🌼 HAPPY READING 🌼
Aleta Quenby Elvina, gadis cantik yang memiliki mata coklat, hidung mancung, kulit putih dan rambut berwarna coklat tua yang membuat orang bertanya keturunan bule ya?
Siang hari yang sangat panas Vina menunggu jemputanya. Hari ini adalah hari kepulangannya kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Sydney selama 3 tahun.
perjalanan bandara ke rumah memakan waktu sekitar empat puluh menit. Gadis 23 tahun telah sampai di rumah mewah milik orangtuanya. Senyuman manis Terbit dari bibir mungilnya. Ia sangat bahagia bisa pulang dengan gelar kedokteran mungkin bisa membanggakan orangtuanya.
' semoga mereka bangga dengan apa yang aku raih, Amin '
Satu langkah pertama ia teras rumah di sambut, tapi memang ia sedang di teras. Bi Mirna, yang telah bekerja lama di rumah ini sebelum ia lahir.
" Bi, aku sangat merindukanmu. Apa kabar? " Ucap Vina memeluk bi Mirna
" Baik non, bibi juga merindukan mu. Non Vina makin besar ya.." ucap bi Mirna melihat Vina dari atas ke bawah. Sungguh kagum dengan Putri majikannya cantik seperti ini.
" Tuan dan nyonya sedang makan siang " tambahnya.
Vina masuk rumah langsung menuju meja makan untuk langsung bertemu dengan orang tua yang sangat ia sayangi, tapi ketika ia masuk di sambut dengan pemandangan yang sangat membuat iri.
" Permisi tuan nyonya makin tua aja " ucap Vina melancarkan aksinya untuk mengejek mama dan papanya itu. Ia memang anak yang suka menjahili dan suka membuat orang lain tertawa dengan tingkahnya, akan tetapi ketika di luar rumah atau orang yang baru ia kenal akan bersifat dingin dan cuek.
Seketika Gavin Elvano dan Tasya membalikkan wajah mencari sumber suara tersebut. " VINA " teriak Tasya melihat anak perempuan yang ia rindukan selama 3 tahun terakhir ini.
" Ya, ma " jawab Vina berlari ke arah Tasya dan begitu juga dengan Tasya yang berlari ke Vina.
" Mama sangat merindukan mu, sayang. " Ucap Tasya sambil memeluk anak yang sudah bertambah besar.
" Aku juga sangat merindukan mama " ucap Vina mengeratkan pelukannya pada ibu yang telah melahirkannya di dunia ini dengan mempertaruhkan nyawa.
" Kenapa kau kurus sekali, Vina? " Tanya Tasya.
" Aku tidak kurus, ma. Cuman langsing " jawab Vina
" Iya, sayang anak perempuan kita sangat kurus " ucap Vano dari meja makan.
" Vina tidak kurus, pa. Berat badan Vina masih sama dari dulu sampai sekarang " ucap Vina tidak terima di bilang kurus.
" Sudah cukup " Tasya menengahi pertengkaran hampir saja terjadi antara papa dan anak.
" Oh iya, Vina. Kamu sudah makan?" tanya Tasya
" Sudah di bandara tapi-- "
" Tapi kenapa " sahut Vano dari meja makan.
" Tapi, Vina lapar lagi" jawab Vina dengan menahan tawa.
"kamu ini orang tanya serius malah bercanda" ucap Tasya tidak habis pikir dengan isi kepala Vina yang suka sekali menjahili orang tuanya sendiri.
" Ayo, Vina. Cepat kamu makan terus istirahat. Pasti kamu sangat capek " ucap Tasya.
Mereka makan tidak ada lagi yang saling menganggu hanya ada bunyi sendok dan piring. semua pelayan melihat dari tadi keluarga Majika saling menganggu dan saling menjahili hanya bisa senyum bahagia melihat keharmonisan rumah tangga majikannya.
Setelah makan Vina berpamitan dengan orangtuanya untuk ke kamar duluan. Vina sudah berada di kamar miliknya yang bernuansa modern memiliki warna putih dan juga abu abu Vina, sebenarnya menyukai warna hitam, tapi menurutnya warna hitam untuk kamar kurang bagus jadi Vina warna abu abu. Sudah puas melihat seluruh sudut kamarnya ia berjalan lagi ke arah kamar mandi.
Satu Minggu kemudian.
Satu Minggu Vina mengunakan untuk beristirahat dan menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya, yaitu Tasya dan Vano.
Pagi ini Vina bangun seperti biasa jam 05.00 pagi. Langsung menuju dapur tempat yang terisi dengan kompor, kulkas dan lain-lain.
"Pagi non " sapa bibi Mirna melihat Vina berjalan ke dapur hanya memakai piyama tidurnya.
" Pagi,bi. Sarapan apa kita hari ini? " Tanya Vina.
" Non, maunya sarapan apa pagi ini? " Bi Mirna bertanya kembeli ke Vina.
" Nasi goreng aja, bi. " Jawab Vina.
Setelah membantu bi Mirna membuat masih goreng akhirnya selesai juga. Vina kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap.
Vina turun ke kembali ke meja makan yang terletak di lantai dasar. Vano dan Tasya sudah berada di meja makan, tapi belum menyantap makanan yang sudah di sediakan. Memang peraturan yang Vano dan Tasya tegaskan harus di di laksanakan salah satunya menuggu semua para anggota keluarga, setelah semua sudah ada di meja makan baru mereka bisa menyantap makanan yang di sediakan.
" Hai, ma makin cantik aja sih! " Puji Vina pada Tasya.
" Hanya ada mama disini ya?.." ucap Elvano cemberut karena tidak ada memperhatikan pagi ini mulai dari istrinya sekarang anaknya.
" Selamat pagi, papa ku sayang " sapa Vina karena merasa di singgung oleh Elvano, tapi Elvano terlanjur kesal hingga tidak membalas sapaan anak perempuan.
" Ma, papa kenapa? " tanya Vina.
" Tadi pagi papa kamu malas bangun, jadi mama tinggal mau buat sarapan. Ehh-- taunya sudah jadi sarapannya. kamu yang buat ya?" Ucap Tasya.
"Iya, ma. Bagaimana mana? Ada kurang garam atau apa gitu " Tanya Vina
" Ini rasanya sudah pas, enak! kamu selama kuliah masak sendiri?" Tanya Tasya yang penasaran karena apa saja yang dilakukan putrinya itu selama kuliah karena selama Vina di Australia ia jarang berkomunikasi dengan Tasya.
Dan sisi lain Vano merasa tambah di cuekin jadi langsung membuka suara " papa masih di cuekin juga".
Vina berdiri langsung kearah Vano dan memeluk. " Pa, jangan marah dong. Maafkan anak perempuan mu yang cantik ini, papa " bujuk Vina.
" Sayang, maaf ya-- aku tidak bermaksud cuek kepada mu, mas " tambah Tasya sambil beranjak dari duduknya menuju Vano dan Vani langsung memeluk kedua orang yang ia sayang. Vano merasa senang karena di peluk oleh dua bidadarinya.
'makasih tuhan kau telah memberikanku bidadari yang cantik bukan hanya cantik didalam tapi juga diluar terimakasih.. terimakasih banyak' batin Vano.
Vano beralih kearah putrinya dibagian kanan dan berdiri memeluk anak yang telah pulang dari studynya selama tiga tahun " papa sangat menyayangi sayang maaf selama ini sering mengerjain mu " ucap Vano dengan senyum bahagia melihat anak perempuan yang masih mengunakan baju putih abu-abu, sekarang sudah beranjak besar. Mengecup kening Vina dengan lembut.
" Aku sangat menyayangi sayang " ucap
Vano mengecup kening dan kedua pipi istrinya
"aku sangat mencintaimu sayang ku" setelah itu Vano memajukan ingin mencium bibir istri Vano semakin maju dan sedikit dan.
"Aaaaahhhkkk" teriak Vina masa pagi pagi ia harus melihat adegan dewasa
" Ma..pa, ngapain sih? pagi pagi udah mesum aja " ucap Vina sudah kembali ke tempatnya semula.
" Maaf sayang " ucap Vano sambil mengacak rambut anaknya yang sedang makan, sedangkan Tasya merasa sangat malu hingga membuat mukanya berwarna merah.
" Vina, pamit kerja dulu ma, pa. " Pamit Vina.
" Kamu pakai apa? ke rumah sakit kan? " tanya Vano
" Vina pakai mobil Vina dan pergi ke rumah sakit tempat Vina berkerja " jawab vina
Rumah Sakit
Hari ini Vina ke rumah sakit yang milik keluarganya, tapi bisa di bilang milik dia karena ia meminjam uang ke Vano untuk membuat rumah sakit ini. Entah kapan ia akan mengembilkan uang yang di pake untuk membuat rumah sakit besar seperti ini.
🌼 HAPPY READING 🌼
FLASH BACK ON
Vina merasa bosan terus-terusan berada di rumah. Mau jalan-jalan juga sama siapa? Jalan belanja? Tidak menyenangkan bagi Vina dan hari ini Tasya sedang kumpul bersama teman-teman arisannya. Jadi daripada ikut para ibu-ibu arisan Vina lebih memilih ikut papanya ke kantor Vano yang di rintisnya sendiri dari nol. Vano mengajarkan Vina beberapa pekerjaan perusahaan yang dianggapnya mudah untuk putrinya paham.
“ Papa “ panggil Vina ingin menyampaikan sesuatu, tapi terasa sangat berat untuk di sampaikan.
“ Ya, sayang. Kamu bosan mau makan? Atau mau pulang? ” Vano hanya menyahut tanpa melihat Ke arah putrinya.
Tok..tok
“ Permisi, pak. Saya mau memberikan dokumen yang harus di tandatangani “ ucap Alex seorang sekretaris sekaligus sahabat Vano.
Mereka berdua berbicara tentang pekerjaan mereka. Tentu Vina tidak ingin mengganggu pembicaraan serius di antara pria dewasa yang sangat penting. Vina kembali duduk di sofa yang ada di ruangan Vano ini. Sudah cukup lama Vina menunggu.
“ Pa bisa Vina minta sesuatu ” ucap Vina sambil berjalan ke meja kerja vano.
“ mau minta apa sayang ” jawab Vano melihat putrinya sudah berada di depannya.
“ Apa papa bisa mewujudkan permintaan Vina ? “ tanya Vina.
“ permintaan apa? Kamu mau apa? Bilang saja, mungkin papa bisa membantu mewujudkan permintaan Vina ” jawab Vano.
“ Bisakah papa membangunkan Vina sebuah rumah sakit “ ucap Vina.
“ sebuah rumah sakit!? ” Vano mengulang ucapan Vina.
“Iya pa... Vina ingin membuat rumah sakit tapi uang Vina tidak cukup. Jadi Vina minta tolong sama papa “ ucap Vina.
“Bangun rumah sakit buat apa? “ tanya Alex yang sedari tadi menyimak obrolan di antara papa dan anak perempuannya.
“Em... “
“ Vina mau buat rumah sakit yang lengkap agar ketika orang baru berobat tidak harus keluar negeri “ ucap Vina.
“Dan Vina kemarin tes seleksi beasiswa ke Australia.. dan diterima, papa “ tambah Vina.
“ wah luar biasa kamu, sayang “ puji Vano langsung memeluk putrinya dengan erat rasa bangga ia tuangkan dalam pelukan.
“ hebat banget kamu Vina. Om bangga sama kamu. Memang kepintaran Tasya menurun kepada kamu “ ucap Alex mendapatkan tatapan tajam dari Vano.
“ Vina itu anak aku dan Tasya. Pasti kepintarannya juga dari aku “ ucap Vano.
“Jadi bagaimana tentang membangun rumah sakit? ” Tanya Vina menatap mata Vano.
“Nanti Vani ganti uang papa kok, kalo sudah memiliki penghasilan sendiri” tambah Vani langsung menepuk jidatnya.
“ Vina kenapa kamu bilang seperti itu. Masih baik kamu bisa menggantinya, kalo tidak? Bagaimana? “ lirih Vina dan terdengar oleh Vano dan Alex yang hanya menahan tawa.
“Papa akan bantu kamu sebisa yang papa mampu. Kamu tidak perlu mengembalikan uang papa. Itu tidak perlu sayang.. “ Vano menarik Vina kembali ke dalam pelukannya ingin sekali melarang putrinya untuk tidak pergi, tapi ia sebagai orang tua juga tidak boleh egois.
“Gapai mimpimu setinggi langit. Banggakan kami yang menunggu kedatangan kamu kembali, sayang “ hanya itu yang mampu Vano keluarkan dari bibirnya.
Mentari berwarna kuning dan langit berwarna oranye. Sangat indah dilihat dengan mata. Mobil putih memasuki kediaman rumah Vano dan Tasya. Vina keluar lebih dulu sebelum Vano. Vina berjalan menghampiri Tasya yang sedang sibuk menyiram tanaman. Dan juga melihat bunga yang baru saja ia tanam.
“Ma.. pa Vina masuk duluan “ pamit Vina untuk membersihkan tubuh yang terasa lengket.
“iya sayang” jawab kompak Vano dan Tasya karena kompak mereka saling menatap dan tertawa bersama.
Makan malam pun Vina bersama keluarga sedang duduk di meja makan untuk menyantap makanan yang ada tertata rapi di atas meja makan. Hanya bunyi sendok yang sedang beradu suara dengan piring.
Usai makan seperti biasa mereka akan untuk di ruang nonton dan mengobrol. Vina yang daripada sibuk mengatur kalimat yang akan ia keluarkan dari bibirnya.
“Ma” panggil Vina.
“ Ya sayang! Kenapa? “ Tasya yang masih fokus dengan sinetron yang sedang ditontonnya.
Vina menceritakan mulai dari ia tes hingga diterima. Tasya pun mendengarkan dengan baik setiap kata demi kata yang keluar dari bibir merah alami milik Vina. Perkataan yang keluar adalah keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di negara lain yang jauh dari keluarganya.
“APA KAMU MAU KE AUSTRALIA” teriak Tasya
“kenapa jauh sekali sayang” ucap Tasya lagi dengan nada yang sangat lembut.
Sedangkan di samping Vano yang asyik memakan camilan pun kaget dengan teriakan istrinya itu ia segera mengambil minum yang berada di meja dan meneguk hingga kandas setelah itu mengelus dada sambil menetralkan jantung yang berdetak kencang.
“ sayang kenapa diam saja sih” ucap Tasya membuat Vano menatap dengan tatapan bingung.
“ Sayang.. kita sebagai orang tua harus membantu anak kita untuk melanjutkan pendidikannya. Mungkin dengan begini ia bisa mencapai tujuannya untuk mencapai cita-citanya. “
“ untuk kamu Vina, mama dan papa mengizinkan kamu untuk melanjutkan pendidikan ke Australia. Buatlah kami bangga dengan prestasi belajar “
~~
Pagi menjelang siang hari Vina berpamitan dengan kedua orang tuanya
“Kamu jaga diri ya nak, ingat jaga” belum selesai dengan ucapan sudah dipotong oleh Vina
“jaga diri, jaga kesehatan, jaga dompet” sambil terkekeh dengan ucapan yang baru saja ia lontarkan sendiri.
FLASH BACK OFF
Vina telah selesai dengan hari pertama ia menjadi seorang dokter ia membuka jas putih yang biasa dipakai oleh para dokter umumnya dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal keluar melewati berbagai koridor-koridor rumah sakit untuk menuju pintu utama hendak jalan sambil merapikan rambut ia tidak sengaja menabrak, Vina merasa seperti menabrak sebuah dinding karena merasa sangat keras mengenai keningnya.
“Maaf..maaf saya tidak sengaja” ucap Vina merasa bersalah.
“Hm” ternyata yang menabrak Vina seorang pria yang sedang berjalan dengan memperhatikan ponsel tanpa melihat jalan. Vina merasa kesal bukannya dia yang harus meminta maaf, sudah minta maaf juga hanya membalas dengan dehem.
“ Pria aneh “ gumam Vina melanjutkan langkah yang sempat terhentikan tadi.
~
Vina masuk ke rumah dengan mobil harus melewati taman yang memang di rawat dan di jaga langsung oleh Vina dan Tasya yang sama-sama menyukai bunga. Vina memarkir mobilnya tepat di samping mobil Vano. Mobil Vano sudah ada di rumah berarti pemiliknya juga berada di rumah mewah ini.
Tok..tok
Langkah Vina terhenti ketika melihat beberapa wajah yang menurutnya tidak asing. Otak seperti ikut juga berhenti melakukan tugasnya untuk berpikir siapa orang yang berada disamping mama-nya ini.
“Sini sayang masuk!” ajak Tasya yang melihat anak hanya diam di depan pintu tanpa ada pergerakan.
“Ini siapa ma? “ tanya Vina sudah duduk di samping Tasya.
“Masa kamu lupa” ucap Tasya.
“Bukan lupa tapi tidak ingat”
“Sama saja” ucap Tasya .
“ Ini Tante Selvi. Itu Naila sepupu kamu. Masa begitu saja lupa “ setelah mendapatkan jawaban Vina tersenyum kepada sepupu wanita sambil menyapa Naila dan tidak lupa Selvi adik dari Tasya Vina tidak luap untuk berjabat tangan dengan Selvi berpindah ke Naila tapi sedikit ragu menyalami tangan pria yang tidak lain suami Naila. Vina merasa badannya lengket dan lelah tentunya meminta ijin untuk ke kamar membersihkan diri.
“Ma Vina ke kamar dulu. Mau membersihkan diri “ Vina berjalan menjauh setelah Tasya mengiyakan ucapan tadi.
~~
Tidak terasa waktu terus saja berjalan. Makan malam dilewati dengan canda dan tawa. Pertemuan antara kakak-beradik yang sudah lama tidak bertemu kini bertemu. Rasanya ingin memutar waktu kembali. Selvi, Naila dan suaminya pamit pulang karena waktu sudah menunjukkan larut malam.
“Vina” panggil Naila
“Yah.. bagaimana?” Tanya Vina
“Minta no hp boleh?” Naila menyodorkan benda berbentuk pipih yang biasa di sebut dengan ponsel pintar.
“Tentu” Vina menerima ponsel mahal itu dan menekan dua belas digit angka tidak lupa untuk membuat panggilan tapi langsung di matikan.
“ Ponselku ada di kamar. Nanti aku simpan “
“ Aku pulang dulu, kak. Nanti kita ketemu lagi ya.. sehat-sehat-lah terus biar kita bisa jalan-jalan kalo aku sdah balik lagi ke sini “
“ Kalo mau datang bilang ya.. biar aku jemput di bandara “
Setelah berpamitan mereka bertiga meninggalkan kediaman rumah Vano. Vano, Tasya dan Vina masih setia melihat mobil berwarna hitam yang tidak lagi terlihat setelah mendapatkan belokan.
🌼 HAPPY READING 🌼
______
Vina yang merasa lelah dengan kerjaannya sebagai seorang dokter baru memilih mengistirahatkan tubuhnya agar fresh lagi esok hari, tapi ketika membuka pintu ia disambut dengan nada dering ponselnya sangat terdengar jelas. Vina melangkah mendekati ponsel yang terletak di atas nakas. Vina mengangkat panggilan buang ternyata dari rumah sakit yang menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit karena keadaan sangat genting yang sangat membutuh beberapa dokter dan juga perawat untuk mengatasi hal ini.
Tidak pakai lama Vina yang hanya mengunakan kaos dan celana kain hitam langsung berjalan ke lantai paling dasar dan melihat kedua orangtuanya sedang duduk saling menonton sinetron kesukaan Tasya
" Ma, Pa, Vina ke rumah sakit dulu ya, "pamit Vina sambil buru buru menuju pintu.
" Kenapa balik lagi, sayang?" tanya Tasya
" Ada urusan penting"" jawab Vina sambil menutup pintu.
Rumah sakit
" Sebentar lagi dokter Elvina datang ke sini dok," ucap perawat kepada dokter Haikal.
" Oke siapkan ruang operasi. saya akan mendampingi dokter baru itu, " ucap dokter Haikal.
"Baik dok saya permisi dulu," pamit perawat.
***
Setelah beberapa menit lalu Vina langsung saja Menganti pakaian hijau yang selalu digunakan para perawat dan juga dokter gunaka. Tapi sebelum masuk ke dalam ruang operasi Vina membersihkan terlebih dulu bagian siku hingga jari-jarinya. Tidak lama Haikal datang dan juga melakukan Yang sama dengan Vina.
" Dokter Elvina kamu yang memimpin operasi ini, " ucap Haikal.
" Maksud dok? " Alis Vina saling bertautan garis yang berada di keningnya pun terlihat jelas. Vina sama sekali tidak mengerti dengan maksud Haikal.
"Saya tidak akan mengulangi ucapan saya" ucap Haikal dingin tanpa melihat ke arah Vina langsung saja masuk kedalam ruang Opera.
Semua telah bersiap diposisi masing-masing yang sedang Vina operasikan anak kecil berusia enam tahun mengalami pendarahan akibat tidak memakai sabuk pengaman dan tidak juga menggunakan kursi untuk anak hingga mengalami benturan yang cukup keras dibagian dada syukur kepalanya tidak mengalami benturan, operasi yang dipimpin oleh Vina dimulai.
" Pisau bedah, " ucap Vina operasi berjalan baik mulai dari detak jantung dan denyut nadi normal, ketika Vina menyuruh Haikal mengambil penjepit untuk menjepit pusat pendarahan Haikal malah mengambil pisau bedah hingga membuat perdarahan semakin banyak Vina berusaha menghentikan pendarahan Karena darah yang keluar begitu banyak hingga tidak dapat melihat titik pendarahan
" Penghisap, " perintah Vina pada Haikal yang harus cekatan dalam mengambil alat-alat tapi apa boleh buat Haikal salah mengambil alat yang salah membuat Vina menatapnya dengan tatapan tajam.
Perawat yang berada di dekat situ langsung memberi alat yang benar operasi untuk menghentikan pendarahan telah selesai tinggal menjahit kembali Vina menggunakan benang yang sangat halus di bagian dalam tidak begitu kelihatan dan disinilah keahlian vina, Vina dengan teknik yang diajarkan oleh dokter dirumah sakit terpencil dengan kelincahan tangan Vina sehingga Haikal sedikit terpukau.
" Gunting " Haikal tidak dapat melihat benang halus itu karena sangat-sangat halus.
Gunting pertama baik guntingan kedua baik dengan kelincahan tangan Vina hingga membuat Haikal bingung bagaimana orang bisa melaksanakan operasi dengan waktu singkat, gunting kelima Haikal terlalu dalam hingga membuat benang yang sudah terikat terbuka lagi.
Vina meminta benang baru dan menjahit kembali, gunting diambil ahli perawat yang dari tadi melihat pemimpin rumah sakit ini telah membuat kesalahan secara berulang-ulang kali.
***
" Dokter Haikal, " panggil Vina dengan maksud yang baik.
" Ada apa, " bentak Haikal entah mengapa ia membentak keras Vina yang baru memanggilnya dengan baik.
" Tidak jadi, " ucap Vina ketus. Vina sangat tidak suka jika ia dibentang atau lawan bicaranya itu memakai nada suara yang terdengar sangat kasar seperti Haikal.
Vina berjalan dan melihat perawat yang dari tadi membantunya menyelesaikan kesalahan yang dibuat Haikal.
" Kak Nia, kan?" Sapa Vina.
"Iya dok," jawab Nia.
" Kamu bisa memanggilku Vina saja, " ucap Vina.
" Iya Vina, " ucap Nia.
" Kan gini enak, sudah berapa lama kakak kerja disini? " tanya Vina.
"Emm.. baru saja dua setengah tahun, " jawab Nia.
"Ohhh.." hanya itu yang keluar dari mulut Vina.
Hening...
" Vina " panggil Nia yang melihat vina yang sedang melamun.
" Ya, kak? " ucap Vina kaget.
" Panggil Nia saja, " ucap Nia.
" Kamu dipanggil sama dokter Haikal, " lanjut Nia baru saja menerima telepon dari Haikal.
" Mana? " Tanya Vina melihat kearah dan juga belakang terlihat sepi.
" Diruangannya, " jawab Nia.
" Tapi aku tidak tahu ruangannya dimana? " ucap Vina.
" Ruang dokter Haikal tepat disamping ruangan kamu Vina, masa kamu tidak tau sih?" Ucap Nia.
" Ya..emang tidak tahu. ya sudah aku ke ruang dokter Haikal dulu ya," ucap Vina
Vina berjalan menuju ruangan Haikal dengan keadaan rumah sakit yang sepi, Vina melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya.
' Pantasan sepi sudah setengah dua belas malam toh,' batinnya.
Tok..tok
" Permisi dok. ini saya dokter Elvina, " ucap Vina.
" Masuk " sahut Haikal dari dalam ruangannya.
" Ada perlu apa dokter memangil saya kesini? " Tanya Vina berdiri tepat di meja Haikal yang sedang sibuk dengan ponselnya.
" Ini anak dingin sekali jadi cewek, " batin Haikal.
" Kamu dokter baru kan?" Tanya Haikal.
" Iya, " jawab Vina dengan dingin.
Vina merasa sudah tidak ada lagi yang mau di bahas oleh Haikal. Ia juga tidak suka berdiri seperti patung dan terus diperhatikan oleh Haikal.
" Jika tidak ada yang mau dibahas. Saya permisi mau kembali ke ruang saya, " Vina membuka suara dan juga merasa kram mulai menyerang kakinya.
" Dokter Elvina, bisakah saya meminta nomor teleponmu? " Tanya Haikal.
" Tidak " jawab singkat padat dan jelas membuka pintu keluar dari ruangan Haikal menuju ke ICU untuk melihat kondisi anak yang tadi ia operasi.
Vina melihat anak yang sedang terbaring lemah baru saja Vina mendapatkan kabar kalo kedua orang tua anak itu ikut serta dalam kecelakaan itu dan dalam perjalanan kedua orang tua ini harus kembali menghadap sang pencipta, sungguh Vani yang berada di ruang itu sendiri pun menangis karena melihat anak yang masih kecil tapi sudah harus tinggal oleh kedua orang tua. Dalam batin bertanya 'apakah aku bisa menghadapi hidup ini tanpa orang tua? itu pasti susah sekali..tenang saja Kakak akan selalu menjaga mu' sambil mengelus kepala anak itu
Di sisi lain Haikal menundukkan kepalanya meramas kuat rambutnya merasa bodoh bisa-bisanya ia memanggil orang tanpa ada sesuatu yang jelas.
***
Jam tujuh pagi, Vina semalam tidak pulang karena sudah sangat larut Vita takut kalo dia akan menggangu tidur penghuni rumah pada akhirnya ia mengirim pesan ke mamanya 'ma vina kayaknya pulang larut, mama jangan menunggu Vina ya..tidur yang nyenyak ya..ma selamat tidur' isi pesannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!