NovelToon NovelToon

Duda Korea

DUKOANSA bab I

Duda Korea anak satu bab 1

Indonesia Jawa.

Siang itu seorang pria berbadan tinggi tegap dengan tubuh yang bidang wajah rupawan menggendong seorang bayi yang baru berumur satu bulan. Dia bawanya bayi itu ke depan rumah seorang gadis bernama Laurinda.

“Laurinda tolong terima kami.” Teriak pria itu dari luar rumah.

Laurinda adalah seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah S1 di korea selatan tepatnya Soul.

Laurinda yang baru pulang dari korea dua bulan yang lalu.

Dua bulan lalu

“ayah. Bunda. Lala pulang.” Ucap Laurinda yang baru datang dari perjalanan tempuh selama kurang lebih 10 jam.

“sayang kamu sudah pulang. Bagaiman? Sehatkan?” tanya bunda yang langsung memeluknya.

“sehat bunda.” Jawab Laurinda dengan bahagia membalas pelukan bunda.

“anak perempuan ayah.” Ayah yang datang memeluk bunda dan Laurinda.

“adik mana?” tanya Laurinda.

Laurinda memiliki adik laki – laki yang baru masuk SMA.

“ah dia pasti main ke rumah acong.” Ucap papa. Membawa Laurinda masuk dan duduk.

“oh adik Rahman ini selalu main terus kerjaannya.” Ucap Laurinda mengeluhkan adiknya yang sering keluar.

“sebentar bunda telfon biar dia pulang.” Ucap Bunda segera mengambil telfon untuk menelfon Rahman.

Brrrrrrib.

Rahman : hallo iya Bunda

Bunda : kamu di mana nak?

Rahman : di rumah acong bunda ada apa?

Bunda : kamu lupa ya kakak kamu hari ini pulang.

Rahman : oh iya sebentar lagi Rahman pulang.

Bunda : baiklah kalau begitu.

“gimana di korea sudah selesai atau masih ada urusan berkas yang mau di urus?” tanya Ayah kepada Laurinda.

“aman yah. Semua udah beres. Lala tinggal cari kerja di Indonesia aja yah.” Jawab Laurinda.

“oh rencana kamu mau melamar kerja di mana?” tanya Bunda sambil membawa makanan ringan.

“ummm di perusahaan Adiguna. Menurut Ayah Bunda bagaimana?” tanya Laurinda.

“ayah dengar si di sana cukup bagus.” Ucap ayah memberi pendapat.

“kalau begitu nanti Lala coba deh yah. Doakan Lala ya yah buda.” Ucap laurinda.

“kakak…..” suara remaja pria yang datang dari muka pintu. Dia adalah Rahman adik Laurinda jarak lahir mereka lumayan jauh yaitu enam tahun.

“hallo brooow.” Panggil Laurinda.

“kakak Rahman kangen. Mau oleh oleh.” Ucap Rahman mendekati kakaknya.

“kamu kangen kakak atau Cuma mau oleh – oleh ha?” tanya Laurinda.

“dua duanya.” Jawab Rahman.

“pilih satu.” Tegas Laurinda.

“kalau bisa pilih dua kenapa satu. Mana kakak.” Rengek Rahman.

“ini ini pesanan kamu.” Ucap Laurinda menyerahkan tas berisi pesanan adiknya.

“terima kasih kak.” Ucap Rahman sambil memeluk kakaknya.

Dua minggu telah ber lalu Laurinda telah selesai interview di perusahaan Adiguna dia melamar sebagai tim pengembang.

“gimana kak? Interviunya hari ini?” tanga Bunda melihat Laurinda yang baru pulang.

“lumayan bunda .” jawab Bunda.

“sudah jangan terlalu di pikirkan. Meskipun Lala tidak kerja ayah bunda masih sanggup insyaallah.” Ucap Bunda menghibur putrinya.

Dua minggu kemudian (berarti sudah satu bulan berlalu)

HRD : hallo selamat pagi dengan ananda Laurinda.

Laurinda : iya saya sendiri. Ini dengan siapa ya?

HRD : saya HRD dari Adiguna meminta saudara ananda Laurinda untuk hadir magang besok. Semua persyaratan kerja akan di jelaskan di tepat. Baik apa ada yang mau d tanyakan.

Lurinda : tidak

HRD : baik kalau begitu saya akhiri panggilan ini.

“bunda – bunda. Lala di terima kerja.” Ucap Lala.

Selang beberapa lama

Krrriiiing…. Suara dering telfon Laurida berbunyi.

Dalam bahasa kora.

Laurinda : halo ada apa? Tumben.

Teman : saya punya kabar. uli meninggoal paska melahirkan, anaknya laki – laki.

Laurinda : inalilahiwainalilahirajiun. Turut berduka maaf saya sudah di Indonesia.

Teman : iya sudah kalau begitu.

“ada apa nak?” tanya Bunda.

“ini bunda ingat tidak uli. Teman kuliah lala. Dia baru meninggal paska melahirkan.” Jelas Laurinda.

Uli adalah teman Laurinda dari awal kuliah sampai lulus. Namun satu tahun sebelum lulus uli menikah dengan suami yaitu Park so han. Dan beberapa bulan kemudian Uli hamil namun dari awal kehamilan memang dokter menyatakan ada masalah.

Dalam bahasa korea,

“lala seandainya saya pergi tolong jaga putra dan suami saya.” Ucap Uli saat kandungan nya berusia delapan bulan.

“kenapa kamu pasti bisa melewati ini kok.” Jawab Lurinda. Menyemangati sahabatnya.

“saya mohon berjanjilah. Nanti saya akan bilang ke pada suami saya bahwa kamu akan merawat mereka” Ucap Uli memohon.

“kenapa saya?” tanya Laurinda.

“karena menurut saya kamu baik.” Ucap Uli.

“iya bunda ingat kamu sering cerita.” Jawab Bunda.

“lala sedikit takut.” Ucap Lala.

“kenapa sayang?” tanya Bunda.

“saat itu uli berpesan kalau dia pergi lala di suruh jagain dan rawat putranya dan suaminya.” Ucap Laurinda.

“lalu kamu mau bagaimana?” tanya Bunda.

“lala juga tidak tau.” Jawab Laurinda.

“ ya sudah tenang jangan terlalu di pikirkan.” Ucap Bunda.

Keesokan paginya Laurinda pergi ke kantor dan di jelaskan bahwa magang nya akan berjalan selama satu bulan dan dalam satu bulan baru di putuskan kontrak kerja karyawan.

“hay anak baru ya.” Tanya seorang perempuan bernama Niken wajahnya manis tubuhnya berisi namun bila di pandang sangat nyaman. Niken terlihat masih muda.

“iya kak.” Ucap Laurinda yang baru duduk di kursi tempat kerjanya.

“kenalain saya Niken. Saat magang kedepannya kamu di bawah bimbingan saya.” Ucap Niken.

“saya Lurinda biasa di panggil Lala.” Ucap Laurinda memperkenalkan diri. Sambil menjaba tangan atasannya.

“kalau begitu langsung ikut saya rapat ya.” Niken mengisyaratkan Laurinda untuk mengikutinya.

“iya kak.” Jawab Lauranda mengikuti Niken dari belakang.

Di ruang rapat.

“baik semuanya. Ini saya perkenalkan Lurinda dia akan menjadi rekan kerja kita bulan depan jadi mohon di bombing.” Ucap Niken kepada teman rapatnya.

“perkenalkan saya Lala.” Ucap Laurinda memperkenalkan diri.

“dan itu Biyan dia sebagai peneliti bahan. Asep dia melakukan penelitian efek dari bahan yang di gunakan bersama Mira.” Ucap Niken memperkenalkan rekan kerjanya.

“hay. Sini duduk.” Ucap Mira mempersilakan Laurinda untuk duduk di sebelahnya.

“baik perkenalannya di lanjutkan nanti sekarang kita akan mulai rapatnya. Dan Lala untuk sementara kamu melihat dan mencatat nanti notulennya beri ke saya ya.” Ucap Niken

“baik kak.” Jawab Laurinda faham.

Rapat pun di mulai Niken mulai menjelaskan.

Asep dan Mira saling berdiskusi dan mengutarakan hasil penelitian mereka.

Biyan memberikan laporan tentang barang yang telah Asep dan Mira minta untuk penelitian. Briyan bertugas sebagai pencari informasi tentang barang seperti : harga barang, asal barang, lalu proses pengiriman sampai suplayer barang yang akan di gunakan. Pokoknya Biyan yang menghandle semua informasi tentang barang asal muasal barang.

Asep dan Mira sebagai peneliti yang mencari tau efek dan kegunaan bila di padukan dengan berang lain.

Kurang lebih hampir dua jam.

Lurinda dengan inisiatifnya menyajikan minuman dan makanan ringan untuk para senior kerjanya.

“kak ini di minum dulu.” Ucap Laurinda menyajikan minuman botol kepada mereka ber empat.

“terima kasih.” Ucap mereka.

Setelah selesai rapat mereka mengajak Lurinda untuk makan bersama sebagi perayaan kedatangan Laurinda.

“hari ini saya traktir. Sebagi pesta penyambutan Lala.” Ucap Niken.

“terima kasih kak.” Ucap tim pengembang yang terdiri dari Biyan, Asep, Mira dan Lurinda.

Niken adalah atasan mereka namun dia masih muda jadi di kantor sering kali dia di panggil kak oleh rekan juniornya.

“enaknya makan di mana ya?” tanya Niken kepada rekan di mana.

“kamu mau di mana Lala. Ini kan perayaan penyambutan kamu?” tanya Mira.

“lala ikut aja kak. Soalnya Lala juga baru di rumah.” ucap Lala.

“bener si. Saya dengar kamu baru satu bulan di Indonesia.” Ucap Asep.

“kuliah di Korea gimana rasanya?” tanya Biyan.

“hehe ya begitu. Sama kayak di kampus – kampus lain Cuma beda bahasa gitu.” Ucap Laurinda.

Sesampainya di restoran.

“ini kalian boleh pesan bebas.” Ucap Niken membagikan buku menu.

“gimana kalau kita pesan paket komplit?” tanya Mira.

“iya saya setuju.” Jawab Asep dan Biyan

DUKOANSA BAB II

Duda Korea anak satu bab 2

Sesampainya di restoran.

“ini kalian boleh pesan bebas.” Ucap Niken membagikan buku menu.

“gimana kalau kita pesan paket komplit?” tanya Mira.

“iya saya setuju.” Jawab Asep dan Biyan.

“kalian ini. Pesan aja yang lain. Uang saya cukup.” Ucap Niken kepada bawahannya. Mereka sangat menyukai kak Niken yang baik.

“kak ini aja. toh nanti kalau uang kakak masih banyak traktir lagi.” Ucap Mira memohon.

“iya toh paket komplit di sini juga enak. Dan kali ini cukup untuk lima orang.” Ucap Asep menambah ucapan Mira.

“baiklah asal kalian bahagia.” Jawab Niken.

“pelayan pesan paket komplit dan tambahan daging satu porsi ya.” Niken memangil pelayan dan memesan menu hotpot paket komplit.

“baik tunggu sebentar kami akan menyiapkan.” Ucap pelayang meninggalkan meja menuju dapur.

“eh Lala jangan diem aja.” ucap Mira.

“iya kak.” Lala yang dari tadi hanya diam melihat perdebatan seniornya.

“begini lah kami. Kerjanya santai tapi juga seius tidak main – main .” ucap Asep tersenyum kepada Laurinda.

“eh kamu jangan deket – deket. Hati – hati dia buaya.” Ucap Biyan.

“enak aja. saya ini orangnya setia. Setiap ada boleh lah.” Jawab Asep menanggapi candaan Biyan.

“kamu harus hati – hati dengan mereka. Mereka itu kadal.” Ucap Mira melirihkan suara.

“iya kak,” jawab Lala yang masih canggung karena tempat baru dan orang baru.

Untung saja rekan kerjanya sangat ramah.

“eh Mira jangan mencemarkan nama baik ya.” Biyan yang mendengar ucapan Mira kepada Laurinda.

“kalian ini jangan nakutin junior. Jarang ada cewek yang ikut ke tim kita. Kecuali Mira” Ucap Niken.

“kayaknya Mira cowok kak.” Jawab Biyan.

“kakak kan juga cewek.” Tambah Asep menatap Niken.

“kenapa memangnya kak?” tanya Laurinda.

“karena di tim kita terkenal kak Niken ganas.” Jawab Mira bercanda.

“karena yang orang lain lihat di tim kita kerjanya tidak pernah ada cutinya. Dan di wajibkan meski sedang cuti jika ada proyek otomatis cutinya harus di batalkan. Intinya pekerjaan kita melelahkan. Makanya saat luang begini kita sering kali bercanda untuk mencairkan suasana.” Jelas Niken.

“kemarin ada laki – laki baru dua minggu langsung izin mengundurkan diri.” Ucap Mira.

“iya gara – gara kamu godain.” Ucap Biyan.

“enak aja. tim lain bilang si Johan lalu gara – gara satu minggu tidak bisa cuti dan berangkat pagi pulang malam. Dan pernah dua hari yang kita lembur itu kita tidak pulang. Jadi dia tidak sanggup.” Jelas Mira.

“ha kak dua hari tidak pulang?” tanya Laurinda.

“iya kamu takut ya?” tanya Asep menggoda menakuti.

“kalian ini… iya dua hari kita tidak pulang. Bahkan tidur pun kita tidak bisa karena sangat sibuk. Sudah beban kerja dan target lalu komplain dari atasan. Kita kerjain selama dua hari penuh.” Ucap Niken.

Yang semua orang bilang bekerja di tim pengembang sangat menyeramkan. Nyata mereka yang melihat hanya memahami kesulitan yang tampak. Tak pernah merasakan kebahagian yang terselip di setiap perjuangan tim pengembang.

Setelah selesai makan siang mereka kembali ke kantor.

Mira dan Asep saling berdiskusi. Biyan juga tengah sibuk dengan riset barang. Lauindra menemani kak Niken di ruangannya sembari mengobrol.

“kak – kak Niken udah berapa lama kerja?” tanya Laurinda.

“mungkin sudah sepuluh tahunan dari mulai lulus sekolah SMA.” Jawab Niken.

“berat kakak senior banget kan?” tanya Laurinda.

“ya bisa di bilang. Dulu itu paman saya bekerja di sini. Saya menjadi asistennya. Lalu paman sakit keras dan memberikan posisinya ke pada saya. Saat itu saya bekerja sambil kuliah.” Jelas Niken.

“wah kakak hebat.” Ucap Laurinda.

Satu bulan telah ber lalu Lurinda berhasil menjadi karyawan tetap.

Laurinda yang sedang berada di kantor di hubungi oleh adiknya.

Rahman : halo kak

Laurinda : iya mat ada apa?

Rahman : ada orang nyariin kakak

Laurinda : ha siapa.

Rahman : bentar maman kirim foto

Laurinda melihat foto yang di kirim adiknya langsung terkejut.

Rahman : hallo kak?

Lurinda : iya bentar lagi kakak pulang.

Di rumah Lurinda

Siang itu seorang pria berbadan tinggi tegap dengan tubuh yang bidang wajah rupawan menggendong seorang bayi yang baru berumur satu bulan. Dia bawanya bayi itu ke depan rumah seorang gadis bernama Laurinda.

“Laurinda tolong terima kami.” Teriak pria itu dari luar rumah.

Di dalam rumah.

“bunda kenapa pria itu manggil – manggil nama kakak?” tanya Rahmad.

“bunda juga tidak tau. Bunda suruh masuk aja.” ucap Bunda merasa kasihan.

Bunda mempersilakan pria yang mengendong bayi itu masuk.

“silakan masuk.” Ucap Bunda.

“terima kasih.” Ucap pria itu dengan logat Korea.

Bunda mempersilakan pria itu duduk.

Pria itu lalu memperkenalkan dirinya dan dari mana dia.

“nama saya Park So Han. Dan ini putra saya Park kyo So. Saya dari korea Selatan bisa di bilang teman lala.” Ucap pria tersebut.

“ saya bundanya Lala. Ini anaknya umur berapa?” tanya Bunda melihat si bayi.

“baru genap satu bulan.” Ucap Sohan.

“Ya Allah masih satu bulan kenapa sudah di bawa pergi jauh nak. Boleh saya menggendongnya.” Bunda yang sock dengan apa yang di ucap kan Sohan.

Sohan memberikan Kyoso ke pada Bundanya Laurinda.

Rahman yang duduk di sebelah bunda juga merasa si bayi sangat imut.

“oh iya ada keperluan apa mencari Lala?” tanya Rahman.

“saya mau mengatakan sesuatu.” Ucap Sohan. Membuat Bunda dan Rahman penasaran.

“ambilkan minum dulu.” Ucap Bunda kepada Rahman.

Rahman lantas pergi ke dapur untuk mengambilkan segelas air.

“silakan.” Ucap Rahman menyajikan minum di meja.

“ah terima kasih.” Balas Sohan.

Di kantor.

“kakak saya mau cuti setengah hari boleh.” Ucap Luranda kepada Niken.

“ada apa?” tanya Niken.

“ada keperluan mendadak kak. Oh iya pekerjaannya sudah saya bereskan tinggal kirim ke kakak. Saya boleh izin cuti setengah hari ya kak.” Ucap Laurinda.

“iya silakan.” Ucap Niken tersenyum

“terima kasih kak.” Laurinda memeluk Niken lalu pergi.

Laurinda memesan mobil dan pulang menuju rumah.

Sesampainya di rumah.

Laurinda masuk. Sohan yang melihat langsung memeluk Laurinda.

Berbicara dalam bahas korea.

“Lala. Uli.” Ucap Sohan.

“iya saya tahu. Saya mendengar kabar dari teman satu bulan lalu, turut berduka dan maaf sata tidak bisa datang.” Ucap Laurinda.

“tidak masalah. Sekarang saya datang menemui kamu. Saya hanya ingin melaksanakan permintaan terakhir Uli.” Ucap Sohan.

Bunda dan Rahman di ruangan yang sama terasa tak tampak alias transparan.

“he’em. Permisi ada orang.” Dehem Rahman.

“lala .” panggil Bunda.

Laurinda yang baru menyadari langsung melepas pelukan Sohan. Lalu menghampiri Kyoso yang di gendong Bunda.

“ini Kyoso?” tanya Laurinda.

“iya.” Jawab Sohan.

“dia masih begitu kecil. Dan kamu membawanya kemari?” Ucap Laurinda mengendong Kyoso dari pelukan Bunda.

“saya hanya ingin menemui kamu Lala. Saya mau meikahi kamu.” Ucap Sohan.

Sontak Laurinda terdiam membeku. Bunda dan Rahman hanya diam dan bingun tidak tahu apa yang mereka ucapkan.

“bunda Rahman Cuma mengerti kata jeonen yang artinya saya.” Ucap Rahman membisik kepada Bunda.

“bunda Cuma tau saranghaeo nak.” Ucap Bunda membalas ucapa Rahman.

“lala .” panggil Sohan.

Panggilan Sohan langsung menyadarkan Laurinda.

“maaf?” tanya Laurinda sekali lagi. Dia tidak yakin dengan ucapan Sohan.

“iya saya ingin menikahi kamu dan saya ingin kamu menjaga kami. Setidaknya itu keinginan Uli terakhir kali.” Ucap Sohan.

“sebentar. Itu tidak mungkin kamu adalah suami sahabat saya. Dan menjaga mu saya tidak mampu.” Ucap Laurinda.

“Bunda tolong.” Laurinda menyerahkan Kyoso ke pelukan bunda.

Laurinda menarik Sohan ke taman belakang.

Masih menggunakan bahasa korea.

“Sohan.” Panggil Laurinda

“iya.” Jawab Sohan polos

“saya tau kamu sangat terpukul atas kehilangan Uli. Namun kamu menikahi ku itu bukan hal bagus.”

DUKOANSA BAB III

Duda Korea anak satu bab 3

Laurinda menarik Sohan ke taman belakang.

Masih menggunakan bahasa korea.

“Sohan.” Panggil Laurinda.

“iya.” Jawab Sohan polos.

“saya tau kamu sangat terpukul atas kehilangan Uli. Namun kamu menikahi ku itu bukan hal bagus.”

“apa yang tidak bagus? Apa kamu sudah ada pria lain?” tanya Sohan.

“tidak belum ada. Namun menikahi ku itu hal konyol.” Tolak Laurinda kepada Sohan.

“ saya mohon Lala.” Sohan Memohon.

Park So Han seorang laki – laki yatim piatu dia di besarkan di panti asuhan bersama Uli. Mereka berdua menjalin cinta dari kecil Sohan yang dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya, sejak mengenal Uli yang sangat menyayanginya memutuskan untuk bersama selamanya dan menuruti apapun yang Uli katakan.

Sampai pada waktu nafas terakhir Uli. Uli mengatakan kepada Sohan untuk mencari Lala dan menikahinya. Uli adalah sahabat Laurinda, sehingga Uli percaya kalau Laurinda bisa menjaga suaminya.

Sohan pemilik perusahaan terbesar nomor dua di Korea dan saham sahamnya sangat banyak. Itu perjuangannya mulai dari nol bersama Uli. Sohan belajar dan bekerja keras demi membahagiakan Uli. Sohan sangat mencintai Uli dan setiap ucapan Uli itu adalah perintah yang harus dia kerjakan.

“Sohan tidak mungkin itu.” Ucap Laurinda yang menolak ajakan menikah Sohan.

“kamu tau Lala. Saya sangat mencintai Uli jika permintaan terakhirnya tidak saya kabulkan. Lebih baik saya mengakhiri hidup saya.” Ucap Sohan melirihkan suaranya.

“kamu gila? Lalu Kyoso bagaimana?” ucap Laurinda yang keget dengan jawab Sohan.

“ha ha. Kyoso. Gara – gara dia Uli pergi. Andai dia tidak lahir mungkin Uli sekarang masih hidup.” Ucap Sohan.

Plaaak tamparan Laurinda mendarat di pipi Sohan.

“Kyoso tidak bersalah dia hasil cinta kalian bagaimana bisa kamu menyalahkan dia.” Ucap Laurinda kesal dengan jawaban Sohan.

“lantas saya harus bagaimana? Jika tetap kamu tidak mau menikah dengan saya. Kyoso saya akan titipkan ke panti asuhan dan saya akan mengakhir hidup saya. Atau saya bisa bawa Kyoso bersama saya dan kami akan berkumpul dengan Uli.” Ucap Sohan mengucapkan kalimatnya tanpa gemetar.

“gila kamu.” Ucap Laurinda yang mulai kesal.

“Lala..” panggil Sohan.

(saya mendengar dari Uli kalau Sohan orangnya sangat keras kepala. Apapun yang dia putuskan dia tidak akan mundur. Jika saya tolak apa dia benar – benar akan mengakhiri hidupnya?) suara batin Laurinda yang berkecamuk.

“sebentar saya pikirkan dulu. Dan saya harus berbicara dengan keluarga saya. Hal ini terlalu mendadak.” Ucap Laurinda.

“kalau begitu saya kasih kamu waktu satu minggu.” Ucap Sohan.

“ha? Terlalu cepat.” Jawab Laurinda.

“itu sudah terlalu lama.” Ucap Sohan yang sekarang nada bicaranya mulai tegak.

“namun saya ada beberapa syarat.” Tawar Laurinda.

“sebutkan.” Jawab Sohan.

“maukah kamu masuk Islam dan melakukan apa yang di lakukan seorang muslim?” tanya Laurinda.

“saya akan melakukannya.” Ucap Sohan.

“itu satu permintaan saya. Dan apa bila kamu melanggar saat itu juga berarti kamu menceraikan saya.” Ucap Laurinda lalu meninggalkan Sohan.

Sohan pun mengikuti dari belakan.

“gimana kak?” tanya Rahman yang melihat kakaknya kembali.

“kakak mau omongin sesuatu. Tapi nanti sekalian nunggu ayah.” Ucap Laurinda.

“kalau begitu saya pamit.” Ucap Sohan.

“mau pergi kemana?” tanya Laurinda yang mendengar Sohan hendak pamit.

“kembali ke korea dan kesini setelah satu minggi.” Ucap Sohan mengendong Kyo So.

“biarkan Kyoso tinggal.” Ucap Laurinda.

“apa kamu menerima kami?” tanya Sohan senang.

“saya masih memikirkan. Namun saya kasihan jika Kyoso harus bulak balik ke korea dan kemari. Lebih baik dia tinggal sementara di sini.” Ucap Laurinda mengambil Kyoso dari Sohan.

“kalau begitu saya titip Kyoso.” Ucap Sohan lalu pergi.

Bagi Sohan Kyoso adalah kebencian karena Kyoso Sohan jadi kehilangan istrinya. Namun Sohan juga merasa sayang karena dia adalah buah hatinya dengan Uli.

“loh kak kok bayinya di tinggal?” tanya Rahman yang melihat Sohan pergi tanpa membawa Kyoso.

“bunda bisa bantu rawat Kyoso?” tanya Luarinda kepada bunda.

“tentu sayang.” Ucap Bunda tersenyum.

“terima kasih bunda.” Ucap Laurinda membalas senyuman Bunda.

“tunggu.. lala apa dia suami teman kamu yang baru meninggal itu?” bunda mulai menyadari sesuatu.

“iya budan.” Jawab Laurinda menunduk.

“apa bunda Kyoso Sohan siapa teman kakak yang meninggal?” tanya Rahman yang masih kebingungan.

“lalu dia meminta apa kemari?” tanya Bunda melihat Laurinda yang tertunduk.

“dia mau meikahi Lala bunda.” Jawab Laurinda.

“apa?” Bunda dan Rahman kaget dan mengatakan bersama.

“lalu apa jawaban kamu?” tanya bunda.

“lala mau ngomong nanti kalau ada ayah.” Ucap Laurinda.

Laurinda pergi ke kamar mengendong Kyoso di ikuti Rahman yang membawakan barang – barang Kyoso.

“kakak. Kakak mau menikahi duda anak satu?” tanya Rahman.

“kakak juga belum tau Man.” Jawab Laurinda lemas.

Laurinda meletakkan Kyoso di kasurnya.

“sayang tante janji tidak akan membiarkan sesuatu hal buruk terjadi ke pada mu dan papamu.” Ucap Laurinda membelai tubuh bayi yang masih berusia satu bulan.

“kak Rahman pergi dulu.” Pamit Rahman keluar kamar Laurinda.

Di malam hari di ruang makan keluarga.

“Lala mana bun?” tanya ayah sedang duduk menunggu semua di meja makan.

“bentar lagi dia turun.” Jawab bunda yang sedang menuangkan air di gelas.

“yah bun.” Rahman yang baru datang dan duduk di tempatnya.

Selang tak lama Laurinda turun mengendong Kyoso.

Ayah melihat dengan heran. “anak siapa itu la?” tanya Ayah memandang Laurinda.

Laurinda kemudian duduk.

“yah lala mau ngomong sesuatu tapi ayah jangan marah ya?” tanya Laurinda.

“kenapa kamu kok serius banget? Dan juga itu anak siapa? Ayah tanya kamu belum jawab.”

“ini anak teman lala yang di Korean yah…” Laurinda terdiam tidak melanjutkan kalimatnya.

“ya sudah makan dulu.” Ucap ayah

“yah lala mau menikah.” Ucap lala sontak membuat semua orang yang berada di meja makan kaget.

“kok mendadak nak?” tanya bunda.

“sama siap?” tanya ayah.

“sama papanya anak ini yah.” Ucap Laurinda menunduk.

“siapa ayahnya?” tanya ayah dengan nada tinggi tidak rela anaknya menikah dengan seorang yang sudah mempunyai anak. “apa dia duda?” tambah ayah.

“iya yah.” Ucap Laurinda.

“lala mohon ya yah.” Laurinda memohon kepada ayahnya.

“nak masih banyak laki-laki yang bukan duda nak.” Tegas ayah menolak.“siapa dia bilang ke ayah?”

“yah lala menikah karena ingin menyelamatkan anak ini yah. Lala mohon.”

“memangnya kenapa?” tanya ayah penasaran kenapa anaknya begitu kekeh ingin menikahi seorang duda.

Laurinda pun menjelaskan alasannya ingin menikah dengan Sohan. Karena jika dia menolak takutnya Sohan bertindak gegabah dan mengakhiri hidupnya bersama Kyoso. Ayah mendengar penjelasan putrinya menitihkan air mata.

“nak ayah ingin kamu menikah agar bahagia. Namun jika seperti ini bukankah kamu akan tersiksa?” tanya ayah matanya sudah tak mampu membendung air matanya yang mengalir deras.

“lala tau yah. Tapi lala juga bahagia kok. Lala janji ya.” Ucap Laurinda.

“kalau ini memang keputusan kamu. Ayah dan bunda Cuma bisa mendukung.” Ucap ayah. “lalu rencana kapan?”

“minggu depan yah.” Jawaban Laurinda sekali lagi mengagetkan semua orang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!