"kamu bisa mulai bekerja disini mulai hari ini," ucap seorang paruh baya yang wajahnya masih sangat cantik.
"b-beneran bu? Terima kasih banyak ya bu," ucap safira sopan.
"selain bersih-bersih rumah, tante ada tugas penting buat kamu ya safira." ucap tante linda tersenyum.
"apa itu?"
"tolong kamu awasin anak tante dan jadi teman buat dia, dia terlalu pendiam dan nggak peduli sekitar, tolong jagain dia ya safira."
Pagi itu safira datang tepat waktu ke rumah tante linda, tugasnya pagi ini adalah menyapu dan membersihkan kebun kemudian berangkat sekolah.
Pulangnya, ia akan masak dan membersihkan rumah lagi.
Sepertinya itu yang akan ia lakukan beberapa bulan kedepan.
Satu lagi, ia juga bertugas untuk mengawasi anak sang majikan yang belum ia lihat sebelumnya.
Skip!
Setelah selesai dengan tugasnya, gadis itu berjalan ke arah kamar yang sudah diberitahu tante linda bahwa itu kamar anaknya.
Tok
Tok
Tok
Pintu terbuka dan keluarlah seorang cowo seumuran dengannya dengan penampilan seperti baru mandi.
Safira terperangah dengan ketampanan yang cowo itu punya.
"ngapain lo disini? Rumah gue nggak nampung gelandangan kaya lo." ucapnya dingin.
Jleb
Tampang boleh bagus, mulutnya beuh anjim banget.
"i-ini ayo sarapan," jawab safira.
"tanpa lo suruh juga gue bakal sarapan, udah sana pergi." usirnya.
Dan di detik itu safira baru paham, pantas saja tidak ada yang mau berteman dengan orang itu.
Udah galak, kepedean, ditambah nyebelin lagi.
🌸🌸🌸
"gimana safira? Kamu udah ketemu sama anak tante?" ucap tante linda antusias yang sedang duduk di ruang makan.
"iya udah bu, kayanya sebentar lagi juga turun." ucap safira sedikit memaksakan senyumnya.
"kamu makan disini aja ya bareng tante sama genta, sini duduk safira."
"aduh bu, jangan. takut nggak sopan, safira nggak papa kok makan di belakang." ucap safira sambil menunduk.
Wanita paruh baya itu tersenyum melihat gadis cantik di depannya ini.
"nggak papa safira, ayo sini duduk. Sekalian tante mau sedikit cerita tentang anak tante."
Dengan rasa tidak enak, safira duduk di samping bu linda yang tampak gembira hendak bercerita itu.
"namanya genta, dia jarang banget keluar rumah kecuali sekolah atau hal-hal penting, dia juga nggak punya teman. Dulu, dia anak yang periang dan penyayang sama adik semata wayangnya. Tapi semenjak kepergian adiknya itu sikap nya berubah seperti ini, tante tau dia kesepian. jangankan punya teman, ngobrol sama tante aja dia jarang safira." wanita itu tersenyum getir ketika kembali membuka luka lama yang sudah ia pendam bertahun-tahun lamanya.
Safira merasa iba, gadis itu seakan bisa merasakan apa yang dirasakan bu linda saat ini.
"ibu yang sabar ya bu, safira janji akan selalu ada buat kak genta."
"terima kasih safira, kamu anak yang baik."
Seorang pemuda mendekat ke arah mereka dengan muka datarnya, cowo itu duduk dan mulai memakan makanannya tanpa bersuara.
"genta, mulai sekarang kamu harus jagain safira ya. Dia satu sekolah sama kamu mulai sekarang," ucap bu linda lembut.
Genta hanya berdehem dan melanjutkan sarapannya dengan lahap.
"ayo safira kamu juga sarapan biar di sekolah nggak lemes,"
"iya bu terima kasih,"
Setelah selesai sarapan, safira segera membersihkan piring-piring tadi dan mencucinya.
Gadis itu dengan telaten mengerjakan semua tugasnya, safira sampai lupa jika ia harus berangkat sekolah.
"aduh kok udah jam 7 aja sih, duh ka genta udah berangkat belum ya." gadis itu celingak-celinguk ke segala penjuru namun nihil, tidak ada keberadaan cowo itu.
"yaampun safira, kok kamu masih disini, genta udah nungguin loh daritadi di depan." ucap bu linda mendekat ke arah safira.
"yaampun maaf bu, tadi safira abis nyuci piring sebentar." jawab safira tidak enak.
"yasudah nggak papa, lain kali kamu langsung berangkat sekolah aja ya, urusan pekerjaan bisa nanti."
Safira tertegun mendengarnya, baru kali ini ia bertemu seseorang yang baik dan tulus seperti bu linda.
"iya bu, kalo gitu safira pamit dulu." gadis itu mencium tangan bu linda dan bergegas menuju keluar.
Dan benar saja yang diucapkan bu linda, genta sudah berada di dalam mobil sambil memainkan hp nya.
Gadis itu merasa tidak enak dengan anak majikannya itu.
Sebelum masuk ke mobil, safira sedikit mengetuk jendela mobilnya, karena tidak sopan kalo langsung masuk.
"masuk aja," ucap genta tanpa mengalihkan pandangannya dari hp.
Safira mengangguk dan masuk ke dalam mobil dengan hati-hati.
"maaf ya ka udah nunggu lama, tadi abis nyuci piring dulu soalnya." jelas safira.
"nyusahin lo," ucapnya tanpa berdosa.
"iya ka, sekali lagi safira minta maaf."
Tanpa memedulikan ucapan safira barusan, genta menjalankan mobilnya dengan pandangan lurus ke depan.
Hal itu membuat safira panas dingin di tempat, entahlah baru satu kali berdekatan saja sudah membuat perutnya mual jika terus-terusan berinteraksi dengan manusia bermulut pedas ini.
"sekolahnya dimana kak?" tanya safira memecahkan keheningan.
Hening...
"nanti kita beda kelas apa gimana?" tanya safira lagi
Hening...
"kok nggak di-"
"lo bisa diem nggak sih? Masih untung gue mau nebengin cewe kampung kaya lo, tinggal duduk anteng aja susah banget." kesal genta.
Benar kata genta, ia seharusnya tidak lepas kendali seperti tadi, mungkin safira terlalu bahagia karena akan bersekolah di sekolah barunya.
"iya kak maaf,"
Keaadaan mobil kembali hening, safira pun memilih diam daripada nantinya diturunkan dijalan.
🌸🌸🌸
Mobil genta mulai memasuki area sekolah ellite, pandangan safira tidak terlepas dari bangunan-bangunan mewah di depannya.
"kita udah sampe ya kak?" tanya safira memastikan.
"mata lo buta?"
Genta segera mengambil tasnya di kursi belakang dan turun terlebih dahulu meninggalkan safira yang diam ditempat.
Majikannya itu benar-benar menguji keadaan jasmani dan rohani, pikirnya.
"lagian aku bodoh banget si, udah tau ini sekolahnya make nanya lagi." gadis itu turun dari mobilnya dan mengikuti langkah genta dari belakang.
Di koridor, banyak sekali pasang mata yang menatap ke arahnya.
Apa ada yang salah?, batin safira.
Gadis itu melihat seragam dan rambutnya, tapi tidak ada yang aneh.
Safira kembali fokus melihat bangunan-bangunan megah di sekolahnya ini, luasnya saja hampir 10 kali lipat dari sekolah lamanya.
Brukk..
Tiba-tiba wajahnya menubruk punggung kokoh seseorang didepannya.
"lo ngapain ngikutin gue?" tanya genta.
"kan aku nggak tau kelasnya dimana," jawab safira polos.
Genta berdecak dan membalikan badannya menghadap gadis cerewet di belakangnya ini.
"lo ini bodoh apa gimana si? Mending sekarang lo tanya ke siswa lain dimana ruang kepala sekolah, terus lo tanya tuh kelas lo dimana." ucap genta.
"kenapa nggak sama kak genta aja, kan kak genta juga tau."
"males gue jalan sama cewe kampung kaya lo, udah sana jangan ngikutin gue lagi."
Jleb..
Sakit rasanya, belum juga sehari ia bertemu dengan genta. Tapi sudah banyak sekali cacian yang cowo itu ucapkan.
Tapi gadis itu tidak boleh lemah, ia yakin suatu saat nanti genta pasti mau berteman dengannya.
Ia tau cowo itu hanya kesepian saja, dan safira bertekad akan selalu menjadi teman yang baik untuk genta.
Catat itu baik-baik, teman.
Safira melihat punggung genta perlahan menjauh dan menghilang di balik tembok koridor.
Gadis itu segera bertanya dengan siswa yang sedari tadi mengamatinya ketika mengobrol dengan genta.
"boleh minta tolong nggak, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanya safira sopan.
"lo anak baru ya?" tanyanya.
"iya, aku safira."
"hai safira, gue lili. Ayo gue anter ke ruang kepsek sekarang," lili tersenyum ramah.
"terima kasih ya lili."
"iya sama-sama, btw lo siapanya kak genta? Kok tadi akrab banget." tanya lili kepo.
"dia itu anak majikan aku li, nggak akrab sih soalnya kak genta lumayan galak orangnya." lili menganggukan kepalanya tanda setuju.
"bener banget tuh saf, kak genta mah bukan lumayan galak, tapi sangat-sangat galak, anak-anak disini aja nggak berani deket-deket kak genta." jelas lili.
Mereka berdua banyak mengobrol tentang sekolah, guru dan sikap genta di sekolah.
Ternyata lili orang yang baik dan humble, gadis itu juga bercerita kalo dia anak beasiswa di sekolah ini.
Lili bersorak senang ketika kepala sekolah memberitahu bahwa safira satu kelas dengannya.
Gadis itu mengantar safira sampai dikelas dan duduk bersamanya.
"akhirnya kita sekelas saf, gue jadi punya temen ngobrol jadinya." ucap lili senang.
"iya li, aku juga seneng banget."
Lili menceritakan semua tentang sekolah barunya.
Kringgg....kringgg
Bel istirahat berbunyi seantero sekolah, safira menutup buku tulisnya dan menoleh ke lili.
"ayo ke kantin saf," ajak lili.
"nggak usah li, aku di kelas aja." tolak safira.
Jujur, safira tidak membawa uang sedikit pun. Uang tabungannya pun sudah habis untuk membeli obat neneknya yang dirumah.
"kenapa? Lo nggak laper saf?" tanya lili.
"aku nggak bawa uang li, kalo kamu mau ke kantin ayo aja aku anter."
"uang saku lo ketinggalan apa gimana?"
"aku nggak punya uang li, buat nyari makan aja harus kerja dulu, sekolah disini juga dibiayain majikan." ucap safira tanpa beban.
Lili termenung, ia kira hidupnyalah yang paling berat, ternyata ia salah. Masih ada orang yang lebih berat dibanding hidupnya.
"yaampun saf, kalo gitu hari ini kamu aku traktir ya. Tapi maaf aku nggak punya banyak uang buat beli makanan enak. Palingan nanti kita makan soto nya pak dudung. Maaf ya saf," ucap lili tak enak.
"nggak usah li nggak papa, nanti uang kamu habis."
"nggak papa saf, udah yuk ke kantin." ajak lili.
Safira mengangguk dan berjalan ke kantin dengan lili di sebelahnya.
Mereka duduk di bangku pojok dengan meja yang sudah ada soto di atasnya.
"ayo saf dimakan, ini menu favorit gue kalo di sekolah." lili mulai memakan sotonya.
Safira mengangguk dan mulai memakan sotonya, ternyata rasanya enak seperti yang dibilang lili.
Sesuatu melintas di pikirannya, apa kak genta sudah makan?
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin mencari cowo itu namun nihil, tidak ada tanda-tanda genta.
"nyariin apa saf?" tanya lili.
"nyari kak genta, kok dia nggak ke kantin sih?"
"dia emang jarang ke kantin saf, coba lo cek ke rooftop deh biasanya juga disana." ucap lili.
"aku ke sana dulu ya li," pamit safira dan dijawab anggukan oleh lili.
Safira berjalan sambil sesekali bertanya letak rooftop dimana.
Gadis itu mulai menaiki tangga satu persatu dan akhirnya sampai pada tangga terakhir.
Safira mengedarkan pandangannya mencari genta dan akhirnya ia ketemu.
Cowo itu sedang merebahkan badannya di atas kursi membelakangi safira.
Gadis itu mendekat dengan perlahan dan menemukan genta sedang memejamkan matanya.
Safira hendak duduk di samping genta namun ia urungkan karena suara cowo itu mengagetkannya.
"ngapain lo disini?" ucap genta sambil membuka matanya.
"a-anu kak genta nggak makan?" tanya safira gugup.
"urusannya sama lo?"
"nanti kak genta sakit, mendingan kak genta ke kantin terus makan sekarang." lanjut safira.
"nggak usah ngatur gue,"
Safira menelan salivanya, jika saja genta bukan anak majikannya, ia tidak akan mau dekat-dekat dengan cowo menyebalkan didepannya ini.
"ngapain masih disini?" sinis genta.
"kak genta harus makan, nanti bu linda marah kalo kak genta belum makan."
"ck, ganggu lo." genta berdiri dan meninggalkan safira sendiri.
Gadis itu menghela nafas lega dan kembali ke kelas karena suara bel yang berbunyi.
🌸🌸🌸
"lama banget sih saf, untung gurunya belum masuk." omel lili.
"iya li maaf, yaudah yuk masuk." lili mengangguk dan mengikuti safira dari samping.
"saf, nanti pulangnya naik apa?" tanya lili.
"nggak tau li, kayanya kak genta nggak mau deket-deket sama aku, jadi aku jalan kaki aja nanti." ucap safira sembari menulis materi yang ada di papan tulis.
Lili merasa iba dengan sahabatnya ini.
"pulang bareng gue aja ya saf, nanti gue anterin sampe rumah." ajak lili.
"nggak usah li, hari ini aku ngerepotin kamu banget, aku nggak enak li." safira menatap lili.
"nggak papa saf, lo itu satu-satunya orang yang mau temenan sama gue, semua anak disini nggak suka sama gue karena nggak selevel sama mereka. Pokoknya lo harus pulang sama gue, tapi maaf ya gue cuma bawa motor."
"padahal kamu baik banget li, makasih ya li."
Kringg...kringgg..
"ayo saf balik," ajak lili.
"ayo, tapi kita ke kak genta dulu ya." lili mengangguk.
Mereka berjalan ke parkiran sekolah, safira melihat genta yang berdiri di depan mobilnya sambil melirik ke arahnya sekilas.
Gadis itu mendekat ke arah genta bersama lili di belakangnya.
"kak genta aku pulangnya sama lili ya, maaf udah ngerepotin tadi pagi." ucap safira.
Genta mengangkat sebelah alisnya dan menatap gadis tengil di depannya ini.
"lo mau gue diomelin mamah?"
"maksudnya?" bingung safira.
"naik,"
"hah? Naik kemana?" tanya safira bingung.
Genta menghela nafas dan mulai mencoba bersabar.
"naik ke mobil gue safira," genta meninggalkan safira dan masuk ke dalam mobilnya.
"maaf ya li, aku pulangnya bareng kak genta." ucap safira.
"nggak papa, kalem aja saf. Gue pulang duluan ya dadah sampai ketemu besok." lili mulai berjalan menjauh dari safira.
Tin...
Tin...
Safira langsung masuk ke dalam mobil genta dan tidak banyak berbicara seperti tadi pagi.
Genta mulai menjalankan mobilnya dan membelah jalanan kota yang terlihat sangat ramai.
"kak genta udah makan kan?" tanya safira.
Genta berdehem tanpa mau melirik ke arah safira sedikit pun, cowo itu masih fokus dengan jalanan di depannya.
"besok aku bawain bekal aja deh buat kak genta," ucap safira.
"diem,"
Safira menutup mulutnya dan mulai melihat sekeliling jalanan yang terlihat macet.
Skip!
Mobil genta memasuki halaman rumahnya, cowo itu keluar dari mobil tanpa menghiraukan safira yang masih ada di dalam.
Gadis itu turun dan mulai mengikuti genta dari belakang.
Safira berbelok ke arah kamarnya yang sudah di sediakan bu linda untuk sekedar istirahat singkat karena nanti sore ia akan pulang ke rumahnya.
Gadis itu mulai mengganti seragamnya dengan kaos dan celana panjang dan tidak lupa menguncir rambutnya agar tidak risih saat bekerja.
Setelah siap, safira berjalan keluar ke arah taman dan mulai menyirami tanaman yang ada disana.
Gadis itu sesekali mencabuti rumput-rumput liar yang mengganggu.
Setelah menyirami tanaman, safira duduk sebentar di kursi taman sambil mengelap keringat di dahinya.
"nenek udah makan belum ya?" tanyanya.
Ia kepikiran neneknya di rumah, pasti neneknya itu sangat kesepian.
Safira melanjutkan pekerjaannya dengan menyapu daun-daun kecil di area taman.
Tanpa ia sadari, seorang cowo sedang mengamatinya dari balkon kamarnya.
Hari sudah semakin sore, safira merapikan alat potong rumput ke tempat semula.
Gadis itu masuk ke dalam rumah dan melihat genta sedang menonton tv sendirian.
Safira mengangkat bahunya acuh dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tas.
Safira berjalan keluar kamar dan mendekati genta yang masih di posisi semula.
"kak genta, aku pulang dulu ya soalnya udh sore." pamit safira sopan dan hanya dibalas deheman oleh cowo itu.
Safira tersenyum kaku dan berjalan ke luar rumah, gadis itu tersenyum ketika mengingat neneknya di rumah.
Seharian ini safira sibuk dengan kegiatannya sampai ia lupa dengan neneknya.
Karena jarak antara rumah safira dan rumah genta tidak terlalu jauh, gadis itu memutuskan untuk berjalan kaki.
"assalamualaikum," ucap safira ketika membuka pintu rumahnya.
"nenek," panggil safira.
Gadis itu masuk dan mulai mencari keberadaan neneknya berada.
"nenek disini safira," ucap seseorang dari kamar belakang.
"assalamualaikum nek, safira pulang. Nenek udah makan kan? Ada yang sakit lagi?" tanya safira beruntun.
Ami tersenyum melihat kecemasan di wajah cucu kesayangannya itu.
"nenek tidak papa safira, mending sekarang kamu mandi dan istirahat ya." ucap Ami sembari mengelus rambut safira.
"yaudah kalo gitu safira mandi dulu ya nek,"
Ami melihat safira yang keluar dari kamarnya, gadis itu yang selalu merawatnya dari dulu.
Safira gadis yang mandiri dan rendah hati, Ami bahkan tidak pernah mendengar keluh kesah safira, gadis itu selalu tersenyum dan menyayanginya.
SKIP!
Malam ini safira berniat untuk mengerjakan PR nya, gadis itu sangat bersemangat dan dengan teliti menjawab semua pertanyaan dengan cepat.
Setelah semuanya siap, safira memutuskan untuk tidur dan mengistirahatkan badannya yang terasa pegal karena bekerja seharian.
🌸🌸🌸
Pagi ini seorang gadis sedang bersiap-siap dengan seragam sekolahnya.
Gadis itu dengan telaten memasakan makanan untuk neneknya dan pamit untuk berangkat ke sekolah.
Jam sudah masih menunjukan pukul 05.30 wib, namun safira sudah berjalan menuju rumah genta.
Gadis itu bersenandung kecil sembari melihat jalanan kota yang masih sepi karena masih pagi.
Udara dingin juga menerobos masuk ke dalam tubuhnya membuatnya terasa dingin.
Sampai di rumah genta, safira mulai mengambil bahan-bahan makanan di dapur dan mulai membuat sarapan.
Gadis itu dengan telaten memasukan semua sayur ke dalam wajan yang berisi air mendidih.
Tap..
Tap..
Suara langkah kaki terdengar semakin dekat, gadis itu mengedarkan pandangannya ke belakang dan...
"awwwsh.." safira melihat tangannya yang tidak sengaja terkena wajan panas.
Genta mendengus dan melanjutkan jalannya untuk membuka kulkas dan mengambil minuman.
"kalo kerja mata jangan kemana-mana," ucap genta melirik safira sekilas.
"maaf ka," safira mulai melanjutkan kegiatannya dan membuarkan tangannya yang masih terasa perih.
"obatin tangan lo,"
Safira mengedarkan pandangannya dari wajan, gadis itu melirik ke arah genta yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
"nggak papa ko kak, palingan nanti juga sembuh sendiri."
"bodoh," genta berjalan menuju kotak p3k berada dan memberikannya ke safira.
Gadis itu dengan terpaksa mengambil kotak p3k dari tangan genta.
"kalo gue bilang obatin ya obatin, kalo mamah tau lo luka gue bisa diomelin. Jangan bikin hidup gue susah bisa?" genta berbalik dan meninggalkan safira sendirian.
Gadis itu menghela nafas dan mematikan kompornya, dengan telaten ia mulai mengobati luka bakar di tangannya itu.
"yaampun safira kamu kenapa?" tanya tante linda khawatir.
"nggak papa kok bu," jawab safira.
"lain kali hati-hati ya, tante nggak mau kamu luka kaya gini lagi."
Safira mengangguk dan meminta izin untuk menyiapkan sarapan untuk mereka.
"genta, nanti sore kamu ajak safira jalan-jalan ya, akhir-akhir ini kayanya dia kecapean dan butuh senang-senang." ucap tante linda sambil menikmati sarapannya.
"nggak perlu bu makasih, safira udah biasa kaya gini kok." jawab safira tidak enak.
"nggak papa safira, kebetulan nanti malam kan malam minggu, kalian bisa jalan-jalan kemana aja. Biar genta nggak di kamar terus, ya kan sayang?" ucap tante linda.
"hmm," genta tidak mengalihkan pandangannya dari sarapan di depannya, cowo itu juga terlihat biasa saja.
"yaudah sekarang kalian berangkat ya, biar ini tante aja yang beresin."
"yaampun bu nggak usah, biar safira aja. Safira nggak enak sama ibu," ucap gadis itu.
"kan tante udah pernah bilang, kamu fokus aja ke sekolah kamu, oke?".
"udah si nurut aja, ribet banget." ucap genta ketika tante linda berjalan menuju ke dapur untuk membersihkan piring.
"tapi kan aku nggak enak kak, oh iya soal ucapan bu linda yang tadi nggak usah dimasukin ke hati ya, kalo kak genta nggak mau juga nggak papa." ucap safira ketika ingat nanti malam ia disuruh untuk berjalan-jalan dengan cowo menyebalkan ini.
"gue nggak ada pilihan lain, lo tinggal turutin aja kemauan nyokap." genta berdiri dan berjalan keluar.
Safira ikut berdiri dan mulai berjalan mengikuti genta dari belakang.
Gadis itu berhenti sejenak kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyiapkan bekal.
"safira kok belum berangkat?" tanya tante linda.
"safira mau nyiapin bekal buat kak genta dulu bu," jawab safira sambil memasukan beberapa roti ke tempat bekal.
Tante linda tersenyum tipis dan kembali membersihkan piring kotornya.
"kalo gitu safira pamit dulu ya bu, assalamualaikum." gadis itu mencium tangan tante linda dan segera menyusul genta yang sudah menunggunya.
"maaf lama kak," ucap safira sambil menutup pintu mobil genta.
"hmm,"
Genta melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang masih sepi karena masih pagi.
Keaadaan mobil sunyi, tidak ada yang membuka suara satu pun, hanya ada keheningan di antara mereka.
"kak genta kalo istirahat sering di rooftop terus ya?" tanya safira memecah keheningan.
"iya," jawab genta singkat.
"kenapa nggak ke kantin aja? Atau nggak ke perpus atau kemana lah yang rame." tanyanya lagi.
"males,"
"kak genta seneng menyendiri ya?" tanya safira lagi.
"iya,"
"kalo nanti safira temenin kak genta mau nggak? Biar kak genta ada temennya gitu." ucap safira tanpa beban dan rasa takut sedikitpun.
"nggak,"
"kenapa?"
"lo ganggu,"
Nah kan, mulai lagi kan.
"kan aku cuma mau jadi temen aja buat kak genta, lagian nanti aku nggak akan berisik kok." ucap safira yakin.
"ck, lo bawel banget si. Gue bilang nggak ya nggak," kesal genta.
Safira menghela nafas dan mengangguk perlahan, gadis itu mengedarkan pandangannya ke luar jendela ketika mobil genta sampai di halaman sekolahnya.
"lo duluan yang turun, kalo di sekolah kita pura-pura nggak kenal aja." ucap genta dengan pandangan lurus kedepan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!