..."Menurut gue pribadi. Kalau lu sedih, berarti lu ga bahagia."...
...-Vandra-...
WARNING⚠
Harap menyelam lebih dalam lagi, sambil menunggu cerita ini berakhir. Bye.
//Bagi seluruh pembaca yang sudah masuk, di perintahkan untuk membaca cerita. Jangan nanggung nanggung.!!!
...SELAMAT MEMBACA...
Sudah satu tahun Vandra tinggal bersama dengan keluarganya di Indonesia, tepatnya di Kota Bandung. Dia menjalankan kebiasaan seperti saat Ia masih ada di Canada tempat nenek dan kakeknya tinggal, tapi ada beberapa kebiasaan yang dia hilangkan selama berada disana. Dia juga mulai bersekolah di salah satu sekolah elit yang ada di bandung, SMA Cakrawala 07. Waktu dirinya di Canada, Ia memiliki satu sahabat dan dia merupakan seorang lelaki, mereka sudah bersahabat dari masa sekolah dasar. Entah takdir atau apa, keduanya selalu mendapat kelas yang sama. Ketika keduanya sudah memasuki sekolah menengah pertama, sahabatnya memutuskan untuk kembali ke negara tempat ia lahir, dan pada akhirnya mereka di pertemukan kembali.
Pagi-pagi sekali Vandra keluar rumahnya untuk berolah raga setelah selesai melaksanakan sholat subuh, dengan membawa satu kotak susu rasa pisang dia keluar rumah. Matahari belum sepenuhnya terbit, bulan masih terlihat menemani sang matahari. Gadis itu memutuskan untuk jalan jalan pagi di sekitaran kompleks, Ia tidak menyebutnya lari pagi, karena Vandra akan memilih berjalan bukan berlari. Sampai di pagar rumah, sudah ada kumpulan para ibu rumah tangga yang berbelanja di gerobak sayur, juga sudah ada bundanya, dan banyak juga para remaja yang sedang berolah raga pagi.
"Pagi yang cerah, dengan suasana yang indah,"ucap gadis itu sambil meretangkan kedua tangannya untuk menghirup udara yang masih segar di pagi hari ini.
Memulai berjalan dengan langkah pelan, ibu-ibu yang sedang berbelanja melihat kearah nya, Vandra tersenyum ramah dan menyapa.
"Halo ibu-ibu, selamat pagi,"sapanya dan tidak lupa senyuman yang memperlihatkan gigi gingsulnya dan itu menambah kesan manis pada wajahnya.
"Halo juga nak Vandra. Kapan pulang nak?,"tanya salah satu ibu yang berstatus sebagai istri dari Pak RT di kompleksnya.
"Baru satu tahun yang lalu buk,"ucap Vandra, dan melihat macam macam sayur yang ada di gerobak itu.
"Itu mah bukan baru, nak. Udah dari dulu itu mah."balas bapak tukang sayur, yang di anggukin dengan ibu ibu yang sedang beberlanja. Sedangkan, Vandra hanya tersenyum.
"Kapan kapan ke rumah ibuk ya nak. Nanti ibuk kenalkan sama anak ibuk."ucap seorang ibu ibu yang ada di sebelah bundanya.
"Anak ibu ganteng ga? Kalau ganteng boleh lah, hehe."ujar Vandra jenaka,
"Anak ibu pastilah ganteng, bapaknya saja pak Joni sudah di pastikan tampangnya tidak mengecewakan."Vandra tersenyum lebar, sedangkan para ibu ibu bertepuk tangan.
"Wihh bun bolehnya ya?, hehe. Oh iya kalau begitu, Vandra pamit dulu ya. Assalamualaikum."pamit Vandra mematikan topik. Sebenarnya dia tak terlalu suka jika bersama ibuk ibuk itu meskipun ada bundanya, tapi pasti mereka akan terang terangan mau menjodohkan dirinya dengan anak mereka yang rata rata anak cowo semua. Vandra tahu kalau dirinya itu cantik, dan idaman ibu mertua, jadi Vandra maklumin.
Di salah satu rumah yang berada di depan rumah Vandra, seorang pemuda menatap gadis itu dengan intens di sertai kekehan kecil lalu masuk kembali kedalam rumah nya.
"Merinding banget, kok gue ngerasa ada yang natep gue ya."
"Dengan tatapan yang terpesona gitu,"ucapnya lalu menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan ada orang atau tidak, melangkah ke depan dengan percaya diri lalu melangkah ke belakang. "Maju mundur cantik cantik, mundur lagi mun-- ga jadi ada got tar yang ada gue nyungsep."
"Hahahaha, Vandra lu kocak bener dah,"ucap seorang pemuda yang tiba tiba berada di sampingnya, mendengar suara seseorang gadis itu menoleh ke samping, dan langsung di suguhi wajah tengil sepupunya.
"Ngapain lu disini? mau lari pagi?,"tanya Vandra yang langsung di jawab gelengan oleh pemuda itu.
"Engga, siapa juga yang mau lari pagi, gue habis sholat subuh dan tumben lu ga sholat subuh di masjid?,"tanya sepupunya itu, dia Dika. Lelaki itu merupakan sepupunya dari bundanya.
"Gue sibuk dan juga tadi bantu bunda dikit-dikit terus gue pen tinggi jadi olah raga sekalian mau cuci mata."jawab Vandra sambil meminum susu pisangnya yang tinggal setengah.
"Mata lu udah burem kah, ngapa mo cuci mata disini?. Kalau mo cuci mata itu di dokter sekalian beli kacamata,"kata Dika.
"Eh, bukan cuci mata yang itu tapi...,ada lah lu ga bakal ngerti karena lu masih bocil dan sana balik entar dicariin mama Rika,"ucap Vandra sambil mendorong Dika yang masih terlihat bingung saat mendengar kalimat terakhir Vandra yang seperti mengusir dirinya, Dika yang memang memiliki sifat lebay dari lahir, akhirnya mendramatiskan keadaan, pemuda itu melangkah pergi dan mengusap matanya yang tidak berair sama sekali, sambil berakting menangis pemuda itu berlari meninggalkan Vandra.
"Hiksrot, gue udah ga dibutuhin sama Vandra, hiksrot nanti gue aduin ke Bunda Naya,"ucap pemuda itu sambil mengangkat sarungnya dan berlari menjauh dari tempat itu.
"HUWA BUNDA NAYA, VANDRA GA BUTUH DIKA LAGI."
"Lah?, stres tuh bocah untung ganteng."ucap Vandra, lalu gadis itu melanjutkan langkahnya menuju tujuan utama yaitu taman yang ada di dearah Kompleknya.
Taman komplek royals ada di tengah antara block B dengan block A, taman itu memang sering digunakan untuk olah raga oleh para remaja komplek royals, suasana yang sejuk ditambah banyak pedagang kaki lima dengan bermacam makanan yang di jual, dan tempat ini juga dijadikan tempat nongkrong para cowok komplek royals.
Vandra sudah sampai ditaman royals, banyak sekali yang berolah raga. Vandra melihat para cowok yang satu block dengannya lalu pergi menghampiri mereka. Disana sudah juga sudah ada sepupunya.
"Wee, Van traktir dung."segerombal para cowok itu menoleh ke arah sumber suara itu, merasa dirinya menjadi pusat perhatian dia bertanya.
"Apaan?, ngapa lihat gue? cantik?. Memang ga usah diragukan kecantikan dari anaknya Bunda Naya dan Papa Langit ini,"ucap gadis itu tidak lupa dengan mengibaskan rambut hitam panjangnya, para cowok itu melongo mendengar ucapan Vandra yang sangat percaya diri itu, ya meskipun mereka tidak bisa menyangkal dengan apa yang diucapkan oleh gadis yang ada di depan mereka itu, karena memang benar adanya.
"Duh Van, gue mau nyangkal tapi bener,"ucap Dani yang juga merupakan sepupu Vandra.
"Van lu kesini cuma mau minta traktir doang?,"tanya Evan, tapi pertanyaannya di abaikan oleh Vandra. Gadis itu sudah sibuk memesan cilok.
"Iya itu bang, oh iya jangan lupa di tambah tahu yang ada pentolnya, terus ga usah pake saos kecap. Pakai sambal aja, awas kalau salah nanti gratis terus buatkan yang baru,"ucap gadis itu, pedagang itu hanya mengiyakan permintaan Vandra.
"Banyak maunya lu Van, sini duduk jangan berdiri terus nanti tuh tanah retak,"ucap Vano yang merupakan tetangganya.
"Dih, emangnya gue avatar bisa buat tanah retak,"tanya gadis itu.
"Eh, emang si botak itu punya kekuatan belah tanah?,"tanya Vano, sambil menatap ke arah temannya yang sudah fokus memakan ciloknya, merasa diabaikan Vano menatap ke arah Vandra, tapi gadis itu sudah tidak ada di tempatnya, gadis itu sudah berlari kearah ayunan yang banyak anak kecil bermain.
"Lah, gue nanya malah diabaikan jahat banget."ucap Vano dengan diselipkan nada yang sedih.
"Udah tahu Vandra random masih aja dihiraukan,"ucap Evan, dan mengejar Vandra yang sudah asik menggoda anak kecil yang sedang menatap ke arah cilok gadis itu.
"Lu mau dek."tanya Vandra sambil menyodorkan ciloknya kearah anak kecil yang sedang menatap kearah keciloknya dan menganggukan kepala.
"Beli sendiri, hahahaha." lanjutnya, lalu menarik kembali ciloknya dan memakannya
"Hahahha, nangis dek nangis,"ucap Vandra, semua orang yang ada disana menatap ke arahnya dengan tatapan seperti sudah terbiasa dengan sikap gadis itu. Putri satu satunya pemilik kompleks ini, sifatnya memang rada aneh, meskipun baru tinggal dalam waktu seminggu, gadis itu sudah di kenal oleh seluruh penghuni kompleks royals.
"Weee udah woy jangan nangis, nih gue kasih uang beli sendiri dan maaf ya adek ganteng, eh bentar lu kalau dilihat-lihat mukanya persis sama mantan gue,"ucap Vandra tiba tiba.
"Emang lu punya mantan?,"tanya Evan yang sudah ada di samping gadis itu.
"Punya lah, banyak lagi tak terhingga,"balas Vandra, lalu melihat lagi ke arah anak kecil yang masih berada di depannya
"Jangan-jangan bapak lu, mantan gue,"ucap Vandra dengan pikiran anehnya.
"Siapa mantan kamu, saya?,"ucap seorang lelaki yang baru saja datang dan menghampiri ketiga manusia berbeda gender itu.
...🐻🐻🐻...
Ini masih awal, jadi kalau bosan maklum. Sorry pengetikan masih ambrul adul, karena baru nyelam.
Jangan lupa vote and komennya yorobun,🙏.
"Belajarlah karena butuh, bukan belajar karena disuruh,"
-Sekaya
^^^See U Guys^^^
..."Tau gk. Setiap gue mau tidur, gue bikin skenario dulu dan tokoh utamanya itu always you. Anehnya gue ga pernah bosen ngelakuin itu."...
...~Dika...
...SELAMAT MEMBACA...
"Vandra dan Evan menoleh ke arah suara itu, "Eh, siapa?,"tanya gadis itu, menatap seorang pria dengan penampilan casualnya dari atas sampai bawah. Satu kata yang terlintas dalam otaknya yaitu Tampan.
"Udah woy zina matanya, mending lu liat gue Van yang udah pasti nanti halalin lu."para cowok-cowok sudah menghampiri keduanya, Radit yang melihat Vandra tidak berkedip melihat seorang duda beranak satu di depannya dengan tatapan kagum akhirnya membuka suara. Duda ini akhir akhir ini memang booming, karena sudah banyak membuat kaum hawa terpesona dengan ketampanannya dan Radit tidak akan membiarkan gadis itu jatuh ke dalam pesona duda ini. Cukup emaknya saja yang terpesona dan perempuan penghuni kompleks royals lainnya.
"Eh, om tadi yang ngomong ya?, jadi ini anak ganteng anaknya om?, pantesan,"ucap Vandra, Evan yang sudah berada di sebelah Vandra mengusap pelan wajah gadis itu.
"Hush setan, minggat lu dari tubuh sepupu gue,"ucapnya lalu mengambil minuman yang di pegang Radit dan meminumnya, berniat untuk menyemburkan minuman yang sudah ada didalam mulutnya itu, kalau saja Vandra tidak segera menghindar sudah dipastikan mukanya langsung glowing.
"Eh, lu jan ngadi ngadi woy. Muka mahal nih."
"Ya lu sih, jan mandang sampe segitunya ke arah duda itu. Ga baik tahu gak!."
"Ekhem, boleh saya pergi?,"tanya duda itu, tanpa menunggu jawaban dari anak remaja di depannya dia segera mengenggam tangan anaknya lalu menarik pergi dari tempat itu, meninggalkan Vandra dan para cowok cowok yang hanya menatap kepergian kedua anak dan bapak itu.
"Van sadar, lu udah ada gue jan jelatan tuh mata,"ucap Radit, lalu menyerahkan cilok dan minuman ke Vandra yang diterima dengan senang hati oleh gadis itu. Siapa yang tidak suka gratisan, meskipun orang kaya pun, jika gratis tidak akan menolak.
"Eh, kalian jadian?,"tanya Evan sambil melihat ke arah keduanya, sedangkan Dika yang baru saja datang bergabung menutup mulutnya mendramatiskan keadaan. Dika datang, drama pun di mulai.
"Waw, Vandra udah punya pacar?,"ucapnya saat sudah sampai di samping Vandra.
"Nanti gue bilangin ke abang Aldo, ah,"lanjutnya, lalu Evan dan Dani menambahkan bumbu kedalam akting Dika, "Wih enak nih, ribut pagi-pagi,"seru keduanya.
"Eh, apaan woy, siapa yang jadian. Gue sama Radit ga ada jadian, ya."sangkalnya.
"Tapi kan lu suka gue Van,"ucap Radit.
"Itu kan dulu waktu gue tahunya lu tuh cowo cool, sekarang mah udah ga ada perasaan itu Dit, sorry dan jangan jadi sad boy. Lu ga pantes menyandang predikat itu,"ucap Vandra, lalu semua orang yang mendengar ucapan gadis itu tertawa bahkan seorang pedagang cilok dan pedagang kaki lima lainnya ikut menertawakan, entah apa yang lucu Vandra tidak tahu. Humor mereka memang receh, seperti biasnya. Mark si subak tampan.
"Udah mending kita pulang, mandi udah jam 8 ini,"ucap Haikal, melihat kearah timur dan matahari sudah terbit dan bersinar menyinari bumi, yang menandakan di mulainya aktivitas manusia.
"Iya, gue mo pulang dulu bye,"baru saja kaki nya malangkah, tapi mundur kembali karena ditarik oleh dika."Kita bareng woy, searah ini,"ucapnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Segerombolan remaja dari Block C dengan Vandra sebagai seorang perempuan sendiri melangkah pergi dari taman itu, diperjalanan pulang banyak sekali orang yang menyapa mereka terlebih lagi kaum adam yang terus menyapa Vandra, dan gadis itu hanya menanggapi dengan senyuman saja, baik yang dikenal maupun yang tidak dia kenal.
"Lu sapa mereka Van, jan senyum-senyum terus tar makin kesensem mereka."
"Apaan, gue ga ada pake jurus semar mesem ngapain juga mereka pada kesensem sama gue."ucap gadis itu santai.
Sampai di rumah, Vandra langsung disambut dengan teriakan bunda Naya lengkap dengan panci pink di genggamnya.
"ENAK YA BARU PULANG?, GA INGET KALAU HARI INI ADA KELAS ONLINE?,"teriakan yang sangat berbahaya untuk kuping.
"Aduh bunda ratu, hehe maaf banget Vandra lupa."
"Lebih tepatnya pura-pura lupa, jangan percaya sama tuh anak bun,"ucap seorang pria yang baru saja turun dari tangga.
"Bun, Aldo berangkat kuliah dulu ya. Dek jangan lupa lu nanti kerumahnya tante Nita buat ngambil pesanan si Cecep,"ucap Aldo abang kandung Vandra satu-satunya, yang sudah kuliah semester 4. Jurusan manajemen.
"Oke, tapi Bang. Lu dateng-dateng main fitnah aja, gue bener-bener lupa."ucapnya sambil menuju ke dapur membuka kulkas dan mengambil minuman kesukaannya.
"Vandra, ga boleh minum yang dingin-dingin masih pagi,"ucap bunda Naya yang membuat Vandra langsung menaruh kembali air dingin yang baru saja dia ambil, dan rumah itu kembali sepi setelah aldo pergi ke kampus.
"Vandra, sana pergi ke kamar. Kamu sekarang ada jadwal ekonomi,"ucap bunda Naya sambil mengambilkan nasi goreng dengan lauk ayam goreng kesukaan Vandra, lalu menyuruh anak gadisnya itu untuk segera memakannya setelah itu ikut kelas online.
"Iya bunda ratu, terima kasih untuk makanannya,"ucap gadis itu berdiri sejenak untuk membungkuk seperti yang selalu dirinya lakukan waktu masih berada di Canada, lalu duduk kembali memakan dengan nikmat.
Vandra sudah siap untuk mengikuti kelas onlinenya, walau dirinya sedikit malas. Gadis itu membuka laptopnya baru saja dia menekan aplikasi zoom dan bergabung sudah dipanggil oleh guru mata pelajaran ekonominya itu.
"Lovandra Langit, silahkan Di jawab pertanyaannya,"ucap guru itu, sengaja guru itu menekan kalimat terakhirnya saat Vandra baru saja memunculkan diri di zoom.
"Eh B. Lia, jangan gitu dong bu saya baru saja join udah di suruh jawab aja, belum absen juga ini."ucap gadis itu yang baru menyalakan kameranya, serasa sudah merapikan rambutnya yang belum juga di sisir.
"Ya ibu sengaja, kan kamu baru muncul,"jawab B. Lia dengan santai dan bisa gadis itu lihat teman sekelasnya menahan tawa melihat kearahnya.
"Eh, B. Lia lempar aja pertanyaannya ya. Ke Edgar aja buk dia kan pinter,"ucap Vandra, pemuda yang asik dengan dunianya sendiri itu melebarkan matanya kaget saat Vandra menyebut namanya.
"Eh, apaan?. Jangan bu saya ini murid paling tidak tahu apa-apa, jadi bisa dipastikan kalau saya tidak akan bisa menjawabnya,"ucap Edgar menatap tajam ke arah Vandra, yang hanya dibalas tatapan mengejek oleh gadis itu.
"Oh, merendah untuk meroket ya bun,"ucap ketua kelas yang mendengar ucapan dari Edgar.
"Bodoh amat. Oke dengan hati yang sangat berat saya akan menjawabnya bu."ucap Edgar, dengan berat hati dia menjawab pertanyaan itu.
...****************...
Kelas online sudah terlewatkan dengan lancar, sekarang sudah sore sehabis sholat ashar tadi Vandra langsung menuju ke rumahnya tante Nita yang ada di depan rumahnya untuk mengambil pesanan bang Cecep sahabat abangnya. Sebenarnya namanya itu Hito, entah kenapa langsung berubah menjadi Cecep, tapi yang pasti ada sejarahnya.
Sampai di depan rumah besar yang berada tepat di depan rumahnya, gadis itu melangkah dengan santai saat dibukakan gerbang oleh penjaga dirumah itu.
"Wih berasa jadi tuan putri gue, gila rumah tante Nita besar banget,"gumamnya, maklum Vandra dalam mode tidak sadar diri. Padahal di kompleks royals milik rumah keluarganya yang paling besar.
"Tante Nita, Vandra dateng tan mana sambutannya,"ucap gadis itu, sambil melangkah menuju ke arah sofa di rumah besar itu tanpa di suruh dan pelayan yang ada di situ tidak ada yang melarangnya karena majikan mereka yang menyuruh gadis itu untuk menganggap rumah ini seperti rumah sendiri, jadi Vandra tidak pernah sungkan.
"Eh, lu jangan teriak-teriak baru juga nyampe,"ucap pemuda yang baru saja turun dari tangga, menghampiri Vandra yang sudah duduk nyaman dengan beberapa cemilan di tambah dengan televisi yang menampilkan kartun kesukaannya, upin dan ipin.
"Like like gue dong, eh Gar ga ada pacar pacar gue disini,"ucap gadis itu, sambil menekan tombol remote di genggamnya mencari channel yang menayangkan para pacar-pacarnya. NCT boy band kesukaannya, vandra merupakan penggemar mereka.
"Ga ada, siniin remotnya."pemuda itu merembut remote yang ada pada vandra yang sibuk mencari pacar, sahabat, teman, kakak, ayah, adek halunya dan semacamnya.
"Warning, rumah ini tidak menerima penghaluan"
Jangan lupa vote and komen nya ya yorobun nee~~★
Quotes Haechan
"Berpikir lah sebelum berbicara, jangan berbicara sebelum berpikir."
Jujur aku suka banget sama qoutes haechan yang ini💚.
^^^See U^^^
..."Kalau kalian capek itu istirahat, jangan nangis. Tapi kalau mau nangis, sini bahu aku kosong nih."...
...~Radit...
...SELAMAT MEMBACA...
Vanda sedang bersiap untuk keluar, hari sudah mulai gelap jam menunjukkan pukul 8 sehabis sholat isya, Vandra dan Aldo memutuskan untuk keluar malam mingguan, Aldo itu jomblo dan Vandra jomblo karena Aldo melarangnya pacaran, jadi mereka sepakat untuk keluar berdua agar tidak dikira jomblo, walau nyatanya memang jomblo. Mereka berdua menggunakan baju couple, dengan sandal swallo sebagai pelengkap. Swallo semakin di depan.
Kedua putra dan putri Langit itu menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menonton TV untuk meminta izin.
"Bunda ratu, Aldo sama adek izin keluar ya bun,"ucap Aldo, sambil memijat tangan bundanya, sedangkan vandra memijat bahu papanya.
"Papa langit, minta izinnya,"ucap Vandra, sambil mengangkup kedua tangannya.
"Iya-iya kita izinin, tapi pulangnya jangan sampai malem banget."
"Dan kamu Aldo harus bener-bener jaga adik kamu jangan sampai kenapa-kenapa, pulang dalam keadaan babak belur bunda kunci pintunya."lanjut bunda Naya, dia tidak ingin kejadian waktu di Canada terulang lagi, saat melihat keadaan putrinya yang jauh dari kata baik membuatnya harus ekstra waspada.
"Siap bunda ratu, pangeran Aldo akan melaksanan perintah dari bunda ratu,"ucap Aldo sambil memberi hormat ke bunda Naya.
"Yaudah kalian hati-hati."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suasana pasar malam sangat ramai ditambah hari ini adalah hari minggu banyak sekali pengunjung yang datang, Vandra dan Aldo menuju salah satu wahana permainan bianglala, membeli tiket lalu masuk kedalam keranjang itu.
"Bang, kita harus mengenang momen ini dengan berfoto. Kuy kita foto."
"Kuy lah."
Di tempat yang sama Edgar dan teman-temannya juga bermalam minggu ditempat yang sama seperti kedua saudara itu.
"Weh, Gar itu Vandra bukan sih?,"tanya Rio salah satu teman Edgar, pemuda itu yang sudah tahu keberadaan gadis itu pun mengganguk sebagai jawaban.
"Kita mau kemana?."
"Gimana kalau kita mandi bola?,"saran dari Tio, mereka semua setuju dengan ajakan Tio lalu melangkah pergi meninggalkan pemuda itu.
"Weh, tungguin gue."
Vandra dan Aldo sudah selesai menaiki bianglala, keduanya saat ini sedang memakan bakso dengan Edgar dan lainnya, setelah puas dengan mandi bola tadi mereka bergabung dengan Vandra dan Aldo.
"Van, lu tadi kenapa telat masuk zoom?,"tanya Geo yang merupakan teman sekelasnya sekaligus bapak ketua kelas dari XII IPS 3.
"Sengaja gue, biar cepet gituloh,"jawabnya santai.
"Eh tadi pelajarannya cuman ekonomi kan, soalnya jadwal gue ilang entah kabur kemana,"ucap Vandra sambil memakan baksonya kembali.
"Kita baru ganti jadwal udah ilang aja jadwal lu, contoh murid teladan tapi tidak patut untuk di tiru. Btw, iya tadi cuman ekonomi, juga tadi pembagian kelompok lu sekolompok sama Edgar,"ucap Geo memberitahu Vandra,
"Gue sama lu Gar?,"ucap gadis itu, ada nada senang saat mengucapkan kalimat itu dan Edgar menyadari maksud ucapan dari gadis disampingnya ini.
"Ga ada, lu harus kerja juga,"ucap pemuda itu, sebelum Vandra kembali bersuara dengan cepat dia menyuapkan bakso kecil ke mulut gadis itu."Udah ga usah banyak bacot, makan gue yang traktir."
Vandra yang mendengar kalimat traktir dari Edgar, langsung menurut memakan baksonya dan sekali-kali dia meminta Edgar untuk menyuapinya. Kapan lagi coba di suapin sama orang ganteng.
Setelah selesai memakan bakso kini Vandra dan Aldo memutuskan untuk keliling kota bandung sampai jam pulangnya. Jalan berdua dibawah rembulan menyelusuri jalan raya kota bandung yang menyinari bumi, mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih daripada adek dan kakak,..
"Bang, kita habis ini pulang ya. Gue udah ngantuk besok ada kerja kelompok,"ucap vandra agak keras, yang dibalas anggukan oleh aldo.
Angin malam menghembus di wajah mereka yang memang sengaja tidak memakai helm.
Dirasa sudah bosan keliling kota mereka berdua memutuskan untuk pulang, tidak lupa untuk mampir di sebuah warung yang menjual martabak manis langganan bunda Naya.
Aldo menghentikan motornya tepat di depan warung itu, lalu Vandra turun dari motor Aldo melangkah ke dalam warung itu, ibu penjual yang sudah mengenal Vandra pun langsung membuatkan pesanan dari gadis itu tanpa di ucapkan terlebih dulu.
Sedangkan Aldo dia menunggu di luar, lalu ponsel milik pemuda itu berbunyi menampilkan nama bunda ratu yang mengiriminya pesan, langsung saja dia menekan nama kontak itu dan membalasnya
...Bunda Ratu...
Bunda ratu
Jangan lupa pesenan bunda
^^^Siap.^^^
Setelah membalas pesan dari bunda Naya, Aldo kembali menyimpan ponselnya, melihat kearah Vandra yang masih menunggu pesanan bundanya, lalu pemuda itu tersenyum.
"Bang, lu belum balik?."seseorang menepuk bahunya, Aldo yang sedang melamun itu tersadar menatap seorang yang sudah menepuk bahunya.
"Eh lu Gar, gue masih beli martabat. Lu sendiri kenapa belum balik?."tanya Aldo, pemuda dengan tampilan boyfriend able yang ada di depannya ini adalah tetangga dan sahabat kecil adeknya.
"Gue mau beli martabak, yaudah gue mau masuk dulu ya bang."pamit Edgar. lalu melangkah masuk kedalam.
Saat sampai di pintu masuk, Edgar bertemu dengan Vandra yang ingin keluar dengan dua kotak martabak di tangannya, pemuda itu menyapa Vandra."Van, udah selesai?,"tanyanya
"Udah, gue duluan ya Gar,"ucap Vandra berlari kecil menuju ke Aldo, Edgar menatap kepergian gadis itu dengan senyum yang sangat enak di pandang."Lu udah besar ya Van, baru kemarin kita main petak umpet,"ucapnya lalu melangkah ke dalam.
Aldo yang tidak sengaja melihat senyuman Edgar, tersenyum tipis lalu melihat ke arah Vandra yang sudah duduk nyaman di jok belakang, menghidupkan motor lalu pergi dari tempat itu.
Sampai di mansion Aldo memarkirkan motornya di depan garasi yang ada di rumah, sengaja dia tidak memasukkan motornya karena malas, saat masuk kedalam, bunda Naya masih menonton channel TV yang menampilkan dance dari boy band NCT Dream Glitch Mode.
"Assalamualaikum bunda ratu, putri dan pangeran datang membawa pesanan bunda ratu. Silahkan ini di___".
"WAH, PACAR VANDRA TAMPIL."ucapan Aldo terhenti dengan teriakan gadis itu, padahal gadis itu sudah menuju ke kamarnya karena mengantuk tapi ketika mendengar lagu dari boy band kesukaan malah balik lagi dan mata kantuknya sudah hilang di gantikan dengan tatapan kagum melihat ke arah tv yang menampilkan cowok-cowok yang Aldo akui tampan itu.
"ADUH, VANDRA JANGAN TERIAK UDAH MALEM, PAPA MAU TIDUR,"teriak papa Langit yang sudah berada di lantai dua,
"Btw, papa juga teriak itu."menghiraukan ucapan papanya tadi, gadis itu fokus menonton nct dream lalu mengambil duduk di samping bundanya yang sudah memakan martabak manis itu. Sedangkan Aldo sudah pergi ke kamarnya, dia tidak mau menjadi sasaran kegemasan dari adeknya itu jika biasnya sudah tampil.
Sementara dilantai dua, tepatnya dikamar papa Langit sibuk mencari channel yang menampilkan acara Shopee itu.
"Mana sih channelnya, gue juga mau nonton,"ucapnya dan ketika sudah ketemu dia ingin teriak tapi ditahan takut ketahuan, ini sebenarnya rahasia papa langit itu merupakan fanboy yang mendapatkan seorang fangirl di fandom yang sama yaitu ELF, tapi karena sekarang dia sudah mempunyai anak dua dia mencoba melupakan itu, tapi sekuat apapun dia berusaha tetap tidak bisa. Ada saja yang membuat dia masih stay menjadi fanboy, apalagi putrinya juga mengikuti jejaknya.
Lupakan papa Langit, Vandra sekarang sudah mengantuk. Gadis itu izin untuk pergi ke kamarnya untuk tidur, besok merupakan hari yang melelahkan. Akan banyak tenaga yang di keluarkan, karena bertemu dengan banyak orang.
"Huh, hari ini melelahkan, tapi setidaknya gue bahagia. Yey."
Kalian semua ada di fandom apa?
Kalau aku ada di 2 fandom, hehe.
Qoutes Renjun
"Kedewasaan bukan di ukur dari angka."
Nah relate banget tuh apa yang di bilang sama renjun, sekarang kebanyakan umur nya yang tua pikiran masih aja kayak anak kecil.
^^^See U^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!