NovelToon NovelToon

KEMILAU Cintaku KAMELIA Di Ujung Senja

PROLOG

Kamelia Sipria Effendi.

Dia adalah gadis yang mulanya periang, suka bergaul dan dikenal banyak orang. Kamelia mampu menamatkan studinya pada usia dua puluh satu tahun. Setelah diwisuda, Kamelia menandatangani setahun kontrak kerja di sebuah perusahaan terkenal. Dan dia pun dapat menyelesaikannya dengan baik. Bahkan Kamelia sempat ditawarkan menjadi Maneger tetap disana. Tetapi dia menolaknya karena dia ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk penduduk yang masih pengangguran di desanya.

Setelah menyelesaikan setahun kontrak kerjanya di kota, Kamelia berniat kembali pulang ke desa tempat keluarganya menetap.

Kamelia termasuk dari keluarga terpandang, papanya peternak terkaya di desanya. Kamelia mengendarai mobil pribadinya untuk kembali ke desa, dan dia harus melewati perjalanan panjang yang sangat melelahkan.

Biasanya setiap dia pulang untuk berlibur atau hanya sekedar berkunjung saja, Kamelia akan mengajak sahabatnya yang satu kos-kosan dengannya selama di kota untuk menemaninya. Temannya itu bernama Fitria.

Tapi kali ini karena Kamelia sudah ingin menetap dan mengabdikan dirinya di desa yang sangat dicintainya itu, dia hanya pulang sendirian dengan mengendarai mobilnya.

Ayahnya, Agung Effendi merupakan pemilik peternakan sapi terbesar disana, dan ibunya bernama Maya Sipria.

Kamelia berniat akan membantu kakak laki-lakinya, Ramdani Effendi untuk meneruskan usaha ayahnya itu sambil mewujudkan keinginan besarnya disana. Ramdani Effendi merupakan sosok kakak yang sangat penyayang kepada Kamelia. Dia selalu menganggap adiknya itu masih kecil di matanya. Apalagi Ramdani mengetahui keinginan besar adiknya itu. Dia begitu antusias untuk menyambut kedatangan adik semata wayangnya itu dari kota.

Ramdani biasa dipanggil dengan sebutan Adan oleh orang-orang dekatnya. Dan kamelia dengan khusus memanggil dirinya dengan sebutan Abung.

Entah panggilan apa, yang jelas dia merasa nyaman ketika Kamelia memanggilnya manja dengan kata itu.

Ketika Kamelia kembali dari kota, awalnya dia melewati jalan lintas yang cukup ramai dan padat selama lima jam. Namun dua jam sebelum mencapai desanya, Kamelia harus melewati jalanan sepi. Di pinggiran tepi jalannya hanya ditumbuhi padang ilalang yang cukup luas dan tinggi. Jalanan itu pun tidak terlalu lebar dan sedikit berbatu-batu.

Di tengah perjalanan sepi yang dilaluinya, Kamelia melihat sekelompok preman. Dan pada saat itulah hidupnya menjadi hancur, dia diperkosa oleh salah seorang dari preman itu sebelum polisi yang sempat ditelponnya datang.

Semenjak kejadian di jalan sepi yang menimpanya, Kamelia berubah menjadi sosok yang pendiam dan suka menyendiri di kamarnya.

Hal itu sontak membuat papa, mama, terutama kakaknya menjadi khawatir dan bingung.

Mereka merasa aneh dengan perubahan Kamelia yang begitu mendadak.

Kemil Izdan Arayan.

Dia adalah pemuda tampan yang suka berbuat seenaknya, karena dia memang di takdirkan terlahir dari orang tua yang kaya. Kemil sangat dimanja dan dituruti apa maunya oleh mamanya, Rahma Eliza. Sedangkan papanya, Idris Arayan hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah putra semata wayangnya itu.

Idris Arayan dipercayakan untuk mengolah perkebunan almarhum ayahnya yang beberapa bulan lalu tiada. Perkebunan yang akan dikelolanya tidaklah sedikit. Perkebunan yang beratus hektar luasnya, bahkan pendapatannya mencapai puluhan juta bersih perbulannya.

Kemil baru pindah bersama kedua orang tuanya semenjak enam bulanan yang lalu ke desa yang bersebelahan dengan desa tempat keluarga Effendi menetap.

Selama disana, Kemil hanya keluyuran tanpa mau menggeluti usaha ayahnya. Hingga suatu hari dia tergila-gila dengan bunga desa disana. Gadis yang disukainya bernama Misya Putri. Sedangkan Misya itu sudah mempunyai kekasih yang bernama Toni.

Tetapi karena Misya menuruti keinginan Toni untuk memanfaatkan Kemil agar bisa mendapatkan tanah perkebunan yang dikelola ayahnya, akhirnya Misya bersedia menjadi kekasih Kemil.

Toni sudah lama mengincar tanah perkebunan kakek Kemil. Dia sudah mencoba membelinya dengan baik-baik, tapi keluarga Idris tidak mau menjualnya. Sehingga Toni melakukan banyak hal kejam untuk merebutnya secara paksa.

.

.

.

.

.

.

RENCANA PERJODOHAN

Suatu hari Idris Arayan berkunjung ke rumah sahabat lamanya, Agung.

Ya, dia orang yang sama. Agung Effendi, ayahnya Kamelia dan Ramdani.

"Om Idris...?" Seru Ramdani ketika mendapati sahabat papanya itu sudah berdiri di depan pintu rumah utama yang baru saja dibukanya karena mendengar ketukan dari luar.

"Iya, Adan... Ini om Idris, masa baru dua hari yang lalu bertemu kamu sudah lupa?" Sahut Idris seolah tidak terima dilupakan oleh putra sahabatnya itu dengan begitu saja.

"Maaf, Om... Adan cuma memastikan saja." Ujar Adan nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. " Ayo masuk, om... Papa kebetulan stay di rumah hari ini." Ujarnya lagi mempersilakan sahabat papanya untuk masuk k erumahnya yang terkesan mewah di desa itu.

Idris masuk dan disusul Ramdani setelah menutup kembali pintunya. Kemudian menunjukkan arah ruang keluarga tempat papa dan mamanya sedang berbicara.

"Idriiis...." Seru Agung seraya berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan sahabat lamanya itu. Maya segera bangkit untuk meminta ART rumah itu membuatkan minuman.

"Ada apa kamu datang kesini?" Tanyanya lagi sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"Kenapa memangnya?? Apa saya tidak boleh berkunjung ke rumahmu ini?" Tanya Idris sedikit merengut.

"Bukan begitu, Id... Untung saja saya ada di rumah, kan? Apalagi kamu juga tidak mengabariku terlebih dahulu." Ujar Agung merasa tidak enak. "Duduklah..." pintanya lagi.

"Benar juga ya... Untung saja kamu ada di rumah. Jadi saya bisa mampir setelah melihat- lihat hasil panen disini." Ujar Idris seraya duduk dan diikuti Ramdani.

"Kamu sendirian saja?" Tanya Agung heran.

"Iya, dengan siapa lagi?" Tanya Idris ketus.

"Bukankah kamu punya anak laki-laki ya kala itu?" Tanya Agung lagi mengingat-ingat.

"Heee... Apa yang bisa saya andalkan dari Kemil? Masa mudanya masih belum berakhir untuk bermain-main." Jawab Idris setelah mereguk minuman yang baru saja datang.

Agung hanya tersenyum kecut mendengar jawaban sahabatnya itu.

"Tapi saya lihat-lihat kamu seperti ada masalah... Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?" Tanya Idris seolah merasa bersalah.

"Tidak ada masalah, Id... Hanya saja putri kami sedikit aneh sejak kepulangannya dari kota kurang dari sebulan lalu." Sahut Agung kembali murung.

"Putrimu yang bernama Kamelia itu?" Tanya Idris sedikit ragu.

"Iya.." Jawab Agung kembali.

"Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya. Terakhir kalau tidak salah ketika dia masih SD ya...?" Tutur Idris mengingat-ingat.

"Kamelia biasanya selalu ceria. Setiap pulang dari kota, dia akan nerengek kepada Adan untuk ditemani berkeliling meski hanya sekadar menyapa penduduk. Tapi kepulangannya kali ini untuk menetap kembali dan mengabdi di desa ini sungguh berbeda. Dia begitu pendiam dan murung. Padahal dia sudah merancang apa saja kegiatan yang akan dilakukannya dengan semangat sebelum kepulanganya kala itu." Timpal Ramdani bingung.

"Cobalah bicara dengannya hati ke hati." Saran Idris yang ikut prihatin mendengar cerita tentang putri sahabatnya itu.

Mereka sesaat tertegun.

"Bagaimana kalau kamu saja yang bicara pada Kamel, Dan?" Usul papanya.

"Iya, nak... Mama yakin kamu pasti bisa membuat Kamel membicarakan permasalahannya kepadamu." Timpal Maya meyakinkan Ramdani.

"Baiklah Ma... La... Adan akan bicara dengan Kamel." Sahut Ramdani seraya berdiri. "Adan permisi, Om..." Pamitnya pada Idris dan disahuti anggukan kepala sahabat papanya itu.

Sepeninggal Ramdani ke kamar adiknya, mereka melanjutkan pembicaraan mereka kembali.

"Karena anak-anak kita sudah dewasa, bagaimana kita jodohkan saja mereka, Gung?" Tutur Idris tiba-tiba.

"Kamel mungkin dia mau saja... Saya tau betul dirinya. Dia itu belum punya pacar. Tapi bagaimana dengan putramu?" Sahut Agung dengan bertanya kembali.

"Entah jugalah... Tapi kali ini saya akan memaksanya... Saya yakin, putrimu pasti mampu membuat putraku berubah. Bagaimanapun saya juga menginginkan Kemil, putra saya menjadi anak yang bisa diandalkan seperti putramu Ramdani." ungkap Idris seolah mengenang kepribadian putranya.

.

.

.

.

.

.

.

KEHAMILAN

Di kamar Kamelia.

Tok... Tok... Tok....

Hampir sedari tadi Ramdani mengetuk pintu kamar adiknya.

"Kamelia sayang.... Dek... Ini Abung..." Sesekali dia juga memanggil-manggil.

Namun hampir sepuluh menit memanggil sambil mengetuk pintu kamar, Kamelia tak kunjung menyahuti kakaknya itu. Ramdani mulai merasa panik dan cemas. Bahkan dia menggedor pintu kamar Kamelia dengan keras.

"Adan... Bagaimana?" Tanya papanya yang berhamburan datang ke tempatnya bersama dengan mama dan sahabat papanya itu. Mereka begitu panik karena mendengar panggilan dan ketukan Ramdani yang semakin mengeras sampai ke ruangan tempat mereka asik mengobrol.

"Kamelia tidak menyahuti sama sekali, Pa... Ma..." Ujarnya panik. "Pintu kamarnya pun dikuncinya dari dalam..."

Papa dan mamanya juga panik. Mereka ikut menggedor pintu dan masih saja terus memanggil putri mereka. Sedangkan Idris hanya menonton saja meski raut wajahnya juga terlihat kepanikan.

"Bagaimana kalau Adan dobrak saja pintunya, Pa?" Tanya Ramdani kehabisan akal.

"Sepertinya memang harus begitu, Dan..." Sahut Agung. Rahma hanya menganggukkan kepalanya menyetujui dan menangis karena begitu khawatir.

Ramdani mencoba mendobrak pintu kamar Kamelia beberapa kali dengan sekuat tenaga. Dan pada keempat kalinya, Ramdani berhasil merusak pintu kamar adiknya hingga pintu itu terbuka.

Mata mereka menyapu ke seluruh ruangan, namun alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati Kamelia tergeletak tidak sadarkan diri di depan pintu kamar mandi.

"Kamelia...." Seru mereka bersamaan.

Ramdani segera berlari mengejar tubuh adiknya itu dan mengangkatnya ke atas tempat tidur. Wajah Kamelia terlihat memucat dan terdapat lingkaran mata panda di bawah pelipis matanya.

Maya menangis karena begitu mengkhawatirkan putrinya itu. Dia terlihat mengutarakan perasaannya sebagai seorang ibu melihat keadaan Kamelia.

"Adan, adikmu kenapa, nak? Tolong panggilkan dokter Azis segera, sayang." Perintah Maya sambil terus mengusap punggung tangan Kamelia yang berada dalam genggamannya. Dia menatap wajah sendu dan pucat Kamelia yang terbaring lemah di sisi tempat tidurnya itu dengan rasa cemas dan air mata yang berderai.

Ramdani merogoh ponsel yang berada dalam kantong celananya, dan segera menelpon dokter Aziz.

Agung mencoba menenangkan istrinya, padahal dia jauh lebih mencemaskan Kamelia saat itu.

Ya, begitulah hati seorang ayah. Kasih sayangnya, rasa khawatirnya, rasa bangganya tidak akan pernah terlihat di mata siapa pun. Dan do'a-do'a untuk anak dan istrinya tidak akan terdengar oleh siapa pun juga kecuali yang maha Kuasa. Hanya kemarahannya yang terkadang terlihat untuk menampakkan sedikit sikap tegasnya. Dan hanya seorang anak yang dapat mengerti itu.

Terimakasih ayah... You are our hero...

Idris sahabat Agung yang sedari tadi masih berada disana terlihat dengan wajah yang sangat sulit diartikan.

Di atas nakas samping tempat tidur Kamelia terdapat makanan yang sama sekali belum disentuhnya.

"Pa, ada apa dengan putri kita?" Tanya Maya lagi kepada Agung yang masih mendekapnya itu dengan berlinang air mata. Agung tidak menjawab apa pun pertanyaan istrinya. Dia hanya semakin mempererat dekapannya dan memandangi wajah pucat Kamelia.

Selang beberapa saat, dokter yang ditelpon Ramdani datang. Dia masuk ke kamar Kamelia dengan diantar pelayan rumah itu.

"Dokter Aziz... Tolong Kamelia, dok... Ada apa dengan putri kami..?" Agung segera menghampiri dokter yang baru mencapai pintu kamar itu.

"Baik, pak Agung... Bapak tenang ya... Saya akan coba periksa Kamelia dulu." Ujar dokter itu menenangkan Agung yang mulai menampakkan kekhawatirannya.

Dokter Aziz memeriksa Kamelia dengan teliti. Sedangkan mereka menunggu di samping tempat tidur itu dengan harap-harap cemas dan memerhatikan pekerjaan sang dokter.

"Bagaimana, dok?" Tanya Maya tidak sabaran mengetahui keadaan Kamelia ketika dokter itu menyelesaikan pekerjaannya.

"Tadinya saya pikir Kamelia hanya sekedar Dehidrasi, stresh dan kurang tidur. Tetapi sepertinya sudah terjadi proses Implantasi di dalam rahimnya." Tutur dokter paruh baya itu.

"Maksud dokter?" Maya terbelalak tak percaya.

"Iya... Biasanya dalam waktu dua minggu mungkin belum dapat diketahui, tapi ini sudah memasuki waktu ke tiga minggu. Saat ini janin sudah tumbuh dan berkembang di dalam kandungannya." Tutur dokter itu lagi.

"Maksud dokter, Kamelia kecilku hamil?" Tanya Ramdani setengah berteriak karena ketidakpercayaannya terhadap penuturan sang dokter.

"Sepertinya begitu, Dan... Biar lebih jelas, coba periksakan ke dokter kandungan." Ujar dokter itu lagi.

Dokter itu sebenarnya dokter pribadi keluarga Effendi. Dia tahu betul bahwa Agung belum memiliki menantu. Tapi dia berusaha sedatar dan sebiasa mungkin menyikapinya.

"Tidak mungkin..." Agung terhuyung dan terduduk di tepi tempat tidur Kamelia.

"Maaf, pak... Sepertinya Anda coba ikuti saja saran saya. Tapi untuk kondisinya saat ini, saya akan tinggalkan beberapa vitamin." Ujar dokter itu lagi sambil mengemasi peralatannya dan meletakkan vitamin yang dikeluarkannya dari ransel miliknya ke atas nakas samping tempat tidur Kamelia. "Saya rasa tugas saya sudah selesai, saya pamit terlebih dahulu, Pak... Bu Maya... Adan..." Pamitnya, lalu menoleh ke arah Idris sambil menundukkan kepalanya sedikit seolah hendak berpamitan pula kepada Idris yang asing baginya.

Idris menyahuti dengan melakukan hal yang sama dan segera mendekat ke arah Agung yang saat itu sedang terpukul.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!