Suara tembakan yang menggema di sebuah rumah mewah di kota ini. Bahkan teriakan orang yang ada di dalamnya terdengar sampai ke jalan besar depan rumah mewah itu. Seorang gadis yang sedang bersepeda di jalanan depan rumah itu langsung mendengar suara kekacauan itu. Dia yang di suruh Ibunya untuk membeli obat ke apotek langsung menghentikan sepedanya.
Berlari ke masuk ke halaman rumah, dimana gerbangnya yang sudah terbuka dan terlihat ada dua mobil yang terparkir asal di halaman. Sepedanya dia biarkan jatuh begitu saja di pinggir jalan. Dia langsung masuk ke dalam rumah lewat pintu samping yang terbuka. Sangat terkejut saat melihat pertumpahan darah disana, dia ingin kembali berlari keluar lagi karena takut melihat keadaan di rumah ini, namun sebuah tangan menahannya.
Gadis langsung menoleh dan melihat pria yang berlumuran darah di bagian perutnya. Dia terkejut melihat itu.
"To-long aku" lirihnya pelan.
Gadis itu langsung berjongkok di depannya, dia membantu pria itu untuk berdiri. "Ayo kita keluar sekarang"
Dengan sedikit kesusahan dia membantu membawanya keluar dari rumah itu lewat pintu samping. Sampai di dekat jalan, pria itu memang sudah terlihat banyak kehilangan darah hingga dia tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Hingga akhirnya dia jatuh pingsan begitu saa.
"Hey, bertahanlah, jangan dulu mati. Aku takut kalau sampai aku yang disangka membunuhmu"
Samar, masih terdengar teriakan penuh kepanikan dari gadis remaja yang menolongnya itu. Dan ketika dia sadar, dia sudah berada di rumah sakit dan hanya ada Neneknya disana.
"Dimana Daddy dan Mommy?"
Nenek hanya mengusap air matanya yang menetes begitu saja. Malam itu saat dia pergi belanja dengan supir untuk membeli bahan makanan untuk nanti malam.
Namun saat kembali harus melihat keadaan anak dan menantunya yang meninggal dengan pertumbahan darah. Dia langsung mencari keberadaan cucunya, namun tidak ada. Hingga ada seorang gadis remaja yang datang untuk mengambil sepeda yang dia tinggalkan di depa gerbang rumah itu. Dia yang memberi tahu keadaan cucunya yang berada di rumah sakit. Bahkan cucunya itu sempat koma beberapa hari.
"Daddy dan Mommy kamu sudah tiada Nak, kamu harus kuat ya Sayang. Biarkan bersama Nenek saja"
Dan sosok remaja 17 tahun yang penuh keceriaan dan kehangatan itu, langsung berubah sejak saat itu. Mewarisi kekayaan Ayahnya di luar negara membuat dia tumbuh menjadi sosok menyeramkan dan dingin tak tersentuh.
******
Martin Mexim, pria berusia 27 tahun yang sekarang sudah menjadi seorang bos mafia terkenal di negaranya. Mempunyai perusahaan yang sukses dan juga sebuah bisnis hitam di balik perusahaan utamanya. Siapa yang berani membuat masalah dengannya, maka akan dia bantai habis. Sama seperti dengan kematian orang tuanya.
Hidupnya tidak baik-baik saja, di saat dia hampir menikah dan harus menerima kenyataan jika calon istrinya sedang bercinta dengan musuh besarnya. Membuat dia mulai benci dengan sosok perempuan. Sampai hanya ada satu perempuan yang masih dia ingat sampai saat ini, dialah gadis remaja yang menolongnya saat itu. Namun dia berada di negara Neneknya, dan Martin sudah mencarinya, namun anak buahnya tidak menemukan keberadaannya.
Sebuah mobil sport keluaran terbatas berhenti di sebuah club malam. Seorang yang keluar dari mobil dengan pakaian serba hitam, lalu membukakan pintu mobil untuk Tuan Besar. Martin keluar dengan wajah dingin dan sangar. Wajahnya yang nyaris tidak pernah tersenyum karena memang hidupnya yang gelap tanpa sebuah senyuman sama sekali.
Masuk ke dalam club terbesar dan terkenal di kota ini. Seorang Mami yang menjadi pemilik club ini langsung menyambutnya dengan tatapan menggoda. Namun tentu tidak akan pernah berarti apapun untuk seorang Martin Mexim.
"Tuan Martin, apa ingin barang terbaru?" tanya Mami.
Barang yang disebutkan adalah seorang wanita malam yang biasa Martin sewa dari club ini. Hanya untuk senang-senang saja.
"Tuan saya ingin minum saja disini, nanti akan saya hubungi kalau memang membutuhkan teman berbincang" ucap Degar, asisten terbaik Martin yang mempunyai tubuh tinggi besar dengan tato di sebelah wajahnya. Memang terlihat sangat menyeramkan.
"Ah, baiklah, Mami tunggu ya"
Setelah Mami pergi, Martin terus berjalan menuju ruangan VVIP yang biasa dia gunakan. Namun langkahnya terhenti saat seseorang tidak sengaja menabrak tubuhnya. Degar yang berada di belakang Martin langsung maju ke depan untuk menghadang wanita itu. Namun tangan Martin yang terangkat, menandakan jika Degar harus diam. Maka dia tidak jadi melakukannya.
"Maaf Tuan, saya tidak sengaja" ucapnya dengan sedikit gemetar, dia tahu siapa pria yang tidak sengaja dia tabrak ini. Dia adalah pelanggan setia Mami yang terdengar beringas, dan isu yang dia dengar da juga seorang mafia.
"Kau"
Wanita itu langsung merasa bingung saat Martin yang malah terlihat terkejut saat dia mendongakan wajahnya. "Maaf Tuan, saya tidak sengaja. Tolong maafkan saya"
"Flower, apa yang kamu lakukan pada Tuan Martin?" Mami yang langsung datang saat terlihat ada kerusuhan di dalam clubnya ini.
Wanita yang di panggil Flower itu langsung menoleh pada Mami, dia menundukan wajahnya. "Maaf Mami, aku tidak sengaja menabrak Tuan Martin"
"Kau ini, kenapa selalu ceroboh sekali. Sudah pergi sana" ucap Mami dengan menggerakan tangannya.
"Tidak! Aku ingin dia temani aku malam ini"
Deg...
Wanita bernama Flower itu yang baru saja ingin melangkah pergi, langsung terdiam seketika. Sungguh pelanggan yang paling dia hindari adalah Tuan Martin ini. Jika yang lainnya sangat ingin untuk menjadi pelanggannya, tapi tidak dengan Flower, dia takut melihat wajahnya saja.
"Ah, apa anda memang ingin Flower untuk menemani anda malam ini, Tuan" ucap Mami dengan senyum semangat, karena pastinya dia akan mendapatkan bayaran besar.
"Tidak bisa Mami, aku sudah punya pelanggan lain. Maaf Tuan Martin, lain kali saja"
Dengan cepat Flower pergi, padahal hari ini memang dia sudah tidak mempunyai pelanggan lain. Tapi untuk melayani Tuan Martin dia sangat takut.
"Degar, dapatkan wanita itu untukku!"
"Baik Tuan"
Mami hanya terdiam melihat Martin dan Degar yang sudah masuk ke dalam ruangan VVIP. "Ya ampun Flower, kenapa kamu menolak si. Kamu akan mempunyai masalah besar"
Dini hari ini ketika Flower yang berjalan menuju jalan untuk menghentikan taksi dan pulang. Namun tiba-tiba seseorang menutup kepalanya dengan sebuah kain hitam. Sebuah mobil yang langsung berhenti di depannya dan langsung membawa Flower masuk ke dalam mobil itu.
Remang cahaya lampu itu dan cahaya yang masuk dari celah jendela yang pertama kali Flower lihat saat dia membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat pusing.
Tunggu! Apa yang terjadi semalam? Kenapa dia bisa berada di sebuah kamar luas bak istana ini dengan tempat tidur king size yang empuk dan nyaman. Flower langsung membuka selimut yang menutupi tubuhnya, bajunya masih sama, itu artinya tidak ada yang terjadi semalam. Tapi kenapa dia ada disini sekarang.
"Babby, kau sudah bangun"
Deg..
Seorang pria masuk ke dalam kamar itu, tubuh Flower langsung mematung ketika melihat Martin disana. Ya Tuhan kenapa bisa ada dia disini. Flower yang tidak tahu harus melakukan apa selain mencoba kabur dari pria menyeramkan itu.
Dia langsung turun dari tempat tidur dan langsung berlari menuju pintu keluar, namun segera di tangkap oleh Martin dan dengan mudahnya pria itu mengangkat tubuh Flower seperti karung beras, menjatuhkannya dengan kasar di atas tempat tidur. Mengukung tubuh Flower di atas tempat tidur itu.
"Jangan membuat aku marah, karena aku tidak bisa bersikap lembut pada siapapun"
Bersambung
Sekuat apapun dia mencoba untuk berlari dari rumah ini. Tapi tetap tidak mungkin bisa keluar, Martin tentu membuat penjagaan yang begitu ketat. Meski Flower mencoba untuk keluar dengan mengendap-ngendap menuju pintu belakang, tapi langkahnya langsung terhenti karena Martin yang langsung memeluk pinggangnya dan langsung mengangkat tubuhnya. Menjatuhkan tubuh Flower ke atas sofa bed disana, hingga tubuh Flower sedikit terpental.
Seperti sebelumnya, Martin langsung mengukung tubuh Flower di atas sofa bed itu. "Sudah ku bilang, jangan membuat aku kesal dan marah karena aku tidak bisa bersikap lembut"
Flower memalingkan wajahnya, rasanya sangat tidak ingin melihat wajah Martin dalam jarak begitu dekat seperti ini. Karena memang dirinya juga tidak tahu harus melakukan apa. Dia yang begitu takut pria ini dan selalu menghindarinya, tapi sekarang malah harus terjebak dengan pria itu.
"Aku tahu jika Tuan marah karena semalam sudah menolak ajakan anda. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah mempunyai pelanggan lain. Begini saja, hari ini aku layani Tuan sampai puas, tapi setelah itu Tuan harus lepaskan saya dan biarkan saya pergi dari sini" ucap Flower dengan suara bergetar.
Martin tersenyum tipis, dia menatap Flower dengan lekat. "Lakukanlah kalau ka bisa"
Flower menghela nafas pelan, setidaknya dia bisa bebas kalau dia sudah memuaskan pria menyeramkan ini. Setelah dia melakukan tugasnya, maka dia bisa segera keluar dari kastil mewah ini.
Martin langsung bangun dari atas tubuh Flower, dia duduk di sofa bed lain disana dengan tangan yang di rentangkan kesandaran sofa. Flower menghembuskan nafas pelan, dia sudah harus kembali pada kenyataan jika dirinya hanya seorang wanita malam yang tidak mempunyai harga diri lagi di negeri orang ini.
"Tapi Tuan, saya punya sebuah prisip untuk setiap pelanggan saya. Tidak ada ciuman bibir dan bermain dengan bibir saja. Hanya gunakan tangan dan bagian tubuh saya yang lainnya" ucap Flower sambil berjalan dengan elegan ke arah Martin.
Martin terkekeh sinis, merasa heran dan aneh saat seorang wanita malam mempunyai prinsip seperti itu. Tapi yasudahlah, dia berharap dia yang akan mendapatkan ciuman pertama wanita itu jika memang benar dia belum pernah berciuman.
"Baiklah, lakukan saja apa yang akan kamu lakukan kalau memang kamu bisa membuatku puas" ucap Martin.
Flower yang perlahan merangkak naik ke atas tubuh Martin, duduk di bagian pahanya dan mneggoyangkan tubuhnya dengan tangan yang mengelus leher Martin dengan jemari lentiknya. Membuka kemeja yang Martin gunakan, mengusap dadanya dengan lembut. Jarinya menari-nari di atas tubuh Martin dengan tubuh yang terus bergerak agar membuat jagoan Martin segera bangkit.
Namun hampir satu jam, tapi Flower tidak melihat itu, bahkan dia sudah mulai bermain dengan tangannya. Memberi rangsangan agar pria itu segera ereksi. Namun benar-benar tidak bisa. Flower langsung menatap ke arah Martin dengan penuh tanya.
Martin tersenyum tipis, merasa lucu melihat wajah bingung Flower. "Kau tidak bisa 'kan? Jadi sekarang kau tetap disini dan menjadi milikku"
Deg, tubuh Flower langsung membeku mendengar ucapan Martin barusan. Sekarang dia mengerti kenapa Martin terus berkata jika kau bisa, ternyata memang dia mengidap disfungsi ereksi. Dimana sebuah gairah pada seorang wanita menurun.
Lalu apa yang dia lakukan selama ini? Dia selalu memesan banyak wanita malam, tapi kalau dia memang tidak bisa melakukannya, lalu dia ngapain saja bersama mereka?
Tiba-tiba saja semua pertanyaan dengan segala kebingungan itu hadir dalam pikiran Flower. Ternyata pria sangar yang dia takuti itu ternyata mengalami gangguan disfungsi ereksi.
"Selama ini aku memanggil banyak wanita untuk menggoda aku dan berharap aku bisa sembuh dan ada wanita yang bisa menyembuhkan ku. Tapi sampai saat ini memang belum ada yang bisa menyembuhkan ku" ucap Martin, seolah tahu kebingungan yang dialami Flower saat ini.
Flower hanya terdiam, dia menatap Martin dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu dia menatap ke sekelilingnya ini, sebuah kastil mewah dengan segala barang mewah dan fasilitas yang mewah juga. Rumah bak istana yang diidamkan banyak orang. Tapi kenapa Flower malah merasa takut sendiri berada disini.
"Lalu untuk apa Tuan Martin menahan saya? Buktinya saya juga tidak bisa menyembuhkannya. Jadi sekarang biarkan saya pergi" ucap Flower.
Martin langsung menarik tangan Flower dan menariknya hingga dia jatuh ke atas tubuh pria itu. Dada bidang dengan sedikit bulu-bulu halus itu, sungguh terlihat sangat eksotic. Namun Flower tidak tergoda, karena selama ini dia tidak pernah tergoda dengan laki-laki, meskipun tubuhnya sangat bagus. Kebanyakan laki-laki yang tergoda olehnya.
"Kau ingin kembali pada dunia malam itu, dan menggoda banyak laki-laki, melayaninya dan di beri uang, lalu kau melupakan semua kejadian malam itu. Seterusnya akan seperti itu. Kau ingin kembali pada dunia malam itu?" tanya Martin dengan penuh penekanan dan suaranya yang terdengar begitu dingin.
Flower terdiam, sebenarnya dia tidak pernah ingin mneggeluti dunia ini. Namun apa yang bisa dia lakukan saat dirinya sudah terlanjur terjerumus pada dunia malam.
"Tuan, apa yang sebenarnya Tuan inginkan dari saya?" tanya Flower, merasa aneh karena Martin yang terus menahannya seperti ini, padahal jelas dia tidak bisa menyembukannya.
"Aku ingin kau menjadi milikku!"
Flower langsung bangun dan menjauhkan tubuhnya dari Martin. Menatap pria itu dengan lekat, memikirkan bagaimana cara agar dia bisa lepas dari Martin. Karena memang dirinya tidak bisa jika harus terus bersama dengan pria yang menyeramkan seperti Martin ini.
"Begini saja Tuan, saya akan berusaha membantu Tuan untuk sembuh. Kalau nanti Tuan sudah sembuh, maka Tuan harus biarkan saya pergi dari sini" ucap Flower.
Lagi, Martin hanya tersenyum dan tidak menjawab ucapan Flower itu. Dia kembali menarik tangan Folwer sampai jatuh kembali ke atas tubuhnya. Membuat Flower kaget, tapi setelahnya dia manfaatkan posisi ini untuk mulai membuat Martin bisa ereksi dengan caranya sendiri. Meraba tubuhnya dengan jemarinya, mulai menuju ke bawah dan bermain lagi dengan tangannya. Tapi memang sepertinya Martin sudah tidak bisa ereksi.
Aku harus cari semua cara terbaik untuk membuat Tuan Martin bisa ereksi dan segera sembuh. Aku tidak mau selamanya berada disini.
Mulai saat ini takadnya yang sudah bulat untuk segera menyembuhkan Martin dari gangguan disfungsi ereksi. Meski rumah ini mewah dan dengan fasilitas yang baik. Tapi Flower tetap tidak nyaman dan merasa takut jika berada di rumah ini. Jadi dia ingin segera pergi dari rumah ini dan tidak lagi terikat denga Martin. Pria menyeramkan itu.
Kau tidak akan pernah lepas dariku lagi, Sayang.
Martin tersenyum puas karena sekarang dia bisa menemukan gadis yang dicarinya selama ini. Meski sudah 10 tahun berlalu, tapi dia jelas masih ingat wajah gadis remaja yang menolongnya waktu itu. Sampai kapanpun tidak akan pernah bisa melupakan wajahnya.
Flower mengelus pelan bekas luka di bagian kanan perut Martin, lalu dia mendongak dan menatap Martin dengan wajah penuh tanya.
"Bekas luka tusukan 10 tahun lalu, sebuah tragedi yang cukup menyeramkan" ucap Martin.
Flower hanya mengangguk mengerti saja. Membayangkan dunia seperti apa yang dijalani pria yang memeluknya saat ini.
Bersambung
Flower yang terus mencari sebuah artikel untuk penyembuhan seorang yang mengalami gangguan disfungsi ereksi. Banyak faktor dan penyebab juga, terkadang karena faktor psikis yang lebih memicu keadaan ini. Sebenarnya Flower tidak tahu apa yang sebenarnya dialami Martin sampai dia mengalami hal ini.
"Baiklah, aku harus mulai menyembuhkannya"
Dengan mulai dari merubah kehidupan Martin yang pastinya tidak sehat. Terlihat dia yang selalu banyak minum alkohol, merokok pun pastinya sangat sering. Melihat Martin yang sedang duduk di balkon kamarnya dan sedang merokok dengan sebotol minuman di atas meja,
Flower langsung menghampirinya, merebut sebatang rokok yang menyala di tangannya. Menjatuhkannya ke atas lantai dan menginjaknya. Mengambil botol minuman di atas meja. Hal yang dia lakukan ini tentu saja sangat membuat Martin kebingungan.
"Kau apa-apaan?" Martin menatap tajam pada Flower yang melakukan hal aneh menurutnya.
"Merokok dan banyak minum beralkohol itu tidak baik untuk kesehatan. Tuan harus mulai hidup sehat kalau ingin segera sembuh dengan gangguan disfungsi ereksi itu" ucap Flower.
Martin terkekeh pelan, dia merasa lucu dengan wajah Flower yang mengomel itu. Meraih tangannya dan dia dudukan di atas pangkuannya. "Memangnya kau ingin sekali ya aku untuk sembuh. Apa kau tidak sabar untuk bercinta denganku?"
Flower sedikit mengangkat bahunya, merasa merinding dengan bisikan Martin. Apalagi ketika dia merasakan hembusan nafas hangatnya di telinganya itu.
Ini bukan pertama kalinya kau melayani seorang pria yang bahkan lebih mesum dari ini. Kenapa sekarang harus gugup seperti ini, Arumi. Ayolah...
"Saya hanya ingin segera bebas dari sini" ucap Flower.
Martin hanya tersenyum tipis, dia mengecup bahu Flower. Memeluknya dengan erat. Merasakan sebuah ketenangan yang memang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"Kau tidak akan pernah bisa lepas dariku, Sayang" bisiknya pelan, membuat Flower semakin merasa gugup.
Sial, ada apa denganku? Ayolah Arumi, kau sudah terbiasa dengan banyak laki-laki. Kenapa sekarang malah harus gugup seperti ini.
"Maaf Tuan, kita sudah membuat perjanjian kalau nanti anda bisa sembuh. Maka saya bisa pergi dari rumah ini" ucap Flower.
Lagi, Martin semakin mengeratkan peluakannya, lalu dia memberikan kecupan di bahu Flower dengan sedikit menghirup aroma tubuhnya.
"Kau belum mandi dari tadi pagi, sekarang ayo mandi bersama" ucap Martin.
Flower terdiam, tentu dirinya juga pernah beberapa kali mandi dengan pria dan melakukannya di dalam kamar mandi. Hal ini cukup efektif untuk digunakan Flower agar bisa merangsang Martin, siapa tahu saja dia akan segera bisa ereksi dan Flower juga akan segera bebas dari sekapan dia.
"Baiklah, ayo gendong aku dan bawa ke kamar mandi" ucap Flower dengan manja.
Mendengar itu langsung membuat Martin bahagia, dan dia juga langsung mengangkat tubuh Flower dan membawanya ke masuk ke dalam kamar, lalu ke kamar mandi.
Baiklah, saatnya Flower untuk beraksi. Dia mulai membuka semua pakaiannya di depan Martin, berjalan dengan elegan ke arah Martin yang sudah berada di dalam bak mandi besar itu. Masuk ke dalam bak mandi dan duduk di depan Martin dengan menghadap pria itu. Tangannya yang penuh busa sabun itu menari-nari di atas tubuh Martin. Perlahan turun ke bawah dan bermain dengan jagoan Martin yang masih tertidur.
Ayolah Flower, kamu harus bisa menjadi peyembuh untuk pria menyeramkan ini. Jangan sampai selamanya akan tetap berada disini.
Martin hanya tersenyum dan menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh wanita ini. "Kenapa kau bisa berada disini? Kau tidak terlihat sebagai orang Itali?"
Flower mendongak dan menatap Martin, dia mneghela nafas pelan. Malas, jika dia harus bercerita tentang alasan dia sampai berada di negara ini dan menjadi seorang wanita malam.
"Aku memang bukan asli orang Itali, aku dari Indonesia" ucap Flower apa adanya.
Martin tersenyum, itu artinya dia benar-benar tidak salah lihat. "Kalau begitu, bicara saja bahasa negaramu"
Flower langsung terbelalak, dia menatap Martin dengan terkejut saat pria itu berbicara dengan bahasa Indonesia untuk pertama kalinya. Padahal dia memang orang asli negara ini. Terlihat jelas dari wajahnya.
"Tuan bisa bahasa Indonesia?" tanya Flower dengan sedikit terkejut.
Martin mengangguk, dia menarik tangan Flower hingga jatuh di atas dadanya. Air dalam bak mandi itu sampai keluar dari dalam bak karena jatuhnya tubuh Flower di atas tubuh Martin.
"Nenek ku asli Indonesia, jadi aku fasih bahasanya juga" ucap Martin sambil mengelus punggung Flower di dalam air.
Flower mengangguk mengerti, tahu begitu dia akan berbicara Indonesia saja sejak dulu. Tahu, dia sangat merindukan tanah air saat ini. Kalau punya cukup uang dan bisa bebas dari Mami, dia ingin pergi dan kembali ke tanah kelahirannya. Di negara orang terlalu menyakitkan.
"Tuan?!"
Flower langsung menjauhkan tubuhnya dari Martin saat dia merasakan bagian tubuh Martin yang mengeras. Dia menatap wajah pria itu dengan wajah terkejut, memegang bagian itu dan memastikan jika memang dia tidak salah menduga. Lalu dia langsung tersenyum dengan bahagia. Bahkan belum satu hari dia berada disini, tapi dia bisa membangkitkan kembali gairah dalam diri Martin.
"Aaa.. Anda sudah sembuh Tuan, bisa secepat ini ya" ucap Flower dengan bahagia, meski sebenarnya dia sedikit aneh karena bisa secepat itu prosesnya.
Martin menarik kembali tubuh Flower, kali ini bukan jatuh di atas dadanya. Namun malah bibir mereka yang saling menempel, membuat Flower sangat terkejut. Selama ini dia hanya bisa menjaga bibirnya agar tidak berciuman dengan pelanggannya.
Karena dia takut jika suatu saat nanti dia jatuh cinta, maka dia akan memberikan bibirnya ini untuk sebuah hadiah untuk orang yang dia cintai. Karena sudah tidak ada lagi kebangaan yang akan dia berikan pada orang yang dicintainya nanti. Tubuhnya dan kegadisannya sudah diambil banyak pria.
Tapi sekarang bibirnya juga malah sudah di dapatkan oleh seorang pria yang selalu dia hindari selama ini. Pria yang selalu terlihat menakutkan baginya.
"Emmpttt"
Flower memukul-mukul dada Martin, ingin pria itu melepaskan tautan bibir mereka. Namun bukannya melepaskan Flower, Martin malah menahan tengkuknya dan semakin memperdalam ciumannya.
"Buka mulutmu, Sayang" bisiknya masih dengan bibir yang saling menempel. Merasakan Flower yang malah merapatkan bibirnya, membuat Martin kesal dan akhirnya menggigit bibir bawahnya dan langsung memasukan lidahnya ketika mulut Flower terbuka.
Ya Tuhan, kenapa seperti ini. Kenapa dia yang harus mengambil ciuman pertamaku.
Saat bibir mereka terlepas, Flower langsung keluar dari bak mandi dan berjalan menuju shower untuk membersihkan busa sabun di tubuhnya.
"Tuan, janji akan melepaskan saya setelah sembuh. Jadi sekarang saya mau pergi"
Martin langsung keluar dari dalam bak mandi. Benar, dirinya sepertinya langsung sembuh begitu saja. Bahkan gairahnya begitu bergejolak saat melihat tubuh Flower.
"Jangan harap bisa lepas dariku, dan aku tidak pernah menyetujui perjanjian yang kau ucapkan itu"
"Apa?!"
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!