NovelToon NovelToon

Alina (Psychopaths Around You)

BAB 1

Alina Ayudia Hardita, gadis berumur 19 tahun dengan paras cantik, berkulit putih, mata bulat menawan dan memiliki postur tubuh yang menjadi idaman kaum hawa. Alina yang kini masih melanjutkan kuliahnya di salah satu Universitas yang ada di ibu kota. Alina memiliki keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. Abi Hardita, seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang kepala sekolah di salah satu SMA yang ada di ibu kota. Sedangkan ibunya Mirna Sulistya yang memiliki ruko kecil yang menjual pakaian di salah satu pusat perbelanjaan.

“Alina, turun nak sarapan,” panggil ibu dari meja makan.

“Ya bu sebentar lagi,” jawab Alina dari kamar yang masih di depan cermin bermake up ala kadarnya.

“Ini sudah jam berapa nak, nanti telat sudah mau jam tujuh,” ujar ibunya.

“Ibu ini bawaannya buru-buru saja, pelan-pelan bu.” Alina yang sedikit tergesa-gesa.

Kurang lebih sepuluh menit Alina menghabiskan sarapannya.

“Bu, ayah Alina berangkat ya,” ujar Alina, dan mencium tangan orang tuanya.

“Ya sayang hati-hati ya jangan ngebut bawa motornya” pak Abi berkata.

“Belajar yang rajin, jangan cepat-cepat bawain ibu sama ayah mantu dulu.” Ibu menggoda Alina sambil menahan tawa.

“Benar kata ibu nak.” Ayahnya pun ikut menggodanya.

“Kompak banget suami istri ini, tunggu Alina jadi wanita karir yang sukses” jawab Alina tidak mau kalah.

“Ibu dan ayahmu dengan senang hati menunggu sayang,” balas ibu lagi.

“Sudah bu nanti kita lanjutkan, Alina ke kampus dulu ya bu ayah,” jawab Alina

“Anak kita udah besar ya cantik lagi, rasanya baru kemarin kita bermain dengan Alina kecil” sambil melihat Alina berjalan.

“Ibu jam berapa mau ke ruko? tidak sekalian dengan ayah?” tanya suaminya.

“Masih ada yang perlu ibu bereskan, nanti ibu naik ojek saja,” jawab Mirna.

“Oh ya bu, ini uang yang ibu minta.” Pak Abi menyerahkan uang kepada istrinya.

“Bayaran yang semalam yah?” jawab istrinya yang suka bercanda.

“Uhuk uhuk , untung ayah tidak keselek, ibu pagi-pagi sudah mau menggodaku,” ucap suaminya.

“Ibu kan hanya bertanya yah.” Sedikit tertawa.

“Ini uang untuk belanja bulanan,” jawab pak Abi.

Mereka memang dikenal sebagai pasangan suami istri yang humoris dan saling mengerti, jarang sekali yang namanya cekcok ataupun adu mulut seperti halnya pasangan suami istri, tapi bukan berarti tidak pernah bertengkar sama sekali.

*****

Kampus Alina

Alina berjalan menuju kelasnya, dari arah belakang terlihat dua gadis cantik yaitu Fitri dan Dinda. Mereka adalah sahabat Alina sejak masih SMA, mereka memang sudah berencana agar masuk di universitas yang sama dan mengambil jurusan yang sama pula.

Dinda kirana, gadis cantik dengan watak yang pintar. Fitri Lovata, gadis centil yang sedikit cerewet, selalu membuat kehebohan di setiap suasana dengan celoteh-celoteh lucunya.

“Hai tunggu, kenapa kau jalan cepat sekali,” kata Fitri yang masih berada di belakang Alina.

“Aku tidak melihat kalian di belakang, ayo cepat nanti kita telat,” jawab Alina.

“Jangan sok rajin deh biasanya juga selalu telat, iya kan Fit?” saut Dinda.

“Iya lah, apa kau sudah tidak sabar ingin ketemu Pak Reno si dosen tampan itu?”

“Nah itu kalian tahu, aku mau duduk paling depan biar leluasa melihat Pak Reno hahaha.” Alina menjawab dua sahabatnya.

“Dasar kau,” celetuk Fitri kepada Alina.

“Apa kau tidak suka melihat pak Reno?” tanya Alina.

“Jangan kau tanya lagi, siapa yang tidak suka pak Reno dosen muda yang tampan lemah lembut dan baik hati,” ucapnya, ternyata lebih berlebihan daripada Alina

“Kalian berdua ini sama saja” sepertinya hanya Dinda yang bersikap biasa saja.

“Apa Pak Reno punya kekasih atau belum, tapi tidak mungkin kan kalau dia belum punya kekasih, apa jangan-jangan dia sudah punya istri,” kata Alina membuat mereka berpikir. Pak Reno belum lama mengajar di kampus mereka, jadi profil pribadinya masih belum diketahui keseluruhannya.

“Memang kenapa kalau sudah menikah atau punya kekasih aku rela jadi simpanan kalau Pak Reno mau, menikah saja bisa cerai apalagi yang masih pacaran,” kata Fitri lagi

“Jangan jadi pelakor, jika ketahuan kau mau dijadikan viral sama istri sahnya.” Alina menjawab Fitri

“Tentu saja aku tidak mau,” jawab Fitri.

Mereka sudah sampai di depan kelas, tentu saja harus duduk di bangku paling depan, agar bisa fokus melihat dosen tampannya itu. Setelah beberapa menit Pak Reno memasuki ruangan. Bagaimana tidak menjadi idaman dari sebagian mahasiswa perempuan di kampus itu, pak Reno adalah sosok dosen yang pintar, ia bisa membuat suasana kelas menjadi tidak membosankan, dengan gaya mengajar yang mudah dipahami. Apalagi wajahnya yang tampan menjadi nilai tambah pria yang masih berumur 29 tahun itu. Karena kepintarannya tidak heran di umurnya sekarang ia sudah bisa menjadi dosen senior.

“Selamat pagi semua,” sapa Pak Reno kepada mahasiswanya.

“Pagi Pak...” sontak mereka menjawab.

“How are you guys everything good? oke kita akan melanjutkan materi yang belum selesai kita bahas sebelumnya,” ucap pak Reno memulai pembelajaran.

Mereka memulai pelajaran dengan semangat, Melainkan karena dosennya, bukan karena mata kuliahnya tentunya. Setelah beberapa jam berlalu pelajaran pun selesai.

“Kenapa waktu terasa cepat sekali, coba saja dosen yang killer, nunggu 30 menit saja serasa setengah hari.” Fitri merasa kesal karena belum puas melihat Dosen tampannya itu.

“Setelah ini baru kau akan merasakan jam akan sangat lama berputar,” ujar Dinda.

“Kau benar Din, aku harap pak Yono mendadak ada urusan penting dan tidak bisa mengajar,” jawab Fitri.

“Sudah ayo kita cari makan aku sudah lapar,” ajak Alina dengan menggandeng kedua sahabatnya itu dan menuju ke kantin kampus. Seperti biasa, tempat yang mereka selalu duduki dan juga tempat mereka memesan selalu di tempat yang sama.

BAB 2

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Laki-laki itu menuju meja dimana Alina dan sahabatnya duduk.

“Hai semua...” sapa laki-laki itu

“Kak Adit,” jawab Alina yang merasa sedikit malu.

“Ehem hem.. ada yang salting kayaknya,” ucap Fitri coba mengejek sahabatnya.

“Apa sih kalian,” jawab Alina dengan menahan malu.

“Boleh aku duduk disini?” tanya Adit

“Tentu saja boleh kak silakan” Dinda yang menjawab Adit.

“Mau makan apa kita hari ini” Fitri yang berguman sendiri sok berpikir.

“Aku mau bakso saja biar ada kuah-kuahnya gitu sama es jeruk,” ucap Alina yang tidak mau berpikir terlalu lama.

“Aku juga sama” Dinda pun ikut memesan makanan yang sama.

“Oke lah aku juga, aku kan tidak mau berkhianat sama kalian kita kan sedarah sejantung sejiwa” Fitri yang tidak mau berbeda sendiri.

“Kak Adit mau pesan apa? biar sekalian kak,” tanya Alina pada Adit.

“Hem aku nasi goreng yang pedas ya, terus sama mineral water saja,” saut Adit

Sambil menunggu makanan tiba , Fitri dan Dinda yang sibuk dengan ponsel mereka dan Alina yang merasa bingung sendiri harus berbuat apa. Adit memang mulai menaruh hati pada Alina dan selalu memberikan perhatian lebih pada Alina. Dan Alina juga sudah mulai menyukai Adit tapi menurutnya lebih baik untuk saling mengenal dulu dari pada buru-buru pacaran. Dulu mereka sekolah di SMA yang sama. Adit adalah kakak kelas yang beda 2 tingkat dari Alina. Tapi dulu mereka tidak terlalu akrab seperti sekarang.Setelah kurang lebih 15 menit makanan yang mereka pesan sudah datang.

“Akhirnya datang juga, ayo kita makan,” ucap Fitri yang selalu semangat.

“Lin nanti sore kau ada waktu? ayo kita jalan” Adit yang memulai pembicaraan.

“Aku sih tidak sibuk kak, tapi hanya kita berdua saja?,” jawab Alina pada Adit.

“Kalian mau ikut tidak?” tanya Alina pada dua sahabatnya. Fitri dan Dinda saling menatap.

“Aku mau nganterin mama arisan Lin jadi nggak bisa ikut kalian berdua saja Fitri juga sibuk iya kan Fit?” Dinda menatap Fitri yang sebenarnya ingin memberikan kode.

“Iya aku sibuk rumah sepi kasian anak kucing nggak ada yang jagain,” jawab Fitri asal.

Dinda menahan tawa dan bergumam dalam hati “Bodoh, kenapa tidak sekalian jagain anak singa, buat alasan yang tidak masuk akal”

Alina pun merasa aneh dengan jawaban Fitri

“Apa-apaan mereka berdua aku tau, mereka ini sengaja, sejak kapan juga ini anak punya kucing,” batin Alina.

Tapi lain halnya dengan Adit yang sudah mengetahui niat dari Fitri dan Dinda pastinya mereka tidak mau mengganggu dia dan Alina. Setelah beberapa saat mereka sudah selesai makan dan Adit yang membayar semuanya.

“Kak Adit makasih ya sudah ditraktir, sering-sering nggak papa kok kak kami ikhlas,” celoteh Fitri pada Adit.

“Iya sama-sama, nanti aku akan mengabarimu” ucapnya pada Alina.

“Iya kak” jawab Alina.

Mereka bertiga kembali ke kelas karena masih ada mata kulian yang lain. Alina yang sejak dari tadi memikirkan rencananya nanti yang akan jalan dengan Adit.

******

Sampai di rumah Alina masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ayah dan ibunya masih belum pulang. dia masih memikirkan Adit, Alina senyum-senyum sendiri maklum hatinya lagi berbunga-bunga dan sedang jatuh cinta.

tiba-tiba terdengar suara dari lantai bawah.

“Ibu pulang, Alina kau di atas nak? sudah makan belum?” tanya ibunya.

“Sudah bu, tadi di kampus, Alina mau istirahat dulu bu”

“Baiklah sayang” ujar ibunya.

Jam 4 sore Alina terbangun dari tidurnya, ia langsung turun menemui ibu dan ayahnya yang menonton tv di ruang keluarga.

“Ehh anak cantik ibu sudah bangun, gimana kuliahnya nak lancar?” tanya Mirna.

“Iya tidak ada masalah bu.” Alina menjawab ibu.Tiba-tiba ponsel Alina berbunyi tanda ada pesan masuk.

Adit

“Alina jam 7 ya kita ke cafe Green, kau mau aku jemput apa kita ketemu disana?”

Alina

“Kita ketemu di cafe aja kak, kakak tidak perlu menjemputku”

Adit

“Baiklah Lin, see you ♥”

Sedikit berdebar saat melihat emoticon tanda hati dari Adit. Kebayang kan kalian gimana rasanya Alina, pasti semua pernah ngerasain kan? hehe.

“Pesan dari calon mantu ibu ya Lin.” Ibu mulai sadar dengan tingkah anak gadisnya.

“Kepo deh ibu, taunya calon mantu mulu.” Alina cemberut.

“Nah kalau tidak kenapa kau senyum-senyum begitu, memang ibu tidak pernah muda apa, iya kan yah?”

Pak Abi hanya tersenyum melihat istrinya, yang memang selalu saja membuat suasan menjadi ramai.

“Nanti juga ibu sama ayah tau kalau sudah waktunya” Alina beranjak pergi menuju ke kamarnya lagi.

“Wahh anak kita lagi dekat sama seseorang yah”

“Biarkan bu, anak kita kan sudah besar, asalkan dia bisa jaga diri itu sudah cukup. Kan ibu yang suka godain Alina masalah calon mantu, nah sekarang itu sudah proses mau bawa calon mantu ibu.” Penjelasan pak Abi pada istrinya.

“Asalkan anaknya baik dan sayang sama anak kita ibu juga pasti akan setuju yah,” ujar istrinya.

*****

Alina sedang berada di depan cermin dengan baju di tangannya, ia mencoba memilih-milih baju apa yang akan dia pakai nanti malam. Setelah lama akhirnya ada yang pas di hati Alina.

“Pakai ini kali ya, okelah pakai apapun tetap cantik kok sudah cantik dari sononya kan.” Memuji diri sendiri.

“Rambutku harus dicurly atau seperti ini saja, hanya bertemu Adit saja kenapa harus seribet ini, padahal kan sudah sering ketemu.” Salting sendiri si Alina

Alina bersiap-siap membersihkan diri, dari mandi yang biasanya paling lama 30 menit, sekarang menjadi 1 jam lebih. Alina bukannya seperti gadis kebanyakan yang memakai dress dan memakai heels yang tinggi dia lebih suka style casual yang nyaman. Dengan riasan yang tidak terlalu menor dan lipstik berwarna nude menjadi pilihannya. Setelah lumayan lama berdandan, Alina keluar dari kamarnya dan hendak berpamitan kepada orangtuanya.

“Sayang mau kemana, anak ayah cantik sekali,” ujar oak Abi.

“Ketemu calon mantu tuh yah, makanya tadi senyum-senyum nggak jelas kan” tebakan ibu yang tidak meleset.

“Sudah bu, Alina pamit ya ayah ibu”

“Alina bawa mobil ayah saja, lebih aman untuk anak gadis keluar malam, dan ingat pesan ayah harus tetap jaga diri.”

"Siap yah,” jawab Alina dengan mengangkat jempolnya.

Seperti ini ya kira-kira penampilan casual Alina. ( author mohon ijin ya pakai fotonya, ini foto noona korea 😆)

Semoga kalian juga suka.

Happy reading semuanya.

Tinggalkan jejak ya.

BAB 3

Alina sudah memasuki area parkir restaurant. Alina mengambil ponsel dari dalam tasnya bermaksud untuk memberitahu Adit jika dia sudah sampai di tempat tujuan. Alina berjalan menuju pintu masuk, dia yang masih fokus dengan ponselnya, tanpa sengaja Alin menabrak seorang laki-laki.

Bruukk

Dengan reflek lelaki itu memegang lengan kiri Alina yang hampir terjatuh.

“Kau tidak apa-apa Nona?” tanya laki-laki itu pada Alina

“Saya tidak apa-apa Tuan, maaf saya tidak memperhatikan jalan.” Balas Alina yang merasa bersalah.

“Ada apa Rey?” terdengar suara lain dari belakang. “Hanya masalah kecil Tuan Muda,” jawab lelaki yang menabrak Alin.

“Saya permisi Nona lain kali kau harus berhati-hati” Rey yang tersenyum pada Alina.

“Ya silakan” jawab Alina dengan sopan.

Dua laki-laki itu berjalan melawati Alina, Alina menatap lekat laki-laki yang ada di belakang Rey tanpa berkedip dan mengalihkan pandangannya.

“Tampan sekali, kenapa bukan dia saja yang aku tabrak tadi” Alin bergumam dalam hati sambil tersenyum, ia sampai lupa apa tujuannya disana.

“Alina disini” Adit memanggil sambil melambaikan tangan.

“Nunggu lama ya kak?” tanya Alina

“Aku juga baru sampai Lin, ayo sini aku sudah reserve table buat kita”

Alina mengikuti Adit tanpa bertanya sambil melihat sekeliling restaurant yang nampaknya bukan restauran dengan harga makanan yang murah.

“Silakan duduk nona cantik,” tersenyum manis kepada Alina.

“Apaan sih kak, malu tahu” jawab Alin, rasa jantungnya berdebar mendengar kata-kata Adit.

“Kak kenapa harus kesini, sepertinya ini restaurant mahal” Karena Alina memang belum tahu seluk beluk keluarga Adit.

“Ada kau bersamaku, jika uangku kurang, kau yang aku jadikan jaminan disini” Adit tersenyum kepada Alina.

“Baiklah kalau itu yang membuat kakak senang,” seolah Alina tidak mau kalah dengan ejekan Adit.

Mereka melewati makan malam dengan penuh canda tawa, dan menambah kedekatan antara keduanya.

****

Ersin Cristian Melvano

“Tuan Muda apa ada tempat yang ingin anda datangi” Rey bertanya pada atasanya.

“Kita kembali ke rumah saja, tunggu berikan ponsel ku Rey” Ersin yang merasa ada sesuatu yang janggal seolah teringat akan sesuatu.

“ini tuan,” Rey memberikan ponsel kepada Ersin.

Dengan cepat Ersin mengaktifkan layar ponselnya. Memandangi wallpaper seorang anak perempuan berumur 5 tahun yang digendong anak laki-laki. Memperhatikan mata gadis kecil yang ada di foto itu , Ersin tersenyum bahagia.

“Kau kah itu gadis kecil?” Ersin bertanya-tanya dalam hatinya.

“Rey bisa kau selidiki gadis yang kau tabrak tadi, aku ingin tau tentang gadis itu secepatnya.”

“Baik Tuan,” jawab Rey.

“Ada apa dengan gadis itu dan siapa dia, kenapa Tuan Muda ingin tahu tentang dia” Rey berguman dalam hati, tapi tidak berani untuk menanyakan langsung.

Sesampainya di rumah Ersin tidak bisa lepas dari bayangan gadis yang selama ini dia cari. Ternyata gadis itu sudah tumbuh dewasa dengan sangat baik dan memiliki wajah yang cantik.

*****

Rumah Alina

Tok tok tok

“Alina” Ibu memanggil dari balik pintu.

“Iya bu, Alina baru saja sampai rumah,” jawab Alina.

“Gimana kencannya anak ibu lancar?” tanya Ibu yang merasa penasaran.

“Lancar jaya dong bu, hehe” jawab Alina dengan senang.

“Tapi inget nak harus dalam batas wajar jangan yang aneh-aneh dulu, ibu sama ayah tidak melarang kamu untuk berteman dengan teman laki-laki.” Nasehat ibu pada Alina.

“Iya bu, Alin selalu ingat kata-kata ibu dan ayah, tapi entah kenapa Alina belum bisa menjadi kekasihnya bu,” cerita Alina kepada ibunya.

“Loh kenapa nak, kurang apa dia?” tanya ibuk pada Alina.

“Kurang ajar bu.” Spontan Alina menjawab.

“Hah, ibu tidak mau anak ibu berhubungan dengan anak macam itu nak, sudah jauhin dia.” Tegur ibunya.

“Hahahha bercanda bu, ya Alin juga tidak tahu bu perasaan Alin bagaimana sama Adit”

“Kau ini ibu kan jadinya serius, oh jadi namanya Adit, berteman lah nak, saling mengenal dulu, nanti seiring berjalannya waktu kau akan bisa memutuskanya” sambil membelai rambut Alin.

“Benar bu?” tanya Alin meyakinkan lagi

“Hem tentu saja sayang, tidur lah besok kau harus bangun pagi”

“Malam bu, tidur yang nyenyak ya bu”

“Kau juga sayang”

Tiba-tiba Alin teringat dengan kejadian di depan restaurant dengan 2 laki-laki yang tampan itu.

“Semoga aku ketemu lagi dengan laki-laki itu, dan semoga dia yang aku tabrak bukan supirnya, ehh dia supirnya atau siapa, memang apa pentingnya dia siapa. Kenapa dia di panggil Tuan Muda, mungkin holang kaya hahaha, Sultan mah bebas”

Seperti biasa aktifitas yang dilakukan Alina setiap pagi, bangun pagi membersihkan diri dan bersiap-siap menuju ke kampus tentu saja harus sarapan dulu kalau tidak ibunya akan marah kalau Alina melewatkan sarapannya. Begitu juga dengan kedua orang tua Alina, Pak Abi yang berangkat ke sekolah bersama istrinya, yang diantarnya ke ruko. Sebenarnya Alina bisa saja memakai mobil ke kampus tapi karna dia tidak mau membuang-buang uang untuk membeli mobil tentu saja pemborosan baginya, dengan motor dia bisa lebih cepat ya hemat pastinya.

*****

Kampus Alin

Alin berjalan menuju kelasnya,sepanjang perjalan ia tidak melihat dua sahabatnya. Ada seorang perempuan yang menyapa Alina. Ia pun tidak mengenal perempuan itu.

“Hey, apa kau kekasihnya Adit?Aku Nisa temannya Adit” ucap perempuan itu, dengan cara bicara yang kurang sopan.

“Ada apa memangnya kalau aku pacarnya Adit?” balas Alin dengan nada jutek.

“Hem tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu hubungan kalian” jawab Nisa.

“Oh, aku tidak ada hubungan apapun dengan Adit, kami hanya sebatas teman, aku ada kelas permisi” ucap Alina dan berlalu meninggalkan Nisa.

“Dasar perempuan tidak ada sopan santunnya, bisa-bisanya Adit punya teman seperti dia.” Guman Alin dengan kesalnya.

Sampailah Alin di kelasnya, dua sahabatnya sudah duduk di tempat mereka segara Alin menghampiri Dinda dan Fitri.

“Yang habis kencan semalam gimana sudah jadian?” tanya Fitri dengan penasarannya.

“Iya Lin kau cerita dong, Adit pasti sudah menyatakan perasaannya iya kan?” Dinda tak kalah penasaranya

“Tidak ada yang seperti itu, kami hanya makan dan mengobrol itu saja.” Jawab Alina tersenyum.

“Tunggu aku mencium ada bau-bau kebohongan” Fitri mendekati Alin dengan hidungnya seolah-olah mencium sesuatu.

“Apa-apaan kau Fit, tanya sama Adit jika kau tidak percaya” Alin berdecak kesal.

“Hem iya iya aku percaya hehe,” saut Fitri.

“Sudah jangan ngobrol lagi itu dosennya sudah datang.” Ujar Dinda.

Mereka menghentikan acara rumpi rianya dan melewati pelajaran dengan bosan, karna dosen yang satu ini terkenal dosen killer. Dan pastinya waktu akan berjalan sangat lama.

hallo readers 😍

ini adalah novel pertama aku

mohon kritik dan sarannya

happy reading 😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!