NovelToon NovelToon

Tuhan Jangan Ambil Dia

Perkenalan

Emely.

Seorang gadis yang baik dan periang. Di besarkan tanpa seorang ayah. Berada dalam kekurangan tak membuatnya malu atau putus asa. Wanita yang tangguh dan selalu membuat orang di sekelilingnya bahagia. Menjalani kehidupan yang pahit sedari masih dalam kandungan. Ayahnya yang pergi meninggalkan mereka dan lebih memilih hidup dengan wanita lain. Walaupun demikian, ia tak pernah membenci sosok ayahnya. kelembutan hati Emely mampu membawa kedamaian bagi setiap orang. Tak pernah membenci dan marah berlebihan terhadap orang-orang yang pernah menyakitinya. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menghidupinya. Pada suatu hari ia harus menggantikan pekerjaan ibunya menjadi pembantu rumah tangga. Gadis ini tak tega melihat ibunya harus bekerja keras sendirian. Ia berulang kali ingin menggantikan tugas ibunya untuk mencari nafkah. Namun pada saat itu ia masih dalam pendidikan yang mustahil di izinkan oleh ibunya untuk mencari nafkah.

Tapi saat ini, ia benar-benar sangat memaksa pada ibunya agar bisa menggantikan posisi itu. Sampai akhirnya kata persetujuan keluar dari mulut sang ibunda.

Bekerja sebagai asisten rumah tangga tidaklah mudah. Namun Emely tak pernah putus asa menjalaninya. Ia sangat yakin bahwa saat ini tuhan sedang mengujinya.

Yakinlah! Emely. Tuhan pasti mengujimu. ini adalah sebuah awal yang baru bagimu. Batinnya meyakinkan diri.

Tanpa merasa putus asa, gadis itu melangkah dengan penuh semangat. Ia sangat yakin akan ada kebaikan yang menghampirinya nanti. Ia juga percaya tuhan akan mengangkat derajatnya kelak.

Sekarang adalah saatnya berusaha. Jangan mudah menyerah dan berputus asa.Tuhan akan selalu menolong hambanya jika kita benar-benar yakin! batin Emely percaya.

Keyakinan dan semangatnya membuatnya tak pernah mengeluh walau dalam keadaan susah.

Gadis yang sangat periang dan baik. Selalu membawa pesan kedamaian bagi setiap orang terdekatnya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pria yang sangat pendiam dan pemarah.

Dia adalah anak dari majikan ibunya. Pertemuan yang telah direncanakan oleh tuhan.

Hingga akhirnya menjalin sebuah ikatan pernikahan. Kebaikannya mampu membuat kedua orang tua pria itu sangat menginginkan kehadiran Emely di tengah-tengah keluarga mereka.

Pernikahan yang tak di inginkan oleh sang pria hingga membuatnya terikat dalam sebuah perjanjian. Yang mana dalam perjanjian itu tertulis bahwa dirinya tak harus bersikap layaknya seorang isteri bagi pria yang akan ia nikahi.

Sungguh gadis yang baik, ia memenuhi semua perjanjian itu demi melihat orang-orang di sekitarnya bahagia. Benih-benih cinta mulai hadir setelah terikat dalam janji suci. Hingga akhirnya gadis itu terkena penyakit yang mematikan. Kebahagiaan yang selalu menghiasi keluarga mereka akhirnya membawa kepedihan dan kesedihan bagi orang terdekatnya.

Natan.

Seorang pria yang pendiam dan pemarah. Hidupnya sangat kaya tapi tak suka dengan kebisingan.

Ia menyukai keadaan yang tenang tanpa di kelilingi banyak orang.

Pria yang tak tahu apa artinya berbagi kebahagiaan maupun kesedihan. Pria yang sensitif dan mudah tersinggung.

Hidupnya sangat membosankan menurut seorang gadis. Ia tak tahu bagaimana cara meng-ekspresikan perasaanya.

Hingga suatu saat hadirlah seorang wanita yang baik dan sangat lembut hatinya. Gadis itu laksana malaikat pembawa pesan kebahagiaan di tengah-tengah kehidupannya. Seorang gadis periang dan tak pernah mengeluh dalam menghadapi setiap masalah yang menimpanya.

Wanita yang tangguh itu bisa merubah seorang Natan menjadi pria yang sangat menyenangkan. Hingga pada suatu saat terjalinlah ikatan pernikahan antara dirinya dan gadis itu.

Menolak bukanlah pilihan yang tepat baginya. ini tak lain adalah sebuah desakan dari orang tuanya. Perasaan cinta belum tumbuh di antara mereka.

Hingga akhirnya terjadilah pernikahan yang membuat benih-benih cinta mulai hadir. Kebaikan dan ketulusan gadis itu mampu membuat seorang natan jatuh cinta. Keluarga mereka selalu di hiasi dengan canda dan tawa. Hingga akhirnya ia mengetahui jika orang yang sangat di cintainya harus terkena penyakit yang sangat mematikan. Terlebih lagi ia sangat menyesal karena menduakan cinta dari gadis yang sekarat.

Kisah ini sungguh sangat memilukan.ketika perasaan mulai hadir namun tuhan berkehendak lain.

Gadis yang sangat ia cintai kini harus menderita penyakit yang sangat mengerikan. Canda dan tawanya selalu terbesit dalam benaknya. Penyesalan yang tiada hentinya kini menghantui fikiran dan jiwanya.

Tapi itulah takdir yang harus di jalaninya. Emely merupakan wanita yang membawa kesan yang sangat memilukan baginya.

Namun di balik semua itu, ia sangat bahagia bisa mengenal sosok gadis yang baik dan penyayang itu. Hidup bersama Emely membuatnya merasakan apa artinya hidup dan berbagi kebahagiaan terhadap orang di sekitarnya.

Bagaimana awal pertemuan mereka sampai akhirnya mereka jatuh cinta?

Kapan benih-benih cinta mulai timbul di antara keduanya?

Baca juga bagaimana Emely melawan penyakitnya?

Apakah Emely akan bertahan? Atau malah sebaliknya ?

Baca kisah selanjutnya!!

Kisah hidup Emely

Seorang gadis yang ceria dan berhati lembut hadir dalam kehidupan Tamara yang tak lain adalah ibunda dari Emely.

Wanita ini sangat bersyukur memiliki putri sebaik Emely. Hatinya yang lembut menenangkan hati dan jiwa sang bunda. Kehadiran Emely bagaikan cahaya yang menerangi kehidupan gelap seorang Tamara.

Kehidupan Tamara yang menyedihkan kini kembali bersinar dengan adanya Emely dalam genggamannya. Ia berjanji akan melindungi dan membesarkan putrinya walaupun tanpa kehadiran seorang suami.

Jiwa Tamara bangkit dari keterpurukan saat melahirkan Emely ke dunia.

Sebuah kebahagiaan yang tak pernah terlukiskan di wajah Tamara. Kini ia telah menjadi seorang ibu tunggal yang harus berjuang sendiri membesarkan anaknya.

Walau dalam keadaan susah, Tamara tak pernah mengeluh dan merasa terbebani dengan kehadiran buah hatinya. Tamara di tinggalkan oleh suaminya pada saat masih mengandung Emely.

Pada awal kehamilan, Tamara harus menanggung beban hidupnya yang sangat menyedihkan. Ia menjadi isteri yang tak di akui oleh suaminya sendiri. Dan kini suami Tamara lebih memilih wanita lain dari pada harus hidup bersama keluarga kecilnya.

Kesedihan Tamara di mulai dari awal mengandung Emely sampai melahirkan. Kini kesedihan yang selalu terpancar di wajah Tamara menghilang seketika karena kehadiran sang buah hati.

Kekuatan batinnya mulai hadir ketika ia menggenggam tangan mungil putrinya.

Ia seakan berjanji pada dirinya sendiri untuk mendidik dan membesarkan Emely dengan penuh kasih sayang.

Agar kelak nanti putrinya menjadi anak yang berguna bagi banyak orang.

Hari demi hari telah ia lewati. Segala masalah dan kesulitan hidup telah ia jalani bersama putri kecilnya.

Kekurangan tak membuat Tamara menjadi seorang yang mudah putus asa.

Ia kembali ceria ketika melihat Emely buah hatinya.

Wajah sang buah hati terpancar kedamaian bagi orang yang memandangnya. membawa ketenangan bagi jiwa. Segala masalah dan kesulitan yang hadir kini sirna begitu saja. Emely di besarkan oleh seorang ibu yang sangat menyayanginya.

Orang tua tunggal yang mengajarkan ia tentang cinta dan kasih terhadap sesama. Seorang ibu yang hebat dan tak pernah terlihat lemah di mata orang lain. Bekerja sehari-hari sebagai asisten rumah tangga tak membuat Tamara melupakan kewajibannya untuk mengurus dan mendidik buah hatinya.

Suatu usaha yang tak sia-sia bagi Tamara. sekarang anak yang ia besarkan telah selesai menempuh pendidikan di bangku kuliah. Emely adalah mahasiswi dengan lulusan predikat terbaik. Tamara sangat bangga pada putrinya. Ia meneteskan air mata karena merasa terharu dengan prestasi yang di raih Emely.

“Aku sangat bangga padamu! Tak sia-sia perjuangan bunda selama ini.”Ucap Tamara sambil memeluk Emely.

“Emely juga sangat bahagia punya orang tua seperti bunda. Ini semua berkat kerja keras bunda selama ini untuk mendidik dan membesarkanku.”Jawab Emely terharu.

Sekarang ibu dan anak ini terlihat sangat bahagia. Mereka berpelukan dan saling menguatkan satu sama lain.

Penderitaan dan kesedihan mereka selama ini tidaklah mudah untuk di jalani.

Tetapi itulah semua rencana tuhan. Air mata dan penderitaan mereka terbayarkan dengan sebuah prestasi yang di raih oleh Emely.

“Tuhan begitu menyayangi kita bunda. Kita harus bersyukur masih bisa bersama hingga saat ini.”Ucapnya sedih.

“Bunda juga bersyukur dengan kehadiranmu!Terima kasih, telah menjadi penguat dalam kehidupan bunda!”ucapnya sambil menangis.

Seketika itu Emely langsung memeluk ibunya dengan erat. Gadis ini sangat berterima kasih pada ibunya yang telah mendidik dan membesarkannya hingga menjadi sosok gadis yang berprestasi.

“Terima kasih banyak, bunda. Aku bahagia dan sangat bersyukur bunda ada disini dan menyaksikan hasil kerja kerasku.”Ucapnya sedih bercampur bahagia.

Kini ibu dan anak itu kembali ke rumah dengan perasaan bahagia.

Mereka berdua saling mendukung satu sama lain dalam keadaan suka maupun duka.

Saat perjalanan pulang, Tamara bertanya pada Emely.

“Apa rencanamu setelah lulus kuliah nak?” tanya sang bunda.

“Emely ingin membahagiakan bunda seumur hidup. Emely ingin mengumpulkan uang yang banyak dan mengajak bunda jalan-jalan keliling dunia.”Ucapnya penuh makna.

Jawaban Emely membuat sang ibunda terharu. Ia sangat bahagia mendengar jawaban dari putri kesayangannya.

“Kamu memang anak yang baik dan penyayang.Bunda berharap hidup Emely akan terus bahagia sampai nanti!” ucap sang bunda.

Emely tersenyum manis mendengar pengharapan yang di buat oleh sang bunda.

“Emely janji akan membahagiakan dan menjaga bunda selamanya.” Emely berjanji dalam hati.

Tak terasa perjalanan mereka sudah cukup jauh. Hingga ibu dan anak ini tak sadar jika mereka telah berada di depan rumah.

“Sepertinya kita telah sampai di rumah bun.”Emely tersenyum.

“Bunda sampai tak sadar dengan keberadaan kita sekarang.”Jawabnya menarik nafas.

Tiba-tiba Emely melihat ada sosok laki-laki paruh baya yang duduk di depan rumah mereka. Ia merasa asing dengan lelaki itu.

“Bunda kenal dengan orang itu?”sambil jari telunjuk mengarah ke tempat lelaki yang sedang berdiri.

Alangkah terkejutnya wajah Tamara saat ini. Ia tak menyangka jika sosok yang berdiri itu adalah ayah Emely yang telah menghilang selama bertahun-tahun.

Wajah yang terlihat bahagia kini telah berubah seketika. Senyum yang menghiasi bibirnya kini berubah menjadi bisu.

Apa yang di rasakan Tamara saat ini begitu sakit. Ia kembali mengenang kisah pilunya yang telah di jalaninya selama bertahun-tahun.

Pandangan yang tajam namun sulit di artikan.

Emely tak mengerti apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ia hanya menatap wajah sang bunda yang terlihat tegang namun menyimpan kesedihan yang mendalam.

Gadis itu mencoba bertanya pada sang bunda.

“Mengapa bunda menatapnya seperti itu?” Emely merasa heran.

Tamara tak menjawab pertanyaan Emely. Ia hanya menyaksikan masa lalu terpahitnya yang sedang berada di depan rumahnya sekarang. Tak tahu harus berkata apa pada Emely. Merasa bingung dengan keadaan yang ia hadapi.

Apa yang harus kulakukan?Andai saja aku memberitahu pada Emely tentang kebenaran, apakah ia akan senang atau malah sebaliknya? batinnya ragu.

Tamara sangat bingung dengan situasi yang di hadapinya sekarang. Sementara Emely berfikir apa sebenarnya yang terjadi pada sang bunda.

Mengapa bunda terlihat sedih kala menatap lelaki itu? Apa hubungan bunda dengan orang itu? segala macam pertanyaan berkecamuk dalam hatinya.

Sepertinya Tamara belum siap jika mempertemukan Emely dengan ayahnya dalam situasi seperti ini. Ia tak ingin memberi air mata sakit pada putrinya yang sedang merasakan kebahagiaan.

Tamara akhirnya mencari cara agar Emely tak bertatap wajah dengan ayahnya untuk saat ini.

“Tolong belikan ibu garam di warung!Sepertinya garam yang di rumah telah habis.” Mencari alasan agar Emely tak bertemu ayah kandungnya.

“Baiklah bun. Emely ke warung sekarang yah bun.” Dengan nada polos.

Rupanya Tamara mengambil kesempatan ketika Emely pergi. Ia menghampiri sosok pria yang banyak meninggalkan luka terhadap Emely dan dirinya.

“Mengapa anda kesini tuan Aditya?”mencoba santai dengan ucapannya.

Betapa terkejutnya lelaki itu. Ia tak sadar jika sosok Tamara telah berdiri di hadapannya.

Tatapan sedih yang tergambar pada wajah lelaki itu. Ada perasaan bersalah dan penyesalan yang tak mampu ia ungkapkan.

Pertemuan mantan suami-isteri ini tidaklah terduga.

Bertahun-tahun mereka telah berpisah dan kini lelaki itu muncul tiba-tiba di hadapan Tamara. Tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Tamara.

“Tidak ada apa-apa Tamara. Aku hanya ingin memastikan keadaan putri kita.”Mencoba menutupi kesedihannya.

Kata-kata yang keluar dari mulut mantan suaminya membuat amarah Tamara kian memuncak. Apalagi Aditya mengatakan Emely dengan sebutan putri kita. Berarti maksud dari Aditya bahwa Emely adalah putri Tamara dan dirinya.

“Putri siapa maksud kamu?apa kamu merasa memiliki seorang putri?”Menjawab dengan sinis.

“Kamu tak perlu menyembunyikan kebenarannya. Aku memiliki seorang anak dari rahimmu.” Merasa sakit dengan jawaban Tamara.

“Itu putriku! Dan jangan sekali-kali anda kesini dan mengaku sebagai ayah dari Emely. Aku yang mengurus dan membesarkan Emely. Anda harus tahu diri jika ingin kesini! Silahkan anda pulang dan jangan ganggu kehidupan kami berdua!”dengan nada tinggi sambil menyuruh lelaki itu pergi dari kehidupannya dan juga Emely.

Tamara tak tahan harus berlama-lama menatap wajah mantan suaminya. Ia merasa hatinya sangat terluka dan belum bisa memaafkan Aditya sepenuhnya. Apalagi mengingat kala itu Tamara sedang mengandung Emely.

Lelaki itu tak tahan melihat wajah Tamara yang menatapnya dengan penuh kesedihan. Tatapannya seakan tegar dan kuat di hadapan Aditya. Namun lelaki itu paham jika Tamara sangat rapuh saat ini.

“Aku minta maaf padamu dan putri kita!”Aditya menyesal.

“Maaf buat apa? Tak ada yang perlu di maafkan. Tolong pergi dari sini jika kamu masih memiliki hati! Aku tak ingin melihat Emely sedih jika bertemu denganmu.”Dengan nada bermohon.

Lelaki itu tampak mengerti dengan keadaan Tamara. Ia tak ingin menambah luka lagi pada wanita itu. Pada saat ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menuruti permohonan Tamara.

“Baiklah,kalau itu maumu. Aku akan pergi sekarang. Jagalah Emely dengan baik! Aku merasa bodoh dan gagal menjaga kalian.”Ucapnya menyalahkan dirinya.

Tak ada respon atau kata-kata yang keluar dari bibir Tamara. Hanya terdiam dan menahan kesedihannya.

Lelaki itu pergi meninggalkan rumah Tamara. Air matanya jatuh menetes kala meninggalkan rumah itu. Begitu juga dengan Tamara. Ia merasa sangat sedih harus menjauhkan seorang ayah dan anak.

Padahal Tamara mengetahui jika Emely sangat merindukan sosok ayahnya.

Maafkan bunda yah nak! Bunda terpaksa melakukan ini. Bunda belum bisa memaafkan apa yang di lakukan oleh ayahmu. batinnya merintih.

Tiba-tiba Emely muncul di hadapannya. Ia merasa heran melihat mata bundanya agak merah seperti orang yang habis menangis.

“Bunda kenapa? Mengapa mata bunda merah? Tolong jangan buat Emely panik bun! Jika ada sesuatu ceritakan saja pada Emely.” Dengan nada hawatir dan memohon.

“Bunda tak apa-apa sayang. Hanya terharu karena memikirkan sesuatu yang berhubungan denganmu.”Mencoba berbohong tentang kedatangan ayah Emely.

“Oh gitu ya bun. Kemana perginya orang yang berdiri tadi?Apa bunda telah bertemu orang asing itu?Apa bunda mengenalinya?”penuh pertanyaan pada sang bunda.

“Iya sayang. Orang itu pergi tak tahu kemana! Mungkin hanya orang asing yang salah alamat.” Mencoba menutupi kebenaran pada Emely.

Tatapan polos Emely membuat Tamara merasa sangat bersalah pada putrinya. Tapi saat ini Tamara belum siap mempertemukan Emely dan ayah kandungnya.

“Ayo kita masuk ke dalam!”ajak sang bunda.

“Ayo bunda! Emely sudah lapar.” Sambil memegang perutnya.

Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah. Namun anehnya, Emely seakan memikirkan orang asing yang datang tadi. Ia tak tahu mengapa memikirkan orang itu.

Yang jelasnya gadis itu seakan merasa ada kedekatan batin antara dia dan orang itu.

Mengapa aku memikirkan orang itu yah?Perasaanku seperti dekat dengannya. Apakah bunda menyembunyikan sesuatu dariku?Tapi tak mungkin bunda melakukan hal itu padaku. Hatinya dalam keadaan curiga namun berhasil ditepisnya.

Sang bunda melihat wajah Emely seperti memikirkan sesuatu.

“Apa yang ada di fikiranmu sayang? Bunda curiga deh!”sambil tersenyum.

Emely membalas senyuman sang bunda dan mencoba menutupi apa yang ada dalam benaknya sekarang.

“Tak ada yang Emely fikirkan bun.” Mencoba menutupi apa yang ia rasakan.

“Kalau begitu bunda akan masak sekarang yah.” Sambil mengambil sayur yang ada dalam kulkas.

“Bunda tak perlu mengerjakan itu semua. Biar Emely yang akan masak sekarang. Bunda duduk cantik saja disitu.” sambil mengambil sayuran yang ada di tangan ibunya.

Tamara tersenyum dan menuruti saja perkataan Emely.

“Oke. Bunda duduk sekarang yah.”Ucapnya sambil melihat Emely yang sedang memasak.

“Beres bun. Mulai sekarang Emely akan mengerjakan semua tugas bunda. Jadi,bunda tak perlu melakukan pekerjaan ini.” Merasa bahagia bisa menggantikan tugas sang bunda.

“Bunda masih bisa kok. Bunda juga masih kuat dan sehat. Selama bunda masih bisa melakukannya Emely tak perlu menggantikan tugas bunda.”Ucapnya tersenyum.

“Sejak Emely masih kecil, bunda selalu mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Sekarang Emely sudah dewasa dan sudah sepantasnya membantu bunda.”Jawabnya sambil teringat masa kecilnya.

Tak tahu apa yang merasuki fikiran Tamara saat ini. Rupanya kata-kata putrinya membuat ia sangat terharu bercampur sedih. Tak disangka anak yang ia besarkan dengan segala keterbatasan bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik. Tak pernah mengeluh dengan keadaan sang bunda. Selalu membantu jika ia bisa melakukan pekerjaan itu.

Sungguh aku sangat beruntung menjadi ibu dari Emely. Dari dalam rahimku ia sudah menderita. Tapi aku tak pernah melihat kesedihan di wajah putriku sampai saat ini. Batin Tamara sedih bercampur bahagia.

Tamara terharu dan menghampiri putrinya. Ia memeluk Emely yang sementara memasak.

“Terima kasih atas pengertianmu nak! Tapi bunda tak ingin membebankanmu dengan segala tanggung jawab bunda.”Memeluk erat putrinya.

“Bunda tak perlu merasa sedih atau menangis.Ini saatnya Emely harus membalas semua jada bunda terhadap Emely selama ini. Apa yang Emely lakukan belum sepadan dengan pengorbanan dan kasih sayang bunda selama ini.” Jawab Emely terharu.

Gadis ini tak pernah melupakan pengorbanan sang bunda. Ia selalu mengingat masa-masa sulit yang ia lalui bersama ibunya. Kasih sayang sang bunda dan didikan terhadapnya sehingga menjadikan ia gadis yang tak pernah mengeluh dalam keadaan apapun.

Emely benar-benar sangat sedih mengingat penderitaan sang bunda yang harus membesarkannya sendiri. Walau saat itu Emely masih kanak-kanak, namun ia tak bisa melupakan pengorbanan ibunya yang begitu besar terhadap kelangsungan hidupnya.

Ya Tuhan , tolong berikanlah hamba umur panjang sehingga bisa membalas kebaikan bunda terhadap Emely! Lindungilah bunda dimana pun ia berada! Emely sangat sayang pada bunda. Batinnya sedih namun ia tak mengungkapkan pada sang bunda.

Emely tak sadar berkata seperti itu. Seakan ia tahu hidupnya tak akan lama lagi.

Mendapat pekerjaan

Ibunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga selama membiayai ia sekolah sampai akhirnya lulus kuliah. Tentu hal ini membuat Emely tak ingin menyia-nyiakan pengorbanan sang bunda selama ini. Emely ingin mencari pekerjaan agar bisa membantu perekonomian keluarganya. Jika perlu ia akan menyuruh ibunya berhenti untuk menjadi asisten rumah tangga. Tamara sudah lama bekerja di keluarga Pak Daniel.

Semenjak Emely masih kecil hingga sampai dewasa. Mereka sudah seperti keluarga bagi Tamara. Beruntunglah Tamara mendapatkan majikan sebaik Pak Daniel dan isterinya. Mereka memiliki seorang putra yang bernama Natan. Sejak memasuki bangku Smp ia sudah pindah sekolah ke korea. Ia tinggal bersama saudara ibunya. Kebetulan mereka tak memiliki anak. Jadi Natan tak pernah datang ke Jakarta selama bertahun-tahun. Biasanya ibu dan ayahnya yang pergi ke Korea untuk mengunjungi Natan.

Pak Daniel adalah direktur utama sebuah perusahaan majalah. Natan memiliki seorang kakak perempuan bernama Stevani. Ia dan kakaknya tinggal terpisah sejak lama. Natan yang harus sekolah dan memilih ke Korea untuk tinggal bersama saudara ibunya. Sedangkan Stevani di Jakarta bersama kedua orang tua mereka.

Tinggal menghitung hari Natan akan pulang ke Indonesia. Daniel menyuruh putranya agar mengurus perusahaan mereka.

Seperti biasanya Tamara pergi kerja di rumah Pak Daniel. Ia secepatnya datang karena harus membersihkan rumah dan kamar putra majikannya yang tak lama lagi akan datang ke Indonesia.

“Ibu pergi dulu yah nak.” Pamit Tamara pada Emely.

“Bunda kok berangkatnya cepat?” wajah penasaran.

“Hari ini bunda harus membersihkan kamar dari putra Pak Daniel, karena beberapa hari ini ia akan datang ke Indonesia.” Mencoba menjelaskan pada Emely.

“Biar Emely bantu yah bun!”dengan nada memohon pada ibunya.

Tak tega melihat ketulusan Emely, akhirnya Tamara mengizinkan anaknya untuk ikut membantunya.

“Baiklah, kalau itu mau kamu. Bunda akan mengajakmu ke rumah pak Daniel.” Jawabnya tersenyum.

“Terima kasih yah bun. Emely senang bisa bantu bunda.”Membalas senyum ibunya.

Akhirnya merekapun pergi ke rumah pak Daniel dengan menggunakan jasa taxi.

Sebelumnya Emely pernah ke rumah pak Daniel sewaktu SD sampai Smp. Karena sang bunda khawatir tak ada yang mengawasinya di rumah pada saat itu.

Tibalah mereka di rumah pak Daniel.

“Wah! Banyak yang berubah dari rumah ini ya bun.”Sambil melihat halaman rumah itu.

“Iya sayang. Karena kamu sudah lama tak pernah kesini lagi.”Jawab Tamara.

Isteri pak Daniel yaitu ibu Elvi yang sedang menyiram bunga, ia melihat kedatangan Tamara dan seorang gadis cantik. Ia pun segera menghampiri Tamara.

“Pagi Tamara?”sapa nyonya Elvi.

“Pagi juga bu. Maaf ya agak datang telat!” membalas sapaan.

“Tak mengapa bu Tamara. Aku sangat senang ibu bisa datang kesini pagi hari. Kalau boleh tahu, gadis cantik yang di samping ibu ini siapa?”ucap Elvi penuh pertanyaan.

“Ini anak saya bu. Namanya Emely.” Menjawab rasa penasaran majikannya.

“Oh, jadi ini Emely. Aku hampir tak mengenalnya. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik ya.” Puji Elvi pada Emely.

Mendengar pujian itu mambuat Tamara tersenyum. Emely langsung menjabat tangan Elvi dan menciumnya.

“Apa kabar bu?”sapa Emely tersenyum.

“Baik Emely. Ayo kita masuk ke dalam sambil mengobrol!” ajak Elvi pada Tamara dan Emely.

Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam rumah.

“ Oh iya bu, apa boleh kami langsung membersihkan rumah ini bu!” ucap Tamara meminta izin.

“Tak perlu buru-buru Bu Tamara. Kalian minum dulu yah.”Jawab Elvi sambil mengambil minuman di dapur.

Melihat Bu Elvi yang sudah mengambil minuman di dapur, Tamara dan Emely akhirnya tak bisa menolak tawaran itu.

“Silahkan di minum!”ucap Elvi.

“Terima kasih yah bu. Sebaiknya ibu tak perlu repot-repot pada kami.”Jawab Emely.

“Sama keluarga sendiri tak perlu sungkan.” Ucap Bu Elvi ramah.

Mendengar kata keluarga yang di ucapkan Bu Elvi terhadap mereka, membuat Emely sangat bahagia.

Ya Tuhan! Masih ada juga majikan yang sebaik Bu Elvi. Batinnya bersyukur.

Setelah selesai berbincang dengan Bu Elvi, Tamara dan Emely pamit untuk membersihkan rumah.

“Kami izin bersih-bersih dulu yah bu!” ucap Tamara.

“Iya Bu Tamara. Silahkan!”jawab Elvi memberi izin pada Tamara.

Mereka berdua akhirnya saling membantu untuk membersihkan rumah Pak Daniel.

Emely dan ibunya terlihat bahagia bisa saling membantu satu sama lain.

“Bu Elvi sangat baik pada kita. Aku tak menyangka ada orang sebaik Bu Elvi.” Ungkapnya pada sang bunda.

“Iya sayang. Bu Elvi sama Pak Daniel sangat berjasa pada kita. Bunda sangat bersyukur bisa memiliki majikan yang baik seperti mereka.”Jawabnya penuh kesyukuran.

“Iya bu. Emely juga setuju pada bunda.” Membenarkan perkataan ibunya.

Akhirnya pekerjaan mereka selesai juga.

Emely dan Tamara pamit pulang pada Bu Elvi.

“Bu, kami pamit pulang dulu ya!” ucap Tamara.

“Iya bu, Emely sama bunda mau permisi pulang.”Sambung Emely.

Bu Elvi terlihat sangat senang dengan kedatangan Emely. Ia berharap Emely sering datang ke rumahnya.

“ Iya Bu Tamara. Hati-hati di jalan! Kalau boleh sering ajak Emely main kesini,biar Stevani punya teman di rumah ini.” Ucapnya tersenyum.

“Baik bu. Terima kasih atas keramahan ibu.”Membalas senyuman dari majikannya.

Akhirnya mereka pulang ke rumah dengan wajah bahagia.

“Hari ini Emely sangat senang bisa jalan-jalan ke rumah Bu Elvi yang baik hati.” Ungkap Emely mencoba jujur dengan perasaanya.

“Iya sayang. Bunda juga senang bisa ajak kamu ke rumah Bu Elvi lagi.”Jawab sang bunda.

Keesokan harinya Emely pamit pada ibunya untuk mencari kerja. Ia tak ingin berlama-lama jadi pengangguran. Emely ingin bekerja dan membantu ibunya untuk menghasilkan uang. Ia tak ingin terlalu membebani ibunya.

“Bu, aku pamit cari kerja dulu ya!”ucap Emely meminta izin dari bunda.

“Aduh anak ibu cantik sekali! Kamu hati-hati di jalan yah nak.”Jawab bunda memuji bercampur khawatir.

“Iya bun. Emely pasti bisa jaga diri kok!” mencoba meyakinkan ibunya.

Lalu gadis itu pergi mencari kerja. Belum beberapa menit berjalan keluar dari halaman rumahnya, tiba-tiba suara telfon genggamnya berdering. Ia tak tahu nama pemanggil itu siapa. Akhirnya Emely mengangkat telfon.

“Halo?Maaf ini dengan siapa ya?”tanya Emely penasaran.

“Kami dari pengurus kampus tempat anda kuliah. Apa benar ini dengan Emely denisa?”tanya balik pengurus kampus.

“Iya saya sendiri pak. Kalau boleh tahu ada apa pak?” bertanya lagi masih dengan wajah penasaran.

“Selamat! Anda terpilih menjadi salah satu lulusan mahasiswi terbaik yang mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan majalah terbesar.” Memberi selamat atas Emely.

“Apa pak? Saya mendapat tawaran di perusahaan majalah! Apa bapak tak lagi bercanda?”ungkap Emely seakan tak percaya.

“Benar mbak. Tolong besok datang di kantor perusahaan majalah itu! Nanti mbak akan interview langsung. Silahkan segera urus berkas-berkas anda yang diperlukan! Terima kasih.” Sambil mengakhiri percakapan.

Emely menyadarkan dirinya sendiri. Ia sepertinya belum percaya bisa di terima langsung oleh perusahaan besar itu.

“Ya Tuhan! Terima kasih atas segala kebaikanmu pada hambamu ini.” Merasa bersyukur atas segala yang di capainya.

Ia berlari kegirangan memasuki rumah. Rupanya gadis ini tak sabar lagi ingin bertemu dengan bunda. Emely ingin segera menyampaikan langsung kabar baik ini pada ibunya.

“Assalamualaikum bu?”ucapnya.

“Walaikumsalam sayang. Kok,pulangnya cepat.” Merasa heran pada Emely.

“Iya bu. Aku sekarang dapat pekerjaan di perusahaan majalah terbesar. Tadi itu waktu di jalan, Emely dapat telfon dari kampus. Katanya Emely di terima langsung oleh perusahaan itu. Dan besok harus mengurus berkas dan langsung interview.” Menjelaskan dengan raut wajah yang bahagia.

Mendengar keberhasilan Emely membuat Tamara sangat bahagia. Ia sangat senang putrinya mendapatkan pekerjaan yang tak terduga.

“Alhamdulillah sayang! Bunda turut senang mendengarnya.”Seakan tak bisa berkata apa-apa karena bahagia.

Kemudian Tamara memberikan pelukan hangat pada putrinya.

“Ibu harap semua perjalan karirmu di mudahkan oleh Tuhan!”membuat pengharapan terhadap Emely.

Ujian yang datang bertubi-tubi dalam kehidupan mereka kini membuahkan hasil.

Emely kini mendapat peluang untuk bekerja di perusahaan majalah terbesar.

Ya Tuhan,terima kasih telah memudahkan jalanku untuk membantu bunda! Emely yakin dengan semua ujian ini pasti membuahkan hasil yang baik! kesyukuran Emely pada kebaikan Tuhan yang ia ucapkan melalui kata hatinya.

Hari yang di nanti telah tiba. Emely telah menyiapkan segala keperluan yang ia butuhkan. Sebelum pergi ia meminta doa restu pada sang ibunda.

“Bunda doakan Emely! Mudah-mudahan Emely bisa lolos dalam interview nanti.” Ungkapnya penuh pengharapan.

“Iya sayang. Bunda akan selalu mendoakan keberhasilan karirmu.”Jawab Tamara penuh restu pada Emely.

Emely akhirnya pergi ke alamat perusahaan yang di berikan oleh pengurus kampus tempat kuliahnya.

Sepanjang perjalanan Emely selalu berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Ya Tuhan, bantu aku mendapatkan pekerjaan itu! Aku merasa kasihan pada bunda yang terus-terusan bekerja setiap hari. Dengan pekerjaan ini mungkin bisa membantu bunda. Ucapnya dalam hati.

Tak terasa Emely telah tiba di perusahaan majalah itu. Ia sangat takjub melihat bangunan kantor itu sangatlah megah.

“Wow! Bangunan ini terlihat sangat megah.” Melihat dengan rasa takjub.

Emely melangkahkan kakinya ke dalam dengan penuh harapan membawa keberhasilan bagi sang bunda tercinta.

Tuhan tolong restui setiap langkahku! Semoga aku bisa berhasil melakukan interview. Ucapan hatinya yang kini merasa deg-degan.

Kini Emely telah berada di dalam. Ia mencari tempat wawancara bagi calon pegawai baru. Gedung yang sangat megah membuat Emely sangat sulit mencari tempat wawancara itu.

Emely segera bertanya pada salah satu karyawan untuk menunjukkan arah tempat interview.

“Pak boleh tanya? Dimana tempat wawancara bagi calon karyawan baru?”tanya Emely mencoba untuk mencari tahu.

“Mbak lurus saja ke depan dan lihat di bagian ruangan tiga! disitu tempatnya.” Jawab karyawan mencoba menjelaskan.

“Terima kasih ya pak .”Ucap Emely sambil meninggalkan karyawan itu.

Kelihatannya ada sekitar 50 orang yang akan mendaftar disitu. Sementara yang di terima hanya dua orang. Sungguh persaingan yang sangat ketat dalam perusahaan itu.

Mereka tak ingin merekrut karyawan yang tak punya keahlian dan biasa-biasa saja.

Banyak orang yang berharap bisa lulus pada tahap interview. Tapi tak semua orang mendapatkan kesempatan untuk bisa masuk ke perusahaan itu.

Semua calon karyawan baru terlihat sangat antusias menyambut interview itu.

Tak sedikit orang juga yang terlihat gugup menanti giliran mereka.

Emely mendapat urutan ke tiga puluh empat.

Tak di pungkiri perasaan Emely saat ini terasa sangat deg-degan namun ia mencoba terlihat biasa.

Sudah cukup lama ia menunggu giliran dan akhirnya tibalah saatnya namanya di panggil untuk interview.

Pertanyaan pun muncul dari Pewawancara.

“Mengapa anda tertarik untuk masuk di perusahaan ini?tanya seorang Pewawancara.

Emely menarik nafas dan mencoba tenang dalam menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya.

“Semua karena bunda.”Jawabnya singkat.

Para pendaftar pun merasa bingung dan heran atas jawaban yang di keluarkan oleh Emely. Termasuk dari Pewawancara sendiri.

“Mengapa anda mengatakan hal yang demikian?Apakah tak ada alasan lain yang memotivasi anda untuk masuk ke perusahaan ini? Kami sangat pemilih dalam mencari karyawan. Karena kami membutuhkan karyawan yang intelek dan kompeten untuk menjadi karyawan tetap perusahaan ini.”Dengan nada tegas.

Tiba-tiba Emely menjawab dengan raut wajah yang tulus. Jawabannya mengalir begitu saja seperti air. Tak di buat-buat atau di rencanakan. Ia menghayati setiap kata yang di lontarkan.

“Bapak benar. Tapi saya hanya menjawab sesuai dengan kata hati. Motivasi saya hanya karena bunda. Menjadi apa pun saya bisa lakukan untuk seorang ibu yang melahirkan. Wanita yang memberi kehidupan hingga saya menjadi seperti ini. Saya juga tidak akan mengikuti interview ini jika tak bisa menjamin dari visi perusahaan . Tentu perlu pertimbangan yang matang untuk bisa berada di kursi ini. Jika bapak memberikan kesempatan untuk bekerja disini, maka perusahaan ini akan saya lakukan seperti ibu saya sendiri. Apa yang mustahil bagi bapak mungkin bisa saya penuhi melalui kerja keras.”Jawabnya sambil tersenyum lega.

“Tapi bagaimana anda bisa menjamin akan melakukan hal yang terbaik bagi perusahaan ini?” bertanya lagi.

“Keputusan ada di tangan bapak. Saya hanya berkata sesuai dengan kata hati dan kemampuan saya. Tak mungkin berada disini jika saya tak mampu mencapai visi perusahaan. Terima kasih.” Jawabnya sambil tersenyum namun terdengar tegas.

Mereka seakan merasa terharu dengan jawaban Emely yang melakukan ini semua demi sang ibunda. Tak pernah mereka dapatkan calon karyawan yang menjawab setulus Emely. Rata-rata mereka hanya menjawab untuk masa depan dan karir saja. Tak pernah ada yang menjawab demi seorang ibu.

Setelah interview Emely merasa sangat lega. Karena sekarang ia tak punya beban lagi. Semua berhasil ia jawab tanpa perencanaan yang di buatnya.

Diterima dengan tidaknya, Emely menyerahkan semua pada nasib. Yang terpenting ia sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi Emely tak berputus asa. Ia tetap optimis untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Setelah pertimbangan yang cukup matang, akhirnya tibalah saatnya untuk menentukan yang akan di terima oleh perusahaan itu.

“Selamat kepada Emely denisa! Anda di terima bergabung di perusahaan kami. Semoga anda bisa bekerja keras dan memberikan yang terbaik pada perusahaan ini.” Ucapan selamat Pewawancara yang di tujukan untuk Emely denisa.

Bahagia bercampur haru, Emely langsung menjabat tangan semua orang. Ia bersyukur bisa di terima bekerja disitu. Dari sekian banyak pendaftar tak disangka Emely bisa mendapatkan kesempatan emas itu.

Aku tak sabar ingin pulang ke rumah dan menyampaikan kabar bahagia ini. Ucapnya dalam hati yang seakan tak sabar berbagi kebahagiaan pada ibunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!