23:20 waktu yang ditunjukkan di jarum jam kota Jakarta pusat.
Teng teng teng
Beberapa motor merk kawasaki melaju di jalan lintas Jakarta Selatan menuju Jakarta pusat dengan kecepatan yang sangat maksimum.
Dan berpisah di persimpangan jalan setapak 4 cabang.
Seorang pemuda diam-diam menyelinap masuk ke dalam rumah dengan tanpa suara.
Tanpa disadari ada seseorang yang menunggunya di belakang pintu rumah tersebut.
"Ekhem...."
Riak nya..
Pemuda itu pun perlahan menoleh ke arah belakang pintu.
"Eh.... Hehe mama.."
"Heemm.."
"Mama ngapain belom tidur ma.."
"Mm lagi nunggu nyamuk.."
Jawab ibunya dengan memasang wajah seakan sedang mencari seekor nyamuk.
"Ya nungguin elu lah.... Dari mane aje lu lang, jam segini baru pulang.Hah..."
Ketus ibunya dengan memasang wajah sok galak.
"Anu.. itu ma,,, Gilang baru abis ngerjain tugas sama temen-temen Gilang, terus sekalian mampir dulu lihat orang tawuran tadi..."
Jawab Gilang dengan wajah seperti cengengesan.
"Hem bagus,,,, ngerjain tugas tiap malam.. tiap pulang telat terus..
Ngelihat orang tawuran pula, lama-lama ntar pala lu ikutan kena gaplok sama balok gede mau lu.hah..!"
"Astagfirullah mah nggak boleh ngomong kayak gitu... Perkataan orang tua untuk anak itu doa."
Kode Gilang terhadap ibunya.
"Dih amit-amit dah.. elu juga tau udah malem pulang telat mulu.
Kalau kayak gini terus lama-lama beneran mama pindahin lu jauh-jauh dari sini, biar ngerasain susahnya jadi manusia."
"Etdah ma... Emang selama ini Gilang bukan manusia ape..!?"
Tanya Gilang ngeledek.
"Udah pokoknya lu siap-siap aje ye, Mama udah siapin semua berkas-berkas lu. Kagak mau tahu lu mau ape kagak, pokoknya besok lusa lu berangkat ke Sumatera. Lu sekolah di sono."
"Astaghfirullah ma,, mah yang bener mah... Kok gilang nggak dikasih tahu sebelumnya, mah.. mah tunggu dulu mah... Mah.."
Pemuda yang bernama Gilang karoles itu pun ditinggalkan begitu saja oleh ibunya setelah diberitahu bahwa dia akan dipindahkan ke pulau Sumatera untuk melanjutkan sekolahnya hingga lulus.
Dua hari kemudian, gilang telah sampai di depan sebuah kamar kosan Yang cukup sederhana.
"Duuh masa iya gue tinggal di sini sih, kecil banget sih tempat nya...haah... Tapi syukur deh bersih trus lumayan lengkap isinye."
Gumum gilang sembari melihat sekeliling.
Gilang pun memutuskan masuk dan menyusun semua barang-barangnya.
Kemudian gilang berkeliling untuk menyapa tetangga-tetangga barunya.
Sesuai dengan pesan dari ibunya bahwa semua orang yang berada di Sumatera itu baik dan ramah asal tidak mengganggunya saja. Karena prinsip orang Sumatera itu senggol bacok.
Gilang menghabiskan hari pertamanya dengan para tetangga-tetangga baru.
Keesokan harinya, hari baru untuk sekolah dimulai. Dengan membawa motor Kawasaki dan kacamata hitamnya membuat semua mata tertuju padanya, karena dia memang orang pertama di daerah Sumatera yang memiliki motor bermerek Kawasaki.
"Semuanya perhatikan sebentar.. Kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari Jakarta. Nah nak, silahkan perkenalkan diri kamu dulu"
"Halo, nama gue Gilang karoles, kalian boleh panggil gue Gilang."
Perkenalan singkat yang ia tuturkan, membuat para wanita terkagum dan terkesimak, seakan munculkan aura dingin seperti kutub salju, namun juga terlihat cool.
"Oke murid-murid ada yang mau ditanyain ke.... Gilang.?"
Tawar guru kepada semua murid-murid di kelas barunya gilang.
Dan tak berselang lama semua wanita bersorak dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting hingga membuat pusing.
Bla bla bla bla bla..
"Aduuh.... Semuanya cukup berhenti, kalian seperti nggak pernah lihat cowok ganteng aja. Jaga harga diri kalian."
Ujar guru tersebut terhadap para murid-murid.
"Ehem,,, Gilang, tidak usah terlalu dengarkan omong kosong mereka, mereka memang suka seperti itu ketika ada murid baru pindahan masuk."
Gilang mengangguk dan guru itu pun menyuruh gilang duduk di kursi yang bersebelahan dengan seorang murid perempuan yang bernama Tasya Dwi Ratih.
Tasya adalah seorang murid yang sangat cantik anggun namun memiliki aura mengerikan. Walau begitu, iya tetaplah seorang wanita tercantik di SMA-01 desa kumayan.
Tidak berselang lama dari setelah Gilang duduk di kursinya, ia mengajak teman di depan kursi dan di belakang kursi untuk berkenalan, kemudian selanjutnya ia mengajak Tasya untuk perkenalan.
"Hey kenalin, gue Gilang.. nama lo siapa?"
Ujar si Gilang dengan mengulurkan tangannya untuk menyambut jabatan tangan Tasya.
"Saya Tasya... Senang bisa berkenalan dengan anda."
Ucap sang Tasya dengan wajah agak sedikit tersenyum.
"Oo... Tasya,, ya udah nggak usah kayak formal banget deh biasa aja kita internasional ngobrolnya, biar nggak terlalu kaku."
Rayu sang Gilang kepada Tasya.
"Iya.... Aku pikir kamu pendiem"
"Ah nggak terlalu juga, cuma agak sedikit malu kalau tiba-tiba SKSD sama kalian kan.!"
Percakapan Mereka pun berlanjut hingga guru tiba dan pelajaran pertama mereka dimulai.
"Oh ya, bentar lagi istirahat... Lo temenin gue ke kantin ya gue gak tau soalnya di mana kantinnya.. Kalau bisa sekalian berkeliling, biar gue lebih tahu seluk-bluk sekolah kan."
Ajak Gilang terhadap Tasya. Istirahat pun tiba dan mereka pergi untuk berbelanja di kantin sekolah.
Setelah mereka sampai di kantin sekolah, mereka langsung memesan makanan yang biasa mereka pesan dan menyantapnya sambil berbincang-bincang sepasal putaran sekolah dan mitosnya.
"Tasya, gue pernah dengar cerita tentang Sumatera sama desa kumayan.. tentang adanya manusia harimau.. itu legendanya gimana ceritanya sih.?"
Pancing gila dengan mengarah pada pertanyaan-pertanyaan mengenai legenda yang entah mitos atau fakta itu.
Karena sebelum Gilang pergi ke desa kumayan, ibunya berpesan..
Carilah Datuk paling tua di desa itu, dan minta beliau menceritakan mengenai kisah sang harimau sumatera.
Awalnya Gilang ragu untuk bertanya kepada Tasya mengenai legenda itu. namun jika tidak bertanya, bagaimana Gilang akan tahu siapa orang tertua yang berada di desa kumayan tersebut.
" Yah legenda itu memang booming di seluruh Indonesia. Kisah itu nggak bisa ditutupi lagi Tapi sebagian dari masyarakat luar ada yang menganggap itu mitos, ada yang menganggap itu legenda dan sebagian lagi ada yang mengaku bahwa itu fakta."
Jelas jelas Tasya namun kesimpulannya Gilang masih belum bisa menemukannya.
"Terus intinya gimana.?"
"Intinya sampai sekarang kisah itu masih misterius, apalagi nggak ada yang tahu kak aslinya."
"Kalau lo sendiri gimana? Lo percaya nggak kalau kayak gituan"
"Aku pribadi percaya. karena percaya nggak percaya kamu, faktanya aku bisa menyembuhkan luka dalam orang."
"Hah... Ah yang bener Lo"
Dengan pernyataan tersebut Tasya menganggukkan kepala sambil tersenyum melihat hilang yang seakan tak percaya dengan mengerutkan alis di jidatnya.
Gilang rasa perkataan Tasya semakin lemes semakin melantur. Tapi apa yang diucapkan oleh Tasya hampir berkaitan dengan apa yang diceritakan oleh ibu Gilang juga.
Entah itu tentang kekuatan batin, ilmu hitam, dan juga manusia harimau itu sendiri.
Ketika Gilang ingin bertanya kembali mengenai orang tertua di desa kumayan, tiba-tiba bel sekolah berbunyi menandakan mereka harus masuk kelas lagi.
Kesempatan bertanya itu pun diurungkan. Mereka lalu masuk ke kelas dan menghabiskan pelajaran di kelas tersebut.
Gilang dan Tasya pun kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajaran terakhir hari pertama.
"Nah anak-anak! seperti hari Kamis pada biasanya, besok kita akan mengadakan kemping lagi. Tapi kali ini kita akan pergi ke tempat yang berbeda. Kali ini kita coba untuk pergi ke hutan kita sendiri, yaitu hutan gumayan yang ada di sebelah utara."
Jelas pak guru terhadap para murid yang ada di kelas itu. Beliau pun juga mengajak anak-anak kelas sebelah untuk ikut kemping.
"Haduh kenapa di hutan gumayan sih pak, hutan itu kan serem banget! Apalagi hutan itu dekat sama hutan larangan.!."
Seru salah seorang murid yang bernama qalang. Bahkan semua murid pun mengiyakan perkataan qalang.
"Sudah sudah semuanya tidak usah ribut. itu kan hanya mitos saja, tidak perlu dikhawatirkan."
Jawab guru dengan santai, namun hal tersebut membuat Gilang merasa ada sedikit getaran denyut di jantungnya.
Namun Gilang tidak menghiraukannya bahkan ia berpikir ini kesempatan yang bagus untuk bisa refreshing karena di Jakarta kota besar tidak ada yang namanya hutan.
Akhirnya pulang sekolah pun tiba, Gilang menawarkan untuk mengantar Tasya pulang ke rumahnya sembari sekalian ingin tahu letak rumah Tasya.
Tasya mengiyakan ajakan Gilang, Mereka pun pulang bersama hingga sampailah mereka di depan pintu gerbang berwarna hitam dan bangunan yang seperti sedikit tua.
"Sya, ini bener rumah lo, kok kayaknya serem amat."
Mendengar pernyataan Gilang, Tasya tersenyum dan mengangguk.
"Iya.... Papa bilang, dekorasi seperti ini membuat rumah terasa semakin sejuk dan damai. Mm ... Mau mampir dulu,?"
Ajak Tasya kepada Gilang. Ia pun meng iyakan ajakan Tasya dan masuk ke dalam rumah Tasya.
"Permisi,,, assalamualaikum.. pak...buk... Dih kok sepi banget sih sya, gak ada orangnye ape,?"
Rusuh Gilang dengan pertanyaan nya karena tingkah konyolnya membuat keributan di rumah Tasya.
Tasya yang melihat kekonyolannya tertawa kecil sembari berkata..
"Hihi,, cuma sama ayah, bunda udah lama nggak ada."
"Oo.. adeuh, maaf deh ya gue nggak tahu kalau nyokap lo udah gak ada."
"Iya nggak apa-apa lagian ini pertama kalinya kamu main ke rumah aku."
"Hehe,,, ayah lo di mana kok gak kelihatan?"
"Ayah ada di kamar Dia sedang bersemedi... Mau aku ambilin minum?"
"Hah .. bersemedi?!?.... Oo.. nggak nggak, udah nggak usah.."
"Ya udah kalau gitu aku ganti baju dulu ya.!"
Suruh Tasya kepada Gilang yang masih tetap kebingungan dengan perkataan Tasya.
*Bersemedi... ah, mungkin maksud Tasya tidut*..!.
pikir Gilang. Namun tidak berselang lama ketika Tasya masuk ke kamarnya, keluarlah seorang bapak-bapak paruh baya memakai ikat kepala dan sarung pendek di bagian celananya, seperti baju adat.
"Eh,,pak... Assalamualaikum pak.."
Lugas Gilang terhadap ayah Tasya.. sembari bangkit dari tempat duduk dan mencium tangan ayah Tasya.
"Waalaikumsalam.. siapa kamu!?"
Ayah Tasya mohon jawab dengan mata yang melotot, karena memang belum pernah ada teman Tasya yang berani main ke rumah Tasya.
"Anu pak... Saya teman sekolahnya Tasya tadi nganter Tasya pulang bareng sekolah sekalian disuruh Pasha mampir jadi saya mampir."
Ayah Tasya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Gilang. ayah Tasya menyipitkan mata menatap dalam Gilang,, dengan mata yang sedikit disipitkan.
"Kamu bukan anak kampung kumayan,! Dari mana asal kamu nak?"
Seketika ayah Tasya mengubah nada bicaranya kepada Gilang, sembari mempersilahkan jelang duduk kembali.
"Anu pak,, saya murid pindahan dari Jakarta menuju ke SMA 1 kumayan."
"Ooo.... Siapa nama ibumu nak?"
Tanya ayah Tasya kepada Gilang dengan wajah serius.
Bilang sedikit curiga dengan sikap ayah Tasya namun Gilang tetap menjawabnya.
"Nama mama saya anggraita pak. Dulu waktu masih muda mama sama papa saya pernah tinggal di desa ini. Ketika saya lahir mereka akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta."
"Oh jadi begitu.. kalau begitu selamat datang.. di desa, kumayan.. Gilang karoles.."
Mendengar pernyataan ayah Tasya, bilang terkejut bagaimana air Tasya bisa tahu nama kepanjangan Gilang, padahal Gilang sama sekali tidak menyebutnya dalam perkenalan tadi.
Ketika Gilang ingin menanyakannya, tiba-tiba Tasya keluar dari pintu kamarnya..
"Sepertinya ayah sudah mendapatkan teman bicara, begitu serakah berbicara dengan teman baru Tasya, ayah."
Gua udah Tasya terhadap ayahnya. Mendengar godaan Tasya ayahnya pun tertawa.
"Hahahaha... Ingatlah nak, temanmu ini yang akan menjadi pemimpin dunia generasi baru."
Ucap ayah Tasya terhadap Tasya menunjuk ke Gilang, Tasya sedikit merasa bingung dengan perkataan ayahnya, sedangkan Gilang menganggapnya sebagai candaan saja.
Lalu ketika itu pula ayahnya pun masuk dan meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.
"Ya udah sya, bi pulang dulu ya udah mau sore juga nih.. mana gue belum ganti baju. Oh ya Lo jangan lupa siap-siap ya buat besok, kita kan mau kemping..."
Ucap bilang semangat kepada Tasya, sedangkan Tasya hanya tersenyum murah mendengarnya. Kak Natasha tahu betul rahasia di balik hutan larangan bukit kumayan.
Seperti biasanya sepulang sekolah Gilang video call kepada teman-temannya di sekolah lama dan menceritakan kejadian baru hari pertamanya masuk sekolah SMA 1 desa kumayan.
Setelah beberapa jam mereka mengobrol dengan canda Hura yang ceria. karena tiba-tiba Gilang merasa ngantuk, ia pun mengakhiri video call-nya bersama teman-temannya yang lain dan memutuskan untuk tidur setelah makan..
Tiba-tiba Gilang merasa bahwa ada sesosok bayangan hitam yang selalu mengikutinya, mengawasinya kemanapun ia pergi.
Sampai di suatu titik gilang terpojok. Yang melihat ke arah belakang, ada sosok bayangan hitam memakai jubah mukanya samar-samar tidak terlihat jelas.
"Si si si.. siapa lo... Lo lo jangan macam-macam yah,, atau enggak gue bakal teriak,, oh gak bisa kungfu gue bakal hajar lo habis-habisan kalau lu berani deket. Diam di sana gue bilang diam di sana jangan bergerak.."
Tahan Gilang terhadap sosok misterius tersebut. Namun sosok misterius tersebut tidak ingin berhenti, iya terus berjalan mendekati Gilang. Sosok tersebut berkata..
Selamanya kau tidak akan pernah bisa lari dari kenyataan. Dan sekarang kau telah kembali mengantarkan dirimu sendiri kepada kami. Terimalah takdirmu inilah takdirmu. Hadapi hadapi hadapi.
Setelah kata-kata itu dilontarkan oleh sosok misterius, tiba-tiba wajahnya seperti terlihat jelas oleh Gilang.
Sepasang mata yang berwarna kuning kumis panjang dan semua bulu orange di wajahnya, persis seperti seekor harimau.
Sosok itu pun tiba-tiba mendekat dan menerkam Gilang hidup-hidup.
Gilang teriak sekencang-kencangnya untuk meluluskan diri dari rekaman tersebut.
A a a aaaassa Aaaaaaaa...
"Aaaaaa..... Jam dekat pergi,, pergi... Aaaa.... "
Tiba-tiba hilang tersadar, ternyata ia berada di atas kasur rumahnya sendiri.
"Sial... Ternyata itu barusan mimpi.... Anjir ngeri banget tuh mimpi.., gue sampai gemeteran lemes!."
Seru Gilang yang tiba-tiba ia melihat ke arah jam dinding di depan pintu kamarnya yang menunjukkan pukul 07.05.
"Mampus telat gue..."
Dan Gilang pun akhirnya buru-buru bersiap mau berangkat ke sekolahnya.
Pagi itu di lapangan SMA 1 kumayan, semua murid bergegas masuk ke dalam bis yang akan berangkat menuju bukit lumayan bagian atas.
" Ayo ayo semuanya,, cepat masuk ke bis,,, biasanya mau berangkat..."
UJar seorang guru pria paruh baya Yang menyandang tas di belakangnya. Sembari melihat ke arah jam tangan sembari meminta para murid bergegas.
"Duh ini di mana sih gilang kok belum sampai juga.. eh kamu lihat gila nggak?"
Tanya guru terhadap murid-murid lain menghentikan perjalanan mereka.
Ketika pintu akan ditutup dan bisa ke jalan tiba-tiba ada teriakan dari belakang.
"Oiii...... Tunggu,,, tungguin dong aduh.. gue ketelatan dikit."
Semua mata terjun ke belakang di mana Gilang sedang berlari mengejar bis. Melihat gelang yang seperti kelelahan guru pun membukakan pintu dan Gilang pun meloncat masuk ke dalam bis.
"Hadeh,,, akhirnya makasih ya pak,"
Umum Gilang terhadap guru yang menolongnya.
Guru itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Gilang yang ternyata tidak sependiam itu. Gilang pun dipersilakan duduk di kursinya untuk melanjutkan perjalanan menuju bukit kumayan.
Hampir setengah jam perjalanan mereka berlalu, jadi mereka hampir sampai ke tujuan mereka telah berada di tengah-tengah antara bukit kumayan dan jalan setapak yang berliku.
"Huh ternyata ngeri banget jalannya. Tapi kayaknya bakalan seru perjalanan kali ini, hehehe gue udah nggak sabar"
Ucap Gilang melihat ke arah Tasya. Tasya tersenyum melihat tingkah laku bilang yang kocak.
Namun tiba-tiba entah kenapa perasaan hilang merasakan suatu hal yang tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di ulu hatinya.
*Duh Perasaan gue kenapa tiba-tiba gak enak ya kayak ngerasa belum makan, tapi bukan masalah makan. Semoga aja di perkemahan nggak terjadi apa-apa yang buruk*.
Pikir gilang sambil menekan dadanya ke dalam dengan wajah yang mulai serius.
"Gilang.!!.."
"Hah ya knapa..!??"
Sahut Gilang yang terburu-buru karena kaget. Melihat tingkah gelang, Tasya mengurutkan dahinya,
"Kamu kenapa Gilang kok aku panggilan dari tadi kamu nggak jawab??"
Tanya Tasya kepada Gilang.
"Oh nggak papa gue cuman ngerasa sedikit nggak enak aja. Nggak tahu kenapa perasaan gue tiba-tiba jadi nggak enak."
jawab dilan dengan lugas.
"Oh ya udah mending kamu istirahat dulu deh, bentar lagi kita nyampe."
"Ya udah kalau gitu nanti bangunin gue ya."
"Aman.."
Jawab Tasya dengan tersenyum. Beberapa menit telah berlalu, hingga berhentilah bis itu pada suatu tempat yang terlihat luas.
"Semuanya ayo turun kita udah sampai... Iya, ayo pelan-pelan turunnya."
Jawab pak guru dengan menurunkan para murid satu persatu dengan perlahan. Setelah semuanya turun Mereka pun diberi instruksi dan dipisahkan sesuai tim mereka masing-masing.
Mereka pun seketika membangun tenda mereka masing-masing. Ada tiga tenda putra dan 3 tenda Putri yang didirikan, juga 2 tenda untuk guru pembimbing 30 murid dan 6 guru.
"Nah semuanya mari kumpul!."
Guru pun memberi pengumuman.
"Karena semua tenda sudah didirikan, sekarang waktunya kalian berpencar mencari air dan kayu bakar. Yang iya jadi 3 tim, tim pertama cari kayu bakar, tim kedua cari sumber air, dan tim ketiga bantu berjaga. Sedangkan untuk yang para wanita, sebagian mempersiapkan makanan siang kita, sebagian lagi mempersiapkan tugas dan kegiatan yang akan kita jalani di bukit ini."
Bimbingan itu berlaku sampai hampir satu jam. Setelah bimbingan usai, mereka bergegas berpencar dengan tugas mereka masing-masing.
Tasya dan beberapa rekan timnya mendapat tugas untuk memasak.
Sedangkan Gilang mendapat tugas untuk mencari sumber mata air yang jernih di sekitaran bukit kumayan.
Perjalanan mereka memasuki tahun pun dimulai, sekitar 20 menit kemudian mereka berkumpul menyatukan kayu bakar dan membawa pulang. sedangkan bagi yang mengambil air mereka memutuskan berpencar mencari sumber mata air
"Eh guys lu ke sono lu berdua ke sono lu bertiga ke sono, biar gue cari sebelah sini"
Ucap gelang memecahkan timnya agar cepat mendapat sumber mata air.
"Kamu yakin bilang sendirian, kamu belum tahu daerah sini loh."
"Iya Lang, apa nggak sebaiknya ada yang ikut kamu juga."
Ucap teman-teman Gilang memberi saran untuk Gilang. Karena Gilang orangnya keras kepala, iya tidak mau mendengarkan perkataan temannya.
"Udah kalian semua tenang aja, gue udah sering pergi-pergi ke hutan kayak gini. Ya walaupun gue belum pernah ke sini tapi naluri pecinta alam gue masih berfungsi dengan baik.
Pokoknya, kalau udah ada yang ketemu kalian balik ke titik ini lagi tungguin di satu sama lain, oke. Biar bisa pulang bareng."
Pimpin Gilang terhadap teman-temannya.
Akhirnya Mereka pun berpencar untuk mencari sumber mata air. Sedangkan di sisi lain, ternyata ibunya Gilang di sana sedang sakit.
Untung ada pembantu yang merawat ibunya Gilang hingga ia merasa lebih mendingan.
"Duuh... Nyonya kalau kayak gini, apa kita nggak sebaiknya ngabarin den Gilang,"
Cemas pembantu Gilang yang bernama bikjah.
Uhuk.. uhuk..
"Udah nggak usah, ini mah cuman sakit biasa, batuk pilek biasa.. bentar lagi juga sembuh. Udah nggak usah kabarin Gilang nanti di sono dia kepikiran lagi, jadi nggak fokus sekolahnya pan".
Uhuk uhuk..
"Ya udah kalau gitu, nyonya banyak-banyak istirahat deh.. saya masukin bubur mau.?"
Tawar bijak kepada ibunya Gilang, beliau pun menganggukkan kepalanya. Kemudian bijak pun pergi untuk membuat bubur ke dapur.
\*
"Duuh ini gimana sih, kok dari tadi gue nggak nemu satupun gitu kan. Eh tapi di sono kayaknya ada sesuatu deh terang banget... Oh apa itu pantulan dari air kali ya ke sinar matahari sore gitu. Coba gue cek dulu ah."
Ucap gilang mengarah ke suatu tempat yang tidak ia sadari melewati batasan yang dilarang oleh masyarakat.
"tuh kan.. bener di sini ada sumur,,, terus airnya jernih banget lagi, kayaknya ini sumber mata ari asli deh... Permisi pak, Buk, nenek, Kakek, numpang ambil airnya ya 1 ember doang."
*He he he*
Gilang pun mencedok 1 ember air dari sumur tanpa curiga sedikitpun tentang keberadaan sumur tersebut.
Namun yang tak disangka, seperti ada sesuatu yang mendorongnya jatuh ke dalam sumur tersebut.
Akhirnya Gilang terjatuh dan berteriak meminta tolong, namun tidak ada satupun orang yang dapat mendengar teriakan Gilang karena tempat Gilang berada memang jauh dari perkemahan mereka.
"To, tolong...tol tolong.. gue tenggelam..."
Di saat yang genting seperti itu, iya masih bisa mengeluarkan nada seperti melawak.
Tanpa berselang lama entah kenapa kaki Gilang merasa mati rasa tidak bisa digerakkan sama sekali bahkan tubuhnya pun merasa kaku seketika.
Dan ketika itulah ia sadar bahwa ternyata sumur yang ada padanya sekarang adalah sumur yang dikatakan oleh warga setempat sebagai sumur keramat.
Memang ada beberapa bangkai tulang manusia yang terselip di pinggiran lubang yang ada di sumur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!