NovelToon NovelToon

Bulan Di Dalam Laut

1. Haru

Suatu pagi pada bulan Juni tahun 2015,

Aku berada disebuah ruangan sempit berbau aroma sakura, duduk tegap dan memandang lurus kepada orang didepanku.

Beliau lelaki paruh baya yang berbadan tinggi besar, dengan rambut putih sedikit ikal dan berkacamata petak.

"Oke Nynd. Kapan ya bisa mulai bekerja disini?"

"Bulan depan, Tanaka san."

"Bisa dalam waktu 2 minggu? Saya butuh cepat ya."

Aku berpikir sejenak, dan menyodorkan kembali lembaran yang sebelumnya sudah ku isi.

"Mohon maaf Tanaka san, sebelumnya bagaimanakah dengan ini?"tanyaku hati-hati.

Tanaka san meraih kertas tersebut dan menaikkan kacamatanya.

"Oke ya. Saya signed. Bisa kan 2 minggu?"tanyanya kembali.

"Baik. Bisa Tanaka san. Terima kasih banyak,"jawabku sambil tersenyum.

"Selamat bergabung di Hotel Haru ya,"Beliau mengulurkan tangannya dan dengan sigap kusambut sambil tersenyum.

Tanaka san kemudian mengantarku ke ruangan HRD bersama Assistant nya Bapak Ridwan.

Aku menuruni tangga sempit yang berada dibelakang ruangan Beliau.

Langkahnya terlihat terburu-buru.

Akhirnya kami sampai di Office yang berada di Basement Hotel Haru.

Beliau membuka pintu abu-abu tua dan seketika semua dalam ruangan berdiri dan memberi salam membungkuk selayaknya tradisi orang Jepang.

"Fauzan, perkenalkan ini Nynd. Dia GRO baru yang mulai bergabung 2 minggu lagi. Tolong persiapkan seragam dan kebutuhan lainnya. Ok ya?"

"Baik Tanaka san,"jawab Pak Fauzan.

"Oke saya tinggal ya. Ridwan, atur sisanya. Sampai bertemu 2 minggu lagi Nynd,"Tanaka san menepuk bahuku dan meninggalkan ruangan tersebut.

"Fauzan, dia ini direkrut langsung. Sesuai yang saya sampaikan kemarin. Ini semua CV dan kelengkapan lainnya. Mohon dijalankan saja tanpa ada pertanyaan lebih lanjut. Jelas?"tegas Pak Ridwan.

Sesaat Pak Ridwan mengernyitkan dahi saat membaca lembaran tersebut.

Ya, tentu saja.

Gaji yang saya tuliskan setara dengan gaji level Manager untuk ukuran Hotel Independent.

Wajar saja jika dia kaget.

"Nynd, setelah disini selesai, kamu boleh pulang. Terima kasih sudah datang kesini,"ujar Pak Ridwan.

Ku ulurkan tanganku "Baik, Pak. Terima kasih."

Setelahnya Pak Ridwan kembali keatas dan aku mengikuti Pak Fauzan untuk pembuatan Finger Print.

Pak Fauzan ini bertubuh sedikit pendek, kurus dan berambut ikal.

Dari wajahnya terlihat mengantuk.

Tidak ada percakapan selama proses registrasi untuk karyawan baru.

Setelah semua selesai, aku pun bergegas pulang.

Sebuah perjalanan singkat untuk sebuah interview.

Dipanggil dan diterima diwaktu yang bersamaan.

Sepanjang jalan pulang menuju halte, aku beberapa kali memandang hotel tersebut.

Apakah aku sudah membuat keputusan yang benar bergabung disini?

Aku mengenal Tanaka san setahun yang lalu secara tidak sengaja.

Berawal dari Money Changer dimana Beliau sangat butuh uang yen karena harus pulang ke Jepang untuk keperluan mendesak, akan tetapi stock sudah habis.

Saat itu sudah malam dan pesawat Beliau esok hari jam 6 pagi dimana Money Changer Airport kadang belum buka.

Aku yang tadinya ingin pergi berlibur sendirian, menyerahkan uang yenku sejumlah 150,000 kepadanya.

Masih teringat jelas olehku wajah bahagianya dan berulang kali membungkuk berterima kasih.

Darisana lah Beliau pada akhirnya mengundangku bekerja di Hotel Haru sebagai GRO.

Lamunanku buyar dengan kedatangan angkot yang kutunggu-tunggu.

Aku bergegas naik karena harus berangkat kerja dan mempersiapkan untuk resignationku nanti.

Suasana dihari itu seperti mendung, tapi tiada gemuruh.

Langit yang teduh dan gerakan angin perlahan menambah suasana yang seolah ingin tidur.

Pandangan mataku masih tak lepas dari Hotel Haru.

Jika boleh jujur, aku tidak enak hati menolak tawaran Tanaka san.

Oleh sebab itu, aku bersedia bekerja ditempat dimana Beliau adalah General Manager Hotel Haru.

Kuyakinkan diriku sekali lagi, bahwa aku harus bersemangat.

Semoga keraguanku bukanlah firasat buruk.

Sebetulnya tempat bekerjaku sekarang adalah cukup menyenangkan.

Saling menghormati, tahu batasan dan tidak pernah mengurusi kehidupan oranglain.

Aku lebih memilih lingkungan cuek karena aku senang sendirian.

Sepanjang perjalanan ketempat kerjaku sekarang, aku terus berdo'a agar pilihanku tidak salah karena merasa tidak enak hati kepada Tanaka san.

Dan juga agar aku luput dari perhatian karyawan lainnya.

Bisa dibilang, keraguanku ini muncul karena aku sering jadi bahan perundungan para wanita.

Menjadi pendiam bagiku tidaklah cukup dizaman sekarang ini.

Aku harus menjadi orang yang tidak terlihat agar bisa bekerja dengan tenang.

Aku tidak boleh sampai menarik perhatian orang-orang disekitarku.

Benar, aku hanya ingin bekerja, bukan untuk yang lain.

Kutepis keraguan hatiku setiba ditempat kerjaku.

Kubangkitkan kembali rasa positif dan melangkah pasti.

Ya, aku harus secepatnya menyelesaikan tugas akhirku disini, begitu pikirku.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mendapati kenyataan bahwa keputusanku pindah ke Hotel Haru membawa nestapa dalam hidupku.

Karena Tuhan mempertemukanku dengan dia.

Dia yang semakin membuat hidupku tak bisa turun dari permainan Roller Coster......

2. Hitam Putih

Aku menelusuri jalan setapak menuju jalan besar untuk menunggu angkot. Hari ini, Rabu, akhir Juni, adalah hari pertama aku mulai bekerja di Hotel Haru. Suasana masih sedikit gelap. Aku memutuskan berangkat setelah sholat subuh. Selain itu, jarak kosan ku dengan Hotel Haru cukup jauh. Sembari menyisir jalanan yang masih sepi, aku kembali memikirkan apakah aku sudah mengambil keputusan yang tepat bergabung dihotel ini untuk membantu Tanaka san.

Susunan pikiranku diruntuhkan oleh suara klakson angkot didepan yang siap menungguku. Aku bergegas menaiki angkot tersebut agar bisa melanjutkan lamunanku sepanjang perjalanan.

Sesampainya di Hotel Haru, aku segera bersiap dan grooming untuk mulai beradaptasi dan bekerja. Tiba-tiba terdengar ketukan pelan didepan pintu Female Locker Room.

"Nynd, sudah selesai?"

Aku segera membuka pintu dan Pak Fauzan sudah berdiri sembari memegang kantong kertas coklat ukuran sedang.

"Selamat sudah mulai bekerja. Tadinya mau santai diruangan tapi saya lihat kamu sudah datang. Ini semua kebutuhan kamu, dari name tag, kunci locker, dan seragam,"ucapnya seraya menyodorkan kantong kertas coklat tersebut kepadaku.

Kuambil kantong tersebut sambil tersenyum.

"Terima kasih, Pak. Ngomong-ngomong Bapak datangnya pagi juga ya."

"Kosan saya dekat sini. Kebetulan habis olahraga. Capek sekalian mau istirahat. Eh lihat kamu. Sudah semangat ya untuk kerja?"

"Haha, iya nih Pak, supaya bisa belajar yang lain dulu sebelum pelajari system. Mohon maaf Pak, saya permisi mau mulai bekerja,"aku menimpali ucapan Pak Fauzan dan memberi isyarat untuk meninggalkannya.

Aku pun mencari no loker ku, membersihkannya dan menyimpan semua barang-barangku.

Kira-kira pukul 6:45 pagi, aku meninggalkan Locker Room dan menuju ke Front Office Dept untuk bekerja.

"Oh kamu ya GRO baru. Selamat bergabung,"sambut lelaki bertubuh sedikit gempal tapi cukup tinggi.

Dia berkulit sawo matang dan berambut lurus.

"Saya Nynd, Pak. Terima kasih sebelumnya,"jawabku sambil mengangguk.

"Ini Messy yang akan mengajarimu tentang Front Office dan lainnya. Messy Supervisor disini. Saya Bayu, Assistant Pak Ridwan, Front Office Manager yang kemarin antar kamu ke HRD."

Pak Bayu dan Messy mengulurkan tangannya, lalu kusambut sambil tersenyum.

"Oke Nynd, berapa umurmu?"tanya Messy.

"23 tahun"

"Panggil saja saya Kak Messy. Saya jauh diatasmu. Sudah nikah?"

"Belum"

"Wah ada jomblo baru lagi, Pak. Kamu kalem amat sih!"cerocos Kak Messy disambut tawa yang lainnya.

Akhirnya aku diperkenalkan satu per satu diruangan tersebut.

Ada Mba Ning sebagai Reservation, dan Trihas sebagai Operator.

"Nynd, beneran kamu kalem amat. Suaranya mana halus, lembut, bahasa dan sikapnya sopan. Beda sama kita-kita yang begadulan,"ujar Mba Ning terkekeh.

"Jangan racuni anak baik ini, Ning!"timpal Pak Bayu.

"Kak Nynd wangi banget. Pakai parfum apa sih? Enak wanginya,"celetuk Trihas.

"Kepo amat lu. Udah, mau ajarin Nynd dulu. Kerja kerja,"potong Kak Messy dan disoraki yang lainnya.

Aku mengikuti Kak Messy Hotel Tour seperti showing room, meeting room, ballroom, pool, bar, dan karaoke.

Kak Messy berkulit putih, bermata sedikit sipit (sudah kelihatan keturunan chinese), perawakan sedang dan lebih pendek dariku.

Gaya bicaranya sedikit emosional, lugas, dengan tempo yang cepat, menandakan dia cukup galak dan tidak sabaran (hahaha).

Hotel Tour kami terhenti didepan Front Office Counter tempat aku nantinya stand by melayani kebutuhan tamu.

"Sudah pernah pakai system Powel Bro?"

Aku menggeleng, lalu Kak Messy mulai mengajari dengan semangat segala aturan system, mulai dari check in, check out dan billing.

Melihat dia sedari awal semangat, aku tidak bisa bilang kalau aku menguasai beberapa system hotel.

"Saya senang sama kamu. Kesan saya bagus ke kamu. Benar kata Ning. Kamu orangnya sopan. Tidak ada satupun kamu menyela ucapan saya. Bantu-bantu juga Front Office Attendant ya. Ajari juga mereka yang masih muda nantinya handle tamu bagaimana. Kamu juga tahu kan ini dibuat mirip hotel budget walauphn bintang 4. Ok, bisa kan ya?"

Hah?? Bagaimana bisa seorang Supervisor melemparkan tanggung jawabnya padaku? ucapku dalam hati.

Aku memilih tersenyum dan mengangguk. Kak Messy pun juga mengatakan nanti ada perubahan schedule karena aku sudah bergabung. Lalu dia meninggalkanku sendirian untuk melayani tamu yang akan check out hari ini sebanyak 45 kamar. Aku sungguh terheran-heran dengan gaya kepemimpinannya. Sungguh koboi sekali.

Ya sudahlah, aku yang terbiasa bekerja sendiri mulai melaksanakan tugasku.

Dan aku sama sekali tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikanku dari kejauhan.

Aku yang sudah larut dalam pekerjaanku mulai sadar kehadiran orang tersebut ketika dia menghampiriku yang sedang menyusun lembaran kelengkapan invoice untuk diserahkan ke Night Audit.

"Hai, baru ya? Kamu Nynd kan?"sapanya ramah.

"Iya,"jawabku pendek tanpa menoleh sedikitpun padanya.

"Belum dikasih seragam? Masih pakai hitam putih?"

"Baru tadi. Dicuci dulu baru dipakai."

"Kamu sebelumnya Sales Executive ya? Kok mau downgrade?"

"Mencari hari libur yang banyak,"jawabku lagi dengan tetap fokus menyusun lembaran didepanku.

"Pak Ridwan dekat sama saya. Dia cerita semua tentang kamu. Jangan sampai tahu anak-anak disini kalau gaji kamu gede, bahkan diatas Pak Bayu,"cerocosnya.

Aku tersentak dan berhenti sejenak.

Hah? Bagaimana bisa hal confidential disharing sembarangan sama Pak Ridwan? Ah, mungkin anak kesayangan kali.

"Oh iya. Saya berhati-hati. Makasih saran dan nasehatnya Mas,"jawabku dengan masih tidak menoleh kepadanya.

"Salam kenal Nynd,"dia mengulurkan tangannya.

Kusambut dan mengangguk, tanpa melihat wajahnya.

Entah kenapa situasinya seolah mendukung dia untuk terus mengajakku bicara.

Saat hendak melepaskan tanganku, ia menahannya.

"Masa ada orang kenalan gak lihat mukanya?"kejarnya lagi.

Dengan terpaksa aku melihat wajahnya dan memaksakan senyum.

"Maaf, mau lanjut kerja,"ujarku pelan.

Akhirnya dia melepaskan tanganku.

Sambil terus menyusun lembaran didepanku, ia kembali mengajakku bicara.

"Kosan kamu dimana?"

"Arah Lembah Adek"

"Searah dong! Saya juga lewat situ,"timpalnya semangat.

Aku tidak menghiraukannya.

Sebetulnya aku kurang begitu suka didekati lelaki.

Bagiku mereka mengganggu saja.

Saat aku menengok ke kanan, ternyata dia masih berdiri menatapku.

Kuberanikan diri melihat dia keseluruhan.

Berperawakan sedang, dada bidang, kulit putih bersih, rambut hitam tebal, dan wajahnya lumayan.

Aku berjalan meninggalkannya, dan mengambil clear folder dan memasukkan lembaran check out yang sudah kususun rapi.

Saat aku hendak memasukkannya kedalam laci kabinet, tiba-tiba ia bergegas menghampiriku dan berbisik.

"Kalau mau, pulang bareng aja. Ntar saya anterin. Bilang ya. Gak usah malu. Aman sama saya."

Pada saat itu karena aku sudah mulai risih, aku hanya menjawab cepat "Oh iya" agar dia kembali ke tempatnya. Dari pakaiannya, dia satu departemen denganku (Bell Boy).

Aku pun menyadari bahwa aku tidak tahu namanya.

Sudahlah, untuk apa juga tahu. Pikirku saat itu.

Drama cowok itu menghampiriku diam-diam terus berlanjut mengisi hari-hari bekerjaku.

Sialnya scheduleku bekerja selalu bersama dengannya selama sebulan.

Baik shift pagi ataupun shift sore.

Kalau sudah shift sore, dia selalu menawariku pulang bersamanya daripada naik mobil hotel.

Dan anehnya, dia mendekatiku ketika tidak ada orang (aku sedang sendirian didepan).

Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengerjainya supaya dia berhenti mengajakku bicara.

Aku hanya tidak ingin dia tahu bahwa sebetulnya aku tidak pandai mengobrol, dan orang yang membosankan.

Ya, aku sudah putuskan, kalau dia menawariku lagi untuk pulang bersamanya, harus aku kerjai supaya dia kapok..........

3. Rasakan Kamu!!

Langit masih agak gelap. Ya tentu saja. Ini jam 5:30 pagi. Aku berjalan pelan menikmati kesunyian sebelum menemukan hiruk pikuk suara bising kendaraan. Pikiranku tiba-tiba dimasuki oleh bayangan cowok yang selalu menggangguku ditempat kerja. Ah, benar juga. Aku harus mengerjainya. Bagaimana ya caranya? Aku terus sibuk berpikir dan tak terasa sudah naik angkot dan sudah sampai ditempat aku biasa turun.

"Selamat pagi. Kami terus terang senang kalau kamu yang shift pagi,"sapa Mas Angga sembari curhat tipis.

Aku terkekeh seperti biasa dan membaca log book.

Ah, aku lupa memperkenalkan.

Front Office Department di Hotel Haru ini terdiri dari 1 Front Office Attendant (FDA), 4 Bell Boy, 2 Reservation Staff, 2 Operator Staff, 1 Night Audit, 2 GRO (Guest Relation Officer), 2 Supervisor, 2 Duty Manager, 1 Asst Front Office Manager (ASFOM), dan terakhir adalah 1 Front Office Manager.

Sungguh sangat tidak efektif jika ingin disebut sebagai Hotel Budget System. Dan sebagian besar dari mereka kerjanya hanya menggosip, ngemil, nonton youtube, tidur, dan mengeluh. Aku merasa seperti masuk Paud, dengan beragam peristiwa menakjubkan. Hahaha, sangat lucu dan juga menarik.

"Sejak hotel ini berdiri 2 tahun yang lalu, ini pertama kalinya kami bertemu partner yang datang 30 menit sebelum jam kerja. Kamu shift 2 pun, semua sudah disusun rapi untuk daftar check out besoknya. Pekerjaan kami terbantu,"cerocos Mas Angga.

"Sudah Mas, kebelakang saja nunggu jam pulang. Saya ambil alih disini. Terima kasih hari ini,"ujarku sambil mempersilakan dia istirahat sejenak sebelum pulang.

Mas Angga melambai-lambaikan tangannya sebelum menutup pintu belakang Front Office Counter.

Syukurlah aku bisa membantu meringankan pekerjaannya.

Kemudian datang satu per satu Bell Boy, FDA Zeyna, Pak Bayu ASFOM dan terakhir Kak Messy.

Mereka menyapaku sebentar dan aku tetap fokus mengerjakan pekerjaanku.

Hari ini jumlah kamar yang akan check out ada 60.

Melihat antrian yang panjang, aku harus bergerak cepat.

Saking asyiknya aku bekerja, aku tidak menyadari bahwa aku bekerja sendirian dan partnerku Zeyna sudah menghilang entah kemana.

"Hai, ryosusho desu. Domo arigatou gozaimasu,"kuserahkan invoice yang sudah dimasukkan kedalam amplop kepada Ichikawa san, tamu terakhir yang ada diantrian.

(Silakan invoicenya. Terima kasih banyak).

"Arigatou gozaimasu. Onamae wa?"

(Terima kasih. Siapakah namamu?)

"Nynd tomoshimasu."

(Nama saya Nynd).

"Nynd san, tsugoi ne. Hitoride dake. Soshite fasuto supedo (fast speed). Hayai!"Ichikawa san memujiku dan memberikanku selembar uang 10,000 yen.

(Nynd hebat, bisa sendiri, dan kerjanya cepat).

Aku merasa tidak enak hati mengambilnya.

Berkali-kali aku tersenyum salah tingkah.

Tiba-tiba.........set!! Si cowok tukang ajak pulang bareng mengambil uang tersebut dan menyerahkannya padaku.

"Thank you. She is very good. She just shy,"ucap si cowok itu dan tertawa.

Aku menatapnya sebal tapi berhubung masih ada tamu, kupaksakan bibirku menarik senyum.

Setelah Ichikawa san melambaikan tangan dan si cowok itu membukakan pintu serta mengantarnya masuk kedalam mobil, aku memilih menunduk merapikan lembaran invoice untuk diserahkan ke Night Audit.

"Jangan malu-malu. Ambil aja. Selama saya kerja disini, kamu orang pertama yang saya lihat dikasih tip. Lainnya mana ada gituh,"ujarnya dengan nada setengah Betawi setengah Sunda.

Kadang saya ingin tertawa dengan cara bicaranya.

Aku merespon dengan mengangguk, dan seperti biasa tanpa menoleh sedikitpun kepadanya.

"Nynd, mau bareng gak?"kejarnya lagi.

"Bareng? Pulang bareng?"

"Iya atuh."

"Kan memang shift nya sama. Jam selesai kerja pasti bareng alias sama,"jawabku sekenanya.

"Maksudnya saya ingin pulang bareng kamu. Eh, menawarkan."

Aku diam berpikir sejenak.

Ah kesempatan. Kerjain aahh....

"Oh, boleh saja kalau gak repot,"dan kutatap wajahnya.

Aku terkejut dengan ekspresinya. Karena dia berkulit putih, terlihat dengan jelas rona wajahnya bahagia.

Masa sih? Ah entahlah...pikiranku hampir saja dikuasai oleh hal sepele begini.

"Ntar duduk aja tempat smoking area ya. Tunggu saya disitu ya. Sepi kalau jam 4 sore. Gak ada yang merokok. Naik motor dari sana. Parkiran agak sempit. Kasian kamu,"jelasnya panjang lebar.

Sungguh sangat terlihat jelas bahwa dia senang aku menyambut ajakannya.

Tapi kutepis semua itu dengan pikiran bahwa aku ingin mengerjainya supaya dia berhenti mengajakku bicara.

Pintu belakang Front Desk Counter terbuka.

Dia buru-buru menjauhiku dan kembali berjaga didepan pintu masuk.

Seolah tidak ingin terlihat bahwa dia bicara denganku.

Dari awal aku bekerja disini, aku memang terheran-heran dengan reaksinya yang seperti itu.

Langkah suara tergesa menghampiriku.

Ini sudah pasti Kak Messy.

"Nynd udah beres semua? Aman?"

Benar kan Kak Messy. Wah kemana saja? Baru tanya sekarang....

"Sudah semua. Tinggal disusun rapi saja."

"Mantap! Tolong preparation kelengkapan mau check in ya!"sambungnya santai dan kembali keruangan belakang.

Astagaaa...Supervisor yang santai sekali.

Daripada aku berpikiran negative, aku memilih bekerja saja. Toh aku sudah terbiasa sendiri.

Mau kerja atau tidak orang-orang disini, bukan urusanku.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

Aku memandang semua hasil pekerjaanku dengan perasaan lega.

Syukurlah sudah rapi semua.

Ketika hendak kumasukkan dalam kabinet check in list, Zeyna menepuk bahuku.

"Kak Nynd sorry, aku lagi dapet. Jadi lemes gak terlalu bantuin,"ucapnya.

Astagaaa....aku sungguh lupa bahwa aku shift pagi bersama anak ini.

Kemana saja kamu???

Sekarang aku mengerti kenapa Pak Ridwan begitu senang aku bergabung di Hotel Haru.

Cara kerja Front Office nya mirip koboi.

Sesuka hati dan berdasarkan mood.

Hahaha, aku bisa bayangkan bagaimana pusingnya Pak Ridwan.

"Oh gak apa-apa Zeyna. Udah mendingan?"jawabku singkat dan melemparkan sedikit berbasa-basi

"Udah. Karena mau pulang (tertawa). Kak Nynd stand by ya. Aku aja yang briefing overhandle. Tinggal bacain aja kan yang tertulis di Log Book?"

Kutatap wajahnya. Sama sekali tidak merasa bersalah dan tidak malu sudah membiarkanku bekerja sendirian.

Aaahh...sudahlah!

"Iya terserah kamu."

"Makasiihh, Kak Nynd the best !!" dia terlihat sangat senang.

Zeyna berjalan menghampiri si cowok yang selalu menggangguku itu.

Iseng-iseng kuperhatikan mereka.

Waahh, centil sekali Zeyna.

100% tertulis jelas diwajahnya bahwa dia naksir cowok itu.

Si cowok terlihat merespon santai.

Entah suka juga atau memang dia gatal minta digaruk.

Hihihi....aku tertawa pelan agar mereka tidak menyadari tawaku.

Waktu bergulir dengan cepat. Dan aku sudah selesai ganti pakaian untuk bersiap pulang.

Tibalah saatnya.

Mudah-mudahan kamu kapok, dan berhenti menggangguku lagi.

Aku membuka pintu loker pelan-pelan dan menoleh kanan kiri.

Male Locker Room tepat disamping Female Locker Room.

Biasanya sore hari, mereka hampir tidak pernah tutup pintu.

Suaranya terdengar jelas karena yaahh...dia memiliki suara yang keras dan besar.

Kelihatan saja dari setiap dia berbicara bersama teman-teman yang lain.

Tunggu dulu. Ketika bersamaku, dia merendahkan nada suaranya seolah ingin terkesan pelan dan lembut.

Masa siiihh?

Ah nanti dulu saja. Ini dulu.

Aku berjinjit keluar dan menutup pintu locker dengan sangat perlahan.

Kuambil langkah seribu dan buru-buru melesat pergi ketempat pemberhentian angkot.

Sesekali aku menengok kebelakang takut memergokiku.

Yes!!! Berhasil.

Kutinggalkan dia.

Rasakan kamu.

Aku pun dengan suasana hati yang bersemangat melangkah, menaiki angkot dan membayangkan istirahat dikosan sambil membaca novel.

Kira-kira dia marah tidak yaaaa sudah kukerjai begitu?

Ah, nanti saja dipikirkan kalau hal tersebut terjadi.

Ku tepis pemikiranku dengan tekad yang membara.

Besok ya urusan besok.

Kuharap dia berhenti mengajakku pulang bareng, atau menghampiriku dan lain sebagainya.

Sayangnya, diluar keinginanku semua.

Tuhan merencanakan hal lain yang sama sekali tidak kusangka....................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!