NovelToon NovelToon

Bintang Kecil Ku

Awal mula

"Berhenti!" teriak remaja laki-laki tampan dengan pakaian rapi.

Terlihat dari penampilannya, dia adalah Tuan muda dari keluarga kaya raya.

Citt.

Mobil BMW berwarna hitam yang di tumpangi oleh remaja tampan itu seketika berhenti mendadak setelah mendapatkan instruksi dari sang pemilik mobil.

Duk.

"Aduhh, kau ini bisa menyetir apa enggak sih, dasar tidak becus!" bentak Tuan Muda yang sudah pasti memiliki sifat yang arogan.

"Maaf Tuan Muda Leo, anda tadi kan menyuruh saya berhenti," jawab sang supir yang hanya bisa meminta maaf padahal ini salah Tuanya yang tiba-tiba berteriak minta berhenti.

"Ya, nggak gitu juga, sakit tau kejedot, bagaimana kalau aku terluka mau kamu di pecat?" ancam Tuan muda arogan itu.

"Dasar Tuan muda stres, siapa juga yang suruh mengagetkan tadi, dia yang salah aku yang harus minta maaf, menyebalkan main ancam-ancam memecat lagi."

"Kenapa diam? kau sedang mengerut dan mengumpat di dalam hati?" selidik Tuan Muda itu.

"Maaf Tuan Muda, tolong jangan pecat saya." Kata itulah yang akhirnya hanya bisa keluar tanpa bisa membantah omongan sang Tuan muda.

"Fokus lah bekerja jangan pikirkan yang lain, selain stress Tuan Muda mu itu juga bisa membaca pikiran, tau aja aku lagi mengomel dalam hati."

"Tuan Muda Leo, berhenti lah seperti anak kecil, lagipula kenapa anda meminta berhenti, kita harus cepat sampai di tempat acara," ujar seseorang dengan suara berat.

Ternyata ada satu orang lagi di mobil itu, tepat berada di samping Sang Tuan muda.

"Erik kenapa kau tidak pernah mengerti, Sudah aku bilang, aku nggak suka datang ke acara membosankan seperti itu, membuat ku muak," rengeknya.

Terlahir di keluarga pengusaha kaya raya membuat dia harus ikut berjibaku membangun relasi walaupun usianya masih remaja, orang tuannya selalu memaksanya untuk belajar membangun relasi dan bisnis di usianya yang bahkan belum menginjak 20 tahun, itu sangat membuat sang Tuan muda muak.

Pria dewasa yang berusia sekitar 25 tahun yang bernama Erik itu menarik nafas dalam untuk bersiap menghadapi bosnya yang sedikit gesrek.

"Tuan muda mohon pengertiannya, saya juga di perintahkan oleh Tuan besar jadi anda tidak bisa menolak."

"Kau juga, kenapa malah berhenti" kesal Erik ia malah memarahi sang supir.

"Uhh, selalu saja aku yang salah, seperti ini lah nasib jadi orang bawahan, mau nggak mau harus terima saja daripada di pecat, mau ngasi makan anak dari mana jika di depak dari pekerjaan ini?"

Hehehe pak supirnya malah curhat di dalam hati.

"Dasar Assisten menyebalkan, jangan sok ngatur, aku yang menyuruhnya berhenti jadi dia sudah benar lebih memilih mendengarkan perintahku, disini aku bosnya, mengerti!" marah Tuan muda yang tak mau kalah.

"Kali ini saya mendukung anda Tuan Muda, walaupun anda sangat menyebalkan,"

"Pokoknya aku nggak mau pergi kesana!"

Sang Tuan Muda langsung melepaskan seatbelt dari tubuhnya dengan cepat.

Lalu membuka pintu mobil dengan kasar dan berlari begitu saja menjauh dari sana.

Melihat sang Tuan muda kabur terpaksa membuat sang Assisten harus ikut keluar mobil untuk mengejarnya.

"Tuan Muda, berhenti!" teriaknya dengan keras.

"Heii bodoh, keluar bantu aku mengejar Tuan Muda,"

Sang Assisten menggedor kaca mobil karena sang supir malah diam tidak ikut keluar.

Dengan gedoran yang keras itu membuat sang supir langsung membuka pintu.

"Ada apa Tuan?" tanya lelaki kurus itu dengan wajah tak berdosa.

"Masih saja bertanya, Ayo kita pulang," jawab sang Assisten.

"Baik Tuan,"

Supir itu ingin kembali masuk masuk tapi kerah belakangnya langsung di tarik oleh Assisten Erik.

"Mau kemana kamu?"

"Kan tadi Tuan bilang mau pulang,"

"Dasar tidak peka, tadi aku menyindir mu bodoh, ayo bantu aku mengejar Tuan Muda, aku nggak tahu daerah sini,"

"Baik Tuan,"

Akhirnya Meraka mengejar Tuan Mudanya yang entah kabur kemana, meraka kehilangan jejak karena sibuk berdebat.

"Ayo cepat jangan membuang waktu, lambat sekali," gerutu Assisten Erik.

Setelah berlari cukup jauh membuat nafas Leo tersengal, dia seketika berhenti untuk mengatur napas.

"Sepertinya Assisten menyebalkan itu tidak dapat mengejar ku, Hahaha dasar lemah, Leo di lawan," ujarnya sambil menggesek hidungnya dengan jempol.

"Kemana sih Tuan muda, larinya cepat banget," kesal Assisten Erik dengan napas yang ngos-ngosan.

"Ini semua gara-gara kau, dasar bodoh malah sibuk berdebat tadi," Assisten Erik memarahi supir itu yang tidak memiliki kepekaan sama sekali, dia menyesal mengabiskan waktu untuk berdebat dengan sang supir.

"Lagi-lagi aku yang disalahkan, kenapa juga harus menunggu ku? kejar saja langsung, aku kan supir bukan tukang tangkap manusia."

Setelah beberapa saat celingak-celinguk sang supir melihat seseorang yang mirip Tuan muda.

"Tuan, itu sepertinya Tuan muda Leo," ujarnya menunjuk seseorang yang cukup jauh darinya.

"Iya benar itu Tuan muda, Ayo kejar!"

perintah Assisten Erik langsung berlari menuju arah yang di tunjuk sang supir.

Mendengar suara hentakan kaki yang terdengar keras membuat Leo menoleh ke belakangnya.

"Sial itu kan Si Assisten menyebalkan, aku harus kabur," Dengan kecepatan seribu Leo berlari ke sembarang arah.

"Tuan berhenti!" teriak Assisten Erik dengan sekuat tenaga sambil terus berlari.

"Aduh, kemana lagi aku harus berlari Si Assisten menyebalkan itu sudah semakin dekat, aku udah capek banget.

Semangat Leo kuatkan dirimu jangan sampai tertangkap oleh Si Erik jelek itu."

Senyuman miring tercetak di bibir remaja 17 tahun itu. "Keberuntungan memang selalu di pihak ku," ujarnya setelah menemukan tukang ojek yang sedang nganggur tanpa penumpang.

"Pak, cepat antar saya," ujar Leo langsung duduk di jok belakang motor sambil terus melihat kebelakang.

Takut tertangkap Assisten Erik.

"Kemana dik?"

"Kemana saja pak, nanti saya bayar 5 kali lipat, cepat pak, saya buru-buru" tawar Leo dengan panik karena melihat Assisten Erik semakin mendekat.

"Tuan Muda jangan kabur!" teriak pria malang itu.

Bayang-bayang kehilangan pekerjaan sudah ada di depan mata.

Sungguh menyusahkan mempunyai majikan yang keras kepala.

Mendengar tawaran yang sangat mengiurkan langsung membuat tukang ojek itu tancap gas.

"Cepat pak!"

"iya dek, siap."

Leo menoleh kebelakang lalu menjulurkan lidahnya mengejek Assisten Erik yang tertinggal jauh darinya, dia sangat senang dapat melihat muka kesal yang di tunjukan oleh Assisten Erik.

"Sial!" umpat Assisten Erik sambil menendang angin.

"Hei, bodoh, mau kemana kau?" panggil Assisten Erik melihat sang supir malah terus berlari mengejar motor yang di tumpangi Tuan Muda.

"Mengejar Tuan Muda," jawab sang supir dengan rasa tak bersalah sama sekali.

Rahang pria itu seketika mengeras akibat mendengar kebodohan supir itu.

"Emang kau bisa mengejar motor itu dengan kaki pendek mu itu? Dasar bodoh, Cepat kembali ke mobil dengan ojek, aku akan tetap mengejar Tuan dengan ojek juga,

Pastikan handphone mu menyala, akan aku hubungi dimana lokasi ku nanti,"

"Baik Tuan."

Akhirnya Meraka menaiki ojek ke arah yang berbeda.

Happy Reading ♥️😘😘🥰

I LOVE YOU 3000🥰😘♥️😘

Awal mula 2

"Pak Cepat, kejar motor itu."

"Sabar Tuan, lalu lintas sedang padat."

Ujar pak Supir sambil terus fokus untuk mengejar motor yang cukup jauh dari jarak mereka.

"Sungguh menyusahkan!

lama-lama aku bisa mati muda karena ulah Tuan Muda yang terus saja membuat masalah.

Apa sih susah nya nurut?" Assisten Erik terus menggerutu untuk mengeluarkan amarah yang sekian lama di pendam agar bisa mempertahankan pekerjaan ini demi biaya hidup di kota yang sungguh keras.

"Aduhh gawat, mereka sudah jauh sekali, Ayo pak kejar sampai dapat!"

Bapak Tukang ojek memacu motornya dengan kencang saat jalanan mulai lancar.

*

Di tempat yang berbeda terdengar keributan di sudut ruangan sebuah rumah sederhana di pinggir kota.

"Ma, kenapa kamu tega mengkhianati papa? apa kurangnya aku!" teriak seorang pria dewasa kepada istrinya.

"Dan, apa ini? kenapa kamu mengemasi pakaian mu." Marahnya melihat wanita yang dia cintai tidak merespon dan malah terus memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.

"Aku sudah nggak kuat hidup sama kamu lagi, aku minta cerai, aku akan pergi dari sini," ujar seorang wanita cantik yang sekarang tepat berdiri di hadapan pria yang berteriak tadi.

Bukannya menyelesaikan masalah wanita itu malah meminta cerai dan meninggalkan sang suami.

"Tidak, tak akan pernah papa biarkan."

Pria itu masih bisa memaafkan dan mencegat wanita itu untuk tidak berpisah darinya walaupun sudah di khianati karena masih ada satu orang yang dia pikirkan jika istrinya pergi.

"Aku nggak peduli, pokoknya aku akan pergi dari sini, kamu itu cuma pria miskin yang hanya akan memberiku kehidupan yang sengsara, aku bosan hidup seperti ini, kamu tidak pernah memberikan ku kebahagiaan.

Lihatlah pacarku dia adalah pria kaya yang sebentar lagi akan segera melamar ku, maaf aku akan lebih memilih pacarku itu."

"Papa bisa berkerja lebih giat lagi supaya kita mendapatkan kehidupan yang lebih mewah lagi, Papa janji, pikiran kan lah perasaan Bintang anak kita, bagaimana hancurnya perasaan anak kita yang masih kecil, dia masih butuh kasih sayang mu."

Pria itu memohon mencakup kan tangan di depan hadapan istrinya walaupun sebenarnya istrinya itu lah yang harus meminta maaf karena telah menduakan cinta.

Wanita itu hanya diam sambil mengemasi semua barang tanpa peduli permohonan dari lelaki yang masih berstatus suaminya itu.

Tanpa mereka sadari ada anak kecil perempuan berambut panjang yang di kepang dua dengan seragam sekolah yang masih terbalut di tubuhnya sedang mendengarkan percakapan meraka di depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.

Air mata Anak yang sudah berusia 7 tahun itu seketika luruh begitu saja tanpa suara saat mendengar pertengkaran orang tuan yang sangat dia sayangi.

Walaupun dia tidak tahu arti seluruh percakapan itu tapi dia paham ibunya ingin pergi meninggalkan rumah. "Kenapa Mama ingin pergi?" lirihnya pelan.

Setelah mengemasi semua barangnya wanita itu menarik kopernya siap pergi sedangkan sang suami terus memohon tanpa henti.

"Ma, jangan pergi, apa yang harus papa katakan pada Bintang jika Mama pergi? Tetap lah tinggal disini jangan tinggalkan kami, Papa janji akan mencarikan Mama banyak uang."

Wanita itu kembali tak menghiraukan sama sekali dia malah terus berjalan sambil menarik koper yang sudah terisi penuh.

"Lepaskan!" pekik Wanita itu saat suaminya menarik tangannya dengan kasar.

"Ma, sekali lagi mohon percaya dengan Papa," lirihnya.

"Maaf aku nggak bisa percaya lagi dengan mu, aku sudah bosan mendengar janji-janji mu yang tak pasti, sudah 8 tahun aku menunggu tapi hanya omong kosong yang kau tunjukkan.

Masalah Bintang untuk saat ini kau yang menjaganya jika aku sudah memiliki rumah sendiri baru aku akan menjemputnya."

"Kenapa Mama begitu egois? Apa sudah tidak ada cinta lagi di hati Mama untuk papa?"

Hanya hal itu yang bisa dia pertanyakan untuk terakhir kalinya.

Pria itu sudah kehabisan alasan, dia menggunakan anaknya untuk menghentikan wanita itu tapi tidak mempan lagi.

"Sudah tak ada lagi cinta di hatiku, jadi aku mohon lepaskan lah aku dari pernikahan ini daripada kita terus saling menyakiti satu sama lain." ujarnya dengan mata sayu memohon, terlihat wanita itu sudah sangat lelah menjalani kehidupan dengan sang suami.

Setelah 8 tahun menikah cinta itu perlahan menghilang begitu saja karena ketidak cocokan satu sama lain.

Dengan pasrah pria itu melepaskan tangan istrinya, tak ada yang bisa dia lakukan selain melepaskan, dia juga tidak bisa memaksa wanita itu untuk terus mencintai nya.

Kalau sudah tidak ada cinta mau gimana lagi, jika terus di paksakan pasti ujung-ujungnya akan berakhir juga.

"Terimakasih atas semuanya, maaf Papa nggak bisa menjadi suami yang baik selama kita bersama," ujarnya yang kali ini lebih ikhlas di tinggalkan istrinya yang akan sebentar lagi menjadi manta istri.

Wanita itu hanya mengangguk pelan lalu berlalu dari sana.

Tapi Langkah kaki wanita itu terhenti saat melihat anak perempuannya yang sudah berderai air mata di depan sana.

"Hikss, Kenapa Mama pergi? Bintang janji tidak akan nakal lagi tapi Mama jangan pergi" lirihnya dengan air mata yang terus keluar tidak mau berhenti.

Dia mengenggam tangan Mamanya dengan erat takut di tinggalkan.

"Ma, jangan tinggalin Bintang dan Papa," Bintang menatap Mamanya dengan tatapan sendu dan memohon.

Wanita itu berusaha menahan air matanya melihat anaknya yang memohon dengan tatapan tak berdaya. "Kuatkan dirimu, jangan terpengaruh dengan Bintang, kamu harus pergi dan mencari kehidupan yang lebih layak, ini juga demi masa depan Bintang."

"Maaf, Mama harus pergi, Mama akan kembali untuk menjemput mu suatu saat ini."

Dia melepaskan genggaman erat tangan mungil anaknya dengan paksa hingga terhempas.

Lalu berjalan begitu saja keluar rumah meninggalkan anak dan suaminya yg sedang merana di tinggalkan oleh yang meraka sayang.

"Hikss,Hiksss," tangis Bintang pecah melihat punggung Mamanya yang mulai menjauh. "Kenapa Mama tega ninggalin aku Pa?" isaknya sedih.

"Sabar sayang, masih ada Papa disini," ujar sang Papa berlutut dan menghapus air mata putri satu-satunya.

Air mata pria itu seketika terjatuh melihat kesedihan sang anak, dia bisa menahan jika hanya dirinya yang tersakiti tapi jika itu menyangkut anak perempuannya pastilah sang ayah akan lemah melihat air mata putrinya yang harus jatuh karena dia gagal menjadi seorang suami. "Maafin Papa, semua ini terjadi karena Papa yang nggak becus mencari uang yang banyak.

kamu kehilangan Mama mu karena Papa."

Dia memeluk putrinya untuk memberikan kekuatan, hatinya sebagai seorang Ayah sangat sakit melihat isak tangis putrinya.

Happy Reading ♥️😘😘🙏

I LOVE YOU 3000♥️🥰😘♥️♥️

Awal Mula 3

Di tempat lain, Tuan Muda Leo berhasil kabur dari Assisten Erik tapi saat ini dia tersesat entah kemana setelah turun dari tukang ojek tadi.

Saat turun dari ojek sebenarnya Leo sempat kejar-kejaran dengan Assisten Erik tapi untungnya Leo berhasil mengelabuhi Assisten Erik dengan otak gila yang dia miliki.

"Aku ada dimana ya? Sial pasti aku tersesat, tenggorokan ku haus banget, ini semua gara-gara Assisten menyebalkan itu," omel Leo menyalahkan Assisten Erik padahal dia yang keras kepala tidak mau hadir ke acara itu.

Setelah beberapa menit terus berjalan. Leo sadar bahwa dia melewati jalan yang sama beberapa kali. "Aduh, lelahnya!" teriak Leo.

"Nyesel juga kabur, tau bakal tersesat aku mending nggak kabur tadi, pasti sekarang aku sudah minum jus yang sangat segar dan makan dengan enak."

Leo menelan ludahnya kasar membayangkan minuman segar masuk ke dalam kerongkongannya yang kering.

"Mau beli minuman, uang sudah habis tadi di peras sama tukang ojek sialan itu, masak bayar ojek sampai satu juta, semoga dia nyungsep di got karena udah nipu orang seganteng ini."

Dia terus menggerutu menyumpahi tukang ojek tadi sambil terus berjalan gontai.

Dasar Tuan muda pikun.

Padahal tadi dia sendiri yang bilang akan membayar sang tukang ojek 5 kali lipat lebih banyak tapi sekarang malah mengomel saat uangnya habis.

Beruntung sekali si tukang ojek dapat rejeki nomplok.

Kapan lagi memanfaatkan orang kaya, Kan?

"Ma, jangan pergi!"

Suara anak kecil sayup-sayup terdengar memanggil dengan suara penuh kesedihan.

Langkah kecil mungil anak perempuan bernama bintang mengejar sebuah mobil putih yang di tumpangi oleh ibunya.

"Nyonya, ada anak kecil yang mengejar di belakang. Apa sebaiknya kita perlu berhenti?" tanya pak supir yang melihat anak perempuan terlihat sedang mengejar mobil yang yang dia kemudikan.

Terlihat jelas dari kaca spion anak itu terlihat menangis.

"Lanjutkan saja."

Dengan mata yang tertutup wanita yang ada di jok belakang menjawab.

"Baik Nyonya."

Tes.

Air mata wanita itu jatuh tanpa permisi. "Maafin Mama Bintang."

"Kenapa ya anak kecil itu mengejar mobil ini? Apa hubungannya dengan Nyonya ini? Kasian juga anak itu."

Pak supir merasa menyesal tidak bisa berhenti.

"Mama, jangan tinggalin Bintang!"

Sambil berlari Bintang terus berteriak mencoba menghentikan ibunya, dengan suara yang hampir habis dan air mata yang sudah entah berapa banyak yang keluar Bintang tanpa menyerah terus mengejar.

Bukk.

Dan pada akhirnya perjuangannya berkahir karena terjatuh.

"Hikss,Hikss."

Dia menangis sejadi-jadinya karena gagal menghentikan mobil yang sudah menjauh dan mulai menghilang dari padangan matanya.

"Kasian banget anak itu," ujar Leo yang melihat adegan anak kecil yang sedang mengejar mobil. "Aku kira hanya di drama ada adegan menyedihkan seperti itu ternyata di kehidupan nyata ada juga, sungguh menyedihkan hidup anak itu." Entah kenapa Tuan Muda yang biasanya tidak peduli dengan orang lain merasa sakit melihat anak kecil itu.

"Aduh, dia jatuh. Apa aku tolong ya? tapi nanti orang tuanya marah, aku kan tidak kenal siapa anak itu."

Beberapa menit Leo diam memperhatikan tapi tak ada yang menghampiri anak perempuan itu.

"Kok nggak ada yang datang? dan kenapa juga anak itu tidak bangun?"

pikir Leo.

"Apa jangan-jangan dia cedera? Aku harus menolongnya persetan dengan kemarahan orang tuanya, kasian banget dia."

Leo berlari kecil untuk menghampiri Bintang yang tengah tersungkur di pinggir jalan yang cukup sepi itu.

Setelah sudah berada di depan anak itu, Leo ragu untuk mengajak bicara anak kecil yang menagis sesenggukan sambil tertunduk itu.

"Dia menangis pilu, Kenapa aku yang sakit mendengarnya."

"Hei anak kecil kamu kenapa?" ujar Leo dengan ragu, dia berdiri dengan kaku di hadapannya anak kecil itu, bukannya langsung menolong seperti orang wajar pada umumnya.

Maklum dia kan rada tidak wajar.

Bintang mendongak mendengar suara seseorang di dekatnya.

Bintang menatap Leo dengan nanar.

"Iya Om," jawab Bintang dengan suara serak habis menangis.

Deg.

Leo langsung kaku tak bergerak sama sekali saat melihat wajah sang anak kecil perempuan itu. Jantung remaja berusia 17 tahun itu langsung berdegup dengan kencang.

Di saat tubuhnya membeku

Tangan sang Tuan muda perlahan terangkat untuk memegang dadanya sendiri.

"Ada apa dengan ku? jantung ini rasanya mau copot saat melihat mata bulat dan bersinar yang dimiliki anak ini, Apa aku jatuh cinta? kata orang-orang jika kita jatuh cinta jantung akan berdetak dengan kencang."

Sepersekian detik selanjutnya Leo langsung menggelengkan kepala untuk menepis pemikiran yang sungguh konyol tersebut.

"Nggak, nggak mungkin aku jatuh cinta dengan anak kecil, mungkin aku hanya merasa kasian saja, belum tentu ini cinta lagipula aku kan nggak pernah jatuh cinta."

Wajah Bintang seketika berekspresi heran saat melihat tingkah pria yang ada di depannya. "Ada apa dengan Om ini? bukannya membantu ku malah geleng-geleng kepala kayak orang gila."

"Om!" Teriak Bintang dengan keras.

Seketika Leo langsung terlonjak kaget. "Dasar bocah nakal, Ngapain sih teriak-teriak, merusak telingaku saja," kesal Leo membentak Bintang.

"Om tidak boleh marah-marah sama anak kecil tau," ceramah Bintang seperti orang dewasa.

"Enak saja kamu panggil orang yang ganteng dan muda ini sebagai Om, panggil aku Kakak," ujar Leo menyilangkan tangan sambil memalingkan wajah ngambek.

Bintang ingin bangun tapi kakinya sakit karena lecet. "Akhhh," pekiknya.

"Kakak, tolong bantu Bintang."

Dengan suara lembut anak bernama Bintang itu memohon kepada Leo yang sedang memalingkan wajahnya.

Deg.

Lagi-lagi jantung remaja tampan itu berdegup dengan cepat. Perlahan dia menoleh untuk melihat Bintang.

"Hentikan, tolong Hentikan, Kenapa kau menatapku seperti itu, membuat ku luluh saja."

"Kamu kenapa?"

"Kaki Bintang sakit."

Mendengar keluhan itu Leo langsung memutar tubuhnya dan menawarkan punggung lebar itu ke Bintang.

"Naik, kita harus kepinggir dulu, baru bisa mengecek kaki mu."

"Iya, kak."

Tangan mungil Bintang mulai meraih bahu Leo untuk naik ke punggung lebar itu.

"Sudah?"

"Sudah Kak."

Seperti seorang Kakak yang baik Leo langsung mengangkat tubuh anak perempuan itu di punggungnya.

Setelah mendapatkan tempat yang nyaman Leo berjongkok menurunkan Bintang.

"Sini biar ku cek kondisi kakimu."

Dengan telaten Leo memeriksa kaki Bintang.

"Ini sakit?" tanya Leo memutar pergelangan kaki Bintang pelan.

"Tidak kak,"

"Oke, berarti aman, nggak ada yang keseleo."

"Hanya lutut Bintang saja yang sakit Kak," ujar Bintang sambil menunjuk lututnya yang lecet akibat jalanan yang keras.

"Lutut mu terluka, Apa ada klinik terdekat disini?"

"Bintang tidak tahu kak."

"Huhh, bagaimana mengobatinya? aku tidak membawa obat," ujar Leo dengan wajah sedih.

Dia merasa bersalah tidak bisa membantu Bintang.

Sejak kapan Tuan muda yang angkuh ini merasa bersalah atas hal yang sepele seperti ini.

Bintang yang melihat wajah sedih Leo merasa tidak enak. "Tidak masalah Kak, Bintang akan pulang untuk mengobatinya."

Happy Reading ♥️😘🥰🥰😘

I LOVE YOU 3000🥰😘♥️😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!