Mendung nampak mewarnai langit dengan warna hitam pekatnya, hujan membuat bumi basah dengan turun begitu deras. Dan seorang pria nampak berjalan dengan ekspresi pasrah dan putus asa.
Sembari membawa tas kantornya, ia berjalan tanpa perduli dengan hujan yang membasahi setiap tubuhnya, matanya nampak kosong tanpa memiliki harapan sama sekali.
Perasaan sedih begitu jelas dari raut wajahnya, setelah hari ini ia di pecat oleh atasannya, dengan alasan pengurangan karyawan kerja.
Sudah lima tahun lamanya ia mengabdi, namun apa? Semua kerja keras itu seakan tak ada gunanya, orang baru dan berbakat akan menggantikan yang lama.
Petir terdengar keras di atas langit, suara yang begitu memekakkan telinga. Namun ia sama sekali tidak perduli dengan kerasnya petir menyambar seolah sedang bernyanyi.
*Shess!
Tiba-tiba sebuah mobil melintas di sampingnya, yang tanpa sengaja membuat pria itu tersiram genangan air kotor.
Ia berhenti sejenak sembari memandang kearah mobil yang semakin menjauh, tatapannya begitu benci serta ingin sekali memaki.
Namun ia urungkan niat itu, dan kembali melanjutkan jalannya menuju tempat pulang, tanpa perduli dengan tubuhnya yang kotor akibat kotoran dari air cipratan tadi.
Sesampainya di sebuah apartemen, beberapa orang nampak melirik kearahnya dengan raut aneh. Mereka membicarakan pria tinggi kurus itu dengan nada mengejek.
"Lihatlah, wajahnya seperti monster." Bisik seorang wanita dengan temannya
"Benar, kuharap aku tak sering bertemu dengannya..." Bisik yang satunya lagi
Diego mendengarnya ketika orang-orang itu membicarakannya, ia tak memperdulikan hal itu dan segera masuk menuju kedalam, sembari melepas jas dan sepatunya yang kotor.
Tak banyak berbicara Diego segera masuk kedalam kamar mandi, ia segera membersihkan tubuhnya yang kotor. Matanya menatap tajam melihat cermin yang memperlihatkan tubuhnya.
Diego Costa, pria dengan tingga 195 cm itu nampak memandang intens kearah dirinya sendiri, melalui pantulan kaca di hadapannya saat ini.
Tubuh kurusnya menjadi saksi bagaimana perjuangannya untuk bertahan hidup, bertahan di tengah masyarakat yang kejam dan dunia yang tak kenal ampun.
Tak hanya itu saja, hiruk-pikuk kehidupan Diego juga terbilang cukup malang. Karena sedari kecil ia sudah harus merasakan yang namanya keretakan dalam keluarga.
Hidup sendiri tanpa keluarga, membuatnya kurang mendapatkan perhatian. Terlebih saat tau sang ibu yang meninggalkannya sudah memiliki keluarga baru dan lebih bahagia saat itu.
"Menyedihkan..." Lirih Diego dengan tatapan hampa pada pantulan dirinya sendiri di cermin
Krang!!
Sebuah pukulan melesat membuat kaca di hadapannya pecah, tak ia hiraukan tangannya yang terluka dan mengalirkan banyak darah.
Kebenciannya sudah memuncak, kesabarannya sudah habis. Apalagi dengan dunia yang begitu membencinya, ditambah dengan rasa sakit yang selama ini ia rasakan.
"Apa kalian pikir aku ingin hidup seperti ini? Jika bisa memilih maka aku akan berkata tidak!"
"Siapa juga yang ingin hidup dengan tubuh seperti ini? Seandainya aku mampu untuk makan aku tidak akan seperti ini..." Keluhannya sembari meneteskan air mata
Puncak kesedihan seorang pria, ia menangis tersedu-sedu tanpa bisa menahan segala derita dalam hidupnya.
Hanya ada suara derai air yang membasahi tubuhnya, di sertai suara isak dari pria tinggi besar itu saja.
***
Krek!
Diego keluar dari kamar mandi sembari mengelap rambutnya menggunakan handuk, ia berjalan menuju kamarnya sembari mengenakan pakaian.
Setelah selesai Diego berjalan pelan menuju sofa, ia duduk sembari merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit apartemen yang terlibat kotor dan tak pernah dibersihkan.
"Aku benar-benar ingin pergi dari dunia ini..." Lirihnya disusul dengan kedua kelopak matanya yang tertutup
Namun tanpa dia sadari sesuatu hal aneh tiba-tiba terjadi. Diluar sana, langit mendung semakin gelap, membuat sebuah pusaran awan yang mengerikan.
Dan secara tiba-tiba, sebuah cahaya terang melesat dengan cepat kearah tempat Diego saat ini tertidur, hingga...
*Swing!
***
"Ini pasti hanya candaan bukan? Dimana kameranya!"
Sebuah teriakan orang-orang yang membuat Diego terganggu dari tidur lelapnya, ia membuka matanya secara perlahan. Melihat sekitar yang penuh dengan warna putih yang terasa begitu asing.
Ditambah Diego juga terkejut saat melihat ada banyak orang berkumpul, beberapa di antara mereka ada yang teriak histeris tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Mimpi?" Tanya Diego melihat sekitarnya
Diego memandang, semua nampak nyata untuk disebut mimpi.
Di tengah banyak orang yang terlihat begitu terkejut, seorang wanita dengan sayap di belakangnya nampak berdiri di sebuah podium, yang mana terlihat jelas kecantikan dari wajahnya.
"Tolong dengar kan! Aku tau kalian semua terkejut, namun tenanglah aku akan menjelaskan semuanya!" Teriaknya yang membuat semua orang langsung menatap ke arahnya.
"Wanita? Dan sayap?" Ucap beberapa orang bingung
"Hei katakan dimana kami sekarang! Apa kau tidak tau aku begitu sibuk! Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan wanita berkostum aneh seperti mu!" Teriak seorang pekerja kantoran sembari melihat jam tangannya
"Maaf tentang itu, tapi biarkan aku menjelaskan semuanya terlebih dahulu." Pintanya dengan senyuman manis
Beberapa seketika diam semuanya, menunggu wanita di hadapannya ini menjelaskan maksud sebenarnya semua ini yang terjadi.
"Baiklah, pertama-tama akan kuberi tahu, kalian datang kemari karena di panggil oleh ku. Tentunya aku memanggil kalian bukan tanpa alasan, melainkan karena aku ingin kalian menjadi pahlawan di dunia bawah." Jelasnya
"Perlawan? Haha! Wanita aneh kau berkata apa? Kami tidak punya waktu untuk bermain pahlawan dan penjahat haha!" Tawa seorang lagi sembari menepuk kepalanya
"Itu benar, dasar wanita aneh!" Teriaknya seorang wanita
Beberapa orang yang setuju seketika ikut berteriak memaki, dan sebagiannya hanya diam tanpa niat untuk ikut-ikutan.
Wajah cantik serta senyuman mendadak hilang, rautnya penuh emosi melihat orang-orang yang menghina dirinya saat ini.
"AKU BILANG DIAM!!" Teriaknya hingga membuat seluruh ruangan terguncang
"Dasar lacuur!" Teriak seorang lagi
Dengan tatapan tajam wanita bersayap itu melirik kearah orang yang memakinya, ia menunjuk kearah orang itu yang membuat orang tersebut meledak tanpa sebab.
Seluruh darah yang muncrat mengenai banyak orang di sampingnya, yang hal sontak membuat beberapa orang teriak histeris ketakutan.
"Diam lah selagi aku berbaik hati!" Ucapnya dengan tatapan tajam yang mengintimidasi
Sementara itu Diego yang melihat itu hanya diam ketakutan, tubuhnya gemetar tak percaya, ia berpikir berulang-ulang jika dirinya saat ini sudah mati.
"Baiklah karena semua sudah tenang, maka aku akan melanjutkan pembahasannya!" Ucapnya kembali tersenyum manis, namun membuat semua orang diam ketakutan
"Jadi kalian seharusnya sudah mengerti tujuan kalian kemari, seperti yang ku katakan sebelumnya. Yaitu kalian akan di kirim ke dunia bawah untuk menjadi seorang pahlawan. Menolong orang-orang dari jajahan iblis dan para Dewa Kegelapan."
Semua orang hanya diam sembari memandang satu sama lain, mereka tak mengerti mengapa harus melawan iblis dan dewa. Padahal jelas-jelas mereka hanyalah manusia biasa.
"Namun kalian tenang saja! Dikarenakan kalian berasal dari dunia lain, itu berarti kalian akan otomatis mendapatkan kemampuan saat kalian kemari! Tentu saja jika kalian bukanlah sampah!" Ejeknya dengan menungging bibirnya
Di tengah penjelasan tiba-tiba seseorang nampak mengangkat tangannya, ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi takut di wajahnya sama sekali.
"Ada apa?" Tanya Wanita bersayap
"Ada apa?" Tanya wanita bersayap
"Aku ingin mengajukan pertanyaan,"
Seorang pria rambut pirang maju, ia bertanya dengan ekspresi tanpa rasa takut akan seseorang di hadapannya.
Wanita bersayap nampak kagum pada pria di hadapannya, di saat semua orang hanya diam membisu dengan rasa takut. Seorang pria malah berani mengajukan sebuah pertanyaan.
"Tanyakan!"
"Terimakasih, aku ingin bertanya mengapa harus kami yang melawan para iblis dan dewa kegelapan? Kenapa tidak kalian saja yang melakukannya? Bukankah kalian terlihat kuat, terutama kau?" Tanya pria itu
"Hmm, pertanyaan yang menarik! Tentu saja kami tidak bisa melakukannya, dikarenakan kekuatan yang dimiliki oleh dewa kegelapan dan para iblis cukup kuat. Dan alasan kami menggunakan kalian dalam perang tentu saja memiliki alasan lain."
"Alasan?" Tanya pria itu memiringkan kepalanya
"Begini, anggaplah kami ini adalah sebuah kekuatan, dan kalian adalah penggunanya. Jika penggunanya mati maka kekuatan kami masih bisa digunakan oleh manusia lain, dan jika kami yang mati makan penggunaan tidak akan bisa menggunakan kekuatan dari kami lagi."
"Itu artinya kalian adalah sumber kekuatan itu sendiri? Dan alasan kalian memilih kami untuk bertarung, agar jika salah satu dari kami mati maka akan bisa diganti oleh pahlawan lain?"
"Benar sekali!" Ucapnya tersenyum senang
"Itu berarti kalian ingin menggunakan kami sebagai pion?"
Wanita itu tersenyum lebar sembari mengangguk cepat, yang mana hal itu cukup membuat semua orang merinding mendengarnya.
"Dasar biadab! Bukankah kalian tidak lebih dari iblis yang kalian lawan!" Ucap seorang pria berteriak keras
"Memang ini biadab, namun ini adalah jalan terakhir. Lagipula selama kalian memiliki berkat dari para dewa cahaya seperti kami, kalian akan bisa menggunakannya sesuka kalian!"
"Dan juga kami tak hanya memberikan kekuatan pada kalian. Kekuasaan, kekayaan dan ketenaran! Semuanya akan menjadi milik kalian!" Ucapnya Dewi bersayap itu dengan lantang dan ekspresi bahagia
Semua orang nampak berpikir dengan tawaran sang Dewi, mengingat orang-orang yang di panggil kebanyakan dari kalangan bawah dan miskin.
Tentu saja mereka akan tergiur dengan tawaran itu, namun meski begitu masih banyak yang menolak dan tidak ingin menerima tawaran tersebut.
Yang malangnya mereka langsung dilempar dalam sebuah portal mengerikan, yang entah ada apa di dalamnya.
Sementara Diego masih diam dengan keputusannya, ia tak ingin menjadi budak seorang Dewi yang akan berakhir dengan kematian.
Prok prok prok
Sang Dewi menepuk tangannya membuat semua orang mengalihkan pandanganya, mereka segera menatap kearah Dewi yang tersenyum lebar penuh arti.
"Akan tetapi ... Kalian akan melalui seleksi terlebih dahulu! Jika kalian pantas, maka kalian akan mendapatkan apa yang aku sebutkan tadi. Namun jika tidak! Maka berakhirlah kalian di neraka!" Tawanya yang membuat wajah manisnya menghilang
Beberapa orang menelan ludahnya ketakutan dan terintimidasi, sang Dewi segera membentangkan tangannya membaca sebuah kata-kata aneh.
Setelah itu cahaya muncul dari tubuh semua orang, yang sebagai di dominasi oleh berwarna coklat, dan warna kuning.
Sementara itu Diego malah mendapat cahaya berwarna hitam dengan beberapa yang lain, yang membuat pandangan Dewi terhadapnya menjadi jijik.
"Aku tidak percaya, ada sampah di antara para sampah!" Ucapnya tanpa senyuman menatap Diego.
Sementara itu terdapat lima orang saja yang mendapatkan cahaya kuning, di antaranya pria yang mengajukan pertanyaan dan seorang pria besar, dan tiga wanita.
"Wah! Nampaknya kau pria yang beruntung!" Senyum sang Dewi pada pria yang mengajukan pertanyaan.
"Apa artinya ini?" Tanya pria itu
"Kuning berarti kau terpilih menjadi pahlawan kuat, coklat kau merupakan pahlawan tingkat rendah, dan hitam kau adalah yang terburuk!" Ucapnya sembari menatap sinis kearah Diego dan beberapa orang yang berwarna hitam.
"Baiklah karena aku sudah tau akan meletakkan kalian dimana, sekarang yang perlu kalian lakukan ada menjalankan tugas yang kuberikan!"
"Dan untuk orang-orang sampah! Nikmati waktu kalian!" Ucapnya dengan senyuman lebar
Seketika semua orang mulai menghilang dari ruangan itu, dimana beberapa di antaranya teleportasi di sebuah ruangan mewah. Yang tidak lain merupakan sebuah kerajaan, yang sedang melakukan pemanggilan pahlawan.
Sementara itu kelompok cahaya coklat teleportasi di sebuah pemukiman acak, Yang mana sebagian berada di desa terpencil yang amat jauh dan miskin.
Sementara itu Diego dan kelompoknya teleportasi di sebuah tempat tandus nan mengerikan. Yang dimana langitnya berwarna merah serta air yang berwarna kuning kotor.
"Kita dimana?" Tanya seorang pria
Semuanya nampak bingung, ada tujuh orang yang teleportasi di tempat ini. Empat wanita dan tiga pria termasuk Diego. Semuanya nampak bingung dengan pemandangan di hadapan mereka.
"Kita benar-benar berada di neraka!" Tangis seorang wanita yang nampak ketakutan
"Sial! Dewi itu benar-benar mengirim kita ke neraka!" Teriak seorang pria panik
Diego hanya diam tak ikut berbicara, lagi pula ia sudah tau pada awalnya orang sepertinya akan berakhir di tempat yang buruk, porsi yang cocok untuk orang yang buruk juga.
"Sebaiknya kita mencari tempat berlindung!" Ucap seorang pria lagi yang nampak tegas
Semuanya setuju dan segera bergerak ikut berjalan, tatapan mereka begitu jelas penuh akan rasa takut. Ditambah suara lolongan yang mengerikan terus terdengar dari tadi.
***
- Kerajaan Anika
Di sebuah podium besar, beberapa orang nampak berdoa di sekelilingnya. Upacara tengah dilakukan, upacara untuk memanggil para pahlawan ke dunia ini.
Di sekitar podium, beberapa orang berjubah mulai berdoa, melantunkan puji-pujian untuk sang Dewi, berharap apa yang mereka inginkan segera tiba.
"Wahai Dewi yang menguasai jiwa kami. Berikanlah kami petunjuk untuk melawan musuh-musuh kami!"
Semua orang mengikuti apa yang orang-orang berjubah katakan, semuanya nampak serius saat melakukan upacara tersebut.
*WOSHH!!
Angin berhembus kencang, orang-orang nampak tersenyum dan penuh harap saat melihat hal tersebut.
"Dewi, berikanlah ... Berikanlah kami cahaya mu!"
*Swing!!
Sebuah cahaya terang melesat dengan cepat kearah podium, membuat hembusan angin semakin cepat dan kuat.
Dan secara perlahan, dua sosok mulai terlihat tengah berdiri. Orang-orang yang melihatnya seketika tersenyum bahagia dan mengatakan.
"Pahlawan! Akhirnya Pahlawan kita tiba!" Semua orang bersorak bahagia
Sementara orang-orang tengah bahagia, kedua pahlawan yang baru tiba masih sedikit bingung harus bertindak apa hingga seorang pendeta berjalan menghampiri.
"Kemuliaan untuk sang Dewi. Terimakasih telah mendengarkan panggilan kami, Pahlawan..."
Suara geraman terdengar jelas nampak tengah mengintai, beberapa nampak waspada dengan suara tersebut. Dan para wanita nampak saling berdekatan satu sama lain.
Di tengah perjalanan tiba-tiba mereka terhenti, saat tiba-tiba sebuah slime kecil muncul. Beberapa nampak takut, dan seorang pria nampak tertawa kecil melihatnya.
"Monster!" Teriak seorang wanita
"Haha! Hanya sebuah slime! Kalian, tenanglah ini hanya slime. Aku pernah memainkan sebuah game, dan dalam setiap game yang ku mainkan, slime adalah mahluk paling lemah!" Ucapnya dengan tenang
Slime tersebut hanya diam menatap, ia tak bergerak selain diam dan terus menatap. Merasa lawan yang mudah pria tadi segera mengambil sebuah ranting yang kuat untuk digunakan sebagai senjata.
"Aku akan membunuhnya! Dengan begitu aku akan menjadi lebih kuat!" Ucapnya dengan bangga berdiri paling depan.
"Hiya!" Teriaknya mengangkat ranting itu sembari mendekat untuk memukul
Plak!
Ranting yang di pukul mendadak lengket di tubuh slime itu, pria tadi nampak kesusahan menariknya. Dan dengan cepat slime tersebut mencair dan menempel di tangan pria tadi.
"Sial menjijikan!" Pekiknya sembari berusaha melepaskan slime itu
Namun tiba-tiba teriakan mulai terdengar begitu keras, beberapa yang melihatnya nampak jijik dan ketakutan setengah mati.
Dimana tangan pria tadi nampak meleleh dan terus dimakan, berkali-kali ia memukul slime itu namun tak kunjung lepas. Bahkan sampai ia mengamuk dengan mengigit nya.
Namun sia-sia, yang ada mulutnya malah ikut meleleh dikarenakan slime yang menempel di wajahnya. Dengan ketakutan ia berlari kearah kerumunan meminta tolong.
"Tol...Loong.." ucapnya sembari memegang kaki seorang wanita
Dengan cepat slime itu membelah tubuh dan menempel di tubuh kedua wanita yang tengah berpelukan karena takut.
"Agh!" Teriak kedua wanita itu yang merasa kesakitan dengan tubuhnya.
Diego yang melihat itu seketika langsung berlari cepat, ia tak ingin ikut terbawa dengan mereka di sana. Dua pria dan dua wanita juga ikut berlari.
Diego berlari kearah barat bersama seorang pria, sementara itu seorang pria berlari kearah timur dengan dua orang wanita bersamanya.
"Kita akan mati!" Teriak seorang wanita yang kelelahan setelah berlari.
"Aku tidak ingin mati! Tidak aku tidak ingin mati!!" Teriak seorang pria yang merasa ketakutan sembari menarik rambutnya.
"Hei tenang lah," seorang wanita menghampiri
Namun dengan cepat pria itu mendorongnya, dan duduk di atas perut wanita tersebut. Dengan kewarasan yang hampir hilang, ia berusaha melecehkan wanita di hadapannya.
"Aku tidak masalah mati! Asal aku merasakan nikmat ini terlebih dahulu!"
"Tidak! Pergi jangan!" Teriaknya
Namun pria tersebut tak perduli dan terus merobek pakaian wanita di hadapannya, tanpa perduli dengan norma kemanusiaan di tengah ambang kematian seperti ini.
Buk!
Pria tersebut terbaring di atas tubuh wanita yang berusaha ia lecehkan, dengan kepala yang mengeluarkan cairan merah membuat hal itu tumpah di wajah wanita yang hendak di lecehkanya.
"Aghh!" Teriaknya sembari segera bangkit.
Sementara itu seorang wanita lagi nampak ketakutan setelah ia membunuh seseorang, yang mana tatapannya begitu ketakutan.
"Haha ... Aku membunuh seseorang..." Lirihnya tertawa sembari menangis.
"Tenanglah! Kau melakukannya karena pria tersebut jahat!" Ucap seorang wanita tadi menenangkan
Namun ditengah kondisi itu suara langkah mendekat, keduanya menatap kearah belakang yang memperlihatkan mahluk berkaki empat, dengan tubuh yang besar.
"Ap-"
WOSHH!
Dua kepala wanita melambung tinggi dan saling memandang satu sama lain, hingga akhirnya dua kepala itu terjatuh, dan menjadi santapan mahluk itu.
***
- Kerajaan Loni
Setelah pemanggilan para pahlawan, kerajaan nampak meriah oleh sebuah pesta besar yang dilakukan kerajaan saat itu.
Semuanya bersorak gembira menyambut dua pahlawan mereka. Pahlawan wanita yang mahir menggunakan pedang karena sebuah anugerah dan bakat.
"Selamat malam, Nona Rose, Gina." Seorang pria dengan setelan rapi mendekat
"Selamat malam juga, Tuan Akeni."
Keduanya memberikan salam juga, salam kepada pria yang telah melatihnya beberapa hari terakhir.
"Sesuai yang dikatakan, seorang pahlawan memang memiliki bakatnya sendiri. Hanya dalam beberapa hari saja kemampuan berpedang kalian bisa sehebat ini!" Puji Akeni
"Anda terlalu berlebihan, Tuan Akeni. Semuanya berkat pelatihan anda?" Jawab Rose
"Benar sekali, sejujurnya saat kami tiba juga belum mengerti apa-apa." Sambung Gina tersenyum
"Hahaha! Pahlawan tetaplah Pahlawan. Dan tetap saja kalian berbeda dengan orang lain, apalagi dengan kemampuan kalian yang belajar cepat menjadikan nilai plus tentunya bukan?" Akeni terkekeh
Gina dan Rose hanya tersenyum. Apa yang dikatakan Akeni memang benar. Karena sejatinya seseorang perlu waktu lama untuk memahami teknik bertarung, apalagi teknik pedang.
Namun di hadapan kedua wanita ini, hal itu bukanlah masalah besar. Karena hanya dalam waktu beberapa hari keduanya sudah sangat mahir dalam menggunakan seni beladiri berpedang.
"Ah ya, kudengar kalian juga akan ikut dalam misi penyerbuan bukan?" Tanya Akeni
Rose mengangguk dan berkata, "tentu, kamu juga perlu pengalaman nyata untuk menjadi lebih kuat lagi!"
"Ya itu bagus, pengalaman adalah guru yang terbaik. Dan kurasa tak akan ada masalah. Karena kalian pahlawan pastinya memiliki berkah perlindungan Dewi!" Jelas Akeni
"Meski kami adalah Pahlawan, tetap saja pengalaman sangat di butuhkan. Terlebih kami juga perlu beradaptasi lagi dengan semuanya." Sambung Gina
Di tengah pembicaraan tersebut, tiba-tiba semua pandangan teralihkan. Seorang wanita cantik tengah berdiri di podium, ia adalah Silvia ratu Kerajaan Loni.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!