"Aurora, mommy sudah kata kan. Lepas kan kelompok mafia yang kau pimpin," seorang wanita paruh baya saat ini nampak berkacak pinggang menatap marah ke pada putri nya.Seorang pria yang tak lain dan tak bukan suaminya mengusap mengusap punggung sang istri.
"Tidak Mom, klan ku adalah hidup ku sejak kecil. Mereka semua sudah ku anggap sebagai keluarga ku," Aurora menjawab dengan wajah tertunduk.
Dia adalah sumber dari segala permasalahan di keluarga Browns, pada hal dia hanya lah seorang putri angkat, dan Aurora merasa sangat buruk dengan hal ini. Tapi klan nya adalah sesuatu yang ia bentuk dengan susah payah nya sejak ia di pukuli oleh ibu kandung nya sendiri.
"Apa mommy menyuruh mu menyingkirkan mereka dari bumi ini hingga mereka tak bisa kau temui lagi?" Rosaline menghembuskan napas kasar nya.
"Baby, sudah lah. Mungkin putri kita sudah nya..."
"Nyaman? Nyaman kata mu, apa selama dia aman dengan kelompok nya itu? Apa dia tidak melihat bagaimana kehidupan Daddy nya selama ini, bahkan cucu nya harus meninggal karena musuh lamanya?"
Rosaline mulai menitikkan air matanya ketika mengetahui calon cucunya meninggal karena musuh sang suami di masa lalu.
"Mom, aku...aku minta maaf," ucap Aurora semakin menunduk.
"Aurora mommy mohon, ini adalah cara terbaik untuk mu Sayang. Mommy... mommy bukan nya egois ingin menghancur kan usaha mu sejak kecil, hanya saja... Itu sangat berbahaya," jelas Rosaline berharap putri nya itu mengerti.
"Tidak Mom, Rora akan mempertahankan k..."
"Agar bisa bersama kekasih mu? Agar ada jalan bisa bertemu dengan kekasih mu? Apa itu? Ingatlah Rora, kau sudah bertunangan," ucap Rosaline.
Aurora mendongak ke arah mommy nya.
"Aku ingat mom, dan Ini semuanya tidak ada hubungan nya dengan Alaska," ucap Aurora membantah.
Hening sejenak melanda, tidak ada suara yang terbuka
"Apa kau akan mempertahankan klan mu?" tanya Rosaline sekali lagi.
"Yah mom, aku mohon mommy setuju," ucap Aurora penuh harap. Rhadika juga berharap Rosaline setuju, dia tidak tahan lagi melihat kesedihan yang bertubi-tubi di wajah sang putri.
"Yah aku setuju," ucap Rosaline dengan wajah datar nya.
"Terimakasih mom," ucap Aurora antusias.
"Maka mommy akan pergi dari mu, Mommy akan menganggap bahwa mommy adalah seorang ibu yang gagal yang tidak becus dan tidak pantas menjadi seorang mommy. Maafkan mommy karena menjadi ibu yang gagal untuk mu Aurora," ucap Rosaline berlalu dari sana dengan linangan air mata nya.
"Baby.." Rhadika mencoba memanggil sang istri
Aurora membeku di tempat. Cobaan apa lagi yang harus ia terima. Tidak cukup lah diri nya kehilangan kekasih yang sangat ia cintai, menjadi dasar permasalahan tidak enaknya dua hubungan keluarga besar, dan terakhir ini harus memilih antar klan dan mommy nya? Cobaan apa yang harus di terima nya lagi, tidak cukup kah?
Aurora lemas, dia limbung ke lantai marmer itu tapi untung saja Sang Daddy datang dan menangkap Rora.
"Dad, Rora tidak bisa memilih. Apa Rora anak durhaka Dad hikssss," untuk ke dua kali nya Aurora merasa sesak dengan hidup nya. Pertama dia memilih antar dendam dan kekasih nya dan ke dua antar klan dan mommy nya.
"No Sayang....kau harus bisa. Ingat mommy mu Sekarang benar-benar serius, jadi bijaklah Sayang," ucap Rhadika mengusap kepala Sang putri.
Tidak ada kata mennenangkan tapi justru kata menekan. Ini bukan semata-mata Rhadika membuat Rora terdesak, hanya saja ketegasan dan kebijakan harus benar-benar di pilih di sini.
Kisah Aurora dan Alaska akan dimulai dari sini Yah Gays😘😘😘😘
Jangan lupa like nya 😊👍👍👍
Agar author nya semangat up nya
Flashback####
"Aurora, Daddy tidak peduli sama sekali
Siapa dia bagi mu. Dia adalah seorang pembunuh. Jika kau memilih nya, Kau tetap lah bagian dari Browns, tapi ingat Daddy mu ini sudah mati untuk seorang Aurora. Namun jika kau memilih keluarga mu, tambak dia di depan mata Daddy," ucap Rhadika tegas.
Suara yang di luar kan Daddy nya begitu mencekik serasa pasokan oksigen di tarik paksa dari rongga dadanya.
Kenapa selalu saja Aurora tidak beruntung di kehidupan ini. Kenapa diri nya selalu saja mendapatkan cinta dan kasih sayang yang berlatarbelakang, ibu nya, cinta berlatar belakang dendam ke pada mommy nya, kekasih nya berlatar belakang dendam pada Daddy karena salah paham masa lalu hingga menewaskan satu korban.
Bahkan dengan bodoh nya Alaska menerima todongan pistol yang di arah kan ke kening nya.
"Tembak Sayang, tidak ada lagi tujuan hidup ku. Arah ku sudah hilang."
Mendengar ucapan sang kekasih nafas Aurora semakin sesak. Apa sesingkat ini kebahagiaan yang di terima oleh nya, sesingkat ini?
"Apa alasan mau hah, apa alasan mau membunuh keponakan ku?" tanya Aurora menggebu-gebu. Rasa sesak dan sakit serta sedih di dalam tubuh nya kini bersatu.
"Aku membenci seorang pembunuh!"
"Bagaimana diri mu heh, apa aku tidak membenci mu?"
Hening, Aurora akhir nya mengambil jalan terakhir.
"Selamat tinggal,"
Dor
Peluru itu keluar begitu saja tapi tidak menembus tubuh seseorang melainkan kaca transparan yang ada di sana
Aurora tergeletak di lantai dengan tak berdaya. Baru kali ini dia membunuh dengan perasaan kalut dan rasa takut kehilangan yang tinggi.
Untung saja sebuah tangan menghempas kan tangan Aurora dan membuat peluru itu tidak bersarang di kepala sang kekasih.
Aurora mendongak dan melihat siapa yang menghalangi nya. Tidak, dia benci akan kegagalan ini, dia tidak mau kehilangan Daddy nya.
Baru saja Aurora ingin memaki orang yang menghalangi jalan nya, sebuah bentakan keras memenuhi telinga Aurora.
"Kau ingin menjadi pembunuh hah," nyali Aurora langsung menciut melihat wajah yang selalu tersenyum manis dan penuh kasih sayang itu.
"Mom... mommy," gagal Aurora berdiri dan menunduk takut di hadapan mommy nya.
"Jadi ini kekasih mu? Kekasih mu yang juga hampir membunuh mommy dan adik mu?"
Deg
Deg
Dua jantung langsung berdetak tak karuan mendengar ucapan Mommy nya.
"Apa maksud mu mom, apa Al..apa dia pernah menyerang mommy?"
"Yah, bahkan di saat mommy mu hampir mati dia sama sekali tidak ada nurani," ucap Rosaline menggebu.
Rhadika di sana mengusap rambut nya kasar. Kapan, sejak kapan istri nya datang ke sini? Siapa yang memberikan informasi ini?
"Nyonya maaf kan saya....saya hanya..."
"Aurora, pulang! sekarang di hadapan Mommy, putus kan hubungan mu dengan pria ini!" perintah Rosaline dengan tegas menatap nyalang pada pria di depan nya.
Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk putrinya. Yah, Rosaline bertekad akan membersihkan klan mafia yang beredar di keluarga nya termasuk pria di depan nya dan klan Aurora.
"Tidak...aku tidak bisa hidup tanpa mu Aurora. Nyonya maaf kan saya," Al berlutut di hadapan Rosaline. Meskipun dia di katakan pengemis cinta, tak apa. Tak apa dia menjadi budak cinta.
"Cepat Aurora, apa itu lebih sulit dari menembaknya?" bentak Rosaline lagi. Kesabarannya sudah di ambang batas.
"Jika kau tidak bisa membunuhnya biarkan Daddy yang menyelesaikan nya," ucap Rhadika dari sana dan berjalan ke arah Al dengan pistol di tangan nya.
"Aku tidak membutuhkan kekerasan mu saat ini Sayang, cukup berdiri di sana dan istri tercinta mu ini akan menyelesai kan nya!" ucap Rosaline menatap tajam Rhadika. Suara nya juga sangat rendah dan penuh penekanan. Rhadika tiba-tiba berhenti di tempat nya. Wajah sang istri saat ini dalam mode serius dan itu menakut kan.
Safira hampir tergelak karena melihat wajah ayah mertuanya. Bisa-bisa nya pria tampan tapi tua itu takut istri. Safira juga takut melihat ibu mertua nya yang tiba-tiba datang dan melewati semua orang tanpa rasa takut, Safira berpikir Rosaline akan membunuh Al dengan tangan nya, tapi wanita berhati malaikat itu tidak ingin membalas kekerasan dengan kekerasan.
"Aku Aurora, kekasih mu selama enam tahun memutus kan hubungan dengan mu Al. Baik kau terima ataupun tidak, hubungan kita putus di sini," ucap Aurora dengan tegas tanpa getaran sedikit pun.
Flashback end###
Mengingat itu dada seorang pria yang saat ini memegang wine terasa sesak. Bahkan wine yang ada di tangan nya terjatuh begitu saja. Tangan nya tak mampu hanya mengangkat sebotol wine yang akan di minum nya.
"Apa aku di takdir kan untuk selalu di tinggal kan seseorang yang kucintai dan ku sayangi? Kapan heh, kapan aku bisa merasakan cinta yang ku inginkan," ucap pria itu tertawa hambar.
Mata nya yang sembap menatap ke arah depan dengan tatapan kosongnya. Puluhan botol wine bertebaran di lantai, bahkan ada yang pecah dan berserakan memenuhi lantai kamar itu.
"Kenapa hidup ku sangat lucu? Kenapa tidak sejak dulu aku tidak mencari identitas mu Sayang, kenapa baru sekarang, jika dulu aku tau siapa kau sebenarnya, aku rela, aku rela tak mengingat kakek dan ibu ku demi mu. Aku akan merelakan balas dendam sialan yang tak berguna itu," teriak Al dengan Isak tangis nya.
Dia berbicara sendiri melampiaskan amarah nya sendiri, sambil menikmati kebodohan yang dia ciptakan sendiri untuk merusak hidup nya.
"Alaska, apa yang kau lakukan nak," seorang wanita memeluk Alaska dengan begitu erat. Dia sangat kasihan melihat putra satu-satunya seperti ini. Sudah dia tahun belakangan ini Alaska seperti ini, terpuruk, bertindak bodoh, gila, mabuk-mabukan, meracau tak jelas, menyiksa diri dan bahkan tubuh nya saja tidak di rawat.
"Mommy hikss, aku...aku kehilangan arah.Dia...dia pergi dari sisi ku," ucap Alaska memeluk sang mommy dengan begitu erat.
"Sayang...bukan kau yang meninggal kan nya, dia sudah bahagia sekarang. Relakan Dia Sayang," ucap mommy nya dengan mengusap punggung Al
"Tidak Mom...tidak, sampai kapan pun."
Oke oke oke
Tiba-tiba suara tangis bayi menyela percakapan dua anak dan ibu itu.
"Mommy , adik menangis, pergilah. Aku akan menyusul," ucap Alaska melepaskan pelukan sang mommy dan segera pergi ke arah kamar mandi.
Wanita itu merasa senang sekaligus sedih, putra nya itu akan beranjak dari keterpurukan nya jika sudah mendengar adik nya menangis. Adik nya dan ibunya itu adalah obat untuk Al tetap bertahan di tempat menyesak kan ini.
"Al, jika.kau benar-benar menginginkan wanita itu, berjuanglah nak. Jangan bertindak bodoh dengan mengurung diri, kau harus menunjuk kan diri mu layak untuk nya," ucap wanita itu lalu pergi dari kamar putra nya.
Al berhenti sejenak di depan pintu kamar mandi dan melihat mommy nya yang baru saja menutup pintu kamar nya. Hari nya tergelitik mendengar ucapan sang mommy.
Jangan lupa like nya 😊👍👍👍👍
Agar author nya semangat up nya 🙂👍👍👍
"Hai Baby Boy," ucap Aurora menyambut anak kecul yang sedang berjalan tersendat-sendat ke arah nya seperti orang mabuk yang tak tau arah.
So kecil yang saat ini memakai popok untuk menutupi bagian kecil nya dan tubuh lain nya yang sangat rentan masih tidak di tutupi oelh sehelai benang pun
"Hati-hati baby Boy," ucap Aurora berjalan ke arah anak kecil yang baru saja keluar dari lift.
"oon... oon. ..oonnn" ucap anak itu berjalan sempoyongan dan hampir terus saja jatuh.
"Sayang hahahah, bukankah kamu yang akan menjadi seorang CEO. Kenapa keponakan mu mengata kan kamu oon dan kamu memberikan nya , hahahaha," suara Rosaline memecahkan kesenangan Aurora yang menyambut keponakannya yang amat sangat gemas.
"Mommy," kesal Aurora menatap jengah ke arah mommy nya.
Bukan tidak mungkin sang mommy tidak mengetahui apa maksud Brian keponakan kecil nya. Nama nya juga anak kecil berusia menjelang dua tahun, entah kenapa mengatakan aunti terasa sangat sulit untuk ponakan nya ini.
Kenapa mengatakan Mom dan Dad, anak ini begitu lancar, Grandma dan Grandpa juag meskipun kadang entah apa yang di katakan anak kecil ini namun sesekali pasti benar, hanya gelar nya saja yang susah.
Brain selalu mengata kan aunti itu "oon," entah dari mana bisa berganti haluan seperti itu
"Apa adik ipar tidak marah Brian di bawa ke sini?" tanya Aurora.
"Tentu saja marah dan tidak rela, namun akting mommy mu ini begitu hebat memperdaya menantu itu, apa lagi putra ku yang pengertian selalu mendukung ku," ucap Rosaline penuh bangga.
Aurora hanya menggelengkan kepalanya tak tahan melihat tingkah mommy nya yang sombong. Yah, jika menyangkut Brian pasti mommy nya ini lah yang akan selalu menang dari segala sudut.
"Berarti aku juga bisa bukan membawa Brian ke apartemen ku?" ucap Aurora tiba-tiba menjadi senang.
"Ta..ta...ta. Oon...oon," seakan setuju, Brian memanggil -manggil aunti nya.
"Look, He agree with me mom," ucap Aurora senang mencium pipi tembem Brian.
"ouh tentu saja tidak Nona, Brian akan tetap bersama Grandma nya." Rosaline tentu saja tidak setuju. Drama yang di buatnya di mansion sang menantu sudah sangat penuh usaha dan apa, membawa Brian. Dalam mimpi.
"Pergilah bekerja, bukan kah seorang calon CEO harus lelah, cape dan jadwal nya padat. Kenapa kamu masih sempat-sempatnya datang kemari?" Hal yang sama sekali tidak pernah di ucap kan Rosaline pada anak-anak nya yaitu mengusir secara halus, tapi kali ini dia benar-benar ingin mengusir perebut keponakan nya.
"Fine, jika begitu boleh kah kita keluar bersama mom membawa Brian? Aku yakin si kecil ku Ini akan sangat senang," ucap Aurora mencari jalan tengah.
"Okay, Mommy izin sama dad dan menantu," ucap Rosaline langsung menelepon Safira dan suami nya.
Setelah mendapat kan izin ke dua wanita itu begitu bersemangat ke Laur dari mansion menuju teman kanak-kanak di mana Brian di di perkirakan akan begitu senang.
Yah, keluarga besar ini saat ini sudah berkumpul di New York karena permintaan dari Nyonya besar, begitu juga dengan Aurora, dia sudah tinggal dia new you juga, bisnis yang berada di tempat nya tinggal dulu sudah di pindah kan ketempat ini meski pun belum seluruh nya. Klan wanita itu sudah di lepas begitu juga dengan klan Black Sky, sesuai keinginan nyonya besar yang ingin hidup damai dan tidak ingin cucu kecil nya mengenal dunia itu, cukup sampai generasi Shine.
"Ponakan aunti, kita akan pergi bermain-main," ucap Aurora memakaikan Brian pakaian mahal milik anak kecil itu.
Tidak norak seperti anak-pada umum nya seperti ada gambar Spiderman atau Batman, namun pakaian tetap termasuk pakaian heboh karena memiliki warna yang begitu menyilaukan warna seperti anak-anak lain. Ini adalah pilihan Aurora, dia tidak mau ponakan nya memiliki warna baju Yang sama seperti adik dan Dad nya, selalu hitam seperti pakaian orang melayat saja.
"Let's go Baby Boy," ujar Aurora begitu bersemangat ria.
Rosaline sangat senang melihat putri satu-satu nya menjadi lebih ceria. Aurora nampak tidak terpuruk seperti sebelum-sebelumnya nya yang minim bicara dengan ekspresi datar.
Tapi tidak ada yang tau wajah bahagia Aurora apakah sama dengan hati nya yang di dalam. Apakah dia benar-benar sudah melupakan masa lalu nya yang begitu menyesak kan dad. Semoga saja dia sudah benar-benar melupakan Alaska, pria ke dua yang benar-benar memberikan cinta dan kasih sepenuhnya pada nya, yang pertama akan selalu dan tetap Daddy nya yang tampan.
Tak berbeda jauh dengan sepasang kekasih yang saat ini juga sedang berangkat bersama untuk menuju taman kanak-kanak. Seorang anak kecil yang masih minum dari dot kecil nampak dengan rakus meminum susu nya.
"Hei Boy, jangan rakus boy. Tidak ada yang akan meminta nya dari mu," kekeh pria itu mengusap pipi gembul anak kecil itu. Mata jernih anak kecil itu mengarah ke pria dewasa yang mengusap pelan pipi gembul nya.
Mata nya terbuka dan tertutup secara perlahan menampakkan mata yang putih kecil dan sangat bersinar itu. Gemas dan lucu begitulah penjelasan singkat tentang anak itu.
Berbeda dengan wanita yang berada di samping pria itu. Dia begitu kesal karena perhatian pria nya selalu saja tertuju pada anak kecil yang ada di pangkuan pria itu.
"Sayang, jangan hanya fokus pada nya, bisa kah sedikit memberikan aku perhatian. Ini pertama kali nya kita keluar rumah dan kenapa harus membawa nya? Dia juga masih kecil tidak boleh keluar-keluar," ujar si wanita.
"Diamlah Clarias, tidak ada yang mengajak mu sama sekali," ucapan sarkas itu membuat si wanita semakin panas dan ingin mencakar penyebab pria nya bersikap seperti ini.
"Singkirkan pikiran kotor mu itu atau kau ku lempar dari sini!" peringat pria itu begitu tenang namun menusuk.
*****"
"Baby boy, look ada banyak anak kecil," ucap Aurora menunjukkan banyak anak kecil seumuran Brian.
"Oon...oonn," ujar anak kecil itu berjalan ke arah kerumunan. Tangan Aurora dengan setia memegang tangan si kecil dan kadang menahan tubuh Brian yang kadang akan terjatuh.
Rosaline mengalah, dia memilih untuk duduk di suatu tempat karena dia sudah kelelahan membawa dan mengikuti langkah si kecil yang hiper aktif dan tidak mau diam. Dia sudah lelah sejak tadi, waktunya istirahat.
Aurora dengan senang memperkenalkan Brian pada anak-anak kecil di sana. Tidak ada kekhwatiran sama sekali di mata Aurora, kenapa? Tentu nya karena tidak ada lagi dunia gelap yang mengitari.
Tiba-tiba Brian berhenti dan menatap lekat ke arah anak-anak yang memakan suatu benda yang besar dan mengembang.
"Baby Boy mau kembang gula?" tanya Aurora.
"Oon...oon, ucap Brian dengan semangat empat lima.
"Baiklah baiklah, ikut mommy muda," ucap Aurora tersenyum kecil menggendong Brian. Di Brian kecil sama sekali tidak mau di gendong dan ingin berkeliling ria dengan kaki kecil nya.
Jati kelingking Aurora menjadi pegangan Biran kecil, tangan nya penuh dengan jari kelingking Aurora.
"Oon oon...oonn," suara Brian kecil
"Mommy muda cantik ini akan memesan oke! Sabar yah putra kecil mommy," ucap Aurora dengan senyuman nya ke arah Brian.
"Tuan, Saya pesan satu."
"Saya pesan satu!"
Serempak dua suara yang memiliki isi kalimat yang sama terlontarkan.
"Nyonya dan Tuan, apakah kalian suami istri? Wah kalian sangat cocok, anak kalian juga sangat lucu. aku akan segera membuat nya," ucap penjual itu melihat ke arah Brian kecil
"Mom....m...momiii," ujar Brian kecil menarik-narik hari kelingking Aurora.
Jangan lupa like nya 😊👍👍👍👍
Agar author nya semangat up nya 🙂👍👍👍👍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!