NovelToon NovelToon

AKU ANAK HARAM!

Perkenalan

Didalam hidup ini ada takdir yang bisa di ubah dengan kekuatan doa, namun ada juga takdir yang harus diterima dengan ikhlas. Kelahiran dan kematian adalah takdir yang tak bisa ditolak ataupun diubah.

Sebuah tragedi kelam disuatu malam membuat kehidupan seorang wanita bernama Amelia hancur saat itu juga. Malam itu Amelia dan keluarganya sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan Amalia besok.

Semua tamu yang tadinya ikut membantu sudah pulang karena sudah larut malam. Begitu semua sudah selesai mereka pun pergi tidur, namun tiba tiba ada sekelompok orang diam diam memasuki rumah Amalia.

Mereka membekap dan mengikat Amalia beserta ayah, ibu, dan adik laki laki Amalia. Mereka menjarah semua harta berharga keluarga itu termasuk kesucian Amalia.

Amalia diperkosa dihadapan kedua orang tua dan adiknya. digilir oleh sepuluh orang pria yang tidak dikenalnya, bukan hanya itu ayah Amalia yang berusaha melindungi putrinya dibunuh dengan cara ditembak kepalanya.

Adik Amalia yang baru berusia sepuluh tahun juga dibunuh karena terus menangis ketakutan. Sedangkan ibu Amalia jatuh pingsan setelah melihat putra dan suaminya dibunuh serta putrinya yang diperkosa didepan matanya sendiri.

Tragedi malam itu membuat semuanya hancur pernikahan Amalia dibatalkan karena calon suaminya menolak menikahi wanita itu dengan alasan dia sudah tidak suci. Belum lagi kini Amalia dan ibunya dirundung kesedihan setelah kematian ayah dan adiknya Amalia.

Beberapa bulan berlalu namun awan mendung kesedihan tak kunjung hilang dari keluarga Amalia. Ditambah kini dia menjadi gunjingan para warga didesanya, pasalnya kini ia sedang mengandung anak dari hasil pemerkosaan itu.

Setelah anak itu lahir ibu Amalia yaitu Mak Iyem memberi nama cucunya Narda. Anak itu sangat manis kulitnya putih, bibirnya merah mawar, matanya agak sipit, dengan rambut hitam yang tak begitu lebat.

kelahiran bayi itu sama sekali tidak membuat Amalia bahagia. Dia sangat membenci anaknya dan beberapa kali sudah hampir berhasil membunuh bayi kecil tak berdosa itu namun selalu berhasil digagalkan.

Hingga saat ini Narda berusia tujuh tahun sang nenek meninggal karena sakit. Tidak ada lagi sosok yang dapat melindungi Narda dari kekejaman ibunya sendiri.

Anak malang itu sekarang sedang dikurung digudang rumahnya karena dia tidak sengaja menyentuh tangan sang ibu. Amalia dengan tega mengurung anak itu sejak pagi hingga malam tanpa memberikan ia makan ataupun minum.

Narda hanya bisa pasrah dan menangis dia tidak bisa melawan karena badannya yang kecil dan lemah. hanya tangisan pilu yang menemani Narda diheningnya malam ini.

Keesokan paginya Amalia membuka pintu gudang dan mendapati Narda sedang tidur meringkuk dilantai gudang tua itu. Amalia mengambil satu ember air dan menyiramkan air itu ada Narda hingga membuat anak itu terbangun dan terbatuk karena ada air yang masuk ke mulut dan hidungnya.

Amalia kemudian menarik tangan anak itu kasar dan menghempaskannya dihalaman rumah mereka. banyak orang yang melihat itu namun tak satupun yang menolong Narda, mereka selalu menatap anak itu dengan tatapan jijik bahkan mereka selalu mengatai Narda dengan kata "Anak haram".

"Pergi kepasar beli sayur, ikan, dan beras!" Perintah Amalia sembari melemparkan tas belanja yang terbuat dari anyaman rotan dan selembar uang seratus ribuan pada Narda.

"Ibu tapi Narda lapar..." cicit Narda sembari menatap tanah.

"Belanja dulu sana kalau nanti saya baik kamu bisa makan! makan sisa saya" sahut Amalia yang kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumah dengan kasar.

Narda hanya bisa menarik nafas panjang dan menghapus air matanya sendiri. Narda kemudian mengambil uang dan tas belanja itu, kaki kecilnya melangkah menuju pasar yang terletak sangat jauh dari rumahnya.

Sesekali Narda akan berlari lari kecil sembari memainkan daun dari rumput liar yang ia ambil dipinggir jalan. Banyak orang yang lewat mengatai Narda dengan kata "Anak haram" atau "Anak pembawa sial".

Narda yang sejak bayi berkulit putih bersih dan memiliki wajah cantik sering kali diejek oleh teman teman seusianya. Anak anak nakal itu melemparkan lumpur dan kotoran sapi pada Narda, bukan tak ingin melawan tapi Narda tidak bisa.

Selain karena kalah jumlah Narda juga tak sekuat mereka. Narda yang lapar dan lemah hanya bisa menangis menerima perlakuan itu dia tetap memilih diam dan berjalan ke pasar untuk membeli semua pesanan ibunya.

Setelah sampai dipasar Narda ingin membeli beras terlebih dahulu tapi para pedagang beras itu tak mau menjual berasnya pada Narda dan malah memakinya. membuat anak malang itu menangis tanpa suara dan terus berjalan.

"permisi... Narda mau, eum beli sayur yang itu" ucap Narda lirih dan ingin menggapai seikat sayur namun pedagang itu memukul tangan Narda dengan sebuah ranting kayu.

"Jangan pegang pegang! kamu anak haram bawa sial! sana pergi!" Maki penjual itu dan mengusir Narda.

Tak ada satu orang pun yang mau menjual dagangannya pada Narda membuat anak itu semakin terisak dan menangis. Namun tiba tiba ada seorang pria bertubuh tinggi dengan baju rapi menghampiri Narda rupanya pria itu sudah sejak tadi memperhatikannya.

"Hei kenapa menangis?" Tanya pria tampan berpakaian rapi itu sembari berlutut untuk memudahkan Narda menatap wajahnya.

"Hiks hiks hich Narda ma-mau beli hiks hiks tapi gak ada yang mau jual ke Narda" Sahut anak malang itu sembari terisak tangis.

"Nama mu Narda?" tanya pria itu lagi.

Narda hanya mengangguk pria itu kemudian menggenggam tangan Narda membawanya ke toilet umum yang ada disana untuk memandikannya. tanpa merasa jijik pria itu membersihkan semua kotoran yang ada dibadan dan juga rambut Narda.

Pria itu juga menyuruh bodyguardnya untuk membelikan baju baru untuk Narda. Setelah selesai mandi pria itu kemudian memakaikan baju baru pada Narda, membuat anak itu tersenyum bahagia.

"Om bajunya bagus..." Lirihnya berucap sembari memegang ujung baju yang kini ia kenakan.

"perkenalkan nama ku Jason, Jason de Wilson" ucap Pria itu sembari menatap mata Narda.

"om baik" ucap Narda yang langsung memeluk pria itu erat.

Karena pria itu sangat tinggi Narda yang bertubuh kecil hanya bisa memeluk kakinya saja. Pria itu adalah Jason de wilson pengusaha sekaligus Mafia kaya raya, Jason bukan berasal dari Indonesia dia adalah orang asli Amerika.

Kedatangan Jason ke Indonesia adalah karena ada urusan pekerjaan. Jason memang sangat tampan berkulit putih, dengan wajah tegas, dan senyumannya yang khas.

Jason membawa Narda ke dalam gendongannya dan mengusap surai rambut anak itu sayang. Entah kenapa Jason bisa langsung menyayangi anak ini padahal biasanya dia tidak terlalu menyukai anak anak kecuali dua anak kandungnya yang kini berada dirumah mereka diAmerika.

PASAR

Jason membawa Narda ke salah satu rumah makan yang ada didalam pasar. Anak itu terlihat nyaman dipangkuan Jason sembari memainkan kancing baju Jason.

"Narda mau makan apa?" tanya Jason lembut.

"Narda belum boleh makan, nanti ibu marah" sahut Narda lirih.

Jason menatap wajah anak yang kini ada dipangkuannya. Wajah Narda sudah pucat dia juga sangat lapar tapi dia takut jika dirinya makan sekarang Amalia akan menghukumnya nanti.

Jason memesan beberapa makanan Jason adalah pria yang kejam dan tidak jarang membunuh siapapun yang menghalangi jalannya. Tapi entah kenapa Jason sangat lemah dihadapan Narda bahkan untuk membentak saja tak bisa.

"makanlah" Jason menyodorkan sendok berisi makanan kepada Narda, meski ragu tapi akhirnya Narda menerima setiap suapan dari Jason dengan baik.

"om... boleh tidak Narda ikut om saja?" ucap Narda tiba tiba, hening itulah yang seketika melanda.

Bukan tanpa alasan sebab ini terlalu tiba tiba dan bahkan Narda sendiri tidak tau kenapa dia mengucapkannya. Jason hanya tersenyum lembut dan lanjut menyuapi Narda, setelah selesai Narda diberi minum dengan menggunakan sedotan oleh Jason dan dia juga menerimanya dengan baik.

"Narda rumah kamu dimana? biar om antar pulang" Ucap Jason bertanya dengan lembut.

Narda tertunduk lesu dan mengatakan dimana rumahnya pada Jason.

"om kita bisa ketemu lagi kan?" Narda.

"Bisa" sahut Jason singkat.

"nanti kalau om lihat Narda dipukulin ibu, om akan tolongin Narda kan? om gak akan biarin ibu pukul Narda kan?" tanya Narda sembari menatap wajah Jason penuh harap.

"Kenapa ibu mu memukul? apa Narda nakal?" tanya Jason bingung.

"Narda gak nakal om... tapi Narda ada salah" Sahut anak itu sembari meletakan kepalanya didada bidang Jason.

"apa itu?" tanya Jason penasaran.

"Salahnya Narda adalah karena Narda jadi anak ibu padahal ibu gak pengen punya Narda... Narda cuman bawa sial buat ibu sama nenek...

Kata ibu harusnya Narda mati aja, kata semua orang didesa juga gitu... harusnya Narda gak pernah ada jadi ibu bisa bahagia" Sahut Narda dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Jason yang mendengar itu merasakan pilu yang mendalam. Perlahan Jason mengeratkan pelukannya pada Narda, tangis anak itupun semakin terdengar isakan demi isakan begitu menyayat hati.

Jason memerintahkan anak buahnya untuk mencari tau tentang latar belakang dan juga keluarga Narda. Tak perlu waktu lama hanya dalam waktu dua jam Jason sudah mendapatkan semua informasi yang ia inginkan.

Saat Jason tau tentang latar belakang dan semua yang dialami Narda selama ini dia segera menghubungi istri dan kedua anaknya yang ada di Amerika untuk meminta izin mengadopsi Narda.

Saat Jason menyampaikan semua informasi tentang Narda istri dan kedua anak laki laki Jason memberikan izin untuk anak itu diadopsi. Bahkan mereka akan ke Indonesia untuk menemui Narda, didalam dekapan Jason anak polos itu terlelap karena kelelahan.

Sementara itu ada anak buah Jason yang menjemput Amalia dengan paksa. Membawanya menemui Jason yang kini berada dirumah yang baru saja dia beli didesa itu, Jason masih menggendong Narda yang tidur didalam dekapannya.

"Siapa kau?! untuk apa membawa ku kesini?!" marah Amalia.

"Aku Jason de Wilson... kepala keluarga De Wilson" Sahut Jason dengan masih memunggungi Amalia.

"Aku membawa mu kesini untuk bertanya baik baik pada mu, tentang anak ini" Jason berbalik dan Amalia melihat dengan jelas Narda tertidur dalam dekapannya.

melihat itu Amalia sangat marah dia berteriak dan memaki Narda. para bodyguard Jason menahan Amalia yang ingin mengambil Narda dari gendongan Jason, hal itu membuat Narda terbangun karena keributan yang terjadi.

"Ibu..." gumam Narda lirih ini bukan kali pertama Narda melihat Amalia mengamuk tapi tetap sana dia sangat takut, Narda kemudian memeluk Jason semakin erat.

"Tenanglah nyonya! aku memanggil mu baik baik kesini karena aku ingin mengatakan jika aku akan mengadopsinya" ucap Jason langsung ke intinya.

"Adopsi?! kau akan mengadopsinya?! Hahaha baiklah ambil saja anak haram itu! tapi apa yang bisa kau berikan sebagai gantinya?!" Amalia.

"Berapa yang kau inginkan sebut saja" Sahut Jason datar.

"Lima miliar!" Teriak Amalia.

"Setuju..." Jason menyetujuinya dan langsung memberikan cek senilai lima miliar ada Amalia.

Setelah menerima cek itu Amalia pergi tanpa menatap Narda sedikitpun. Jason tersenyum lega dan menenangkan Narda yang masih berada didalam gendongannya.

"Narda mulai sekarang kau sudah menjadi anak papa" ucap Jason sembari masih menepuk nepuk punggung kecil itu.

"Papa?..." Lirih Narda berucap.

Jason tersenyum dan mengecup pucuk kepala anak itu. Saat malam Jason membawa Narda ke pasar malam yang ada didesa itu, anak itu terlihat begitu nyaman didalam gendongan Jason sembari kedua tangannya memeluk boneka yang tadi dibelikan oleh Jason.

"Narda mau apa hm?" tanya Jason lembut.

Narda melihat ke sekitar hampir semua orang yang ada disana menatap Narda dengan dingin seakan ingin memakannya hidup hidup. Jason memerintahkan anak buahnya untuk siaga, jaga jaga jika ada hal tidak di inginkan terjadi.

"Papa Narda mau itu" ucap Narda sembari menunjuk ke arah penjual Permen kapas dengan tangan kecilnya.

"Tuan, nyonya dan kedua tuan muda sudah menaiki pesawat" Ucap Rega yang merupakan tangan kanan Jason.

"baguslah sekalian saja kita liburan disini, sembari merayakan kehadiran anak bungsu ku" sahut Jason yang kemudian berjalan ke arah pedagang Gulali itu.

"Papa pesawat itu apa?" Narda bertanya dengan polosnya.

"nanti Narda akan tau nanti" Sahut Jason singkat.

"mau yang mana?" Jason.

"Yang itu papa" sahut Narda sembari menunjuk sebuah permen kapas berwarna pink yang terbungkus plastik.

"Ini untuk mu" ucap Jason memberikan permen itu pada anak manis yang sedang ia gendong.

Narda menerima permen itu dengan tersenyum lebar dan memeluk permen itu. Tapi Penjual gulali itu menatap Narda dengan sinis dan hal itu disadari oleh Jason.

"jangan menatap anakku seperti itu, atau kau tak akan melihat matahari terbit lagi" Ucap Jason dengan tatapan tajamnya membuat nyali pria itu ciut seketika.

Narda tidak memperdulikan hal itu dia malah asik mengagumi gulali pink yang ia peluk saat ini. Jason membawa Narda keliling pasar malam dan memebeli beberapa kebutuhan untuk Narda termasuk botol dot, baju, kaus kaki, dan susu.

Setelah itu mereka pulang dan Jason dengan sigap menyuapi Narda makan malam. Dia juga membuatkan susu vanila dan memasukannya ke dalam botol dot Narda, anak itu nampak sangat bahagia bersama Papa barunya.

"setelah makan langsung tidur" Jason.

"Tidur sama papa, boleh?" Narda.

"Boleh" sahut Jason tanpa ragu.

PUTRA DE WILSON

Ketika Narda masih tertidur lelap keluarga Wilson telah berkumpul di ruang keluarga rumah mewah itu. Semuanya menatap Jason meminta penjelasan tentang apa yang terjadi, Jason menceritakan semuanya.

"Dimana anak itu?" Ucap seorang pemuda berusia dua puluh satu tahun berparas tampan dengan kulit putih, rambut hitam agak panjang sebahu dan sedikit bergelombang itu.

Dia Adalah Andrean De Wilson putra pertama Jason. Andrean adalah seorang mafia yang bekerja membantu sang ayah sekaligus seorang pemilik bar terbesar di Amerika yang memiliki banyak cabang diseluruh dunia.

"Sedang tidur" sahut Jason singkat.

"Apa anak itu tau tentang kita?" tanya seorang pemuda lain yang kini duduk berhadapan dengan Jason. Pemuda itu adalah Evan De Wilson putra kedua Jason, Evan memiliki rambut pendek lurus mirip seperti Jason, dengan kulit putih dan tubuh tinggi jejang.

Berbeda dengan sang kakak Evan tidak tertarik dengan gelapnya dunia mafia. Dia memilih untuk menjadi seorang dokter dan menolong banyak orang dengan kemampuannya, meskipun begitu Evan tetap membantu bisnis keluarganya.

"Tidak" Sahut Jason singkat.

"Dia masih kecil akan lebih baik jika kita memberi tau dia nanti saat dia sudah dewasa" Ucap seorang wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang sembari menikmati tehnya.

Dia adalah Karina De Wilson istri dari Jason. Jason dan kedua anaknya mengangguk setuju, Karina beranjak dia berjalan untuk menemui anak yang baru saja diadopsi suaminya itu.

Karina melihat Narda yang masih lelap didalam tidurnya sembari memeluk botol dotnya. ketika melihat anak itu entah kenapa hati Karina terasa begitu hangat, dia duduk disamping Narda dan mengusap lembut pipi mungil itu.

"Indah..." bisik Karina dengan tersenyum lembut.

Narda pun terbangun dan melihat Karina sudah berada disampingnya. Narda menatap Karina bingung jari jemari mungil Narda mengentuh hidung mancung Karina kemudian tertawa kecil.

"Cantik kayak boneka hehehe" ucap Narda sembari tertawa kecil membuat Karina juga ikut tertawa.

"Narda... ini mama sayang" ucap Karina lembut sembari membelai kepala Narda.

"Mama?" Ucap Narda bingung.

"iya... ini mama, mamanya Narda" Ucap Karina kembali meyakinkan anak manis itu.

"Mama cantik hehehe" Narda tersenyum lebar dan memeluk Karina tanpa ragu, entahlah hati Karina terasa begitu hangat ia membalas pelukan Narda dan membawa anak itu ke ruang keluarga menemui kedua anak dan juga suaminya.

"Papa" Pekik Narda dan langsung berlari ke arah Jason, Karina berjalan dibelakang Narda mengikuti anak itu.

"Papa lihat ada mama" Ucap Narda penuh semangat sembari menunjuk ke arah Karina.

"iya itu mamanya Narda... dan mereka berdua adalah kakaknya Narda" Ucap Jason dengan menunjuk ke arah kedua putra tertuanya.

Evan dan Andrean tersenyum lebar ketika melihat Narda. Mereka berebut untuk menggendong adik barunya itu dan membuat Narda hampir terjatuh.

"Hati hati adik kalian masih kecil, nanti kalau patah tulang gimana?" Ucap Karina memperingatkan.

"Bocah kau ini manusia atau boneka? kenapa kau imut sekali?" Ucap Evan menggoda Arda yang berada digendongan Andrean.

"Kakak evan juga imut tapi Narda lebih imut" Ucap Narda sembari memasang wajah imutnya membuat seluruh keluarga tertawa lepas.

Sudah sangat lama keluarga Wilson tidak terlihat begitu bahagia hingga membuat para pelayan dan bodyguard yang ada disana ikut merasakan kehangatan keluarga itu.

Evan memandikan Narda dan memakaikannya baju baru kemudian mereka semua sarapan bersama. Selesai sarapan kini gantian Karina yang menghabiskan waktu bersama Narda.

Karina membawa Narda ke dalam gendongannya berjalan jalan menyusuri jalan setapak desa itu ditemani oleh beberapa bodyguard dan maid didekatnya.

"Narda lihat ada kucing" Ucap Karina menunjuk seekor kucing kampung berwarna putih yang lari larian didekat mereka.

Melihat itu Narda hanya tersenyum kecil dan kembali meletakan kepalanya dibahu Karina. Karina mengelus lembut kepala Narda penuh kasih sayang, beberapa saat kemudian mereka tak sengaja berpapasan dengan seorang wanita didesa itu yang juga menggendong anaknya.

Wanita itu menghampiri Karina sempat dihalangi oleh bodyguard Karina tapi dengan sopan Karina mempersilahkan wanita itu mendekat padanya.

"Nyonya apa kau tau anak yang kau gendong itu adalah anak haram pembawa sial, jika anda menggendongnya seperti itu anda akan dapat kesialan!" Ucap wanita dengan percaya diri.

Mendengar hal itu Karina menatap wanita itu tajam dan membenahi sedikit posisi gendongannya agar Narda merasa nyaman.

"Sebaiknya anda jangan asal bicara karena saya tidak suka! anak ini telah menjadi anak bungsu keluarga De Wilson jangan sampai ku buat anak yang ada digendongan mu itu bernasib mengenaskan" Ucap Karina dengan senyum smirknya.

Wanita itu menunduk takut dan berlalu pergi begitu saja. Karina menghela nafas panjang untuk menangkan dirinya sejenak kemudian dia menatap Narda yang sejak tadi hanya diam saja.

"Sayang? kenapa nak?" Tanya Karina bingung.

"Mama maaf" cicit Narda lirih.

"untuk apa?" Karina.

"Maaf karena aku anak haram" Sahut Narda dengan mata berkaca kaca dan suara serak karena menahan tangisnya.

Karina yang mendengar itu langsung memeluk Narda erat dan membawa Narda duduk disebuah kursi panjang yang ada dipinggir jalan itu.

"Narda dengar mama nak, mulai sekarang Narda tidak boleh berkata seperti itu lagi karena Narda bukan anak haram!

Narda adalah anak mama dan papa... mama sama papa sayang sama Narda begitu juga dengan kakak kakak Narda yang juga sayang Narda" Ucap Karina sembari menatap mata Narda.

Karina kemudian memeluk Narda membawa anak bungsunya itu kembali ke dalam gendongannya.

"Sekarang ayo kita jalan jalan lagi" Karina menghapus air matanya Narda dan tersenyum lembut.

"Mama ayo pulang aja, mau susu ma" rengek Narda didalam gendongan Karina.

"Ayo kalau gitu kita pulang ya, sayangnya mama mau susu hm" Karina beranjak dan mencium pipi Narda gemas.

Dalam perjalanan pulang Karina mengambil jalan memutar agar Narda tidak bosan dan tak sengaja melewati rumah Amalia ibu kandung Narda. Narda mengeratkan pelukannya pada leher Karina membuat wanita itu sedikit bingung.

Salah seorang bodyguard memberitau Karina tentang hal tersebut. Karina merasa sedikit cemburu karena ternyata Narda masih mengingat tentang Amalia.

"Narda sayang mama kan?" Karina bertanya dan hanya dijawab oleh anggukan Narda.

Karina tersenyum dan melanjutkan perjalanannya dia berpapasan dengan Amalia dan keduanya beradu pandangan. Amalia ingin menyentuh Narda tapi dengan cepat Karina menepis tangan Amalia kasar.

"Jangan sentuh anakku!" Karina.

"Hm aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan" Sahut Amalia dengan seringainya.

"Kalian sudah tidak memiliki ikatan apapun lagi, jadi jangan pernah berharap kau bisa menyentuh anakku lagi" Karina memeluk Narda semakin erat.

"Kau begitu menyayangi bedebah cilik itu, nyonya kau benar benar bodoh! Diluar sana ada begitu banyak anak yang lebih pantas untuk kalian adopsi

kenapa malah mau mengadopsi pembawa sial ini? apakah kalian benar benar ingin terkenal kesialan?!" Amalia.

"mama!" Narda berteriak ketika Amalia menyentuh kepalanya.

Dengan cepat Karina melepaskan tangan Amalia dari sang anak dan memberikan Narda ke gendongan salah seorang maidnya. Karina menatap Amalia tajam.

*PLAK!

Karina menampar wajah Amalia sangat keras hingga membuat sudut bibir Amalia berdarah.

"Aku sudah mengatakan pada mu jangan sentuh anakku! tangan kotor mu tak berhak menyentuh putra bungsu kami keluarga De Wilson!" Karina mencengkram dagu Amalia kasar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!