Layla adalah anak yatim piatu sejak kelas 1 SMP, sewaktu kecil dia tinggal di desa bersama kedua orang tuanya. Tetapi sejak kedua orang tuanya meninggal, dia terpaksa ikut pamannya karena tidak ada keluarga lagi di desa, Awalnya bibinya tidak mau merawat dia, tapi dengan terpaksa bibinya mau menerima dia dan mau membiayai sekolahnya dengan syarat Layla harus bekerja tanpa di bayar di rumah bibinya.
Pamannya tidak bisa berbuat apapun untuk membela Layla, pekerjaannya pun hanya mandor biasa yang gajinya tidak seberapa. Layla menerima semua persyaratannya dan bahkan jatah makannya pun sehari hanya sekali.
Beruntung Layla adalah anak yang cerdas sehingga bisa sekolah di sekolahan yang elit menggunakan beasiswanya. Dan karena itulah banyak teman sekolahnya yang membully dan menghinanya.
Siang hari Layla berjalan sendirian dengan memakai seragam sekolahnya, ketika sebuah mobil silver berhenti tepat disampingnya, keluarlah tiga anak sebaya menghampirinya.
Layla hanya bisa pasrah ketika tiga teman sekolahnya itu merebut tasnya dan menghamburkan semua isi di dalam tas itu, ketiga gadis itu adalah teman sekolahnya yang tidak suka dengan Layla.
‘’Kasihan sekali si culun jalan kaki’’ Kata Silvana.
‘’Iya, bagaimana kalo kita bantuin dia bawa tasnya guys’’ Sambung Hanabi
‘’Jangan, tolong jangan ambil tas ku’’ Sambar Layla mempertahankan tasnya.
‘’Ups, isinya jatuh semua’’ Kata Silvana yang dengan sengaja menumpahkan semua isi tas Layla sembari dengan gelak tawa kedua temannya.
‘’Eh sorry keinjek juga’’ Sambung Melisa kemudian tertawa.
‘’Kayaknya ini sudah tidak layak pake deh, udah kotor gini. Iya ga guys?’’ Silvana mengambil salah satu buku dengan tatapan jijiknya.
‘’Bagusnya diginiin’’ Sambungnya lagi sambil menyobek buku itu dihadapan Layla.
Mereka bertiga meninggalkan Layla dengan tertawa puas karena sudah mengerjainya. Setelah ketiganya pergi, Layla memunguti buku-buku yang berserakan dijalanan sambil menahan air yang hampir keluar dari matanya.
Saat hendak berdiri, tiba-tiba sebuah motor butut mengerem mendadak dan untungnya tidak menabrak Layla. Wanita menyingkir ke tepi jalan. Seorang pria yang mengendarai sepeda motor itu melotot dengan raut wajah yang marah.
‘’Woyy bocil, kalau mau berhenti jangan ditengah jalan dong, lu pikir ini jalan punya kakek lu apa?!’’ Ucap pria itu dengan wajah yang kesalnya.
‘’Ma-maaf om’’ Ucap Layla.
‘’Om om, lu pikir gue om-om hah!’’ Sahut pria itu dan langsung berlalu tanpa memperdulikan Layla yang terpaku ditepi jalan.
Udah tiga tahun semenjak Layla masuk SMA dia dibulyy oleh teman-teman sekolahnya, ditambah bibi dan sepupunya yang tidak pernah baik sedikitpun sama terhadapnya bahkan setiap hari dia dijadikan seperti pembantu oleh keluarga pamannya.
‘’Kuat La, kamu kuat, demi masa depanmu kamu harus tetep semangat, jangan sampai lemah’’ Ucapnya dalam hati.
Sesampainya di rumah Layla langsung berganti pakaian dan ingin mengambil makanan, tapi baru mau mengambil makanan, Marsa anak pamannya datang dan menghinanya.
‘’Oohh enak bener yaa, pulang bukannya beres-beres rumah dulu, ini malah enak-enakan mau makan’’ Kata Marsa sambil berkacak pinggang.
‘’Tapi aku laper Sa, aku belum makan dari semalem’’ Ucap Layla sambil mengusap-usap perutnya.
‘’Gue gak peduli, sekarang cuci baju gue dan sepatu ini. Jangan lupa baju yang kemarin lu cuci juga disetrika, karena gue mau pake buat pergi nanti sore’’ Perintah Marsa sambil melotot dan berkacak pinggang.
‘’Aku cape banget, aku juga sangat laper Sa, aku makan dulu yaa’’ Pinta Layla karena merasa sangat lapar sekali.
*bersambung*
Layla langsung pergi mengambil pakaian kotor untuk di cuci dan setelah semua cucian beres, Layla langsung menyetrika baju yang diminta oleh Marsa, karena kelelahan dan kelaparan tanpa sengaja Layla ketiduran.
Beberapa saat kemudian Marsa datang ingin mengambil bajunya dan sangat geram saat melihat Layla tidur dalam kondisi setrika diatas bajunya.
‘’Aakhhh baju ku...’’ Jerit Marsa sambil mengangkat bajunya yang sudah bolong.
Layla pun kaget dan terbangun karena jeritan dari Marsa.
‘’Heh lu gue suruh nyetrika bukannya tidur, lihat nih baju gue jadi rusak gini gara-gara lu’’ Geram Marsa.
‘’Ma-maaf Sa, aku ga sengaja ketiduran’’ Jawab Layla sambil menundukkan kepalanya.
‘’Emang lu pikir dengan kata maaf bisa balikin baju gue hah?!’’ Ucap Marsa dengan raut wajah yang marah.
‘’Ma-maaf, nanti aku ganti bajumu dengan yang baru’’ jawab Layla yang masih menundukkan kepalanya.
‘’Lu pikir bisa gantiin baju gue ini? Ini harganya mahal bahkan lebih mahal dari biaya SPP lu dua bulan. Lu ga bakal mampu buat membelinya’’ Ucap Marsa dengan menunjuk-nunjuk jarinya ke mukanya Layla.
‘’Ada apa sih ribut-ribut, kedengeran nyampe depan tau, brisik’’ Ucap bibi Murni dengan juteknya.
‘’Ma, lihat ini, gara-gara bocah tengil ini bajuku jadi rusak, aku mau pake buat acara pesta sore ini, tapi malah dirusakin sama dia’’ Gerutu Marsa sambil melirik kepada ibunya.
‘’Heh bocah tengil, kamu apakan baju anakku? Ini baju mahal dan kamu ga bakal bisa ganti’’ Ucap bibi Murni dengan emosi.
‘’Maaf bi, Layla ga sengaja’’ jawabnya sambil terus menundukkan kepala.
‘’Ga sengaja kamu bilang?? Kalo kamu kerjanya bener ga bakalan kaya gini paham! Sebagai hukuman kamu malam ini tidur diluar dan ga ada jatah makan sampai besok sore’’ Kata bibinya sambil mengarahkan jari telunjuk ke jidatnya Layla.
‘’Tapi bi, Layla laper belum makan dari semalem’’ jawab Layla mengeluh.
‘’Aku ga peduli, belum makan, mau sakit, aku ga peduli sama kamu. Kalo bukan karena paman kamu, aku ga sudi melihara kamu dirumah ini’’ Ucap bi Murni dengan raut wajah emosi.
Balmon sang paman yang baru pulang kerja langsung menuju ruang belakang karena mendengar suara ribut-ribut yang terdengar sampai depan rumah.
‘’Ada apa ini? Sore-sore ribut ga jelas. Kedengeran sama tetangga ga enak bu’’ Kata Balmon kepada istrinya.
‘’Ini lho pah Layla ngerusak bajuku, ini baju mau aku pake sore ini’’ Kata Marsa mengadu kepada ayahnya.
‘’Baju aja di permasalahkan, besok beli lagi aja. Kamu kan punya uang buat beli’’ Jawab Balmon kepada sang anak.
‘’Kamu gimana sih pah, malah belain anak ini dari pada anak sendiri. Ini baju mahal’’ Ucap sang istri.
‘’Udah ga usah diperpanjang. Nih uang buat beli baju baru’’ Balmon menyerahkan beberapa lembar uang kepada sang anak berharap tidak memperpanjang masalah itu.
‘’Maafin anak dan istri paman ya’’ Balmon mengelus pundak ponakannya dan pergi menyusul anak dan istrinya.
Masalah belum selesai, karena Layla malam ini benar-benar tidur di teras hanya beralaskan tikar dan satu bantal. Malam semakin larut, perut yang keroncongan membuat Layla tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia meringkuk dengan memeluk kedua kakinya.
Keesokan harinya Layla berangkat sekolah tanpa sarapan, ia naik angkot seperti biasa, saat tiba di sekolahan Layla bertemu dengan sahabatnya Miya.
‘’Hai La, lho kok muka kamu pucet banget si? Kamu sakit?’’ Tanya Miya sahabat dekat Layla.
‘’Aku ga papa kok, Cuma kecapean aja’’ Jawab Layla sambil tersenyum.
‘’Ga mungkin, muka kamu tak bisa berbohong La, apa kamu ga makan lagi?’’ Tanya Miya yang merasa kasihan kepada sahabatnya itu.
Layla hanya tersenyum dan berjalan dengan langkah gontai. Miya adalah satu-satunya teman disekolah yang mau bersahabat dengan Layla, hanya Miya yang mau berteman tanpa memandang setatus sosial, padahal Miya anak dari keluarga yang cukup berada di kota itu.
Miya sering menawarkan bantuan agar Layla mau tinggal di rumahnya tapi Layla selalu menolak dengan alasan ga mau merepotkan orang lain. Miya yang selalu menjadi sahabat sejati Layla di sekolah dari bullian teman-teman yang ga suka dengan Layla.
*BERSAMBUNG*
Sampai di depan kelas, Layla merasa sangat lemas dan pandangannya menjadi buram kemudian ia jatuh pingsan. Untung saja Miya langsung tanggap dan membawa Layla ke ruang UKS dan langsung diobati.
‘’Alhamdulillah kamu udah sadar La, aku tuh khawatir banget tau sama kamu. Sebenernya sakit apa sih? Kamu abis disuruh ngapain lagi sama bibi kamu yang super jahat itu??’’ Tanya Miya dengan pertanyaan yang beruntun.
‘’Tanya satu-satu napa Ya, kamu udah kaya wartawan tau ga sih banyak pertanyaan’’ sahut Layla sambil menatap sahabatnya itu dan tertawa kecil.
‘’Ish kamu tuh yaa, aku tanya serius malah kamu ketawa’’ Kata Miya cemberut.
‘’Iya iya maaf, kamu tau kan gimana bibi dan sepupuku, huhhh..’’ Layla berkata sambil menghela nafas.
‘’Kamu tuh dari dulu udah aku suruh tinggal dirumahku, lagian orang tuaku juga ngijinin dan setuju kalau kamu tinggal dirumah biar aku ada temen kalau mereka sedang keluar kota, tapi kamu nolak terus’’ kata Miya panjang lebar.
‘’Maaf, aku tidak mau jadi beban dirumah kamu, aku gak mau ngerepotin keluarga kamu. Keluarga mu sudah sangat baik kepadaku selama ini, aku ga mau tambah nyusahin kamu dan orang tuamu’’ Sahut Layla yang tak enak hati.
‘’Ya ampun La, kamu tuh ya selalu alesannya gitu. Aku tuh sudah menganggap kamu kaya saudaraku sendiri tau’’ jawab Miya dengan raut wajah cemberut. ‘’Udahlah kamu makan dulu nih, tadi aku beliin makanan, aku tau kamu belum sarapan makanya kamu bisa sampe pingsan kaya gini’’ lanjut Miya sambil menyodorkan makanan.
‘’Makasih ya Miy, kamu selalu baik kepadaku selama ini, padahal aku orang miskin dan yatim piatu tapi kamu masih mau menjadi temanku’’ Ucap Layla dan menerima makanan tersebut.
‘’Dalam kamus hidupku ga ada kata miskin atau kaya, kalau orang itu baik hatinya apapun status sosialnya aku akan tetap berteman sama dia, udah makan dulu ya’’ Kata Miya dan menyuruh Layla untuk segera menyantap makanan tersebut.
Layla pun segera menyantap makanan itu sampai habis, setelah makan dan dirasa cukup kuat untuk berjalan, Layla kembali ke kelas bersama Miya.
Pulang sekolah seperti biasa Layla langsung beres-beres rumah agar bisa di perbolehkan untuk makan, setelah dirasa cukup dan beres semua Layla merebahkan tubuh diatas kasur didalam kamarnya.
‘’Aku harus mencari pekerjaan supaya aku bisa punya uang sendiri’’ Gumam Layla dalam hatinya ‘’kalau aku kerja, terus pekerjaan rumah ini gimana yah? Bisa-bisa aku diusir dari sini, aku mau tinggal dimana dong’’ gumamnya lagi sambil rebahan diatas kasur.
Karena lelah tak terasa Layla terlelap tidur dalam kondisi belum mandi. Jam sepuluh malam ia bangun dan hendak mengambil air minum di dapur, Layla mendengar percakapan bibi dan pamannya diruang keluarga.
‘’Kapan sih kamu suruh pergi Layla dari rumah ini mas’’ Kata bibi Murni kepada suaminya.
‘’Kan aku sudah bilang, tunggu sampai Layla lulus SMA dulu baru aku bisa ngelepas dia diluar, sabar dong mah’’ Jawab sang paman yang bernama Balmon.
‘’Tapi aku sudah ga tahan sama keberadaan dia, aku muak lihat mukanya tiap hari mas’’ Ucap sang bibi dengan muka sebelnya.
‘’Kenapa sih kamu ga bisa menyayangikeponakanku? Yang salah kan orang tuanya dan Layla ga tau apa-apa’’ Balas paman Balmon sambil menggelengkan kepalanya.
‘’Aku tetap gak suka mas walaupun yang salah orang tuanya’’ Sahut bibi Murni.
‘’Sudahlah terserah kamu, aku capek mau istirahat’’ jawab sang paman.
‘’Pokoknya kalau dia ga sampai keluar dari rumah ini pas lulusan nanti, aku bakal usir dia dengan paksa tanpa persetujuan darimu mas’’ Ucap bibi Murni dengan nada ancaman.
Paman Balmon hanya menghela nafas mendengar ucapan istrinya yang keras kepala.
Sedangkan Layla yang mendengar percakapan mereka berlari masuk kedalam kamarnya dan menangis sesenggukan. Layla ga tau ada masalah apa di masa lalu dengan orang tuanya.
Dalam hati Layla bertekad mulai besok ia akan mencari pekerjaan karena beberapa bulan lagi ia juga akan ujian dan pasti setelah lulus ia akan diusir dari rumah itu.
Keesokan harinya Layla bangun lebih awal supaya bisa mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu. Setelah pulang sekolah Layla mencari pekerjaan di berbagai tempat, sampai akhirnya ia di terima disalah satu cafe sebagai pelayan magang bukan karyawan tetap.
Esok harinya sepulang sekolah Layla langsung menuju ke cafe dan mulai bekerja, saat sedang melayani pengunjung datanglah teman sekolahnya bersama gengnya. Mereka masuk kedalam cafe dengan bercanda gurau, namun ketika melihat Layla mereka berjalan menghampirinya dengan gaya angkuh.
‘’Ternyata sekarang si miskin kerja disini rupanya’’ Kata Silvana dengan tatapan yang sinis.
‘’Ga cocok sih jadi pelayan kaya gini, cocoknya jadi pengulung, hahaha...’’ Celetuk Hanabi di sambung dengan gelak tawa dan teman-temanya juga ikut tertawa.
‘’Maaf mau pesan apa?’’ Tanya Layla propesional dan tidak mempedulikan cemohan mereka.
‘’Okey, gue pesen cappocino latte, potato weges, sama strawberry, o ya, dessertnya jangan kemanisan, ingat jangan kemanisan’’ Kata Silvana sambil berkacak pinggang.
‘’Gue Iced Matcha boba latte sama cinnamon roll’’ lanjut Hanabi dan yang lainnya.
‘’Baik, tunggu sebentar’’ Layla pergi meninggalkan mereka bertiga.
Beberapa saat kemudian Layla datang sambil membawa pesanan mereka, Silvana menjulurkan satu kakinya menghadang Layla hingga tersandung membuat minuman yang dibawanya jatuh dan tumpah tepat dibajunya Hanabi hingga basah terkena minuman itu.
‘’Astaga baju gue. Heh kamu bisa kerja gak sih? Baju gue jadi kotor gini’’ Hanabi memarahi Layla.
‘’Bilang aja lu mau bales dendam karena kita menghina lu, iya kan?’’ Ucap Melisa sambil menuding kearah Layla.
‘’Aku gak sengaja, a aku tersandung kakinya Silvana’’ Sahut Layla membela diri.
‘’Apa-apaan, lu nuduh gue? Lu aja yang jalan ga lihat-lihat’’ Silvana berkata mengelak.
Semua pengunjung memperhatikan kejadian itu sambil bisik-bisik, datanglah pria paruh baya dan menghampiri mereka.
‘’Maaf ada apa ini?’’ Tanya pria tersebut yang tak lain adalah manager cafe itu.
*BERSAMBUNG*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!