NovelToon NovelToon

Nafas Kekasih

Sepasang Makhluk Mungil

Ruangan VVIP sebuah Rumah Sakit

Dokter dan para suster terlihat sibuk menangani seorang pasien yang ingin melahirkan. Nyonya Viona nama pasien yang ingin melahirkan terlihat sudah menahan rasa sakit yang tak tertahankan lagi, di sampingnya sang suami Tuan Burhan terlihat setia menemani sang istri yang ingin melahirkan.

"Nyonya mohon ikuti petunjuk saya" ucap Dokter yang menangani persalinan Nyonya Viona.

"Dok, tolong, segerakan proses kelahiran anak saya, istri saya sudah sangat kesakitan" Tuan Burhan merasa tidak tega melihat istrinya yang tengah berpeluh hebat.

"Iya, Tuan, harap tenang dan mohon beri dukungan pada istri Tuan" sang Dokter terlihat sibuk mengeluarkan si jabang bayi.

"Aaakkhhh," pekik Nyonya Viona, sesaat seorang bayi tampan terlahir kedunia.

"Selamat, Tuan, Bayi anda lahir dengan sehat tanpa cacat, selamat ya Tuan" ucap Dokter dengan bahagia.

"Alhamdulillah, sayang, bayi kita selamat, Terima kasih kamu sudah berjuang untuk anak kita" Tuan Burhan mengecup kening istrinya dan menangis bahagia.

"Iya sayang, itu sudah kewajiban ku sebagai istrimu" sambil mendekap bayi tampan nya yang sebelumnya sudah dibersihkan perawat.

"Oh ya, aku sudah siapkan nama yang cocok untuk nama anak kita" senyum bahagia di wajah Tuan Burhan yang terlihat antusias.

"Nama apa yang telah kamu siapkan?" Nyonya Viona tersenyum melihat wajah suaminya yang terlihat bahagia.

"Adam Fernando" sambil berdiri dan menggendong bayi tampannya.

"Hmm, bagus, aku suka sayang" hatinya bahagia melihat suaminya sangat amat bahagia melebihi siapapun di dunia ini karena hadirnya buah cinta mereka kedunia.

"Baiklah Adam, anak Papa yang tampan" tak hentinya Tuan Burhan memberikan ciuman hangat di pipi anaknya. Berharap nantinya sang anak menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya nanti.

Disaat yang bersamaan pada ruangan bersalin...

"Ayo, sedikit lagi bu" terlihat Dokter menangani persalinan sepasang orang tua yang tengah menanti kelahiran buah hati mereka.

"Allahu Akbar!" pekik seorang wanita, yang tak lain adalah Nyonya Vera. Tak lama lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik.

"Alhamdulillah, ya Allah" sujud Tuan Ahmad bahagia atas kelahiran anak perempuan nya.

"Sayang, aku mau anak kita di kasih nama Hawa Cantika, gimana menurut kamu" Nyonya Vera bertanya pada suami nya.

"Nama yang bagus istriku, kita panggil Hawa" senyum menghiasi wajah pasangan suami istri yang telah menjadi orang tua dari bayi perempuan cantik itu.

Kelahiran dua orang anak manusia diwaktu yang bersamaan, sepasang bayi tampan dan cantik terlahir ke dunia.

Beberapa hari kemudian...

Kedua keluarga yang telah di karuniai anak tersebut telah kembali ke kediaman masing-masing dengan senyum yang tiada hentinya. Mereka bersyukur atas kelahiran anak pertama mereka.

Kediaman Keluarga Burhan

"Akhirnya kita sampai dirumah" sambil membantu membawa barang-barang istrinya dari rumah sakit, Burhan menuntun Nyonya Viona istrinya perlahan, dia sangat hati-hati atas anak dan istrinya.

Tuan Burhan membawa sang istri beserta anaknya ke kamar yang sudah dibersihkan pelayan mereka sebelum mereka pulang ke rumah.

"Kamu bobok ya sayang" Nyonya Viona meletakkan bayi Adam kedalam box bayi, sekilas memberikan ciuman nya dan bayi Adam tersenyum seolah mengerti apa yang dikatakan ibunya.

Kediaman keluarga Ahmad

"Pelan-pelan sayang, mari ku bantu" perlahan membantu istrinya berjalan menuju kamar mereka.

"Ya ampun sayang, aku baik-baik saja" istrinya tersenyum melihat suaminya yang terlalu kawatir.

"Bayi kita anteng ya sayang" sambil menimang anaknya yang sejak tadi tiada bosan nya Tuan Ahmad melihat wajah cantik anaknya.

Hey, jangan menangis!

5 tahun kemudian...

"Hey, anak miskin!" teriak anak-anak sambil berlari melingkari seorang gadis kecil, ya dia adalah Hawa Cantika.

"Ibuuu" gadis kecil itu terduduk sambil menangis mendengar teriakan dari teman di sekolahnya.

"Haha, mana ibumu, dasar anak cengeng!" cibiran seorang anak laki-laki diantara beberapa anak-anak yang meneriaki Hawa.

Hawa kecil hanya terdiam sambil tetap berjongkok memeluk lututnya, tangannya sesekali menyeka air mata yang tumpah diwajahnya. Ejekan dan celaan dari teman di sekolahnya memang hampir tiap hari dia dapatkan. Tapi dia sekalipun tak pernah ambil hati dengan itu semua.

"Hey, hentikan!" seorang anak kecil tampan datang dan mendekat kearah kerumunan anak-anak yang terlihat meneriaki seorang gadis kecil.

"Wah, Adam, kenapa kau membela anak cengeng ini" anak laki-laki yang bernama Bery memeluk pundak sahabatnya.

"Jangan ganggu dia, dia tidak salah!" Adam berkata dengan nada sedikit membentak.

"Ayo, kita pergi, huh dasar cengeng!" keributan pun seketika menghilang.

"Sudah, jangan menangis" Adam kecil menyentuh pundak Hawa kecil sambil tersenyum.

"Terimakasih, kau sudah membelaku" sambil mengelus wajah dan membersihkan lututnya yang kotor berdebu.

"Oh ya, namaku Adam, kamu?" Adam kecil mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya. Dia terlihat sangat dewasa meskipun usianya masih belia.

"Hawa" meraih uluran tangan Adam kecil. Anak lelaki tampan yang menolong nya. Ya, bagi Hawa kecil anak lelaki tampan ini adalah malaikat penolongnya.

"Kelak jika ada yang berani mengganggumu aku tak akan tinggal diam, kau ingat itu Hawa" Adam kecil berjalan sambil menggandeng tangan Hawa kecil.

Hawa kecil bahagia kini dia memiliki teman sekaligus sahabat yang menjaganya. Sambil bergandengan tangan mereka memasuki kelas dan ternyata mereka satu kelas.

Adam dan Hawa adalah anak yang sangat pintar dikelasnya, tak jarang mereka selalu bersama baik dalam hal pelajaran maupun diluar jam pelajaran.

Waktu jam pelajaran berakhir, sekolah telah usai. Tiba saatnya para orang tua menjemput anak-anak mereka. Semua anak telah dengan setia menunggu kedatangan orang tua mereka masing-masing.

Tak lama Nyonya Viona tiba untuk menjemput Adam kecil.

"Adam sayang, gimana sekolah hari ini" Nyonya Viona mengelus rambut anaknya sambil menuntun tangan sang anak menuju mobil.

"Semua berjalan lancar, Ma" ucap Adam kecil sambil melihat temannya Hawa masih menunggu jemputan orang tuanya.

"Hawa, apakah orang tuamu menjemput?" ucap seseorang yang sontak membuat Hawa kecil menoleh.

"Oh, Adam, iya aku akan menunggu disini, mungkin sebentar lagi mereka tiba" senyum manis terlihat di bibirnya.

"Siapa dia, sayang" Nyonya Viona tersenyum lembut kearah Gadis kecil yang di sapa oleh anaknya, terlihat keakraban di sana.

"Dia temanku namanya Hawa" ucap Adam sambil berjalan dengan ibunya.

"Gadis kecil yang manis, ramah pula" sambil duduk di belakang kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil miliknya.

"Iya, ma, dia gadis kecil yang manis" ujar sang anak sambil tersenyum penuh arti. Nyonya Viona bisa melihat ada kebahagiaan di wajah sang anak.

Tak berselang lama, orang tua Hawa kecil yang tak lain adalah Tuan Ahmad datang dengan motor maticnya. Hawa kecil pun dengan senyuman manis langsung duduk dibelakang sang ayah.

"Apakah sekolahmu baik nak" Tuan Ahmad mulai bercerita pada anaknya sambil berkendara.

"Semuanya baik, yah, dan aku juga sudah mempunyai sahabat, namanya Adam" Hawa kecil bercerita panjang lebar tentang kisahnya hari ini disekolah.

"Apakah dia anak yang baik dan tidak usil padamu kan?" ucap Tuan Ahmad sesekali menoleh kearah anaknya di belakang.

"Dia sangat baik padaku ayah, dia yang membelaku di saat aku di teriaki sama teman-teman yang lain" dengan wajah sendu Hawa bercerita kepada ayahnya.

Begitulah pertemuan singkat mereka disekolah, tak disangka mereka juga berada di satu sekolah yang sama.

Pasti bisa!

Terlihat kerumunan anak remaja berseragam Sekolah Menengah Pertama yang sangat berdesakan. Tak lupa sepasang makhluk tampan dan cantik juga berada ditengah kerumunan itu, mereka ikut berdesakan dan dapat berdiri paling depan.

"Wah, ada namaku!" teriak pemuda tampan tak lain adalah Adam yang beranjak remaja, namun ketampanannya sedikitpun tidak berkurang.

"Jelas adalah, kau selalu unggul" sambil melihat namanya berada di urutan kedua setelah nama Adam Fernando.

"Hehe, kau juga tak pernah turun dari angka 2 Hawa, tetap bertahan mendampingi namaku" sambil mencubit pipi Hawa yang membuatnya gemas.

"Aduh, kebiasaan deh suka cubit di pipiku, kata ibu kalau pipi kita dicubit, nanti malas makan" sambil menunjukkan wajahnya yang terlihat berpikir.

"Haha, emangnya kau masih bayi" kekeh Adam lagi-lagi mencubit pipi Hawa. Dia sangat suka mencubit pipi gadis itu karena menurutnya sangat empuk.

"Adam!" sambil melangkah meninggalkan Adam yang sibuk tertawa karena puas mencubit pipinya. Tanpa sengaja Hawa menabrak seseorang.

Bugh, " Maaf aku tidak sengaja" sambil menoleh kearah orang yang ditabraknya.

"Jalan itu pakai mata, anak cengeng!" ucap anak itu tak lain adalah Bery, yang bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya dan Adam.

"Bery, tenang lah kawan, dia kan tidak sengaja" Adam menghampiri sahabatnya itu yang terlihat aura amarahnya pada Hawa.

"Ah, dari dulu kau selalu saja membelanya!" sambil menatap Hawa yang tertunduk diam.

"Aku yang salah, karena diriku dia sampai tidak melihatmu" ucap Adam sambil memegang tangan Hawa.

"Baiklah, kau ku maafkan!" ucap Bery dengan nada yang selalu ketus. Dia pun berlalu pergi meninggalkan sahabatnya dan wanita yang selalu bikin dia kesal.

"Adam, aku tak sengaja" isak Hawa menahan tangisnya.

"Sudah, jangan menangis, dia sudah memaafkan mu, sebenarnya dia baik, kelihatannya saja dingin begitu" Adam mengelus kepala Hawa. Terlihat kesedihan di wajahnya, sebisa mungkin dia mencoba membuat Hawa tenang.

"Aku mau makan, lapar" ucap Hawa sambil mengusap perutnya seperti ibu-ibu yang tengah hamil muda.

"Kau sudah seperti ibu muda yang tengah hamil saja" kekeh Adam melihat kelakuan lucu Hawa.

"Dasar kau" pukulan Hawa pas mengenai bahu Adam.

"Ayok, setelah makan kita langsung pulang, hasil ujian kita udah keluar. Kita kan cuma melihat pengumuman saja, setelah itu kita daftar di sekolah yang ku impikan.

" Baik bos" gerak hormat dari Hawa seolah dalam sekolah militer. Hawa selalu mengikuti apa yang disarankan oleh Adam selagi itu baik untuknya.

Mereka makan dengan lahap, seolah sudah berhari-hari tidak makan. Setelah selesai makan, mereka pun pulang. Adam mengantarkan Hawa pulang dengan motornya. Karena besok adalah hari dimana mereka mulai sibuk mendaftarkan ke sekolah menengah untuk melanjutkan pendidikan tentunya.

Keesokan harinya mereka sudah tiba di sekolah yang menurut Adam bagus, dimana menyediakan jalur beasiswa bagi murid berprestasi, tentunya itu semua untuk Hawa mengingat Hawa berasal dari keluarga sederhana. Dia sangat suka membantu Hawa, apapun akan dia usahakan demi bisa bersama dengan Hawa.

"Aku akan selalu bersamamu meski ke ujung dunia sekalipun,aku pasti bisa buat kau bahagia " batin Adam berkata saat melihat senyum ceria Hawa saat ia bisa lolos masuk dari jalur beasiswa. Lain hal dengan Adam yang notabene dari keluarga berada. Sudah pasti dia bisa lolos karena pengaruh nama besar keluarganya dan juga kepintaran yang sangat mendukung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!