“O3!” panggil seorang pria berkepala plontos.
“Siap Pak,” jawab Yolanda dengan tubuh berdiri tegap layaknya seorang anggota terlatih.
“Kamu ke ruangan saya.”
“Baik Pak.”
Lelaki itu berjalan ke sebuah banker dan diikuti Yolanda.
“Saya punya misi untuk kamu, dengarkan baik-baik.”
“Siap Pak.”
“Kamu akan mengawal anak seorang konglomerat, kamu akan tinggal di rumahnya sebagai pembantu.”
“Baik Pak”
“Tapi ….” Lelaki bertubuh tegap itu menahan kalimatnya, lalu ia menatap Yolanda dengan ragu lau dia berkata lagi,” bukan hanya itu … mereka ingin kamu melahirkan anak untuk mereka.”
Mata wanita itu tiba-tiba membesar karena terkejut, tetapi sebagai orang terlatih ia hanya bisa mengatakan Ya dan tidak.
“Kamu boleh menolak , jika kamu keberatan.”
“Tidak Pak, saya siap,” ucap Yolanda dengan tegas.
‘Bekerja sebagai pengawal sekaligus melahirkan anak untuk klien, bagi orang awam itu hal yang tidak mungkin, tetapi dalam organisasi tersebut itu bisa terjadi.
Terdengar kejam , tetapi ia tidak bisa menolak karena ia sudah menandatangani kontrak perjanjian dan menjual hidupnya pada pemilik organanisasi rahasia tersebut.
“Bagaimana, Jo?”
“Siap Pak! Misi diterima!” sahutnya dengan suara tegas.
“Bagus. Setelah kamu berhasil melakukan misi, kembali lagi ke dalam organisa.”
“Baik Pak.”
“Ingat …indentitas kamu harus tetap rahasia,” ucap lelaki itu mengingatkan.
“Baik Pak.”
“Sebelum menikah kontrak dengan cucu klien kita, kamu akan berpura-pura sebagai pembantu di sana. Misi kamu ada dua, jadi mata-mata di rumah tersebut dan jadi istri kontrak,” ujar sang atasan
“Siap Pak.”
Yolanda masih berdiri tegap, walau hatinya terusik dengan kalimat istri kontrak tetapi ia tetap akan menerima tugas itu.
*
Yolanda dibawa ke sebuah ruangan bertemu dengan seorang pria. Lelaki yang sudah terlihat berumur, ialah pemilik organisasi , sang pemimpin seorang pensiunan, dulu ia punya jabatan yang sangat tinggi di pemerintahan.
“Jika ketahuan kamu akan mati,” pesan lelaki itu dengan tegas dan sorot matanya tajam.
“Siap Pak,” jawab Yolanda dengan yakin.
Dalam sebuah banker rahasia ada beberapa wanita dan beberapa pria berbadan tinggi tegap , mereka memiliki logo masing-masing yakni sebuah tato berlambangkan rantai berbentuk lingkaran dan memiliki sayap yang diberi nomor seri sebagai indentitas diri atau julukan. Mereka orang-orang yang sangat terlantih di bidang senjata di bagian tehnologi, tidak semua orang bisa jadi anggota di sana.
Mereka disebut tentara bayangan, mereka melakukan tugas-tuga rahasia di bawah pimpinan seorang.
‘Tidak ada kelurga’ itulah mereka, setiap anggota tidak boleh menjalin hubungan dengan anggota keluarga, semua yang diperintahkan Bos dilaksanakan tanpa ada bantahan.
**
Arsen Bezaleel tumbuh dan besar di luar negeri membuatnya tidak memiliki tata krama. ia sombong dan arongan sebab kurang didikan nilai-nilai adat dan agama. Ia paksa sang nenek menikah dengan seorang gadis yang bernama Yolanda, bahkan ia sendiri belum pernah melihat.
“Apa Nenek tidak salah? Bagaimana mungkin aku menikah dengan dengan wanita yang tidak aku kenal,” ucap seorang pria berwajah rupawan , berkulit putih bersih, tubuhnya begitu terawat dan tampan.
“Apapun yang ada di rumah kita ini semuanya serba rahasia Arsen, termasuk wanita yang kamu akan nikahi,” ujar sang nenek.
“Aku sudah punya kekasih , dia calon istriku.”
“Kamu tidak boleh melakukan itu, aku yang akan memilih istri untukkmu, pulanglah ke rumah, aku menunggumu,” ucap wanita itu lalu menutup telepon.
Tiiit! Tiiit …!
Seorang lelaki paru baya berlari kearah gerbang dan membuka pagar, hingga mobil sport berwarna hitam itu bisa masuk.
“Lama bangat !”
“Maaf Pak,” ucap lelaki itu dengan sikap hormat.
“Maaf … Maaf saja, kalian kira hanya minta maaf masalah bisa selesai,” rutuk sang pria melepaskan kaca mata hitam yang di pakai. Lelaki pemilik mata hazel itu menatap tajam pada pengurus rumah. “Besok jangan di ulangi, kalau saya klakson sekali lansung di buka!” tegasnya lagi.
“Baik Pak Arsen,” sahutnya dengan sopan
Bersambung
Mohon dukungannya untuk karya baruku ya Kakak jangan lupa Like, Vote terimakasih
Arsen memarkirkan mobil di garasi, lalu ia masuk dari grasi menuju pintu dapur.
Buuuk!
Seorang menabraknya dan menumbahkan kuah kari di pakainya Arsen, cairan warna kuning itu menodai kemeja wrna putih itu.
“Au, au panasb
“Oh maaf … Maaf bangat Saya tidak sengaja,” pekik sang wanita dengan sikap buru-buru, lalu ia menarik tissu ingin membersihkan.
“Aaa sial! Kamu punya mata gak !” ucapnya memaki Yolanda.
“Saya minta maaf Pak.” Jiwa tentaranya bergejolak ingin rasanya menghajar lelaki bermulut lepas di depannya.
“Maaf, maaf lagi yang aku dengar. Tadi diluar Maaf, sekarang di dalam rumah maaf,” ucapnya dengan kesal.
‘Kalau tidak kata maaf, kamu menginginkan apa?’ tanya Yolanda dalam hati.
Tetapi sebagai seorang asisten rumah tangga, ia akan bersikap ramah dan sopan.
Arsen menempis Bangkok kaca yang dipegang Yolanda hingga pecah dan kuah kari yang baru matang itu jatuh ke lantai.
“Aaaa!” Mata wanita itu melotot tidak percaya.
“Awaaaas.” Arsen mendorong pundak Yolanda hingga mundur beberapa langkah. Lalu ia meninggalkan kekacauwaan itu dengan cuek. Arsen punya sikap pemarah.
“Oh, Jo ...? Apa yang terjadi?” tanya Mina terkejut.
Di rumah besar bak istana itu, ada beberapa a asisten rumah tangga yang bertugas.
“Maaf Bi, saya menumpahkannya. Itu gara-gara pria pemarah itu.”
“Sttt … dia Tuan muda di rumah ini.”
“Aku tau Bi dia tidak berubah sama sekali,” Yolanda membantu membersihkan kekakauan tersebut
“Apa kamu sudah mengenalnya? Dia Pak Arsen, cucu Bu Marina.”
‘ Dia yang akan menikah denganku?’ Yolanda menghela napas.
“Maaf ya Bi,” ujar Yolanda dengan tenang.
“Apa Bu Marina hanya punya satu cucu?” tanya Yolanda memperjelas.
“Tidak, masih ada dari anaknya yang perempuan. Arsen cucu dari anak laki-lakinya dia di baru pulang dari luar negeri. Dia memang punya sikap pemarah,” tutur Bu Mina.
“Oh … ternyata benar,” gumamnya pelan
“Hati-hati sama Tuan muda yang satu itu, dia terkenal galak dan arogan,” bisik Bi Mina memperingatkan Yolanda.
“Jangan khawatir Bi, aku sudah biasa menghadapi orang-orang seperti mereka,” tutur Yolanda.
Saat sedang membersihkan tumpahan kuah di lantai, Darsih datang.
“Hai apa yang kalian lakukan kua karinya di tungguin di meja makan,” ujar Darsih.
“Sudah tumpah aku bikin.”
“Lah … , kok bisa padahal Ibu nungguin,” ujar wanita bertubuh gemuk itu dengan panik.
“Aku akan bertanggung jawab,” ujar Yolanda.
“Sudah, biarkan Bibi saja yang bertanggung jawab,” bela Bu Amina
Yolanda sudah terlatih, jika ada masalah sudah terbiasa dibereskan dengan cepat, Bu Mina maju ke meja makan dan memberitahukan kalau karinya tumpah. Awalnya Bu Marina ingiin marah, tetapi ia menghargai Bu Mina wanita yang sudah lama bekerja untuk keluarganya , jadi ia tidak marah. Ia kembali menemui Yolanda,
“Tidak apa-apa , Bibi sudah minta maaf , kamu makan duluan saja, biar bibi yang bereskan semua nanti. ” Bi Mina menyendok nasi ke piring dan beberapa lauk dan memberikanya ke tangan Yolanda, “kamu makan duluan saja, kasihan kamu dari siang belum makan gara-gara ngurusin anjing Nyonya yang hilang,” ujar wanita lagi.
“Makasi Bi.” Yolanda membawa piring makannya duduk di dekat tangga ke grasi . Saat semua anggota keluarga sedang makan, ia menyelinap ke kamar menantu yang punya rumah dan memasang sebuah camera pengintai di sana.
“Saya sudah melakukannya, sekarang bagianmu,” ujar Yolanda melalui alat komunikasi yang menempel di kera pakaiannya
“Siap Dan,” sahut rekan satu teamnya.
Setelah menyelesaikan misinya ia buru-buru menuju grasi membawa piring berisi nasi yang diberikan Bu Mina, makan dengan cepat, sudah terbiasa makan buru-buru, saat bertugas. Baru juga beberapa sendok masuk nasi ke mulut , hal sial lagi-lagi menimpanya, Arsen berjalan buru-buru dan menabrak Yolanda, karena kaget lalu menyemburkan nasi dari mulut mengenai pakaian Arsen.
“Sial, apa lagi yang kamu lakukan bodoh!” ujar Arsen mengibaskan semburan nasi di pakaianya wajahnya terlihat jijik ketika melihat pakaian itu.
“Bapak yang menabrak saya,” balas Yolanda.
“Kamu lagi, kamu lagi sialan!” Menyingkir dari hadapanmu dasar wanita aneh! Sekali lagi kamu muncul di hadapanku aku akan mematahkan batang lehermu,” ujarnya dengan marah. Kini noda yang menempel di pakainya terlihat seperti kotoran anak bayi.
“Bi Mina!Bi …!” panggilnya dengan suara keras.
“Iya, Iya Tuan Muda, ada apa?”
“Siapa wanita gila ini, tolong singkirkan dia!”
“Tuan dia pekerja di sini.”
“Saya tidak mau tahu, besok pagi wanita ini, tidak ada lagi saya lihat di rumah ini.”
“Jangan arogan begitu. Bapak yang salah, muncul tiba-tiba seperti setan,” sahut Yolanda. Ia lupa sedang menyamar jadi asisten rumah tangga.
“Apa kamu bilang … setan?”
Mata setajam kilatan petir itu melotot menatap Yolanda.
“Iya, Anda yang muncul tiba-tiba,” balas Yolanda tidak mau disalahkan.
“Kamu masih berani manjawab, Ya!”
“Ada apa ribut-ribut?”
Nyonya besar datang bukan hanya dia yang datang mendengar suara teriakan Arsen.
“Nyonya maaf saya tidak sengaja –“
“Tidak sengaja. Kalau itu baru sekali, kalau sudah berkali-kali itu sengaja, bahkan saya kategorikan sebagai penguntit,” ujar Arsen.
“Apa penguntit?”
Tiba-tiba Krisna muncul dan menggelengkan kepala, Yolanda baru ingat kalau ia sedang menjalankan tugas.
*
“Gue pikir otak lo masih berpungsi untuk mengingat beberapa kali lo menabrak gue hari ini,” cerca Arsen.
‘Baiklah, karena aku bertugas aku harus meinta maaf’ ujar Yolanda dalam hati, tetapi kali ini ia tidak ingin menjawap ucapan si Tuan muda karena ia memang salah, belum lagi si nyonya besar dan aggota keluarga yang lain ikut berdatangan melihat mereka.
“Maaf,” ucap Yolanda.
“Maaf, maaf aja di otak kamu. Awas minggir,” ujar Arsen menyenggol tubuh Yolanda.
“Kirain apaan ribut-ribut, hanya urusan pembantu,” ketus Alda.
“Sudah, sudah ayo lanjut makan, lagian kamu ngapain ke grasi saat mau makan,” tegur sang nenek.
“Ambil hape.”
“Kamu. Hanya hal itu saja marah-marah Sen,” ujar Alda tante tertua Arsen.
“Dia dari tadi bikin kesal.” Arsen menarik satu kursi dan duduk di meja makan.
“Sen, kamu dari mana saja? Baru pulang ke Indonesia sudah kelayapan, bukannya langsung ke perusahaan,” tegur sang nenek.
“Aku hanya cari angin di luar, Nek.”
“Baiklah, nanti kita bicara lagi. Habis makan, kamu datang ke kamar nenek”
“Baik”
Bersambung
Setelah makan malam selesai, Arsen menemui nenek di kamarnya.
“Sen, kamu bersedia pulang ke Indonesia, berarti sudah setuju dengan permintaan nenek, kan?” tanya wanita itu sembari membenarkan tata letak kaca matanya, setiap kepalanya bergerak kaca mata itu akan melorot.
“Baiklah Nek, butuh waktu lama aku memikirkan permintaan Nenek. Baiklah kenalkan aku dengannya. Dia dari keluarga mana, pemilik perusahaan apa? Jika aku merasa cocok, aku akan menikahinya. Aku penasaran juga dengan wanita pilihan nenek. Sehebat apa sih dia sampai-sampai nenek memintahku memutuskan hubunganku dengan Joy.”
“Baiklah.” Ia menekan nomor ke telepon.
“Kamu ke kamarku”
“Baik Bu.”
“Aku berharap wanita pilihan nenek wanita yang menarik yang bisa membuatku tertarik lagi pada namanya pernikahan,” ucap Arsen.
Tok-Tok!
“Iya masuk.” Yolanda masuk masih dengan pakaian yang bernoda kuah kari tadi.
Saat melihat Yolanda masuk, Arsen hanya menoleh sekilas, dengan tatapan sinis. Ia berpikir pembantu yang membuat marah dan kesal hari ini, hanya ingin mengantarkan sesuatu ke kekamar Neneknya.
“Jo, perkenalkan ini , Arsen cucu yang kita pernah bicarakan.”
Kedua alis Arsen tampak menyengit menyadari sesuatu yang tidak beres.
“Iya saya sudah tahuBu,”ucap Yolanda.
“Lalu …?” Arsen menatap Neneknya dengan merentang satu telapak tangan , meminta sebuah penjelesan.
“Iya, dia orangnya,” ucap Marina dengan wajah tenang.
“Apa?” Arsen terkejut menatap wanita dengan mulut terbuka lebar.
“Jo, kamu boleh keluar”
“Baik Bu.”
“Apa aku tidak salah dengar? Maksudnya wanita itu ….?”
“Ya, dia calon istrimu.”
“Pembantu??” Mata hazel itu seketika melonggo.
“Iya, itu pilihan Nenek.”
Arsen berdiri mondar mandi lalu menampar sebelah pipinya memastikan ucapan sang kakek, berharap itu hanya mimpi.
“Apa tujuan nenek? Kenapa memintaku menikahi pembantu?” wajah Arsen sangat terkejut.
“Dia juga manusia Sen, kita sudah sepakat kan? Kamu mau pulang ke Indonesia, berarti kamu sudah setuju dengan wanita pilihan Nenek. Lelaki sejati harus menepati janjinya,” tuntut Nhyonya besar.
“Ini jebakan Nek, aku tidak tahu kalau dia asisten rumah tangga. Lalu kenapa? Berikan sebuah penjelasan.”
“Arsen, Nenek sudah pernah bilang, keluarga kita ini bukan orang sembarangan,” ucap sang nenek.
“Aku tahu, tapi aku butuh penjelasan yang masuk akal,” ujar Arsen.
Nyonya Marina menjelaskan secara singkat, apa tujuannya menikahkan Arsen dengan Yolanda tetapi ia tidak menceritakan tentang pekerjaan asli Yolanda.
“Apa harus seperti itu?”
“Arsen, semua tentang hidupmu harus rahasia, bahkan kepulanganmu ke Indonesia harus dirahasiakan,” ujar Bu Marina.
“Berikan aku waktu berpikir Nek, semua ini mengagetkanku.”
“Baik, saya berikan kamu waktu satu malam saja.”
Arsen keluar dari ruang kerja Neneknya, ia berjalan menuju kamar pribadinya, saat berjalan ia melihat Yolanda berdiri di taman depan sembari menelepon. Melihat penampilan Yolanda dan memikirkan kalau ia hanya seorang asisten rumah tangga. Pria berwajah tampan itu mengusap batang lehernya, wanita pilihan sang nenek tidak sesui dengan yang diharapkan.
“Bagaimana mungkin aku menikah dengan pembantu. Kenapa harus wanita aneh ini?” tanya Arsen dengan raut wajah muram.
*
Besok harinya Marina mendesak cucuknya supaya jangan lama -lama untuk berpikir
“Baiklah siapkan pernikahannya. Tetapi aku punya syarat ....” Asen mengutarakan syarat pernikahan.
Setelah sepakat dengan permintaan Arsen. Marina mempersiapkan pernikahan sederhana, ia bahkan tidak mengundang rekan bisnis mereka.
Semua orang sangat terkejut dengan rencana pernikahan tersebut. Tidak ada yang pernah bisa menebak rencana Marina. Yang lebih mengejutkan lagi, karena Tuan Muda di rumah itu akan menikahi Yolanda seorang pembantu yang baru beberapa minggu bekerja di sana, tidak ada yang tahu kalau Yolanda seorang pasukan rahasia.
“Apa sebenarnya tujuan Mama, kenapa dia sampai hati menikahkanmu dengan seorang pembantu. Apa kata orang nanti Sen,” tanya Alda.
“Aku tidak tahu terserah nenek sajalah.” Arsen pasrah.
“Tapi kamu berhak menolak Sen, kamu bukan anak kecil lagi,” cicit wanita itu lagi.
“Tidak, aku tidak akan menolak. Menikah tinggal menikah saja kan. Kalau tidak cocok tinggal ceraikan,” ujar Arsen.
“Tapi apa nanti kata rekan bisnis dan para kolega kita dengan pernikahan ini”
Arsen hanya diam dan tenang, tetapi di balik sikap tenang, ia menganggap pernikahan itu hanya sebuah syarat yang diberikan sang nenek untuknya. Setelah itu ia akan memegang kekuasaan atas perusahaan.
Di kamar yang berbeda.
“Apa pernikahan akan di lakukan secepat itu, Bu?” tanya Yolanda.
“Ya, apa Sopian tidak memberitahukanmu?”
“Saya hanya diminta menikah dan melahirkan anak untuk keluarga ini.”
“Pikirkan bantuan dana yang aku tawarkan ke organisasimu dan Sopian sudah tahu itu,” ujar wanita lagi.
“Baiklah saya siap menikah Bu,” jawab Yolanda.
“Kamu tidak perlu memikirkan hal yang lain, ingat tujuanmu hanya satu. Melahirkan anak untuk Arsen, selebihnya serahkan padaku. Dia tidak akan memakanmu, kamu hanya perlu menjalankan sesuai kesepakatan kitan, bagaimanapun caranya,” ucap Marina.
“Baiklah, saya akan melakukannya,” sahut Yolanda, ia bersikap profesional walau mereka berdua saling membenci tetapi karena itu misi dari Bos Yolanda maka ia akan melakukannya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!