NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Lagi

Prolog

Kei duduk tegak di sofa kulit ruang keluarganya, bertekad memusatkan perhatiannya pada masalah yang sedang dia hadapi, masalah yang disebabkan oleh mantan suaminya Galang yang sekarang sedang terlibat percakapan serius dengan papa Kei.

Sesekali Galang menggaruk-garuk kepalanya, sambil mendesah panjang, dan menyandarkan punggungnya ke sofa, menunjukan seberapa frustasinya ia saat ini.

Yaahh ... Bukan hanya Galang saja yang frustasi, Kei juga.

"Apa tidak ada cara lain, Pa? Kenapa Kei harus menikah terlebih dahulu?" tanya Galang dengan suara parau untuk yang kesekian kalinya.

Sambil bersandar, papa mengaitkan jemarinya diatas dadanya, memerhatikan Galang lewat matanya yang disipitkan.

"Saya jadi ragu kalau kamu benar-benar mencintai Kei, dengan mudahnya kamu berkali-kali menceraikannya dan semudah itu pula kamu meminta rujuk!"

Kei menggeser posisi duduknya merapat ke papanya, kedua tangannya meremas bahu papanya, dengan air mata yang mulai menetes ke pipinya.

"Pa, aku dan mas Galang masih saling mencintai, kemarin mas Galang hanya emosi, Pa. Dia tidak benar-benar ingin menceraikan aku."

Papa Kei kembali menghela napas panjang sambil mengurut keningnya dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya. Sejurus kemudian dia menggenggam kedua tangan Kei, menatap tajam mata Kei.

"Sayang, kalau dia memang benar-benar mencintai kamu, tidak akan pernah keluar kata-kata itu dari mulutnya, semarah apapun dia padamu."

Galang bangun dari duduknya dan berlutut, kedua tangannya memegang kaki papa Kei.

"Pa, saya khilaf, Pa. Tapi saya benar-benar mencintai Kei Pa ... Saya tidak benar-benar ingin menceraikannya."

"Ini sudah talak tiga! Apa kata-kata itu kamu anggap hanya mainan?"

Papa berdiri dan berjalan ke arah jendela besar, mengalihkan pandangannya ke taman, rintik-rintik hujan masih terlihat di luar sana, dengan sesekali terlihat cahaya kilat menerangi taman.

Sedari tadi udara hari ini mendung, semendung hati Kei.

"Saya mengerti, Pa. Tapi saya tidak akan rela kalau Keilani harus menikah dengan orang lain, Pa. Membayangkannya saja sudah membuat saya gila, Pa...."

Dengan menahan emosi, papa Kei memutar kembali tubuhnya ke arah Kei dan Galang, dia melangkah maju ke arah Galang dan menarik kerah bajunya, Galang nyaris tercekik bajunya sendiri.

"Pa lepasin!" teriak Kei sambil berusaha melepaskan tangan papanya dari baju Galang.

"Duduk kamu!" bentak papanya.

Kei langsung mundur, dengan kedua tangan yang menutup mulutnya, Kei menatap papanya dengan mata terbelalak kaget.

Papanya yang selama ini terkenal dengan sifat sabarnya, hari ini terlihat kehilangan kendali dirinya. Seumur-umur, tidak pernah sekalipun papanya membentak Kei, rasanya lebih sakit dibanding Galang yang membentak, dan lebih sakit lagi ketika melihat air mata yang turun ke pipi papanya.

"Kalau begitu kenapa kamu gampang sekali bilang cerai? Berapa kali kamu menyakiti anak saya? Harusnya saya membunuhmu, mencongkel jantungmu dan memberikannya ke an**g jalanan!" teriak papanya sambil mendorong Galang hingga jatuh terduduk dilantai.

Berjalan dengan kedua lutut, Galang kembali menghampiri papa Kei dan memeluk kakinya,

"Pa, naaf, Pa. Kasih saya satu kesempatan lagi, Pa."

Papa Kei menggerakkan kakinya, berusaha melepaskan tangan Galang,  "Itu juga yang kamu katakan sebelumnya, dan sebelumnya lagi!"

Kei memeluk papanya, kemudian menyenderkan kepalanya ke dada papanya, "Pa ... " isaknya

Dengan satu rengekan Kei, emosi papanya langsung hilang, itu salah satu kelemahan papanya. Papa memegang pundak Kei, menjauhkannya sedikit supaya dia bisa melihat wajah anak kesayangannya, memandanginya dengan penuh kasih sayang.

Entah apa yang Kei lihat dari Galang, hingga anak gadisnya ini begitu tergila-gila dengannya.

"Mau bagaimana pun, nasi sudah menjadi bubur. Galang sudah tiga kali menjatuhkan talak padamu Kei, talak pertama dan kedua kalian masih bisa nikah lagi, tapi talak ke tiga. Kamu harus menikah dengan yang lain dulu, baru bisa rujuk dengan Galang. Itupun kalau suami baru mu mau menceraikanmu."

Papa Kei kembali menghela napas panjang, kakinya melangkah ke meja depan TV, melihat foto keluarga yang tergantung di tembok belakangnya, lama dia memandang foto itu, memandang wajah cantik almarhumah istrinya tercinta, wajah yang mirip dengan Kei sekarang, merasa gagal melindungi Kei.

"Kalau suami barunya tidak mau menceraikan Kei bagaimana? Kei, dia cantik sekali, Pa."

"Kamu tahu Kei cantik, tapi kamu bisa menceraikannya. Sekarang kamu berharap saja Kei dapat suami bodoh lagi, yang tidak pernah menghargainya, yang dengan mudahnya menceraikannya."

"Aku tidak mau menikah lagi, Pa. Setidaknya kalau bukan dengan mas Galang. Lebih baik aku menjanda selamanya, hiks."

Papa Kei kembali melihat putrinya, kemudian melihat Galang yang masih berlutut dilantai dengan wajah menunduk, tampak penyesalan diwajah tampannya itu. Dia menghampiri Galang, membantunya duduk kemudian ikut duduk disebelahnya.

"Tidak ada cara lain Galang, itulah satu-satunya cara kalau kamu memang berniat rujuk dengan Kei, kamu harus bisa membujuk Kei."

Setelah mengatakan itu, papa Kei langsung meninggalkan mereka, menaiki tangga ke lantai dua, menuju kamarnya. Di ruang keluarga ini tinggal Kei yang masih terisak sedih dan Galang yang menatap kosong kearah Kei.

"Aku tidak mau Mas, hiks." isak Kei memecah kesunyian diantara mereka.

Galang pindah duduk ke sebelah Kei, merangkul dan mengarahkan kepala Kei ke dadanya, dengan patuh Kei langsung bersandar ke dada bidang mantan suaminya, tangisnya kembali pecah.

"Maafkan mas Kei, semua memang salah mas, gara-gara mas tidak bisa mengontrol emosi sampai mengeluarkan kata kramat itu lagi, maaf."

Galang menciumi ujung kepala Kei, air mata penyesalan menetes dan membasahi kepala Kei.

Kei mengangkat kepalanya, ditangkupnya pipi mantan suaminya dengan kedua tangannya, menatap lekat lelaki yang benar-benar dia cintai dengan sepenuh hati itu.

"Aku sudah memaafkanmu, Mas. Aku selalu memaafkanmu. Tapi aku ... Aku tidak mau menikah lagi dengan pria lain, Mas. Aku maunya kamu, cuma kamu!"

Galang kembali membawa Kei ke dalam pelukannya,

"Memang seharusnya seperti itu Kei. Mau tidak mau kamu harus menikah dulu, baru kita bisa kembali bersama lagi. Apa kamu kira mas mau lihat kamu bersanding dengan pria lain? Mas juga tidak mau. Bisa-bisa mas bunuh siapapun pria yang berani menyentuh kamu."

Galang terdiam sesaat, memilih kata-katanya dengan hati-hati sebelum kembali melanjutkan pembicaraannya.

"Tapi kalau cuma ini satu-satunya cara, mas bakal tekan ego mas dan membiarkan kamu menikah lagi, toh semua juga karena kesalahan mas."

"Tapi ... Tapi aku takut, Mas. Aku takut kalau suami baruku tidak mau menceraikan aku. Aku harus bagaimana mas? Aku takut, hiks."

"Kita cari yang mau menolong kita, Kei. Mas punya banyak teman,  Mas bisa minta tolong salah satu dari mereka."

"Mau siapapun itu aku tetap takut mas. Aku tidak bisa membayangkan hidup dengan pria lain selain kamu!"

Galang menangkup pipi Kei dengan kedua tangannya, "Kamu bisa. Mas percaya sama kamu. Ini demi kita juga."

Suami Pilihan Galang

Galang mengetuk-ngetuk jari tangan kirinya ke meja, itu adalah salah satu sifat Galang ketika berusaha bersabar menahan sesuatu, kali ini dia sedang berusaha bersabar menunggu temannya, yang sudah setengah jam lebih telat datang dari waktu yang sudah di sepakati. Matanya menatap serius ke arah luar kafe.

"Seperti apa dia? Temanmu itu, apakah dia baik?"

Mendengar suara Kei, Galang langsung mengalihkan tatapannya ke Kei, tangannya meremas tangan Kei, berusaha menenangkannya. Seminggu ini dia berusaha meyakinkan Kei untuk setuju menikah lagi, setelah mereka selesai menyelesaikan proses perceraiannya di pengadilan nanti.

"Dia baik, dan dia mau membantu kita. Dan sekarang dia mengajak kita bertemu disini untuk membahas detail rencana kita, sekaligus dia punya persyaratan yang akan dia ajukan hari ini."

"Kenapa mas memilih dia?"

"Dia playboy. Dia tidak pernah bersama wanita yang sama lebih dari dua minggu. Dengan begitu dia akan segera menceraikanmu secepatnya, iya kan?"

Kei hanya mengangguk, matanya memandangi tangannya yang sedang di genggam Galang.

"Dan sikap dia yang dingin dan hanya mementingkan dirinya sendiri itu juga bagus, jadi dia tidak akan membuatmu jatuh cinta sama dia," lanjut Galang sambil mencubit gemas dagu Kei.

Kei menyandarkan kepalanya ke bahu Galang. Sambil menahan air matanya yang nyaris keluar, dia memeluk pinggang ramping mantan suaminya.

Hidup terpisah dari Galang, membuat Kei seperti kehilangan arah.

"Maaf telat, tadi ada rapat dadakan!" seru seseorang membuat Kei tersentak kaget mengangkat kepalanya dari bahu Galang kemudian melihat pemilik suara itu. Wajahnya mendongak lebih tinggi lagi baru Kei bisa melihat wajahnya.

Astaga!  Jangan bilang ini teman yang dimaksud mas Galang tadi. Apa dia sudah gila menyuruhku menikahi raksasa ini?

"Hai bro! Aku yang harusnya minta maaf karena sudah menyita waktumu."

Galang mengulurkan tangannya disambut tangan raksasa itu, hati Kei langsung mencelos. Raksasa itu langsung duduk didepan Kei sambil menatap tajam Kei dengan sebelah alis terangkat, membuat Kei sedikit gemetar takut.

"Kenalin Dhan ini Kei."

"Hardhan," sapanya sambil mengulurkan tangan.

Ragu-ragu Kei menyambut uluran tangannya.

"Keilani," balasnya dan langsung menarik tangannya kembali.

Hardhan terus menatap Kei, seperti menatap produk baru yang akan diluncurkan perusahaannya secara teliti, melihat sedetail mungkin adakah yang cacat dari produk itu.

Dan produk didepannya ini memang terlihat cantik, rambut hitamnya tergerai sebahunya, alisnya yang melengkung indah membingkai kedua mata sendunya, dilengkapi dengan bibirnya yang seksi, sekilas wajahnya mirip dengan Davika Hoorne, tipe wanita kesukaan Hardhan.

"Perfect!" gumamnya lebih ke diri sendiri.

Dilihat mendetail seperti itu, membuat Kei salah tingkah. Kedua telapak tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan dia yakin mukanya sekarang pasti sudah sepucat mayat.

"Ingat bro ini cuma pernikahan sementara. Kau tidak harus melihat Kei seperti itu!" sungut Galang dengan nada cemburu. Hardhan tertawa keras mendengarnya, suara tawanya menggema di kafe ini, membuat beberapa pasang mata melirik penasaran.

"Memang benar cuma sementara. Tapi bukannya baru sah ya kalo saya sudah berhubungan badan sama dia? Dan mengingat hal itu harus terjadi, sudah sewajarnya kan saya penasaran apa dia bisa membangkitkan nafsu saya."

Galang terlihat kesal mendengarnya, kedua tangannya terkepal erat di atas pangkuannya, berusaha menahan diri untuk tidak menghajar Hardhan.

"Dan saya harus memastikan terlebih dahulu kalau dia tidak sedang hamil," lanjut Hardhan tanpa ampun.

"Kau tenang saja, Kei mandul!" seru Galang santai.

Sambil mengangkat sebelah alis lebih tinggi lagi, Hardhan mengalihkan perhatiannya dari Kei ke Galang.

Cukup!

Kei tiba-tiba berdiri, menatap tajam ke Galang dan lanjut ke Hardhan, "Aku mau ke toilet!" tanpa menunggu jawaban dari Galang dan Hardhan, Kei meninggalkan mereka.

"Kau yakin dia mandul? Sudah cek?" tanya Hardhan penasaran setelah Kei tidak terlihat lagi.

"Tidak perlu di cek lagi, aku yakin dia yang mandul, itulah penyebab keributan aku sama dia selama ini."

"Tunggu, kenapa kau bisa seyakin itu kalau dia yang mandul? Jangan bilang kau pernah ... "

"Iya," jawab Galang sebelum Hardhan selesai bertanya, Galang sudah tau arah pertanyaannya Hardhan.

"Ahh gila kau! Dia tahu?"

Galang mengangguk, matanya menerawang ke peristiwa itu, ketika Inge mantan sekretarisnya yang sekarang sudah menjadi istri keduanya menggedor-gedor pintu rumahnya, dan meminta pertanggung jawaban Galang karena sudah menghamilinya.

Betapa marahnya Kei waktu itu, dan seminggu setelahnya mereka masih terus ribut, Galang yang sudah lelah dengan masalah di kantornya, sampai rumahpun tidak bisa istirahat dengan tenang, akhirnya kehilangan kendali diri, dan terucaplah kata keramat pertama Galang saat itu.

'Ya sudah terus mau kamu sekarang apa? Kamu mau kita cerai? Ok aku talak kamu sekarang juga! Puas kamu?'

"Itu talak pertama aku ke dia."

"Terus Kei masih mau rujuk sama kau?"

Hardhan penasaran, terbuat dari apa hati wanita itu sampai mau rujuk lagi sama Galang setelah di khianati seperti itu, sampai hamil pula selingkuhannya, padahal kebanyakan wanita pasti sudah melabrak selingkuhan suaminya dan bersikeras meminta cerai dari suaminya.

"Iya dia mau, bahkan dia yang kasih saran ke aku untuk menikahi Inge. Mengingat anak dalam kandungannya adalah anakku. Itu syarat dia mau rujuk lagi denganku."

Hardhan menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Galang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tatapan mencemooh Hardhan, Galang kembali emosi.

"Sebelum kau kritik aku, aku ingetin kalau kau juga tidak jauh beda sama aku, lebih sering kau yang gonta ganti cewek dibanding aku!"

"Tapi saya tidak sebodoh kau sampai bisa kebobolan begitu! Dan satu hal lagi, saya belum menikah, kau tahu kan perbedaanya?"

Belum sempat Galang jawab, Kei sedang berjalan kearah mereka dan kembali duduk disebelah Galang, sambil menghela nafas panjang dia menatap tajam Hardhan, kedua tangannya dilipat diatas meja.

kasih kacamata maka dia akan mirip seorang guru yang sedang mengawasi anak didiknya ujian.

"Jadi kapan kita bisa menikah?" tanyanya tanpa basa basi. Galang tersedak minumannya.

"Setelah proses perceraian kalian selesai tentunya," jawab Hardhan santai.

"Proses perceraian selesai akhir bulan ini, kita menikah bulan selanjutnya atau dua bulan selanjutnya?"

"Wahwahwah, ada yang sudah tidak sabar ingin menjadi Nyonya Hardhan rupanya."

"Jawab saja kapan?" desak Kei lagi mengabaikan ejekan Hardhan.

"Galakan yang minta tolong daripada yang mau menolong, Lang kayanya saya harus mikir-mikir lagi deh!"

Kei tahu itu cuma gertakan Hardhan saja, buktinya dia masih tetap duduk santai didepannya, masih menatap Kei dengan kedua matanya yang berwarna coklat itu.

Hardhan menjentikkan jarinya, tidak lama kemudian seseorang datang menghampirinya dan menyerahkan selembar kertas kepadanya.

Hardhan membalik kertas itu kearah Kei, Galang ikut melihat surat itu dan membaca isinya.

"Kalau kalian setuju, silahkan tanda tangan, dan saya akan segera mengatur tanggal pernikahan kita."

Persyaratan Dari Hardhan

Point ke - 1.

Setelah pernikahan berjalan lebih dari 6 bulan, kedua belah pihak baru bisa mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.

Galang dan Kei serentak menatap Hardhan, "Kau gila ya? kenapa butuh waktu selama itu?" tanya Galang kesal.

"Saya hanya mau meminimalisir gosip yang akan beredar tentang perceraian saya nanti," jawabnya santai sambil mengangkat kedua bahunya.

"Cih, tumben kau peduli sama gosip-gosip!" ejek Galang.

"Kalau itu menyangkut perusahaan dan nama baik keluarga, saya pasti lumayan peduli."

"Ya kalau kau begitu takut ini akan berpengaruh buruk sama perusahaan dan keluargamu, kenapa kau mau membantu kami?"

Hardhan menyandarkan bahu bidangnya ke kursi, kedua tangannya bersedekap di atas perutnya yang rata, matanya menatap dingin Kei lalu ke Galang.

"Saya punya alasan tersendiri," jawabnya santai.

"Dan alasanmu itu pasti untuk kepentingan dirimu sendiri!" sungut Galang.

"Tepat."

Hardhan mengalihkan kembali tatapannya ke Kei. Kei sedang menatap ngeri Hardhan, melihat Hardhan seolah-olah dia sesosok Alien yang baru turun dari UFO tepat didepan matanya.

"Tidak usah takut, saya bisa jamin cuma 'pakai' kamu sekali, setelah itu ... " Hardhan memandang Kei dengan tatapan mencibir,  "Seperti biasanya, saya pasti akan langsung kehilangan minat," lanjutnya sambil tersenyum sinis.

Galang mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Tapi enam bulan kelamaan Dhan, membayangkan Kei tinggal sehari denganmu saja aku tidak kuat, apalagi enam bulan,  bisa gila aku!"

Hardhan kembali mengangkat bahunya tak perduli.

"Tiga bulan Dhan. Cukup kan tiga bulan?"

"Enam bulan atau tidak sama sekali!"

Dengan sedikit gemetar, Kei meremas keras tangan Galang, enam bulan tinggal sama raksasa itu? Membayangkannya saja sudah membuat Kei bergidik ngeri, dan raksasa itu sekarang masih menatap Kei, seolah-olah Kei makanan yang siap disantap kapanpun dia mau.

Point ke - 2.

Selama terikat pernikahan, pihak ke - 2 dilarang bertemu dengan pihak ke - 3. Tidak saling berkomunikasi dalam bentuk apa pun.

Kei bersandar ke kursinya sambil menghela nafas panjang, tangannya masih menggenggam tangan Galang, yang sekarang sedang gemetar menahan amarahnya.

"Maksudnya apa nih?"  Galang mengetuk-ngetuk point kedua isi persyaratan itu dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Saya hanya berjaga-jaga dia tidak berselingkuh selama terikat pernikahan dengan saya, dan mencegah dia hamil anak dari laki-laki lain."

"Lo lupa kalo dia mandul?"

Kei tercekat kaget mendengar perkataan Galang. Sudah ratusan kali kata-kata mandul itu keluar dari bibir Galang, tapi tetap saja kata itu masih mampu menusuk hatinya, menyakiti perasaannya.

Karena besarnya cinta Kei pada Galang, dia selalu memaafkannya, begitu juga saat ini, Kei sudah memaafkan Galang, walaupun mantan suaminya itu belum meminta maaf.

"Saya buat peraturan itu semalam, saya belum tahu kalau dia mandul. Tapi mau betul atau tidaknya kemandulannya, syarat kedua itu tetap berlaku, selama belum ada hasil test yang menyatakan dia betul-betul mandul. Sekali lagi, saya hanya berjaga-jaga."

"Dan aku tidak boleh berkomunikasi even itu via chat sekalipun?"

"Yup."

"Memangnya dia bisa hamil via chat?!"

Tawa keras Hardhan kembali bergema di kafe ini, tawanya dingin dan dalam, membuat bulu kuduk Kei langsung meremang.

Point ke - 3

Pihak kedua akan selalu mematuhi pihak pertama

"Mematuhi dalam hal apa dulu nih?" tanya Kei sambil memicingkan kedua matanya ke Hardhan.

"Dalam hal apapun diluar s*x. Jangan khawatir."

Perkataan itu, diucapkan dengan sesantai itu, harusnya Galang menambah satu lagi ke dalam sifat buruk raksasa ini, tidak tahu malu!

Point ke - 4

Pihak kedua harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak pertama jika ingin keluar dari rumah dan atau menerima tamu di rumah.

Kei langsung menatap tajam Hardhan, dibalas tatapan dingin Hardhan sambil menaikkan sebelah alisnya.

Setidaknya aku tidak dilarang bepergian, dengan izin raksasa itu tentunya, huft!"

Disebelahnya, Galang masih terus berusaha menahan diri, mereka lanjut baca ke point selanjutnya.

Point ke - 5

Pihak kedua tidak mencampuri urusan pihak pertama.

Dih! Siapa juga yang mau kepoin urusan dia!

Point ke - 6

Pihak kedua tidak ada hak apapun atas harta bergerak dan harta tidak bergerak pihak pertama selain yang diberikan selama ikatan pernikahan.

Cih! sombongnya.

Point ke - 7

Denda sebesar Rp. 1.000.000.000.000 bagi pihak yang melanggar.

Kei ternganga melihat deretan angka nol tersebut.

Aku tidak akan pernah melanggar. Walau iblis sekalipun yang datang membujuk.

Kei mengambil pulpen yang tadi diserahkan Hardhan, bersiap tanda tangan di pihak kedua.

"Tunggu!" Galang menahan tangannya.

"Aku masih keberatan sama point pertama Dhan!"

Dengan sebelah alis naik, Hardhan menatap dingin Galang.

"Kalau tidak setuju tinggal cari calon yang lain."

"Kasih kesempatan aku dan Kei berfikir Dhan, biar aku diskusikan dulu sama Kei, hmmmm dua hari. Bagaimana? Aku minta waktu dua hari."

"Kalau kalian mau silahkan tanda tangan saat ini juga, jangan dikira saya bersedia disuruh menunggu, saya cuma tertarik bantu karena ini adalah hal yang baru untuk saya." Hardhan kembali menatap Kei secara menyeluruh

"Menyetubuhi seseorang tetapi harus menikahinya terlebih dahulu. Padahal hanya sekali pakai," lanjutnya sinis.

Bulu kuduk Kei kembali meremang.

Kenapa Galang memilih lelaki yang menyeramkan seperti ini sih? apa segitu putus asanya Galang saat ini?

"Cuma dua hari Dhan. Tidak ada bedanya kan setuju hari ini atau dua hari lagi, toh pernikahan belum bisa terjadi dalam waktu singkat, karena perceraian kami masih dalam proses pengadilan."

"Pengadilan mana? Saya bisa bantu memajukan tanggal persidangannya dan langsung ketok palu tanpa rangkaian proses yang bertele-tele."

Galang langsung tertawa ngakak mendengarnya.

"Memangnya siapa kau? Aku kenal hakimnya, dan aku sudah minta bantuan nya. Tapi sia-sia haha."

Hardhan hanya menatapnya dingin, sudut bibirnya membentuk senyuman sinis, "Permintaan dari orang yang tepat kepada orang yang tepat, hasilnya akan tepat."

Merasa disepelekan Hardhan, Galang hendak berdiri dari kursinya tapi tangan Kei menahannya, menyuruhnya kembali duduk melalui tatapan matanya.

"Aku tidak mau membuang waktu lagi mas, semakin cepat semakin bagus, kita bisa segera rujuk kembali."

"Ok baiklah!"

Galang mengambil pulpen dari tangan Kei, menggeser selembar kertas itu kedepannya dan membubuhkan tanda tangannya diatas materai pihak ketiga, menambah nama Galang Hardiyata dibawahnya.

Galang menggeser kertas itu kedepan Kei beserta pulpen diatasnya. Sambil menghela nafas panjang, Kei mengisi tanda tangan di pihak kedua, nama jelasnya di tulis dibawah tanda tangannya Keilani Nassandra.

Kei membalik kertas itu ke arah Hardhan, dan Hardhan langsung tanda tangan di pihak pertama, menulis nama jelasnya Hardhan Adipramana.

Galang menatap tajam nama itu, lalu melihat Hardhan dengan tatapan tidak percaya.

"Adipramana? Hardhan Adipramana? Kau ... Pendiri 5 perusahaan raksasa itu?" tanya Galang dengan suara bergetar.

Sial selama ini aku sudah bertindak tidak sopan di depannya.

Mendengar pertanyaan Galang, sebelah alis Hardhan naik tambah tinggi dan menatapnya tajam, Galang langsung menundukkan kepalanya.

Merasakan ada sesuatu yang tidak beres, Kei menjulurkan tangannya hendak mengambil surat perjanjian itu, berniat merobek dan membatalkan perjanjiannya, tapi Hardhan menahan tangan Kei dengan tangan kanannya, sambil menjentikkan jari tangan kirinya.

Sejurus kemudian datang lagi pria yang tadi menyerahkan kertas ini ke Hardhan, berdiri patuh desebelah Hardhan.

"Bawa surat ini, dan minta Alex segera mengurus perceraian mereka secepatnya!" perintahnya.

Dengan cepat kertas itu sudah pindah tangan ke pria tersebut, setelah membungkuk hormat pria itu berlalu pergi.

Hardhan kembali menatap dingin Galang yang masih tertunduk, dan Kei calon istrinya, yang sekarang sedang menatap cemberut ke arahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!