Bab 1
Terima kasih, Mas. Kalungnya sangat indah. Aku suka sekali. Lihat, cocokkan?
Mata Mitha terbelalak saat melihat foto seorang wanita cantik yang hanya memakai ku*tang dan ada kalung berlian menghiasi lehernya. Dia tahu siapa yang terpampang di layar handphone suaminya ini. Orang itu adalah Mia, tetangganya yang baru pindah sekitar enam bulan yang lalu.
Mitha pun meng-scroll chat yang tertulis di sana. Banyak sekali kata-kata mesra dan foto-foto tidak senonoh dari janda kembang itu untuk suaminya. Ternyata mereka berdua sudah menjalin hubungan selama tiga bulan belakangan ini.
Mas hari ini jadikan kita pergi ke mall?
Pesan dari Mia tiga hari yang lalu. Kemudian, ada balasan dari Beni di kolom bawahnya.
Maaf, Sayang. Si Gendut Buruk Rupa itu memakai mobil Mas. Katanya mau menjenguk temannya.
Mitha ingat betul hari itu dia menjenguk Kartini di panti asuhan. Temannya yang menjadi salah satu pengurus panti di mana keluarga wanita itu sering mendonasikan sebagian uangnya.
Huh, si gajah bengkak itu kenapa meski hari ini pakai mobil. Kenapa tidak Mas suruh pakai motor saja?
Pesan Mia diakhiri dengan emot marah tiga biji. Betapa sakit hatinya Mitha, dihina dan direndahkan oleh dua orang yang dianggapnya teman berharga. Dahulu, saat pertama kali Mia datang ke kampung ini, banyak sekali mendapatkan godaan dari para lelaki. Baik itu yang masih single, duda, atau suami beristri. Mitha adalah orang yang sering membela dan melindunginya jika kaum Adam itu melakukan hal yang tidak pantas kepadanya. Bahkan sampai memanggil kepala desa dan Pak Camat untuk memberikan peringatan kepada laki-laki yang tidak bermoral itu. Namun, sekarang orang itu malah tega bermain api dibelakangnya.
Sudahlah, Sayang. Sebagai gantinya nanti Mas belikan kalung permata yang dulu kamu inginkan. Besok lusa Mas akan dapat bonus. Si gajah bengkak itu tidak akan Mas kasih. Semua untuk kamu. Jadi, jangan marah, ya!
Balasan dari Beni tidak kalah menyakitkan. Perasaan seorang istri yang sedang hamil besar itu begitu rapuh. Seharusnya dia di sayang, di manja, dan diberikan perhatian lebih. Namun, yang dia dapatkan sekarang adalah terbongkarnya perselingkuhan sang suami dengan si janda kembang.
"Teganya dirimu, Mas! Padahal saat ini aku sedang mengandung anakmu." Air mata Mitha jatuh membasahi pipinya yang chubby.
Semenjak dirinya hamil, banyak sekali perubahan yang terjadi pada tubuh Mitha. Berat badan yang naik drastis karena sedang mengandung anak kembar. Kulit berubah menjadi kusam dan agak menghitam. Hal paling jelas terlihat adalah di wajahnya. Dahulu muka Mitha begitu putih mulus dan halus, tetapi kini menjadi kusam dan di kedua pipinya muncul flek hitam. Belum lagi pipinya yang seperti bakpao itu membuat hidungnya ke pencet dan terlihat menjadi pesek.
Mengetahui perselingkuhan suaminya dengan wanita yang sering dia tolong, membuat hati Mitha berasa dicabik-cabik. Sakit sekali, itu yang dirasakan oleh wanita yang sedang berbadan tiga ini.
Berbekal dari pengalaman beberapa orang yang dikhianati pasangannya, Mitha pun menyadap nomor milik Beni, suaminya. Semua pesan yang terkirim dan dikirim dari nomor itu akan bisa dia lihat.
"Oke, akan aku lihat sampai mana kalian akan bertahan dengan kelakuan ini," gumam Mitha.
Wanita itu buru-buru menyimpan handphone milik suaminya, saat pintu kamar mandi terbuka. Seorang laki-laki tampan dan memiliki tubuh yang gagah keluar sambil menggosokkan handuk ke kepalanya. Rasanya Mitha ingin menonjok wajah Beni saat mata mereka bersirobok lalu dia tersenyum manis.
"Sayang, belum tidur?" Beni berjalan ke arah Mitha yang duduk di tepi ranjang.
Seperti biasa laki-laki itu akan mencium kening sang istri. Hal yang belakangan dia lakukan. Berbeda dengan dahulu yang selalu memeluk dan menciumi seluruh wajahnya dengan mesra.
"Belum, Mas. Ini baru mau tidur," balas Mitha lalu membaringkan tubuhnya.
Setelah berpakaian, Beni pun ikut membaringkan tubuhnya di samping sang istri. Dia mengelus-elus perut buncit istrinya beberapa saat. Setelah memastikan Mitha sudah tertidur lelap, laki-laki itu pun mengambil handphone miliknya untuk bertukar pesan dengan sang kekasih gelap.
Sayang, kalungnya sangat cocok sekali denganmu. Besok jadikan kita pergi ke pantai?
Beni mengirimkan pesan kepada Mia. Dia menamai nomor selingkuhan dengan nama Jaka. Ini nomor khusus yang dipakai untuk Beni, agar Mitha tidak curiga.
*Jadi, dong! Aku sengaja membeli bi*kini dan lingerie untuk besok. Alasan apa yang Mas buat kepada istrimu agar bisa pergi bersenang-senang selama dua hari besok*?
Mia membalas diikuti oleh foto yang menampilkan baju renang dan baju dinas malam seorang istri. Tentu saja ini membuat Beni semakin tidak sabar ingin segera hari esok.
Ya, seperti biasa. Apalagi kalau bukan dinas ke luar kota. Padahal aku masih di dalam kota dan bersenang-senang dengan kamu.
Pesan Beni diikuti emot tertawa. Ini bukan pertama kalinya laki-laki itu membohongi sang istri. Bodohnya Mitha percaya begitu saja akan ucapan sang suami. Karena kadang ada pekerjaan yang mengharuskan dirinya pergi untuk memeriksa cabang gudang yang ada di beberapa kota.
Tanpa Beni tahu kalau sebenarnya Mitha belum tidur. Dia hanya pura-pura untuk melihat kelakuan suaminya di saat dia tertidur pulas.
Sayang, seperti biasa, dong! Kirim aku foto kamu saat ini.
Pesan Beni langsung dibalas dengan sebuah foto Mia tanpa busana atas. Laki-laki itu sangat senang sekali mendapatkan kiriman seperti ini.
Mitha tahu suaminya sedang berbalas pesan dengan gundiknya. Namun, dia tidak tahu apa saja yang sedang mereka bahas.
'Tenang Mitha. Jangan grasak-grusuk, tapi main cantik untuk melawan mereka berdua. Ingat anak-anakmu yang masih ada di dalam perut,' batin Mitha.
'Kalian berani bermain dibelakang aku, maka akan aku ladeni juga dengan cara bermain dibalik layar. Lihat saja apa yang akan aku lakukan agar kalian merasa jera,' lanjut Mitha.
***
"Sayang, hari ini aku ada tugas ke Kota Udang. Pulangnya mungkin hari Minggu sore," ucap Beni begitu memasuki ruang makan yang merangkap dengan dapur.
Mitha yang baru saja selesai memasak pun tersenyum kecut. Tadi subuh dia sempat membaca chat yang dilakukan suaminya semalam bersama selingkuhannya.
"Kebetulan sekali aku ingin makan tomcir atom, sirup jeniper, petis udang, dan kerupuk rambak. Oh, iya. Tape ketan yang dibungkus daun jambu jangan lupakan itu, ya!" Mitha menyebutkan satu persatu makanan khas oleh-oleh Kota Udang.
"Memangnya kamu mau ke mana, Ben?" tanya Bu Yeni, mamanya Beni.
"Mau pergi dinas ke Kota Udang, Bu," jawab Beni."
"Wah, jangan lupa belikan ibu beberapa batik, ya! Corak mega mendung, kalau bisa yang warna cerah. Harus yang bermerek Batik Hadikusumo," tukas Bu Yeni dengan semangat.
'Nah, loh! Pusing-pusing, deh, cari oleh-oleh khas asli sana,' batin Mitha.
***
Assalamualaikum, semua. Karya terbaru ini mungkin akan bikin kesal-kesal bercampur tertawa. Meski ada pelakor, tapi tidak akan membuat tensi naik darah, ya! Ambil sisi baiknya dan jangan tiru sesuatu yang buruk dari karya ini. Jangan lupa biasakan tinggalkan jejak dengan like.
Seperti apa keseruan cerita Mitha membalas kelakuan suami dan selingkuhannya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Bab 2
Selagi Beni sarapan, Mitha bergegas pergi ke kamarnya. Dia mengambil dompet milik sang suami dari dalam tas kerja. Wanita itu sengaja melakukan ini, karena tidak mau uang itu habis dipakai foya-foya dengan Mia.
Mitha pun membuka aplikasi m-banking milik Beni lalu memeriksa isi saldo di tabungannya. Ternyata tersisa sekitar 50 juta. Padahal awal tahun kemarin saldo sudah mencapai 98 juta. Bukannya bertambah ini malah berkurang banyak. Apalagi dirinya akan menghadapi kelahiran buah hati mereka yang sudah dinanti-nanti selama hampir lima tahun.
"Aku harus menyelamatkan uang ini. Bagaimanapun juga ini adalah hak untuk aku dan anak-anakku," gumam Mitha.
Belum juga dia mentransfer uang ke nomor rekening miliknya, terdengar suara bersin. Mitha yakin itu adalah Beni yang akan mengambil tas miliknya. Wanita itu pun memasukan kembali handphone milik suaminya, tetapi tidak dengan dompetnya.
Wanita yang sedang hamil itu langsung masuk ke kamar mandi. Begitu pintu itu di tutup, pintu yang lainnya terbuka.
"Sayang, aku pergi dulu, ya!" teriak Beni di depan pintu kamar mandi.
"Iya, Mas!" Mitha pun membalas dengan hal yang sama.
Tanpa curiga Beni pergi setelah mengambil tas miliknya yang berisi beberapa helai baju, dompet, dan handphone. Benda pipih itu berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Mas, aku sudah siap, nih. Aku tunggu di bawah pohon beringin yang ada di alun-alun.
Pesan dari Mia masuk. Tidak lupa dengan foto selfi dirinya dengan background akar-akar dari pohon beringin yang gundul karena rontok akibat dari musim kemarau.
"Pas sekali mirip kayak teman-temannya yang suka bergelantungan di dahan pohon beringin. Syukur-syukur ada yang ikut dengannya juga," gumam Mitha saat melihat pesan Mia yang masuk ke nomor Beni.
Tunggu Mas, Sayang. OTW, nih.
Gantian Beni yang mengirim pesan. Tidak lupa foto dirinya yang sedang menyetir.
"Haaaah, kenapa tidak aku ambil kunci mobilnya itu, tadi!" pekik Mitha kesal.
***
"Mitha, nanti siang ibu ingin makan dengan pecel lele dan sambal juga lalap. Tadi, ibu lihat di halaman belakang ada sirsak yang sudah matang, buat jus sekalian. Sayang kalau busuk di pohon dan dimakan sama kelalawar," ucap Bu Yeni menyuruh menantunya.
Bukan hanya harus mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak, Mitha juga harus bisa menuruti kemauan ibu mertuanya. Jika, dibantah maka jangan harap ada ketenangan di rumah hari itu. Dia akan terus ngomel sepanjang hari maupun sepanjang malam sampai dirinya merasa puas.
"Tukang pecel lele sudah lama tidak jualan, Bu. Katanya harga lele naik tinggi dan pedang pecel memutuskan untuk libur dulu. Apa ibu mau ganti dengan makan pecel sayur?" tanya Mitha.
"Mau ingin ibu cepat mati! Sudah tahu ibu punya riwayat penyakit darah tinggi, ini malah mau diberi sayuran ijo!" bentak Bu Yeni membalas pertanyaan dari menantunya.
Wanita paruh baya itu melotot kepada Mitha. Tatapannya penuh amarah dan napasnya juga naik turun. Sejak awal menikah Bu Yeni sering menyuruh Mitha untuk melakukan ini itu, layaknya babu.
"Siapa yang mau ibu kasih sayuran ijo. Kan bisa bahanya dari wortel, mentimun, dan labu sayur," balas Mitha berusaha bersabar.
Setelah selesai membersihkan rumah dan menjemur pakaian, Mitha pun duduk santai sejenak. Dia membuka handphone miliknya untuk melacak keberadaan suaminya.
'Ternyata mereka pergi ke pantai di pinggir kota. Mereka sudah cek-in hotel belum, ya? Ingin sekali tahu bagaimana reaksi keduanya saat tidak bisa membayar uang sewa hotel,' batin Mitha.
***
Setelah lelah bermain di tepi pantai sambil berenang berdua, akhirnya Beni dan Mia pun memutuskan untuk menginap di Hotel Kencana. Tempat yang paling mewah dan memberikan full servis jika memesan kamar VVIP.
"Mas, pesan kamar yang mewah," bisik Mia sambil bergelayut manja di lengan kokoh Beni.
"Siap, Sayang." Beni pun mencium pipi Mia.
Saat hendak membayar, Beni memeriksa tasnya. Dia tidak bisa menemukan dompet miliknya.
"Kenapa, Mas?" tanya Mia merasa heran dengan tingkah kekasihnya.
"Dompet punya aku tidak ada," jawab Beni.
"Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?" teriak Mia dan itu membuat dua orang petugas resepsionis terlonjak kaget.
"Bayar pakai uang kamu dulu, Sayang. Sepertinya dompet Mas ketinggalan di rumah," tukas Beni yang menahan malu di depan orang lain.
"Apa? Tidak mau. Bukannya itu tanggungan laki-laki jika pergi berkencan. Masa perempuan yang harus bayar. Malu, dong, Mas!" Mia mendesis menahan kesal.
Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk pulang karena Mia tidak mau mengeluarkan uangnya sama sekali. Padahal tiap bulan Beni memberikan uang kepadanya. Belum lagi jika mendapatkan bonus, itu sudah pasti akan dia gunakan untuk bersenang-senang dengan gundiknya ini.
***
Beni sampai ke rumah saat hari mulai malam. Tentu saja ini membuat Bu Yeni terkejut, karena yang dia tahu anaknya ini akan pergi dinas kerja selama beberapa hari. Namun, ini belum juga satu hari sudah kembali ke rumah.
"Kok, sudah pulang lagi ke rumah?" tanya Bu Yeni.
"Tidak jadi, Bu. Diundur tanggal keberangkatannya," jawab Beni sambil melongos masuk ke kamarnya.
Mitha yang melihat saat mobil Beni masuk ke pekarangan rumah, hanya bisa tertawa. Lalu, dia buru-buru berbaring tidur. Jangan sampai suaminya minta dilayani untuk makan atau apa pun itu.
"Hah, dia sudah tidur. Padahal ini masih siang belum malam-malam amat," gerutu Beni.
"Biar ibu saja yang menyiapkan makan malam aku. Lapar sekali," lanjut Beni sambil berjalan ke luar kamar.
'Rasain kamu, Mas! Kamu pikir aku ini bodoh! Sorry, ya. Aku bukan tipe orang seperti itu,' batin Mitha.
***
"Sayang, kamu tahu nggak di mana dompet aku?" tanya Beni begitu melihat Mitha yang sedang memasak untuk sarapan.
"Dompet? Dompet apa, Mas?" tanya Mitha pura-pura tidak tahu.
"Ya, dompet punya aku. Yang sering aku pakai," jawab Beni dengan nada kesal.
Mitha menahan tawanya mati-matian. Dia memasang wajah tanpa dosa lalu menatap suaminya.
"Terakhir Mas mengeluarkan uang di mana? Untuk beli apa? Bisa saja terjatuh saat itu," ucap Mitha dengan serius.
Beni pun terdiam. Dia masih ingat dengan jelas kalau dompetnya dia masukan kembali ke saku celananya setelah membayar kalung permata untuk Mia. Saat di rumah pun rasanya dia sempat memegang benda itu.
"Ada apa ini?" tanya Bu Yeni saat masuk ke dapur.
"Dompet Mas Beni hilang, Bu," jawab Mitha.
"Apa? Kenapa kamu ceroboh sekali? Kemarin kamu pergi ke mana saja!" Bu Yeni memukuli badan putranya. Tidak lupa suaranya yang menggelar memenuhi ruangan itu.
Beni tidak bisa menghindari amukan sang ibu yang terus memukuli tubuhnya. Dia hanya pasrah, paling nanti memar sedikit.
"Aku pergi berenang di pantai bersama Mi—"
Beni yang keceplosan bicara langsung menghentikan omongannya. Dia berharap Mitha tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan olehnya.
"Kok, pergi berenang di pantai. Bukannya kamu kemarin pergi tugas dari kantor?" tanya Bu Yeni dan menghentikan serangannya kepada Beni.
'Nah, Mas. Sekarang kamu mau ngomong apa?' batin Mitha. Tidak lupa senyum sinis terukir dari wajahnya yang bulat seperti bakpao.
***
Bagaimana Beni akan berkelit kali ini kepada Mitha dan Ibunya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa biasakan tinggalkan jejak dengan like.
Bab 3
Beni berkelit kalau kemarin tidak jadi pergi dinas ke luar kota, maka dia dan teman-temannya memilih jalan-jalan ke pantai untuk menghilangkan rasa penat sudah kerja keras selama ini. Tentu saja Bu Yeni percaya kepada putranya ini.
Selama libur Beni tidak bisa menemui Mia karena disuruh oleh ibunya untuk mengantarkan ke rumah kedua saudaranya selama dua hari berturut-turut. Begitu pun saat di malam hari sering disuruh untuk memijat badan Bu Yeni yang merasa sakit karena perjalanan jauh itu.
Mas, aku rindu sama kamu
Pesan Mia untuk Beni. Tidak lupa foto dirinya yang terlihat sendu seperti habis menangis.
Mitha melihat Beni masih memijat ibunya di ruang keluarga. Maka, dia pun membalas pesan itu.
Sabar, Sayang. Malam ini si gajah bengkak ingin tidurnya aku keloni. Kalau tidak aku turuti nanti dia curiga.
Mitha menahan tawa saat mengirim pesan untuk selingkuhan suaminya. Dia penasaran apa yang akan dilakukan oleh janda gatal itu.
Ih, mau maunya peluk tubuh bengkak begitu. Sudah begitu mukanya jelek lagi. Awas, loh! Kalau sampai nidurin beneran si gajah bengkak itu, aku tidak akan kasih jatah!
Mia membalas dengan ancaman. Hati Mitha kembali merasa tersayat. Dia mengingat kembali kalau dirinya dengan Beni sudah lama sekali tidak bercinta. Alasan yang suaminya berikan adalah takut terjadi sesuatu kepada bayi mereka. Padahal dokter mengatakan kehamilannya baik dan bayi-bayinya juga dalam keadaan sehat. Terlebih sekarang usia kehamilan itu sudah berusia enam bulan.
'Jadi, ini alasan dibalik kamu tidak mau lagi menyentuhku, Mas?' batin Mitha.
'Padahal aku lebih berhak daripada wanita itu,' lanjut istrinya Beni.
Tiba-tiba saja terlintas ide jahil lainnya, Mitha membuat status di semua sosial media miliknya agar dibaca oleh Mia. Namun, sebelum itu dia menghapus semua chat barusan agar tidak ketahuan oleh Beni.
Terima kasih Mas. Kamu memang suami terbaik. I love you so much!
Mitha tidak lupa menyertakan sebuah cincin berlian yang begitu indah. Ternyata status dia langsung dibanjiri komentar beberapa teman dan tetangganya. Semua memuji kebaikan Beni dan mendoakan keluarganya selalu bahagia. Ternyata umpan itu menjerat Mia juga. Wanita itu memberikan komentar atas postingan ini.
Wah, cantik sekali, Mbak. Kapan belinya? Pasti mahal.
Maka dibalas oleh Mitha dengan sedikit merendah. Tentu saja itu semua bohongan.
Barusan saat Mas Beni Pulang. Katanya sebagai hadiah kehamilan si kembar. Untuk harganya tidak begitu mahal. Hanya 25 juta per satu cincin. Sebenarnya Mas Beni membelikan aku dua cincin yang satu ukurannya kekecilan. Katanya mau ditukar besok.
Sebelum tengah malam semua postingan yang dibuat oleh Mitha dihapus. Toh, itu semua niatnya untuk membalas perbuatan selingkuhan suaminya. Dia ingin tahu apakah Mia akan memaksa Beni untuk membelikan juga cincin berlian seperti itu. Harga kalung kemarin yang dibelikan Beni untuk selingkuhannya juga sangat mahal, sekitar 30 juta.
***
Hari Senin pun tiba, Beni berangkat kerja dan Mitha belanja sayuran dari pedagang keliling yang sering mangkal di depan rumah Pak RT. Terlihat ada Mia yang sedang belanja di sana.
Untungnya cincin permata semalam belum dia lepas. Itu adalah cincin yang dibeli Mitha dengan menggunakan uangnya sendiri. Saat memilih sayuran ibu-ibu memuji cincin itu. Ditambah efek status yang semalam dia buat, maka jadi bahan obrolan yang seru bagi ibu-ibu. Hal ini membuat Mia kesal dan memasang wajah masam.
"Cantik sekali cincinnya!"
"Bi Mitha beruntung sekali mempunyai suami yang baik dan cinta sama istri."
"Coba aku punya suami seperti Pak Beni, pasti hidupku akan bahagia."
Ibu-Ibu itu terlalu memuji Beni. Mitha hanya membalas sekedarnya saja ucapan para tetangganya itu.
Melihat wanita selingkuhan suaminya menjadi seperti itu membuat Mitha senang. Biarlah dia bersenang-senang dengan cara seperti ini untuk menjaga kewarasan otaknya. Apalagi dia sedang hamil dan tidak boleh stress.
***
Mitha membaca pesan yang masuk ke nomor suaminya dari Mia. Wanita itu menceritakan apa yang sudah terjadi tadi pagi saat belanja sayuran. Sesuai dugaannya, wanita itu pun merengek ingin dibelikan cincin seperti miliknya. Namun, Beni bilang belum bisa membelikan itu karena dompet dan semua ATM miliknya hilang.
"Benar juga. Aku harus mengamankan dahulu semua aset milik Mas Beni. Jangan sampai direbut oleh wanita gatal itu. Ini hak kedua anak-anakku nanti. Siapa dia? Istri ... bukan. Ibunya ... juga bukan. Tapi, meminta sesuatu harus selalu dituruti," gerutu Mitha sambil mencari berkas-berkas berharga. Seperti sertifikat tanah, BPKB mobil dan motor.
Sebenarnya tidak begitu banyak harta milik Beni. Laki-laki itu dahulunya adalah buruh pabrik yang terkena PHK. Lalu, dia berubah profesi menjadi tukang batagor. Sering mangkal di dekat panti asuhan KASIH SAYANG BUNDA. Kebetulan Mitha sedang tinggal di sana untuk membantu mengurus panti. Maka, keduanya saling kenalan.
Beni langsung jatuh cinta kepada Mitha yang terlihat sangat cantik dan bersabar dalam mengasuh anak-anak. Sementara Mitha jatuh hati kepada Beni karena laki-laki itu pekerja keras dan sangat perhatian juga baik kepada orang lain meski tidak dia kenal. Hubungan keduanya semakin dekat dan serius. Sampai Beni mengutarakan keinginannya untuk mempersunting Mitha.
Bu Yeni awalnya tidak setuju karena Mitha anak panti asuhan. Dia ingin mempunyai menantu dari keluarga baik-baik. Syukur-syukur dari keluarga terpandang. Namun, rasa cinta Beni yang besar kepada Mitha berhasil meyakinkan kedua wanita itu akan kehidupan yang jauh bahagia di masa depan.
Agar Beni memiliki penghasilan yang terjamin, maka Mitha menyarankan untuk melamar kerja di perusahaan kenalannya. Meski sebagai office boy, Beni merasa bahagia. Karena kerajinan dan semua pekerjaan selalu dilakukan dengan baik, enam bulan kemudian laki-laki itu diangkat menjadi salah seorang staf dari divisi penjualan. Seiring berjalannya waktu jabatan Beni terus dinaikan dan sekarang menjadi manajer
Beni tidak tahu kalau karir dia bisa naik dengan cepat karena semua itu atas keterlibatan Mitha sebagai pemenang saham terbesar di perusahaan tempat laki-laki itu bekerja. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri suaminya ini adalah salah satu cara yang digunakan oleh wanita itu.
"Semua ini karena aku ikut berperan dalam kesuksesan kamu, Mas," gumam Mitha.
"Aku ingin tahu saat kamu tidak punya apa-apa seperti dahulu, apa Mia mau sama kamu, Mas? Dia saat ini mau sama kamu apa benar-benar cinta atau hanya ingin uang kamu saja, Mas?" lanjut si ibu hamil.
Ada pesan masuk dari Beni. Senyum kecut pun terlukis di wajah Mitha.
***
Pesan apa yang dikirimkan oleh Beni kepada Mitha? Apakah Beni akan memilih Mitha atau Mia? ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa biasakan tinggalkan jejak dengan like dan nonton iklan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!