NovelToon NovelToon

Suamiku Seorang Mafia Dan Psycophath

Awal Mula

"Tuan Aberto, boleh temani aku minum?" tanya gadis itu.

"Tidak, aku mau pulang." tolak Aberto dengan tegas.

Sambil berbicara Aberto berjalan dan diikuti oleh asisten setianya yang bernama Hendrik. Gadis itupun tidak mau menyerah, gadis itu berjalan dengan langkah cepat menyusul Aberto kemudian memegang tangannya membuat Aberto marah dan mendorong tubuh gadis itu hingga terjatuh.

bruk

"Akhhhhhh ..." teriak gadis tersebut kesakitan.

"Jangan pernah menyentuhku!!" bentak Aberto sambil menahan tangannya yang terasa gatal akibat sentuhan gadis itu.

Semua orang menatap Aberto dan gadis itu hingga datang seorang pria paruh baya mendekati mereka.

"Tuan Aberto ada apa? Kenapa putriku di dorong hingga terjatuh?" tanya pria paruh baya itu sambil membantu tubuh putrinya agar berdiri.

"Anak tuan sudah berani menyentuhku, aku tidak suka, Hendrik ayo pergi!" perintah Aberto sambil menahan hasratnya.

"Baik tuan." Jawab Hendrik.

Mereka pergi meninggalkan tempat pesta pernikahan menuju ke mobil. Hendrik mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi hingga mereka sudah sampai di sebuah hotel yang agak murah.

" Hendrik kenapa kamu menyewa hotel murah seperti ini." omel Aberto sambil berjalan dengan diikuti oleh Hendrik dari arah belakang

" Maaf tuan, hanya hotel ini yang paling bagus karena tempat menginap yang lainnya lebih jelek." ucap Hendrik mengulangi perkataannya waktu mereka pertama kalinya datang ke hotel tersebut.

" Iya aku tahu tadi kamu cerita pas kita datang pertama kalinya ke hotel ini. Besok pagi kita bereskan wanita ular itu karena aku yakin dia pelakunya dan siangnya kita pulang saja karena Aku tidak betah tinggal di hotel murah ini." ucap Aberto.

"Baik tuan." ucap Hendrik patuh.

Kini mereka berada di depan kamar hotel di mana kamar Aberto bersebelahan dengan kamar Hendrik. Aberto dan Hendrik masuk ke dalam kamar masing - masing untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

ceklek

Aberto masuk ke dalam kamarnya dan menyalakan lampu saklar dan kamar itupun langsung terang lalu Aberto membuka seluruh pakaiannya hingga polos tanpa sehelai benang pun kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk meredamkan hasratnya yang semakin memuncak.

"Si*l wanita ular itu berani bermain - main denganku, aku akan menghukumnya secara sadis." ucap Aberto sambil mandi dengan air dingin dengan menggunakan air shower.

Setengah jam lebih Aberto mandi hingga tubuhnya menggigil tapi pengaruh obat itu belum juga hilang.

"Si*l dingin sekali tapi pengaruh obatnya belum juga hilang." omel Aberto.

Karena tubuhnya sudah sangat menggigil Aberto memutar kran shower hingga air shower berhenti mengalir. Aberto mengambil handuk dengan tubuh menggigil kemudian keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah ranjang.

Aberto menarik selimutnya dan matanya langsung membulat sempurna melihat seorang gadis sedang tertidur pulas dengan tubuh tanpa sehelai benangpun.

" Siapa kamu, bangun!!" bentak Abertous dengan nada satu oktaf.

hening

"Si*l dia tidur pulas sekali haruskah aku mendorongnya hingga jatuh tapi tanganku menjadi merah dan gatal - gatal." ucap Aberto dengan ragu.

Gadis itu masih setia memejamkan matanya tanpa mendengarkan Aberto membentaknya hal itu tentu saja membuat Aberto terpaksa memegang tubuh gadis tersebut untuk di dorong agar jatuh ke lantai.

Memang terkesan kejam namun bagaimana lagi Aberto tidak suka berbagi ranjang dengan gadis ataupun wanita lain. Namun ketika Aberto menyentuh tubuh gadis tersebut, Aberto sangat terkejut.

"Kenapa aku menyentuhnya tanganku tidak langsung memerah dan gatal?" Tanya Aberto ketika tangannya menyentuh tubuh gadis itu.

"Jangan salahkan Aku jika Aku menyentuh tubuhmu." ucap Aberto.

Akhirnya untuk pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Aberto melakukan secara berulang-ulang dan sudah tidak terhitung berapa banyak dia mengeluarkan laharnya ke rahim gadis itu hingga tubuhnya terasa lelah barulah Aberto berhenti setelah mengeluarkan laharnya. Aberto mengangkat tubuhnya dan berbaring di samping gadis itu dan memeluknya.

cup

"Aku akan bertanggung jawab siapapun dirimu aku tidak perduli." ucap Aberto kemudian mengecup pucuk rambut gadis itu.

Tidak berapa lama Aberto pun tertidur dengan pulas karena tubuhnya sangat lelah melakukan olahraga malam untuk pertama kalinya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Pagi harinya Aberto perlahan membuka matanya dan menatap wajah cantik gadis yang masih tertidur dengan pulas.

"Sebenarnya aku ingin menerkammu lagi tapi aku harus memberikan hukuman untuk wanita ular itu yang telah berani memberikan obat perangs**g padaku." ucap Aberto sambil perlahan melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

Lima belas menit kemudian Aberto sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar. Aberto berjalan ke lemari dan memakai pakaian santai.

"Sebentar lagi aku akan kembali dan kita lanjutkan yang semalam." ucap Aberto sambil memandangi gadis yang di klaim menjadi miliknya karena gadis itu telah berhasil menyentuh tubuhnya tanpa ada reaksi kulit yang memerah dan gatal - gatal seperti sebelumnya.

Aberto pergi meninggalkan gadis itu dan keluar dari kamarnya dan menutup pintu bertepatan kedatangan asistennya. Mereka pergi menuju ke sebuah gedung tua untuk memberikan pelajaran orang yang telah berani mengusiknya.

Setelah kepergian Aberto gadis itu perlahan membuka matanya, matanya membulat sempurna karena dirinya berada di ruangan asing.

"Kenapa aku berada di sini?" tanya gadis itu.

Gadis itupun bangun dan dirinya sangat terkejut melihat dirinya tanpa menggunakan sehelai benang pun.

"Apa yang terjadi kenapa aku tidak memakai pakaian sama sekali?" tanya gadis itu.

Gadis itupun bangun dan turun dari ranjang tapi bagian privasinya terasa sangat perih.

"Apa yang terjadi kenapa bagian privasiku terasa perih." ucap gadis itu.

Gadis itupun bangun dan berjalan perlahan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah selesai gadis itu memakai handuk bekas digunakan oleh Aberto.

Gadis itu keluar mencari pakaiannya dan tidak berapa lama gadis itu menemukan pakaiannya yang berada di kolong meja. Gadis itupun langsung memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan kamar hotel itu yang kebetulan tidak pernah di kunci.

Gadis itu pergi ke rumah sahabatnya yang kebetulan sangat dekat dengan hotel tempat dirinya tertidur di hotel. Singkat cerita gadis itu sudah sampai di rumah sahabatnya.

tok

tok

tok

ceklek

"Davina." panggil sahabatnya dengan nada terkejut karena tidak biasanya pagi - pagi sahabatnya datang.

Ya gadis itu adalah Davina yang sudah direnggut mahkota berharganya oleh Aberto. Di mana Davina merupakan putri ke dua dari pasangan William dan Angelica.

"Maria." panggil Davina dengan mata berkaca-kaca.

" Kita masuk ke dalam dulu." ucap Maria.

Merekapun masuk ke dalam rumah Maria dan duduk di ruang keluarga. Davina memeluk sahabatnya sambil menangis dan menceritakan apa yang telah terjadi.

"Kamukan bisa program IT coba kamu retas apartemen jadi kita bisa tahu apa yang terjadi sebenarnya." usul Maria.

"Baiklah, aku pinjam laptopmu." pinta Davina.

"Sebentar." ucap Maria.

Maria berjalan ke kamarnya dan mengambil laptopnya kemudian memberikan ke Davina. Davina pun menerima laptop tersebut kemudian mulai meretas cctv apartemennya.

"Aku akan meretas cctv dimana aku selesai makan sore bersama Alex dan Ririn." ucap Davina sambil mengatakan atik laptopnya.

Biarkan Davina Berlutut

Davina mulai meretas cctv setelah berhasil mereka menonton cctv di apartemennya hingga dua puluh menit mereka menonton rekaman cctv tersebut matanya langsung membulat sempurna karena ternyata ulah Alex dan Ririn membuat Davina marah.

Alex adalah kekasihnya sedangkan Ririn adalah sahabat baiknya, dirinya tidak menyangka kalau Mereka sangat jahat dan tega melakukannya padahal Davina sering membantu Mereka.

"Aku akan membalaskan dendam ke Mereka karena Mereka sudah menghancurkan hidupku." ucap Davina sambil menahan amarahnya.

"Davina maaf aku mendapatkan panggilan kerja di luar negri sekalian mau bertemu dengan mommy dan daddyku yang tinggal di negara A dan maaf aku tidak bisa menemanimu untuk membalaskan dendam ke mereka berdua." ucap Maria merasa tidak enak hati.

"Tidak apa - apa untuk sementara Aku akan pulang ke mansion orang tuaku untuk meminta maaf karena sudah membuat Mereka malu sekaligus membuat rencana membalaskan dendamku." Ucap Davina.

"Ok." ucap Maria dengan singkat.

"Tapi semua dokumenku ada di apartemen termasuk semua pakaianku jadi Aku menunggu Mereka pergi dari apartemenku." ucap Davina.

"Kalau begitu Kita pergi ke apartemenmu sambil menunggu Mereka pergi." ucap Maria.

"Ok." Jawab Davina.

Merekapun pergi ke apartemen dengan menggunakan mobil Maria sambil membawa koper milik Maria yang sudah disiapkan dari kemarin. Maria dan Davina duduk di kursi belakang sedangkan sopirnya duduk di kursi pengemudi dan di sampingnya bodyguard milik orang tuanya yang ditugaskan untuk menjaga putri kesayangannya.

Singkat cerita kini Mereka sudah berada di parkiran apartemen hingga lima belas menit kemudian Alex dan Ririn pergi dari apartemen milik Davina.

"Mereka sungguh tidak tahu terima kasih apalagi Ririn, sudah diberikan tumpangan tapi dengan teganya memberikan usulan ke pria yang tidak tahu diri itu untuk menjualmu ke pria hidung belang." Ucap Maria sambil menahan amarahnya.

"Jangankan Kamu, Aku saja yang mengenal Mereka selama lima tahun sama sekali tidak menyangka kalau ternyata Mereka dengan teganya menusukku dari belakang." Ucap Davina.

Maria dan Davina sama - sama menghembuskan nafasnya dengan perlahan untuk mengurangi amarahnya kemudian Mereka keluar dari mobil setelah melihat Alex dan Ririn keluar dari parkiran dengan menggunakan mobil milik Alex.

Davina dan Maria berjalan ke arah lift kemudian menekan tombol paling atas di mana lantai dua puluh lima adalah milik Davina. Lantai dua puluh lima sangat luas dan segala fasilitas tersedia dari kolam renang, fitnes, taman dan lain sebagainya.

Davina menekan pin apartemen hingga terdengar suara klik barulah Davin mendorong pintu yang terbuat dari kaca di mana dari luar tidak bisa melihat ke dalam sebaliknya dari dalam bisa melihat dari dalam.

Davina mengambil tas yang berisi pakaian, perhiasan, pasport, KTP, ATM serta dokumen penting lainnya seperti ijasah dan kunci mobil.

"Lebih baik sebelum Kita pergi pin apartemen ini Kamu ganti agar Alex dan Ririn tidak bisa masuk ke apartemen ini." usul Maria.

"Ide bagus sekalian semua barang - barang milik Ririn kita masukkan ke dalam tas lalu diletakkan di luar pintu apartemen." ucap Davina yang sudah selesai mempacking semua barang miliknya.

"Aku akan bantu Kamu agar cepat selesai." ucap Maria.

Davina hanya menganggukkan kepalanya kemudian Mereka berdua mulai membereskan barang milik Ririn setelah hampir sepuluh menit Mereka berdua keluar dari apartemen tersebut dan naik mobil masing - masing menuju ke bandara namun sebelumnya meletakkan koper milik Ririn di depan pintu dan mengganti nomer pin.

Davina berencana mobilnya akan di tinggal di bandara karena sewaktu - waktu Davina kembali ke negara tersebut atau keluarganya datang berkunjung untuk mengisi liburan sekaligus melihat cabang perusahaan.

"Aku tidak tahu siapa pria itu dan Aku tidak akan membalas dendamku karena pria itu tidak bersalah karena yang bersalah adalah Alex dan Ririn. Aku hanya berharap semoga saja Aku tidak hamil mengingat sekarang ini Aku lagi masa subur." ucap Davina sambil mengenderai mobil dengan kecepatan sedang.

Skip

Kini Davina sudah sampai di mansion milik orang tuanya yang bernama William dan Angelica. Kedatangan Davina di sambut oleh orang tuanya karena selama lima tahun Davina tinggal di negara S.

Davina sebulan sekali pulang ke negara A tempat kelahiran sekaligus tempat tinggal orang tuanya dan keluarga besarnya. Terkadang orang tuanya datang ke negara S untuk menginap dan tinggal di apartemen putri bungsunya selama satu minggu.

"Lho kok bawa barang? Mau tinggal di sini?" tanya Angelica dengan wajah terkejut.

Biasanya Davina jika datang hanya membawa tas kecil yang berisi ponsel dan dua kartu baik kartu debit serta kartu kredit karena pakaian dan semua barang - barang yang diperlukan tersedia di mansion lebih tepatnya di kamar milik Davina yang selalu dibersihkan oleh kepala pelayan.

"Iya mom, Davina akan tinggal di negara ini." jawab Davina sambil menundukkan wajahnya.

"Apa ada masalah?" Tanya William dan Angelica bersamaan yang melihat Davina seperti menahan kesedihan dan tidak seperti biasanya yang selalu ceria.

Tanpa menjawab Davina memeluk Angelica kemudian menangis sedangkan Angelica membalas pelukan putrinya sambil mengusap punggung Davina agar mengurangi rasa sesak dihatinya. William terdiam sambil menunggu Davina selesai menangis hingga lima belas kemudian Davina selesai menangis.

"Ada apa sayang?" Tanya Angelica sambil melepaskan pelukannya begitu pula dengan Davina.

Davina menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian berlutut di depan orang tuanya membuat Angelica memegang ke dua bahu Davina agar berdiri.

"Mommy, biarkan Davina berlutut." Mohon Davina untuk pertama kalinya memohon.

Angelica akhirnya menarik ke dua tangannya dan menunggu kalimat selanjutnya dari mulut Davina sedangkan William hanya terdiam dan dalam hatinya bisa menebak apa yang terjadi dengan putri bungsunya.

"Davina memohon maaf karena sudah membuat Mommy, Daddy dan keluarga besar Daddy menjadi malu. Davina ...." ucap Davina menggantungkan kalimatnya.

"Siapa pria itu?" tanya William dengan nada dingin sambil menahan amarahnya terhadap pria yang sudah menghancurkan putri kesayangannya.

"Daddy sudah tahu?" tanya Davina dengan wajah terkejut tanpa menjawab ucapan William.

"Maksud Daddy, pria siapa?" tanya Angelica bersamaan hanya saja ucapannya berbeda dengan wajah yang juga terkejut.

"Daddy hanya menebak kalau Kalian melakukan hubungan suami istri jadi siapa pria itu dan pria itu harus bertanggung jawab?" Tanya William balik bertanya.

"Davina, apa benar yang dikatakan Daddy?' tanya Angelica.

Davina menganggukkan kepalanya dan airmatanya kembali keluar membuat Angelica mengulurkan ke dua tangannya agar Davina duduk di tengah - tengah Mereka namun Davina menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak mau.

"Davina, duduklah dan ceritakan dengan tenang. Kami tahu pasti Kamu tidak mungkin mempermalukan Kami jadi ceritakan semuanya tanpa dikurangi atau ditambahkan." ucap Angelica dengan nada lembut.

"Apa yang dikatakan Mommy benar jadi Kamu jangan merasa bersalah. Ceritakan sama Kami apa yang sebenarnya terjadi." Sambung William yang juga dengan nada lembut.

Davina menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian duduk di tengah - tengah orang tuanya. Davina terdiam beberapa saat untuk menghilangkan rasa sesak dan amarah secara bersamaan setelah hampir lima menit barulah Davina menceritakan tentang Alex dan Ririn yang sudah menghancurkan hidupnya.

Apa rencana Daddy selanjutnya?

Davina dan Alex adalah sepasang kekasih waktu Mereka masih sekolah di salah satu sekolah Menengah Atas. Walau Mereka berpacaran namun Davina selalu ingat pesan ke dua orang tuanya selain berpegangan tangan tidak boleh karena takutnya tidak bisa menahan diri dalam arti melakukan hubungan suami istri.

Alex sebenarnya agak kecewa tapi dipendamnya dan tanpa sepengetahuan Davina kalau Alex selain menyukai Davina, Alex melihat Davina termasuk keluarga kaya karena setiap dirinya mengalami kesulitan keuangan Davina selalu membantunya.

Hal itulah membuat Alex tidak mempermasalahkan hal itu hingga setahun kemudian datang murid baru yang bernama Ririn. Ririn merupakan gadis dari desa namun karena terpengaruh dengan teman-temannya membuat Ririn kebablasan dimana harta berharganya yang dijaga di renggut oleh kekasihnya.

Hingga suatu ketika Davina di keroyok oleh beberapa preman dan Ririn yang tidak sengaja lewat membantu Davina hingga akhirnya Ririn terluka karena menjadikan tubuhnya sebagai tamengnya.

Davina yang merasa hutang budi di mana saat itu Ririn di usir dari kontrakannya membuat Davina meminta Ririn tinggal bersama dirinya di apartemen mewahnya.

Davina yang merupakan gadis yang sangat baik dan tidak pernah perhitungan membelikan semua keperluan Ririn. Davina memperkenalkan Ririn ke Alex hingga akhinya Mereka selalu pergi bertiga.

Selain berteman dengan Ririn, Davina juga berteman dengan Maria dan entah kenapa Maria tidak menyukai Ririn dan Alex. Maria selalu menasehati Davina agar jangan terlalu baik dengan Mereka tapi Davina selalu mengatakan jangan berpikir negatif tentang Alex dan Ririn karena Mereka baik.

Maria hanya terdiam dan setiap di ajak kumpul bersama Maria selalu menolak dengan berbagai alasan. Karena sering menolak Davina mengerti karena itu jika dirinya ingin jalan bersama Maria maka Davina tidak pernah mengajak Alex dan Ririn.

Tanpa sepengetahuan Davina kalau Ririn berusaha merayu Alex hingga akhirnya Mereka melakukan hubungan suami istri. Hubungan Mereka tidak diketahui oleh Davina hingga Mereka kuliah di tempat yang sama.

Davina yang sangat percaya dengan Alex terlebih sikap lembut Alex sama sekali tidak curiga hingga akhirnya Mereka lulus kuliah. Davina yang sangat sibuk mengurus perusahaan cabang di bantu Alex dan Ririn sama sekali tidak menyadari perselingkuhan Mereka.

Orang tua Davina beberapa kali berkunjung ke negara S dan mengenal Maria, Alex dan Ririn. Orang tua Davina sering menasehati putrinya namun Davina merasa yakin kalau Alex dan Ririn tidak mungkin tega mengkhianati dirinya.

Orang tua Davina hanya bisa membiarkan putrinya untuk mengetahui bahwa di dunia ini tidak semua orang baik. Hanya saja orang tua Davina menasehati putrinya untuk menjaga kehormatannya.

Hingga suatu ketika Ririn yang ingin menguasai harta Davina mempunyai rencana licik yaitu menjual Davina ke seseorang pria paruh baya dengan harga yang sangat mahal karena Ririn mengatakan kalau Davina masih menjaga kehormatannya.

Ririn membujuk Alex dengan tubuhnya hingga suatu ketika Ririn dan Alex mengajak makan bersama di apartemen milik Davina. Davina yang sama sekali tidak curiga makan bersama hingga akhirnya Davina tidak sadarkan diri. Ririn dan Alex langsung membawa Davina ke sebuah hotel untuk diberikan ke pria paruh baya.

Tanpa sepengetahuan Alex dan Ririn kalau Mereka salah memasukkan Davina ke kamar nomer 808 seharusnya kamar 888 karena kurangnya cahaya lampu di ruangan tersebut. Karena itulah Davina melakukan cinta satu malam bersama pria asing yang bernama Aberto.

FLASH BACK OFF

"Itulah yang terjadi Mom, Dad." ucap Davina setelah selesai menceritakan apa yang terjadi sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Mommy sudah menebak kalau Mereka sangat jahat, jadi Kamu sudah percayakan kalau Mereka sangat jahat?" tanya Angelica.

"Iya Mom. Maafkan Davina karena tidak mendengarkan nasehat Mommy dan Daddy." ucap Davina merasa bersalah.

"Itu sudah terjadi yang penting kamu sudah tahu bahwa di dunia ini tidak semua orang baik dan tulus." ucap Angelica.

"Daddy akan membuat hidup Mereka hancur karena sangat jahat terhadap putriku." ucap William yang sejak tadi terdiam.

"Daddy, Aku ingin cabang perusahaan yang ada di negara S di mana Ririn dan Alex bekerja langsung di pecat. Selain itu cari cara agar semua aset yang Mereka miliki di sita karena semua adalah pemberian Aku." Ucap Davina.

Tanpa menjawab William mengambil ponselnya kemudian menghubungi orang kepercayaannya untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Davina.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Angelica.

"Sementara ini Davina akan tinggal di sini untuk mengurus cabang perusahaan A." jawab Davina.

"Mommy tahu sebenarnya Kamu bekerja untuk melupakan kesedihanmu tapi Mommy minta sama Kamu untuk tidak terlarut dengan kesedihan karena sudah kejadian dan Kita tidak bisa mengubahnya." ucap Angelica.

"Iya Mom." jawab Davina.

"Terima kasih Mommy dan Daddy tidak menghukum ataupun memarahi Davina." ucap Davina.

"Jika Kami marah dan menghukummu apakah itu bisa membalikkan keadaan? Yang ada Kamu akan sangat sedih dan terpukul hingga melakukan sesuatu yang tidak Kami inginkan." Ucap Angelica dengan nada lembut.

Angelica dan William sebagai orang tua tentunya ingin marah tapi jika melakukan hal itu membuat Davina semakin tertekan hingga akhirnya Davina mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Hal itulah yang ingin dihindari oleh ke dua orang tuanya.

"Sekarang Kamu istirahatlah dulu nanti malam Kita makan bersama." ucap Angelica setelah beberapa saat Mereka terdiam.

"Baik Mom." Jawab Davina yang sebenarnya sangat lelah.

Davina kemudian berdiri lalu mencium punggung tangan ke dua orang tuanya secara bergantian. Davina pergi meninggalkan Mereka berdua di ruang keluarga di mana William memijat keningnya yang tidak pusing.

"Di usia Daddy yang tidak muda lagi ..." ucap William menggantungkan kalimatnya kemudian menghembuskan nafasnya dengan berat.

William ingin menikmati masa tuanya bersama istrinya namun William tidak menyangka kalau putri kesayangannya mengalami kejahatan yang sangat keji oleh Ririn dan Alex membuat dirinya ingin pergi ke negara S untuk memberikan pelajaran ke Mereka.

"Daddy kenapa Mom?" Tanya Edward yang tiba-tiba datang bersama istrinya yang bernama Alona kemudian mengecup punggung tangan ke dua orang tuanya secara bergantian.

"Daddy ..." Ucapan Angelica terpotong oleh William.

"Kebetulan Kamu datang, Kita bicara di ruang kerja Daddy." ucap William sambil berdiri.

"Baik Dad." Jawab Edward dengan wajah bingung.

Ke dua pria tampan tersebut dengan wajah sama hanya terpaut dua puluh tahun berjalan ke arah ruang kerja milik William.

Kini William dan Edward berada di ruang kerja dimana William duduk di kursi kebesarannya dan Edward duduk saling berhadapan dan hanya dibatasi oleh meja. William menghembuskan nafasnya dengan berat kemudian menceritakan apa yang terjadi dengan Davina putri bungsunya sekaligus adik tirinya Edward.

Edward hanya diam mendengarkan cerita William namun terlihat jelas wajah amarahnya sambil menggenggam erat ke dua tangannya.

"Itulah yang terjadi dengan adik bungsumu." Ucap William mengakhiri ceritanya.

"Apa rencana Daddy selanjutnya?" tanya Edward sambil masih menahan amarahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!