyak media memberitakan tentang Wiratama group, tak satupun terdapat gambar pemiliknya. Dalam dunia bisnis dia terkenal tegas dan kejam, tidak memberi kesempatan kedua pada siapapun yang berbuat kesalahan. Kabarnya dia masih muda dan tampan. Raka Wiratama sangat menjaga privasinya, apalagi gosip yang berhubungan dengan perempuan. Tak pernah terdengar cerita tentang keluarga atau kekasihnya.
Raka menghabiskan hari harinya hanya dengan bekerja dan bekerja, tak ada keluarga, teman, pacar bahkan tak pernah ada senyuman di wajahnya.
Walaupun kaya raya Raka hidup dalam kesepian di rumah keluarga Wiratama. Rumah mewah itu hanya bangunan yang tampak indah dari luar bagi siapa saja yang melihatnya.
Tak ada canda tawa dan cinta didalamnya. Sejak sepuluh tahun yang lalu, Raka hanya tinggal dengan beberapa pelayan yang bekerja di rumahnya.
"apa kegiatan ku besok pagi ??" diam mendengarkan "baiklah, kosongkan jadwal ku setelahnya !!"
Pagi pagi sekali Ririn bersiap untuk berangkat ke Play Group tempatnya mengajar.
*H*ari ini genap tiga bulan aku bekerja disini. Aku berharap dapat lebih lama lagi kerja di sini.
Melihat anak-anak bermain sambil tertawa polos membuat ku bahagia dan melupakan sejenak masalah ku.
Aku jadi teringat masa kecil adik ku. Setiap aku pulang sekolah aku lah yang akan mengawasi dan menjaganya, karena ibu akan pergi bekerja paruh waktu di tempat laundry.
Dering ponsel Ririn membuyarkan kenangan masa lalunya.
"Halo, dek. Ada apa ?"
***
Sudah pukul sebelas siang. Terlihat masih ada beberapa orang anak yang belum di jemput orang tuanya menunggu di depan gerbang bersama beberapa gurunya.
"Bu Desi, Ririn duluan ya." sambil melambaikan tangan ketika ojek online yang di pesannya sudah sampai.
"Hati-hati, Rin." Balas Bu Desi.
Ketika Ririn melewati kompleks perbelanjaan, dia menghentikan driver ojeknya.
"Di sini saja pak." Sambil memberikan uang.
"Terimakasih, pak."
***
Sementara di kantor pusat Wiratama Group, Raka baru keluar dari ruangannya di ikuti sekretarisnya.
Raka terlihat kesal ketika melihat laporan keuangan salah satu mall milik Wiratama group.
"Apa yang mereka kerjakan selama ini ?"
"Saya akan memanggil managernya hari ini, tuan."
"Tidak perlu. Kita akan ke sana sekarang ! Aku ingin melihat sendiri bagaimana dia bekerja."
**
Ririn memasuki sebuah mall. Dia ingin membeli sesuatu untuk adiknya. Dia teringat percakapan dengan adiknya.
"Halo, kak. Bagaimana kabar kakak ? Besok aku ulang tahun. Kakak ingat, kan ??"
"Iya, kakak ingat kok, dek. Besok kakak akan pulang."
"Benarkah ? Sampai ketemu besok, kak. Jangan lupa kado untuk ku."
Ririn tersenyum ketika melihat sepasang sepatu sket model terbaru yang banyak dipakai anak remaja zaman sekarang.
Wow, harganya lumayan mahal juga. Bisa menjerit dompet ku, hiks hiks. Tapi tak apalah demi mu, dek. Setahun sekali.
"Yang ini aja, mbak." Sambil mengeluarkan kartu debit miliknya, karena dia tidak cukup memiliki uang di dompetnya.
"Terima kasih." Ucap kasir sopan.
Ketika Ririn ingin keluar dari mall, dia melihat beberapa orang berpakaian dengan logo Wiratama Group berdiri di pintu masuk. Ririn berjalan dengan tergesa gesa sambil menunduk.
*B*agai mana ini. Bagai mana aku keluar dari sini. Habis lah aku. Jangan gugup Ririn, jangan gugup. Berjalan saja melewati mereka dengan tenang.
Bruuggg
"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja."
Ririn memungut tas belanjaannya dan mengambil sebuah ponsel yang tergeletak di lantai. Berdiri untuk menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya.
Ririn terdiam mematung, tangannya menjadi kaku tidak jadi menyerahkan ketika dia melihat wajah orang yang di tabraknya tadi.
Raka !!! Batin Ririn
"Apa anda baik- baik saja Tuan Wiratama ??" tanya salah seorang pengawal yang melihat Tuannya tetap diam di tempat. Berdiri untuk beberapa saat.
*A*pa ??? Tuan Wiratama !!!
Ririn makin terkejut mendengar pertanyaan orang itu.
Ririn dengan cepat menyerahkan ponsel di tangannya kepada yang empunya. Dia ingin cepat-cepat melangkah pergi dari situ. Baru dua langkah kakinya bergerak.
"Tahan dia. Bawa keruangan ku." perintah Raka sambil berlalu di ikuti sekretarisnya dan beberapa orang pengawal.
Tunggu. *Ad*a apa ini ? Kenapa aku di tahan.
Ririn pasrah ketika dua orang pengawal membawanya menuju ke kantor Wiratama Grup.
Raka ! Wiratama ! Mungkinkah Raka adalah Presidir Wiratama group ??? Tidak, tidak mungkin. Semoga aku salah orang. Dia pasti bukan Raka kan ?!.
Mungkin wajahnya hanya mirip dengan Raka atau dia memang orang yang sama ???
Ririn makin frustasi dengan pikirannya sendiri. Menduga-duga kemungkinan kenyataan yang akan di hadapinya.
*A*pa yang harus aku lakukan ??? Siapapun tolong aku. Hiks hiks hiks.
.
.
.
.
Bersambung. . .
Ririn berjalan dengan langkah kaki yang lemah, menyusuri gang kecil yang redup karena hanya disinari lampu jalan utama. Tak lama dia sudah sampai di kontrakannya.
*S*yukurlah, sudah sampai. Aku lelah sekali hari ini. Keluhnya dalam hati. Dia meletakkan tas di kamar lalu segera menuju kamar mandi.
Ririn berbaring di tempat tidurnya, menatap kosong langit langit kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun matanya sama sekali tidak bisa di pejamkan.
Mengapa aku berada di situasi macam ini ?? Orang yang paling ingin aku temui sekaligus menjadi orang yang paling ingin aku hindari. Apa yang harus aku lakukan ?
Kejadian siang tadi masih menghantui pikirannya.
"Tuan, apakah saya boleh pergi sekarang ? Ada hal yang sangat penting yang harus saya lakukan ?" Ririn berusaha mencari cara agar bisa kabur dari ruangan CEO ini.
"Maaf, nona. Tidak bisa."
"Uuumm, tuan bisakah saya ke kamar kecil sebentar ??" Ririn masih berusaha.
"Silahkan, nona." Seorang pengawal menjawab sambil menunjukkan salah satu pintu di sudut ruangan ini.
"Inikan kamar pak presidir ?, apa tidak apa apa jika saya memakainya ? Saya pakai yang di luar saja, he he he." Ririn tertawa yang di buat buat.
Rencana Ririn sepertinya gagal untuk kabur dari sini ketika pengawal itu hanya diam saja.
Huh, tidak berhasil juga. Bagai mana ini ? Apa yang harus aku lakukan ?? Apa aku pura pura sakit ya ?? Kalau ketahuan bagai mana ?? Aduh. Ririn masih berperang dalam batinnya.
"Selamat siang, tuan"
*D*eg
Kenapa jantung ku makin berdebar. Kumohon tenanglah. Jangan gugup, jangan gugup, Ririn.
Ririn terasa kakinya bergetar di bawah meja. Dia duduk sambil menunduk. Dia tau siapa yang datang.
"Kalian tunggu di luar." Laki-laki itu memberi perintah sambil berjalan mendekat, lalu duduk di belakang mejanya.
Ririn semakin menunduk ketika mereka duduk berhadapan.
Lama Raka melihat gadis di depannya itu.
"Ana." Raka mulai bersuara.
*Y*a Tuhan. Raka. Dia benar-benar Raka. Hanya dia yang memanggil ku Ana.
"Maaf. Nama saya Ririn, Tuan."
*M*aaf Raka aku terpaksa berbohong.
"Benarkah ??" *A*ku tidak mungkin salah orang. Aku yakin kau memang Ana.
"Benar, tuan."
"Apa kau mengenal ku ? Atau kita pernah bertemu sebelumnya ?" Raka bertanya seakan menyelidik.
"Maaf. Saya tidak kenal dengan anda dan saya rasa kita tidak pernah bertemu." Ririn menjawab setenang mungkin, sambil memberanikan diri mengangkat kepalanya melihat lawan bicaranya. Kemudian secepat kilat menundukkan kepalanya lagi.
Apa dia benar benar tidak mengenali ku ?, atau dia lupa dengan ku ? Aku bahkan bisa mengenalinya hanya dengan sekali pandang. Raka
"Baiklah. Kau boleh keluar." Aku akan membiarkan kau pergi sekarang. Tapi aku tak akan semudah itu melepaskan mu. Batin Raka.
"Terimakasih, tuan. Eemm, maaf saya tidak sengaja menabrak anda tadi. Saya permisi."
Raka tidak menjawab. Dia hanya melambaikan tangan kanannya.
Ririn berjalan dengan cepat keluar dari ruangan itu. Kakinya semakin kuat bergetar ketika dia tidak sengaja melihat sebuah undangan di atas meja saat dia memutar badannya untuk pergi. Raka Wiratama CEO Wiratama group.
Raka masih memandang Ririn yang berjalan menuju keluar sampai hilang di balik pintu. Kemudian dia bersandar di kursi sambil memejamkan mata.
*B*agai mana kau bisa berkata bohong pada ku. Tubuhmu saja bergetar menunjukkan kalau kau sedang berbohong. Huh, padahal sudah sekian lama, kau tidak berubah sedikitpun. Wajah mu, suara mu, rambut mu, cara mu berjalan, cara mu berpakaian masih sama seperti dulu.
Raka tersadar ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya. Sekretarisnya masuk setelah mendengar suara Raka menyuruhnya masuk.
"Kita pergi sekarang !" Perintah Raka sambil berdiri dari duduknya. Berjalan melewati sekretarisnya. "Cari informasi tentang wanita tadi !" Lanjutnya lagi.
.
.
.
.
Bersambung. . . .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!