Gemerlapnya lampu disco menyoroti wajah yang termenung gelisah. Ada perasaan takut, cemas dan putus asa tergambarkan di wajah mungil Pey yang mengenakan gaun pink. Sesekali dia melihat ponselnya. Seakan akan menunggu kabar seseorang.
Tak lama kemudian, dia beranjak pergi menuju toilet.
Pey mengeluarkan benda kecil di lipatan gaunnya.
Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Benda kecil itu adalah tes kehamilan. Terlihat jelas
Dua garis merah positif. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya seakan akan tidak percayalah dengan apa yang dia lihat. Air mata pun tidak terasa menetes dikedua pipinya. Dia menangis
Suara ponsel yang digenggam tangannya membuyarkan tangisannya. Pey segera melihat siapa yang menghubunginya
"Ruli?" ucap Pey setengah melotot dan segera mengusap air matanya. Dan mulai mengangkat panggilan Ruli.
"Ruli" sapa Pey pelan.
"kamu dimana Pey?" tanya Ruli yang sudah ada ditempat parkiran mobil.
"kamu dimana?" Pey malah balik nanya.
"aku ditempat parkiran mobil nih. Didepan" jawab Ruli
"ya udah tunggu..aku kesana sekarang "
Tanpa basa basi lagi Pey pun segera menutup percakapannya dan berlalu pergi ke halaman parkiran.
Sesampainya diparkiran...
"Ruli " hardik Pey
"ada Pey. Kamu nyuruh aku kesini?" tanya Ruli penasaran.
"kita ngobrol ditempat lain aja yu" ajak Pey
"dimana?" tanya Ruli semakin penasaran.
Pey segera masuk kedalam mobil Ruli. Melihat gelagat Pey tidak seperti biasanya membuat Ruli merasa aneh.
Ruli pun mengikuti apa maunya Pey.
"Emang kita mau kemana?" tanya Ruli yang sejak tadi penasaran.
"ke kosan aku" jawab Pey tegas
"lho.. bukannya kamu mau kerja?" tanya Ruli heran.
"gpp..ada yg lebih penting dari pekerjaanku"
Ruli semakin penasaran.
"Ok deh" tanpa berkata apa-apa lagi Ruli pun menancap gas berlalu menuju kediaman Pey.
Sesampainya di kosan Pey. Pey ragu ragu mengeluarkan benda kecil didalam tas. Ruli hanya terdiam heran. Pey menatap Ruli ragu ragu. Ada bimbang dan bingung ketika Pey meraih benda kecil didalam tasnya. Ruli mengerutkan keningnya tanda penasaran.
"ada apa?* tanya Ruli ragu
Dengan memberanikan diri akhirnya Pey mengeluarkan benda kecil yaitu test pack. lalu, menyodorkan benda itu ke arah Ruli. seketika Ruli wajah Ruli berubah terkejut. Dan menatap tajam ke wajah Pey. Seakan akan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pey menatap sedih Ruli.
"maksudnya..?" tanya Ruli ragu ragu
"aku ...aku hamil" jawab Pey menundukkan kepalanya.
Bagaikan disambar petir siang hari. Ruli benar benar merasa terpukul dengan ucapan Pey.
"a..apa..kamu hamil?" tanya Ruli gugup lemah.
Pey menganggukkan kepalanya sembari meneteskan air mata. Ruli duduk di kursi meja rias dengan badan lemas. Ruli pun menatap wajah Pey yang sedang tertunduk dengan isakan air mata.
"kenapa bisa terjadi?" tanya Ruli lemas.
Nampak di wajah kebingungan dan ada rasa takut.
Bingung karena Pey selingkuhannya telah mengandung anak darinya. Takut karena dia sudah punya istri dan anak. Dia takutkan istri dan anaknya mengetahui kelakuannya selama ini.
"aku juga tidak menyangka akan seperti ini" jawab Pey duduk diatas ranjang.
"kamu sengaja kan tidak di KB?" tanya Ruli tajam.
"ga mas .aku .." Pey menggelengkan kepalanya.
"IYA KAMU SENGAJA KAN SUPAYA AKU BISA MENIKAHI KAMU!" bentak Ruli dengan suara lantang dan keras.
Pey terkejut membelalakkan mata mendengar bentakan Ruli. Baru kali ini Pey dibentak Ruli. Dan baru kali ini juga Ruli marah mengeluarkan bahas keras kepada Pey. Ruli yang dikenal lelaki romantis dan ga pernah marah terhadap Pey. kini seakan akan berubah seketika.
"mas... kamu" Pey tidak bisa melanjutkan ucapannya karena seakan akan tercekik untuk mengeluarkan kata kata dihadapan Ruli.
"Pey ..kamu tau aku udah punya istri dan anak?" tanya Ruli mulai melemah kembali.
"kenapa kamu bisa ceroboh begini Pey?"
"apakah kamu ga kepikiran kalau aku tidak akan bisa menikahi kamu?" bertubi tubi Ruli melontarkan pertanyaan kepada Pey. Pertanyaan demi pertanyaan membuat Pey merasa tersakiti dengan pernyataan Ruli.
"mas...selama ini kita pacaran. Apa gunanya?" Pey balik nanya dengan tatapan tajam.
Ruli merasa tersentak dengan pertanyaan Pey.
"kamu sayangi aku..kamu cintai aku..kamu manjain aku...gunanya untuk apa mas?"
"apa benar aku sekedar pelarian disaat kamu butuh hiburan?" Pey memutar balikan pertanyaan yang membuat Ruli semakin bingung.
Ruli pun diam membisu. Dia terus berpikir mencari solusinya untuk permasalahan yang sedang dihadapi. Dia tidak mungkin menikahi Pey. Karena dia punya istri dan anak. Disisi lain Ruli harus bertanggungjawab atas perbuatannya terhadap Pey. Dan Ruli pun memiliki perasaan terhadap Pey sejak pertama bertemu.
Ruli menatap sayu mata Pey , yang penuh harapan terhadap Ruli. Dan seakan akan memohon untuk bertanggungjawab terhadap Pey.
"aku akan pikirkan hal ini" ucap Ruli.
"besok aku akan menemui kamu lagi" sambung Ruli sembari melihat jam tangannya.
"aku harus pulang dulu. kamu jaga diri baik baik."
"kamu akan bertanggungjawab kan?" tanya Pey ragu ragu.
"itu pasti " jawab Ruli menyakinkan.
Ruli pun segera pergi karena waktu menunjukkan pukul 23.30 wib. Pey hanya pasrah dengan kepergian Ruli.
Pagi yang cerah. Namun, tidak secerah wajah Ruli yang sedang dirundung kebingungan. Seorang wanita muda dan cantik. Sedang sibuk mempersiapkan makanan dimeja makan untuk sarapan pagi.
wanita muda dan cantik itu tiada lain adalah istrinya Ruli. Yaitu Reha.
"mas , sarapan sudah disiapkan" ucap Reha melihat Ruli yang menuju menghampiri meja makan.
"makasih. Tapi,, aku harus buru buru berangkat kerja" jawab Ruli seakan akan ada sesuatu yang disembunyikan.
"tidak seperti biasanya mas?" tanya Reha heran.
"iya...tapi aku sudah janji Ama klien kalau pagi hari ini aku akan menemuinya.sekalian sarapan disana" Ruli berusaha menyakinkan Reha. Dengan berbagai alasan.
Ruli pun segera pergi meninggalkan ruang makan.
Reha hanya menghela nafas.
Sesampainya didepan pintu Ruli mengetuk pintu.
ternyata Ruli datang ke kosan Pey. Dengan wajah berseri Pey menyambut kedatangan Ruli.
"Ruli" sapa Pey dengan senyuman.
Ruli langsung bergegas masuk. Tanpa basa basi lagi.
Pey celingukan melihat sekitar luar rumah. Lalu, dia menutup pintu dan menguncinya.
Pey melihat Ruli duduk dengan raut wajah lesu.
"aku ambilkan minum dulu ya" ucap Pey bergegas ke dapur.
Segelas air putih telah dibawakan Pey. Dan meletakkan gelas itu diatas meja.
"Pey... aku akan tetap bertanggung jawab atas kehamilanmu. Namun, untuk menikahi kamu..tidak mungkin" ucap Ruli pelan.
Pey terkejut dengan ucapan Ruli
"maksud kamu. Kamu ga akan pernah menikahi aku, mas?" tanya Pey menelan ludah.
"aku mohon kamu paham , Pey " pinta Ruli menatap memohon Pey.
"soal biaya selama kamu mengandung dan melahirkan semua aku yang nanggung. Asal kamu jangan nuntut aku harus menikahi kamu" pinta Ruli menyakinkan Pey.
Pey terdiam membisu. Tanpa disadari air mata mengalir di kedua pipi Pey. Ruli membelalakkan mata terkejut melihat Pey menangis.
"Pey..sudah ga usah menangis seperti itu. Ini juga kamu yang ceroboh. Bisa bisanya kamu ga menggunakan keamanan saat kita berhubungan" Ruli menghardik Pey.
"Aku ga nyangka.. Kamu hanya ingin manis nya aja mas! Tapi, setelah semua terjadi. Dengan seenaknya kamu mengatakan seperti itu semua padaku. Dan malah menyalahkan aku" Pey menangis tersedu.
Ruli terdiam dengan ucapan Pey.
"terus aku harus menikahi kamu begitu. Sedangkan itu ga mungkin Pey" jawab Ruli merendah.
"apalagi harus ngomong sama Reha. itu sangat tidak mungkin Pey" Ruli menegaskan Pey.
"kamu bisa menikahi aku secara diam diam tanpa Reha tau" Pey mulai bersuara tinggi.
"maksud kamu?" tanya Ruli terkejut
"kita bisa nikah sirih" jawab Pey menatap wajah Ruli.
Ruli yang daritadi memasang wajah tegang. menjadi sedikit tenang.
"akan ku pikirkan hal itu" jawab Ruli menatap wajah Pey.
Pey mengangguk.
Pernikahan yang sudah direncanakan pun terjadi.
akhirnya Pey dan Ruli menikah. Dan mereka telah menikah sirih. Dengan dinikahkan oleh seorang kiai.
pernikahan mereka hanya disaksikan kiai Ama dua orang sewaan Ruli. Untuk berpura pura menjadi keluarga Ruli dihadapan kiai.
Acara pernikahan tersembunyi pun selesai.
"akhirnya kita bisa menikah juga meskipun tidak ada keluarga yang tau" ucap Pey sembari menghembuskan nafasnya pertanda lega.
"iya ...tapi kamu harus janji" jawab Ruli tegas.
"kamu tidak boleh membocorkan rahasia pernikahan kita ke siapa pun itu. apalagi sampai bilang ke Reha. Kalau Reha sampai tau dari kamu. aku tidak akan segan segan untuk meninggalkan mu" Tega Ruli tajam.
"iya" hanya itu yang bisa dijawab Pey dengan pasrah.
tiba tiba bingkai Poto pernikahan Ruli dan Reha terjatuh. kaca bingkai pun pecah. Membuat Reha terkejut dengan suara terjatuhnya bingkai Poto.
Reha pun segera melihat ke lokasi. Dan ia menemui Poto pernikahannya. Reha mengambil gambar itu.
lalu , mengusapnya pelan.
"kenapa tiba tiba Poto ini jatuh?" tanya Reha pada diri sendiri.
"ada apa mam?" tanya gadis kecil menghampiri Reha dari belakang.
"gpp sayang...cuma jatuh aja" jawab Reha mencoba tenang.
"kenapa bisa jatuh mam. Ga ada angin pun?" tanya gadis kecil itu dengan polos.
"mungkin nyimpannya ga pas" jawab Reha tersenyum.
Reha memungut pecahan kaca bingkai. Dan membuangnya.
"mam...papah kok blm pulang?" tanya Sea. anak dari Reha dan Ruli.
"mungkin papah telat pulang malam ini. karena sibuk kerja" jawab Reha sembari menggendong sea yang masih berumur 4 tahun.
"Sea bobo lagi ya" ajak Reha
Jam di dinding menunjukan pukul 10 malam.
Ada rasa cemas dan bingung di benak Reha.
Karena tidak seperti biasanya Ruli pulang malam.
Suara pintu terbuka dari luar. Ruli terkejut melihat Reha sudah menunggunya dibalik pintu.
"kamu belum tidur?" tanya Ruli gugup.
"aku sengaja menunggu kamu pulang" jawab Reha
"tumben pulang malam?" tanya Reha Yang sejak tadi cemas memikirkannya.
"iya...banyak kerjaan" jawab Ruli berbohong.
"aku cape mau istirahat" sambung Ruli sembari pergi menuju kamar.
Reha hanya menggelengkan kepalanya.
Nampak Ruli sedang berbaring diatas kasur dengan ponselnya di tangannya.
"sudah malam begini. Kamu hubungi siapa mas?" tanya Reha penasaran.
"ga ada siapa siapa .. cuma ngecek saja" jawab Ruli berbohong lagi. Ruli menutupi perbuatannya didepan Reha.
"sudah malam tidurlah" sambung Ruli meletakan ponselnya. Dan berbaring Kemabli tidur membelakangi Reha.
Dengan gerak gerik Ruli. Reha merasa ada yang aneh dengan Ruli. Namun, dia tidak berani mempertanyakan apa apa lagi. Reha hanya bisa menatap tubuh Ruli yang sudah tertidur lelap.
Ponsel Ruli berbunyi. suara panggilan dari Pey. Reha melihat ponsel suaminya yang terletak diatas meja. Ini Sementara Ruli sedang mandi pagi itu.
"Pey? Siapa Pey?" tanya Reha pada diri sendiri.
Reha penasaran ingin tau siapa Pey. namun, saat mau diangkat, panggilan itu sudah berakhir.
Reha meletakkan kembali ponsel suaminya.
"kamu sedang apa?" tiba tiba suara Ruli mengejutkan Reha yang sejak tadi berdiri menatap ponsel.
"tadi ada telepon" jawab Reha menoleh ke arah Ruli.
Ruli secepatnya mengambil ponsel miliknya. Dia terkejut karena Pey menghubunginya.
"gawat ! Aku sudah bilang sama dia jangan hubungi aku sebelum aku menghubungi nya. kenapa dia seberani ini?" gumam Ruli gemas dalam hatinya.
"mas ..siapa Pey?" tanya Reha penasaran.
"e ..dia karyawan baru" jawab Ruli gugup menutupi kebohongan.
"karyawan baru? kenapa menghubungi kamu mas? biasanya kalau ada karyawan baru menghubungi sekertaris mu?" tanya Reha mulai merasa ada yang ganjil.
"iya...itu juga udah hubungi sekertaris. mungkin nomor sekertaris ga aktiv. Jadi hubunginya ke aku. karena hari ini dia banyak tugas juga" Ruli mencoba menyakinkan istrinya dengan alasan yang tepat.
"oh.." cuma oh yang bisa di utarakan Reha sembari melirik ponsel Ruli.
Reha hanya percaya saja apa yang dikatakan Ruli.
Karena selama ini Ruki yang dikenal adalah sosok suami yang baik dan perhatian.
Pukul sudah menunjukkan jam 8 pagi. Ruli buru buru kekantor.
Setelah di kantor. Dengan menghela nafas dan menghembuskannya Ruli sedikit tenang. Namun, rasa ketakutan dan cemas masih menyelimuti pikirannya.
Tok
Tok
Tok
Pintu diketuk mengejutkan Ruli.
"masuk"
Seorang wanita yaitu sekertaris Ruli membawa sebuah map yang berisi perjanjian kontrak kerja.
"maaf pak. hari ini mau ada meeting dan ini berkas berkasnya" ucap Nadia sekertaris ruli.
"iya " jawab Ruli mengambil map dari tangan Nadia.
Setelah ditanda tangani, berkas itu diberikan kepada Nadia.
"terimakasih pak" Nadia segera pergi meninggalkan ruang kerja Ruli.
suara ponsel berbunyi lagi. Ruli segera mengangkat panggilan telepon itu.
"ada apa sih Pey?" tanya Ruli dengan nada males.
"aku butuh kamu" jawab Pey
"kenapa ..kamu tau aku lagi kerja" jawab Ruli memelas
"iya aku tau ..tapi setelah pulang kerja kamu kesini ya" mohon Pey.
"iya"
Telepon pun diakhiri.
Tok
tok
tok
suara pintu diketuk. Pey terkejut senang melihat Ruli dihadapannya.
"Ruli..."
Tanpa basa basi Ruli pun masuk kedalam kosan Pey .
"aku senang banget kamu datang lebih awal" ucap Pey dengan wajah bahagia.
"aku kan sudah janji. Aku akan bertanggungjawab..pasti aku selalu datang" jawab Ruli menyakinkan Pey
"iya sayang...makasih ya..."
"eum..."
"mas...aku pingin makan diluar" rengek Pey manja.
"boleh asal jangan sampai istri aku tau " jawab Ruli sambil mencubit pipi Pey tanda gemas.
"iya mas.."
Mereka berdua pun segera pergi meninggalkan kosan Pey dan mencari tempat makan.
Setelah menemukan tempat makan yang dirasa nyaman dan aman. Mereka pun memesan makanan.
sementara di kantor Ruli. Seorang wanita tiada lain istri Ruli datang membawakan rantang berisikan makan siang untuk Ruli. Seorang karyawan menghampirinya.
"ibu mau ketemu sama pak Ruli?" tanya wanita itu tiada lain sekertaris Ruli.
"iya ...pak Ruli nya ada kan?" tanya Reha.
"pak Ruli barusan keluar Bu" jawab Nadia
"apa...keluar kemana ya?"
"saya juga tidak tau Bu. Mungkin sedang nyari buat makan siang"
Reha bengong dengan jawaban Nadia.
"makasih ya .." Reha pun segera pergi keluar kantor Ruli. dengan berjalan kecewa karena tidak menemui Ruli.
Sementara di dalam mobil Ruli dan Pey usai makan siang.
" aku senang banget ...ternyata cintamu dan perhatian mu tidak berubah mas" ucap Pey manja kepada Ruli.
" aku tidak akan pernah berubah... Karena aku terlanjur cinta dan sayang kamu " jawab Ruli sembari melirik ke arah Pey.
" iya sih...aku percaya itu...tapi, aku juga ada rasa takut" jawab Pey ragu ragu
"apa yang kamu takutkan?"
"seandainya ketahuan istrimu..apakah kamu akan meninggalkan aku?"
"tergantung dia tau dari mana dan dari siapa"
"maksudnya?" tanya Pey tidak paham dengan jawaban Ruli.
"kalau dia tau sendiri dari oranglain atau melihat sendiri..aku tidak akan meninggalkan kamu...
tapi..kalau tau dari kamu... kemungkinan aku akan meninggalkan mu" jawab Ruli panjang lebar.
"maka itu kamu jangan pernah membongkar rahasia pernikahan kita ini kepada Reha dan kepada siapapun juga. Kalau kamu ingin hubungan ini awet" ancam Ruli serius.
"iya aku paham " jawab Pey singkat dengan mendelik.
sementara di rumah Reha...Reha duduk di sofa ruang tamu. Rantang yang berisi kan makanan buat Ruli. Dia letakan diatas meja. Reha meraih ponselnya. Dia mencoba menghubungi Ruli...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!