Sore itu! Acara Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa ( LDKS ) digelar, dari kelas 7 sampai Kelas 9 ikut LDKS yang dipimpinan oleh kepala sekolah.
Pandangan mata Raya tertuju pada sebuah ruangan yang tidak digunakan sama sekali, ruangan itu selalu tertutup rapat tidak pernah dibuka sama sekali, dan tadi ibu Mutiara menyuruh dirinya untuk membersihkan ruangan perpustakaan yang terbengkalai begitu saja.
Ketika ia memasuki ruangan perpustakaan tercium bau pengap menusuk lubang hidungnya. Buku buku pun tidak terurus sama sekali, banyak tercecer di lantai, ada yang sobek, koyak, dan di rak bukunya juga sudah rapuh sekali.
Raya benar benar bergidik sekali melihat apa yang ada dihadapannya. Tembok nya pun catnya terkelupas begitu saja, tidak ada penerang sana sekali. Kalau tidak disuruh sama ibullll Mutiara mungkin Raya tidak mau berkunjung atau menapakkan kaki ke ruangan itu.
Apalagi desas desus orang tentang ruangan itu masih penuh dengan misteri.
"Raya! " panggil ibu Mutiara. Masih terdengar suara gurunya di telinga Raya.
"Ya, bu. " uang Raya yang sedang membawa perlengkapan LDKS.
"Kamu bersihkan ya ruangan yang sebelah dengan kelas 8 itu, buat tidur, daripada kalian bikin kemping apalagi cuacanya mendung takut hujan. " kata ibu Mutiara.
"Oke bu. " kata Raya.
Gadis 14 tahun itu langsung mengiyakan apa yang dikatakan oleh ibu Tiara. Memang benar apa yang dikatakan guru mapel IPA itu kalau cuacanya seperti tidak mendukung untuk membuat kemping di halaman sekolah. Daripada kenapa kenapa lebih baik ruangan kosong dibersihkan untuk tempat tidur siswa dan pembina yang ada di sekolah itu.
"Ruangan itu awalnya ruangan perpustakaan sudah lama nggak di pakai sama sekali, banyak buku yang nggak ke urus. " kata Ibu Mutiara ketika Raya akan membersihkan ruangan perpustakaan.
"Ibu tahu kenapa ruangan perpustakaan nggak digunakan kembali? " tanya Raya heran.
Memang Raya tahu kalau ruangan itu sama sekali tidak digunakan lagi, tidak ada guru atau siapapun yang berani masuk ruangan perpustakaan entah Raya juga tidak tahu urusannya.
"Ibu juga nggak tahu sih! Kamu dan ibu juga lamaan kamu disini" protes ibu Tiara.
Raya hanya tersenyum saja apa yang dikatakan wanita 25 tahun itu benar sekali, ia sekarang duduk di kelas 8 sedangkan ibu Raya hanya beberapa bukan jadi guru mapel di SMP nya.
Jam 17.00 Raya telah sampai di ruangan yang telah lama tidak digunakan Raya membersihkan nya banyak debu yang menempel dan udaranya juga berbau pengap sekali.
Ruangan itu terlihat kusam kerena tidak pernah digunakan sama sekali, dan di ruangan itu banyak buku buku yang berserakan seperti tidak digunakan lagi.
"Tolong! Tolong!"
Raya yang sedang menyapu langsung menghentikan gerakan menyapu nya, samar sama ia mendengar ada orang yang meminta tolong seperti terbawa angin yang berhembus.
"Tolong! Tolong! "
Suara itu terdengan kembali. Raya yang penasaran langsung menyimpan sapunya yang dipegang ia menuju luar ruangan untuk mencari suara yang minta tolong. Tapi ketika ia berada di luar tiba tiba suara itu menghilang begitu saja.
"Siapa sih! " gumamnya.
"Ah! masa sore sore ada hantu? " tanya kembali.
Raya langsung masuk kedalam kelas lagi, tapi sebelum masuk tiba tiba ia dikagetkan oleh seseorang yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis.
"Kamu! Kamu apa apaan mengangetkan saja! " teriak Raya.
Raya menatap gadis yang di hadapannya. Gadis itu mengunakan baju yang sama dengannya.
"Kamu siapa? Kapan datang? " tanya Raya heran.
Ya tidak heran bagaiamana ia datang ke ruangan itu sendirian tidak ada orang yang sama sekali, yang mengikutinya tiba tiba gadis itu datang mengangetkan dirinya.
"Aku Ani, kamu Raya kan? " ujarnya renyah.
Raya tertegun sejenak mendengarkan apa yang dikatakan oleh gadis yang ada di hadapannya.
'Aneh kok ia tahu namaku? ' tanya Raya nyengir.
"Kamu bisa bantu aku kan? Aku butuh bantuan kamu menyalamatkan seseorang. " kata Ani menatap wajah Raya.
"Bantuan? Bantuan apa? Siapa yang harus aku bantu? " tanya Raya heran sekali atas apa yang dikatakan oleh Ani gadis yang ada dihadapannya.
"Kamu mau kan bantu dia? " tanya Ani.
"Insha Allah kalau aku bisa aku bakal bantu. " kata Raya heran.
Dalam hatinya bertanya tanya, siapa orang yang harus ia tolong kalau ia sendiri tidak tahu apa yang harus ditolongnya.
"Aku nyakin kamu bisa menolongnya. Kerena kamu salah seorang yang bisa melihat dirinya, " ujar gadis itu.
"Raya! Raya! " panggil ibu Tiara memanggil Raya. Wanita itu heran kenapa Raya lama sekali menyapu ruangan itu ia takut kenapa kenapa itu muridnya jadi ibu Mutiara langsung mwnyusulnya untuk memastikan kalau Raya baik baik saja di ruangan itu!
"Ya bu, saya masih menyapu! " teriak Raya sambil meninggalkan Ani untuk membalas panggilan ibu Tiara.
"Kamu lama banget menyapu nya? Sudah selesai belum menyapu nya? " tanya ibu Tiara sambil memandang ke sekeliling ruangan perpustakaan yang terlihat bersih dan rapi.
"Kalau sudah selesai jangan lama lama disini, ayo kita ke tempat lain. " ujar ibu Tiara.
"Tapi saya belum selesai bu? " ujar Raya.
Raya menatap wajah Ibu Tiara dengan tajam.
"Belum selesai bagaimana, ini sudah rapi lho? " tanya ibu Tiara heran atas jawaban dari muridnya.
Raya langsung mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya ruangan perpustakaan hatinya berdetak kaget saat matanya melihat lantai perpustakaan yang rapi dan bersih.
"Lho kok bisa? " tanya Raya celingukan.
Ia sama sekali tidak tahu siapa yang melakukannya, seingat Raya ia sama sekali belum menyapu lantai perpustakaan kerena ada orang yang meminta tolong! Lalu ia mengalihkan pandangan ke arah Ani yang tadi berdiri tidak jauh dengan meja pustakawan tapi gadianutu menghilang.
"Kamu kenapa? " tanya ibu Tiara heran menatap Raya.
"Tadi ada Ani kok sekarang nggak ada? " tanya Raya.
"Ibu lihat nggak kalau Ani tadi berdiri disini nggak jauh? " sambung Raya.
Hatinya berdesir sangat kuat sekali, Ani tiba tiba menghilang tadi datang tiba tiba tanpa diundang sekarang pergi juga tidak diantar sama sekali.
"Ah! Kamu jangan menakuti ibu, Raya! " jerit wanita itu.
"Bu, saya nggak menakuti ibu. Benar kok tadi saya sama Ani? " tegas Raya.
"Sudah lebih baik kita ke yang lain! " ketua ibu Tiara.
Tiba tiba bulu roman ibu Tiara berdiri semuanya mendengar Raya mengatakan kalau ada seseorang bernama Ani menemani Raya. Otomatis wanita itu ketar ketir tidak karuan sama sekali.
Raya yang mendengar ajakan guru mapel IPA langsung mengikuti wanita itu, hatinya merinding mengingat Ani yang tadi tiba tiba datang dan sekarang pergi juga tidak pamit. Ditambah lagi waktu ia datang ke ruangan perpustakaan masih terlihat kumuh dan kotor tapi kini bersih seperti ada orang yang membersihkan.*
"Jangan! Jangan!" teriakan seorang gadis histeris ketika seorang pria dengan beringas mendurapaksa dirinya.
Gadis umur 14 tahun itu tidak bisa melawan apa apa apalagi kekuatan pria itu sangat besar, tubuh gadis belia itu di dorong membentur dinding.
Bug!
Terdengar tubuh itu terpelanting menghantam tembok dinding.
Bret!
Suara baju gadis itu terdengar disobek dengan paksa oleh pria itu, pria dengan kulit putih, hidung mancung dengan paksa menyeret tubuh gadis itu. Teriakan terdengar dengan nyaring tapi tidak ada orang yang mendengar teriakan gadis itu.
"Pak jangan! "tangisnya.
" Diam kamu, kamu harus memenuhi kebutuhan diriku! " teriak nya kasar.
"Pak jangan! Aku ingin sekolah, aku ingin jadi guru jangan lakukan itu! " gadis itu masih mengisak.
Tapi pria yang dipanggil pak oleh gadis itu tidak pernah mendengarkan apa yang dikatakan gadis itu. Pria yang dipanggil pak oleh gadis itu langsung mendekati gadis itu dengan ganasnya mengagahi gadis itu.
Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa sama sekali tubuhnya di bawah tidak bisa bergerak apalagi baju yang dipakainya telah terlepas, rok yang dipakainya juga tidak karuan sama sekali.
Ha ha ha ha
Tawa pria itu sangat puas saat ia mengeluarkan nafsu bejat dirinya pada gadis itu, setelah itu pria meninggal akan ruangan perpustakaan dengan wajah puas sekali, sedangkan gadis itu hanya bisa menangis. Ia merasa kotor sekali, sesuatu yang sangat berharga kini telah hilang oleh pria itu.
"Kamu kalau ingin selamat jangan sampai buka mulut kalau sampai kamu buka mulut pasti aku bunuh! " ancam pria itu balik lagi ke hadapan gadis itu.
"Pak! Seharusnya bapak memberi contoh yang baik pada kami, tapi bapak sendiri malah seperti binatang! " teriak gadis itu.
Plak!
Sebuah tamparan langsung mengenai pipi gadis belia itu, gadis itu yang tidak menyangka hanya bisa meringis kesakitan saat tangan pria itu menampar dirinya dengan keras.
"Jangan banyak bicara! Kalau kamu ingin selamat lebih baik kamu pulang dan jangan sampai orang tua kamu tahu! " ancam nya.
"Sakit! " teriak gadis itu berontak saat rambutnya di tarik kebelakang oleh pria itu.
Pria itu akhirnya melepaskan tarikan nya lalu ia mninggalkan gadis itu dengan hati riang. Pria itu meninggalkan ruang perpustakaan dengan bernyanyi. kecil sedangkan gadis itu hanya diam termanggu saja. Hidupnya hilang seperti kehormatannya hilang oleh nafsu pria yang disebut bapak oleh dirinya.
👻
"Tolong! Tolong!" teriak seseorang berteriak histeris.
Raya yang mendengar teriakan itu langsung bangkit dan mencari sumber suara yang meminta tolong. Tanpa diketahui sama gadis itu tiba tiba sebuah bayangan putih mengelebat begitu saja. Membuat gadis itu terkejut dan merinding.
"Ani!"
Raya langsung memanggil nama Ani kerena suara yang meminta tolong itu seperti suara Ani yang kesakitan. Raya dengan susah patah langsung menuju ruangan perpustakaan kerena disana lah ia mendengar jeritan minta tolong seseorang.
"Ni, kamu disana? " tanya Raya celingukan.
Ia lupa membawa hpnya, jadi ruangan itu gelap dan sangat pekat sekali. Raya terus menerus mencari orang yang meminta tolong tapi jeritan minta tolong seketika juga hilang di hadapannya.
"Ani! " panggil Raya keras.
"Raya! Raya!" pak Handi membangunkan Raya yang bermimpi. Gadis itu langsung bangun dan merasa heran sekali kalau dirinya telah bermimpi ada orang yang meminta tolong.
"Kamu kenapa? " tanya pak Handi menatap wajah Raya dengan herannya.
Raya hanya mwngelengkan kepala saja.
"Makanya kalau mau tidur berdoa dulu biar nggak diganggu. " ujar ibu Mutiara menghampiri Raya.
"Bu! " seru Raya sambil memeluk gurunya dengan erat sekali. ibu Tiara langsung membalas pelukan Raya, gadis itu seolah olah merasa takut dan geri sekali.
"Aku tadi mimpi ada orang yang minta tolong! Di ruang perpustakaan, " terbatas bata Raya mencaritakan kejadiannya.
"Pak apa disini ada hantu? " tanya Raya.
"Ah! jangan percaya takhayul. Dunia ini hanya berisi manusia saja nggak ada mahluk lain, " tempas pak Handi.
Pria itu langsung meninggalkan Raya dan ibu Tiara, Raya yang melihat itu hanya menghela nafas panjang, mendengar apa yang dikatakan oleh pak Handi guru IPS.
"Kamu tidur lagi ya, berdoa saja jangan berpikir macam macam." nasehat ibu Tiara pada Raya.
Raya ingin sekali memejamkan matanya untuk tidur lelap tapi ia tidak bisa melakukannya, ia masih ingat teriakan gadis itu ya suaranya seperti suara Ani yang ia temui tadi sore waktu akan membersihkan ruangan perpustakaan.
Semua orang terlelap juga. Mungkin ibu Tiara juga sudah tidur dan terbuai dialam mimpi yang indah, dengan berjalan mengendap endap Raya meninggalkan tempatnya menuju ruangan perpustakaan. Tadi sore memang ia di suruh membersihkan ruangan perpustakaan untuk dipakai tidur tapi pak Handi melarang murid muridnya tidur di perpustakaan, jadilah mereka tidur di ruang TU, kelas, ruangan Lab, dan ruangan guru.
Tidak ada orang yang tidur di perpustakaan, ruangan itu di kunci kembali oleh pak Handi. Raya maupun ibu Tiara tidak ada protes sama sekali, keduanya hanya mengiyakan apa yang pak Handi bicarakan.
Jam 02.00 Raya langsung mendekati ruangan perpustakaan ruangan itu sepi sekali, apalagi tidak ada penerang sama sekali membuat ruangan itu gelap dan serangga sekali, apalagi di dekat ruangan perpustakaan tidak ada penerang sama sekali.
"Aneh! Kenapa ada yang minta tolong! " bisik Raya bergidik.
Hatinya ketar ketir sekali, untuk mendekati ruangan perpustakaan.
Tap!
Sebuah tangan menyentuh bahu Raya!
"Aaaa!" Raya berteriak dengan kerasnya.
"Hai ini aku kenapa sih teriak teriak! " tegur Ani.
"Kamu! Kamu kenapa ada disini? " terbata bata Raya menayakan keberadaan Ani. Seingatnya ia tidak mengajak siapa pun untuk menuju ke perpustakaan tapi kenapa Ani. malah datang ke perpustakaan?
"Pasti kamu heran ya kerena aku bisa tahu kamu ada di perpustakaan? " tanya Ani santai.
Ia mengajak Raya untuk masuk ke ruangan perpustakaan.
"Lho kok kamu pegang kunci perpustakaan? " tanya Raya heran.
Ani hanya diam saja mendengar pertanyaan yang terlontar mulut Raya. Setelah membuka pintu perpustakaan kedua gadis sebaya itu langsung masuk dan duduk di. kursi yang ada disana.
"Kamu ngapain ke perpustakaan? " tanya Ani menatap Raya.
"Aku penasaran sama orang yang meminta tolong! Suara itu ada disini tapi disaat dicari nggak ada, maksudnya apa ya? "
Raya malah balik tanya pada Ani. Gadis itu hanya diam saja mendengarkan apa yang Raya ceritakan pada dirinya ia hanya menghela nafas panjang mendengarkan Raya mencaritakan Da orang yang meminta tolong.
"Kamu harus menolong kasihan! " ujar lirih Ani.
"Aku nggak bisa berbuat apa apa selain minta bantuan kamu." lanjutnya.
"Menolong? Maksudnya menolong apa aku nggak ngerti! "
"Suatu waktu nanti kamu juga bakal mengerti. "
Raya hanya bisa menatap heran pada Ani teman yang baru saja ia temui penuh dengan tanda tanya sekali, tapi untuk menanyakan ia ragu. *
Raya Anindya nama itu tersemat didirinya. Anak pertama dari keluarga pak Haryono dan ibu Widyawati. Sebenarnya Raya anak yang memiliki kemampuan melihat hal hal yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Sebenarnya orang tuanya sudah berusaha menutup indra keenamnya supaya tidak melihat hal hal yang tidak bisa dilihat tapi sekarang diusia 14 tahun ia malah melihat apa yang seharusnya tidak dilihat.
Tapi Raya masih belum menyadari kerena ia hanya bertemu dengan Ani saja, Raya juga tidak menyadari kalau Ani sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, dan Raya tidak menghetahui itu.
"Ray, kalau kamu melihat sesuatu yang ganjil bilang mama ya sayang. " kata ibu Widya ketika Raya akan mengikuti kegiatan LDKS ke sekolahnya.
Raya mengangguk seketika juga sambil wajahnya menatap wanita yang telah melahirkannya.
Wanita 30 tahunan itu takut sekali kalau putri pertamanya melihat yang tidak wajar. Ia masih ingt apa yang dikatakan seseorang padanya.
"Raya bakalan melihat hal hal ganjil di usianya yang ke 14 tahun, tapi semoga saja nggak terjadi apa apa pada anak ibu." umar ahli supranatural pada ibu Widya dan pak Haryono
"Pak Haji kalau ia melihat bagaimana? "
"Bawa kesini kita tutup kembali mata batinnya, sebenarnya kalau untuk kebaikan sih tidak apa apa digunakan tapi ya begitu? " ujar lelaki paruh baya sambil tersenyum.
Dan apa yang dikatakan oleh lelaki paruh baya itu benar sekali, Raya bisa melihat Ani tapi gadis itu tidak menyadarinya ia hanya merasakan heran saja atas tingkah laku Ani yang menurutnya membingungkan dirinya.
"Semoga saja Raya nggak melihat itu lagi, kasihan! " ujar ibunya sambil berharap pada Tuhan supaya tidak membuka indra keenam Raya.
Wanita itu takut kalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi, maka dengan itu ibu Widya berusaha untuk menjaga Raya sekuat tenanganya.
Di sekolah Raya telah melakukan sholat, ya itu ajaran yang diajari oleh kedua orang tuanya sejak mereka tahu kalau Raya anaknya memiki kemampuan melihat hal yang tidak pernah dialami oleh manusia biasa.
Pak Haryono berusaha mendidik Raya untuk meluangkan waktu untuk sholat dan membaca Al Qur'an, kerena ia tahu kalau sampai Raya tidak melakukan sholat dan membaca alquran takut saat mata batinnya terbuka Raya bakal mengalami hal yang tidak diinginkan.
Jadi wajar kalau orangtua Raya membekali diri Raya untuk hal hal yang positf bagi anaknya, apalagi kalau sampai mata batinnya Raya terbuka kembali, itu yang mereka takuti.
"Nggak ada kemungkinan Raya nggak melihat mahluk halus, tapi dengan membentengi jiwa Raya kemungkinan tidak dapat dihindari maka dengan itu kita harus menjaga Raya secara ketat sekali." kata laki laki paruh baya itu memberikan pengertian pada kedua orang tua Raya.
Orang tua Raya tidak tahu sama sekali kalau mata batin Raya sekarang terbuka dan itu juga tidak disadari oleh Raya sendiri, Raya bisa melihat Ani.
Setalah melakukan sarapan pagi Raya langsung menghampiri Ririn yang sedang berada depan ruang TU, Raya berniat bakal mencari tahu tentang gadis yang nama Ani. Kerena baru sekarang ia melihat Ani di sekolah, saat ia menanyakan pada Ani tentang kelasnya. Ani mengatakan kalau ia kelas 8B sedangkan Raya juga kelas 8B, ia sama sekali tidak pernah mengenal Ani sebelumnya.
"Rin, kamu kenal dengan Ani? " tanya Raya.
Ketika mereka telah sarapan pagi di sekolah, kegiatan ldks membuat ia berpikir tentang Ani ada penasaran mengenal diri gadis itu! Tidak penasaran bagaimana setiap ia berada di perpustakaan gadis itu mengikuti kemanapun juga, dan keheranan itu ia tumpahkan dihadapan Ririn.
"Ani, seingat aku di SMP kita nggak ada namanya Ani deh! Kamu mimpi kali?"
Deg!
"Masa sih! Katanya sekolah di sini? "
"Ya Allah! Nggak percayaan banget deh kamu. "
Raya termenung sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh Ririn, tapi ia nyakin kalau Ani sekolah di sini di sekolah yang sama masalahnya seragam yang digunakan Ani sama dengan seragam yang digunakan ya.
"Kalian kenapa ribut ribut? " tanya ibu Tiara menghampiri Raya dan Ririn.
"Ini Raya tanya ke saya di sekolah ini ada namanya Ani nggak, saya jawab nggak ada kok! Benarkan bu di sekolah ini nggak ada namanya Ani? " tanya Ririn.
Ia juga penasaran sekali pada Ani, seingatnya din sekolah ini dari kelas 7 sampai 9 tidak ada yang namanya Ani sama sekali, dan ujug ujug nya Raya malah bertanya tentang nama gadis itu!
"Iya nggak ada kok! Kenapa? " tanya ibu Tiara pada Raya.
"Ibu ingatkan waktu ibu menyuruh saya membersihkan ruangan perpustakaan, waktu ibu datang sebenarnya saya lagi ngobrol sama Ani tapi anehnya ibu datang Ani menghilang." cerocos Raya menatap wajah Ririn dan Ibu Tiara.
"Bukan itu saja, saya juga waktu malam setelah bermimpi saya nggak bisa tidur lagu. Ya sudah saya jam 02.00 ke ruangan perpustakaan kerena saya mendengar ada yang meminta tolong, saat ke sana ketemu dengan Ani. " lanjut Raya sebelum keduanya bersuara.
"Masa sih! " serempak keduanya menatap Raya heran.
"Iya, saya nggak bohong bu. " tegas Raya.
Ia takut dikira tukang bohong, oleh ibu Tiara dan Ririn sahabatnya.
"Raya, benarkan yang kau ceritakan? " tanya ibu Tiara.
"Bu, kapan saya pernah bohong sama ibu?"
ibu Tiara hanya menghela nafas mendengar apa la yang diceritakan oleh Raya, ia benar benar tidak menyangka sama sekali kalau Raya bakal ketemu dengan Ani. Memang ia tidak sepenuhnya percaya apa yang diceritakan Raya tapi melihat mimik wajah Raya seperti itu ibu Tiara mulai percaya.
"Apa yang kamu tahu dari Ani? " tanya wanita itu.
"Ani menyuruh saya untuk menolong seseorang, ia mengatakan kalau saya bisa menolong orang itu. " jelas Raya.
"Eh ada apa kumpul kumpul disini, " tegur pak Handi menghampiri ketiga gadis yang berbeda umur itu kecuali Raya dan Ririn yang sebaya.
"Raya ketemu Ani. " lirih Ririn.
Ketika Ririn menyebut nama Ani, wajah pak Handi terlihat terkejut dan kesal entah apa yang terjadi pada pria muda itu.
"Ani siswa disini. "
"Bapak kenal dengan Ani? " tanya Raya menatap wajah pak Handi.
"Bapak kenapa dekat dengan dirinya, tapi entah Ani menghilang ketika acara ldks. Bapak sampai sekarang juga nggak tahu Ani dimana? " ujar pak Handi yang tiba tiba sendu wajahnya.
"Saya ketemu di perpustakaan dengan Ani. " ujar nya polos.
"Masa? Kamu bisakan menemukan bapak dengan Ani? " tanya pria itu.
Ibu Tiara langsung menyentuh tangan pak Handi, wanita itu mengusapnya dengan lembut tapi pria itu hanya menepiskan saja.
Terlihat wajahnya menyiratkan sebuah kerinduan yang sangat di matanya, entah merinduan apa yang dirasakan oleh pak Handi pada gadis umur 14 tahun itu.
"Pak siapa Ani? "
"Suatu waktu kamu juga bakal tahu Ani itu siapa, pak Handi sangat merindukan Ani. "ujar ibu Tiara cepat. *
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!