Yumna berdiri dari duduknya saat melihat anisa teman sebangku dan juga sahabat masa kecilnya datang tiba tiba dengan air mata yang berlinang membasahi pipi.
"Eh lo kenapa nis?"
"Yumna,gue di putusin Sagib yum." Ucap Anisa dengan memeluk yumna begitu erat.
Yumna yang mendengar tersenyum puas, "loh ngapain nangis sih, lo itu harusnya bersyukur diputusin Sagib, ini tu waktu yang gue tunggu tunggu dari pertama lo berdua pacaran." Yumna melerai acara pelukan dan bersedekap dada lalu kembali duduk di kursi.
Anisa mengelap ingusnya yang keluar dengan punggung tangan, "kok lo jahat sih yumna, temen lo lagi galau malah bahagia." Anisa kesal. Bukannya ikut merasakan sedih karena kisah percintaan sahabatnya kandas setelah dua bulan lamanya, ini malah terlihat bahagia. Memang definisi bahagia di atas penderitaan orang lain.
"Lah terus gue harus apa? Ikut lo nangis kejer! Hello baby Anisa yang paling gemoy. Sagib itu nggak baik buat cewek kaya lo." Yumna mencubit pipi kiri Anisa dengan gemas.
Sagib adalah laki-laki matre yang memacari cewek cewek tolol yang bisa di porotin duitnya. Contohnya anisa temannya belum juga satu tahun sudah meminta ponsel boba milik sahabatnya dan dengan tololnya gadis itu berikan dengan dalih saling mencintai harus saling berbagi.
"Yumna....ihhhh" anisa kesal melihat respon Yumna dengan kesal melempar buku novel miliknya ke pojok kelas. Hal yang mengundang beberapa pasang mata yang kebetulan berada di dalam kelas.
"Heh. Anisa ngapain ngamuk sih kurang kerjaan lo? Kalau iya ke kuburan aja ngitungin batu nisan." Yumna dengan kesal mengambil novel yang baru saja di lempar Anisa.
"Lo harus jadi sahabat yang berguna bagi gue yum, lo harus bantu gue buat balas dendam sana sagib." Ucap Anisa dengan bersungguh-sungguh.
Yumna menoleh dengan cepat, apa-apa ini? Apakah telinga nya salah menangkap suara.
"Lo harus bantu balas rasa sakit hati gue yum, lo bantu gue balas dendam."
Yumna menangkup kedua pipinya dengan shock. "OMO,OMO maksud lo, balas dendam? Balas dengan cara nusuk di perut pake pisau biar langsung mati?" Yumna berkata dengan gembira. Bisa kita bayangkan membunuh orang seperti yang di film film nampaknya menyenangkan.
Anisa menghentakkan kakinya ke lantai kelas. "enggak lah yumna bukan bikin sagib meninggoy, balas dendam kali ini beda. Kita pakai cara cantulaw (cantika mantuliti awww." Anisa mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda.
Menarik tangan yumna untuk keluar kelas.
Hari rabu di bulan juni tanggal 2. Awal bulan yang menyenangkan bagi siswa maupun siswi SMA BINARTA, dikarenakan selama 3 hari semua murid bebas dari pelajaran. Ada rapat persiapan ulang tahun sekolah yang ke 17.
Anisa berjalan dengan cepat di koridor sekolah di ikuti dengan yumna yang masih berjalan di belakangnya, kedua tangan gadis itu saling bersangkutan.
Tiba di parkiran sekolah. Anisa menoleh kanan kiri memastikan situasi aman atau tidak untuk melancarkan aksi ini.
Anisa merangkul pundak yumna, mendekatkan bibirnya ke telinga sahabatnya lalu membisikan sesuatu.
Yumna mengangguk mantap.
Berjalan menuju sekumpulan motor ninja yang terparkir rapi dengan langkah yang pelan namun juga cepat. Anisa mengikuti langkah yumna di belakang.
Pisau lipat yang selalu di sakunya di keluarkan dari kantong, "yang mana motornya nis?" Tanya yumna bersiap dengan posisi jongkok.
Anisa yang mengawasi situasi lalu menoleh kebelakang sebentar. "Motor warna hitam campur silver." Jawab Anisa.
Sontak yumna menusuk berkali kali ban motor itu sampai kempes.
"Itu yang di sebelahnya, warna biru tusuk yum sampai kempes." Lanjut anisa membuat yumna melotot.
"Astaga anisa."
"WOY NGAPAIN LO DI SITU!" teriak seseorang yang berjalan kearah mereka. Ada tiga cowok yang salah satu nya adalah sagib.
Anisa berlari kencang berlawanan arah dengan tiga cowok itu. Sedangkan yumna menjatuhkan pisau lipatnya dengan wajah yang shock.
"AAAA BANGSUL KABUR!!!!!!" yumna berlari cepat tanpa menoleh. Menyusuri taman belakang dengan langkah yang sangat cepat saat mendengar langkah kaki yang juga mengikuti dirinya.
Yumna membukukan badannya mengais nafas banyak banyak, menyenderkan tubuhnya di pohon dengan lemas. Keberuntungan kali ini adalah ia pernah menang lomba berlari dan kemampuannya berguna untuk situasi seperti ini, Kepalanya melongok mengintip masih ada atau tidak yang mengejarnya.
"Ngapain?"
"Sttt .. jangan berisik nanti ketahuan." Jawab yumna tanpa menoleh.
"Emang habis ngapain?"
"Itu tadi mau ngempesin ban motor punya sagib cuma salah motor." Jawab yumna masih menelisik sekitar.
"Oh jadi lo yang kempesin ban motor gue." Ucapan itu membuat Yumna mematung, perlahan menoleh melihat siapa yang sedari tadi mengajak bicara.
Matanya berkedip beberapa kali, saat mengetahui yang berada di belakangnya adalah Yuta kakak kelasnya yang terkenal mengerikan.
itu yang ia dengar dari beberapa siswa di kelasnya, banyak yang menyebut nama Yuta dengan berbagai cerita yang menyebutkan jika lelaki itu pelopor tawuran, suka mabok mabokan, berantem sampai pernah membuat lawannya di rawat di RS dengan kondisi koma.
sangat mengerikan dan ia tidak buta untuk membaca name tag di seragam Yuta.
Yumna berdiri perlahan, begitu juga dengan Yuta.
"Em..tadi nggak sengaja kok, salah nya anisa." Ucap Yumna dengan pelan.
Satu kakinya melangkah ke samping bersiap untuk pergi.
Hitungan mundur yang ia ucapkan di hati bersiap untuk kabur diam diam.
"Eits mau kemana?" Yuta menarik kerah belakang yumna saat gadis itu berusaha kabur.
"Emm..itu."
"Itu apa hah?"bibirnya berusaha untuk tidak tersenyum saat melihat wajah panik gadis itu. Sebisa mungkin ia tahan.
"Please kak maafin gue, sebenarnya target nya itu tadi motornya sagib, cuma gue salah nusuknya motor lo, gue minta maaf tar gue yang bawa motor lo ke bengkel deh lepasin gue ya." Yumna memasang wajah imut agar permintaan nya di setujui Yuta.
Tidak bisa ia bayangkan jika masalah ini diperbesar dan berurusan dengan Yuta dan antek-anteknya. Berabe kalau itu terjadi.
Yuta mengangguk pelan, lalu memojokkan tubuh Yumna ke pohon di belakang gadis itu.
"Motor yang lo tusuk itu motor kesayangan gue, sangat gue jaga. Tapi karena mood gue lagi bagus lo gue lepasin." Ucap Yuta Dengan melangkah ke belakang satu kali.
Yumna tersenyum lebar, lalu melangkah untuk meninggalkan Yuta. Baru 3 langkah ucapan Yuta membuat Yumna shock sekaligus tak bisa berkata apa-apa.
"Sebagai gantinya lo jadi babu gue selama sebulan."
Ucap Yuta dengan santai. Lelaki itu bersedekap dada.
Yumna membalikan badannya lalu melangkah cepat ke arah Yuta, "lo gila ya!" Yumna mendorong pundak Yuta dengan telunjuknya.
"Gue jadi babu lo? Sebulan, Mimpi!" Yumna berkata ketus tangannya ikut bersedekap dada dan memasang wajah angkuh.
"Ya Udah kalau nggak mau berarti lo harus bawa motor gue ke bengkel. Dan satu hal yang perlu lo tau motor gue Ducati keluaran terbaru dan ban motor nya masih limited edition jadi kemungkinan biaya perbaikannya mahal dan satu lagi bengkel nggak sembarang bengkel." Jelas Yuta menatap santai gadis itu.
"Mahal? Seberapa mahal si paling juga satu juta lagian emak gue juga tukang bengkel."
"Heh? Lo bilang apa satu juta. Motor gue aja harganya nyampe 980 juta buat ganti spion motor rusak aja 10 juta. Dan yang lo rusak itu ban motor jadi biaya yang lo keluarin itu 25 juta."
Yumna menelan kasar ludahnya mendengar nominal nominal yang fantastis. "Emang motor lo merk apa?"tanya Yumna dengan pelan.
"Please jangan bilang Ducati Panigale. harganya aja sama harga diri gue mahalan motor itu." Berkali kali yumna merapalkan doa agar motor kakak kelasnya itu bukan Ducati Panigale yang harganya tidak main main.
"Ducati Panigale." Jawab Yuta dengan santai
Mampus!
Tubuh yumna seketika lemas. jangan tanyakan bagaimana bisa bocah SMA memakai motor Ducati dengan harga selangit jangan lupakan orang di depannya anak konglomerat.
"Yang ngotak dikit lah gantinya masa iya gue jadi babu lo sebulan." Yumna pasrah untuk saat ini bagaimana pun ia bukan anak orang kaya yang dengan gampang mengganti ban motor Yuta.
"Oke jadi 2 bulan." Ucap Yuta berbalik badan meninggalkan Yumna yang terkejut karena ucapannya.
Yumna melepas sebelah sepatunya lalu melemparnya ke arah Yuta dan ..
Tuk ..
Sangat tepat mengenai belakang kepala Yuta.
Dan setelahnya Yumna menyesal melakukan itu.
TO BE CONTINUED....
Always happy
Sepulang sekolah bukannya pulang ke rumah masing-masing kini dua gadis itu nampak asik menyusuri pusat perbelanjaan, tujuan mereka membeli ponsel untuk anisa, sebelumnya ponsel gadis itu di kasihkan pada Sagib mantan pacar anisa yang miskin dan belagu.
"Mau merk apa?" Tanya yumna sembari melihat lihat berbagai ponsel yang terpajang.
Anisa terdiam, mengetuk jari telunjuk di dagu untuk berfikir. "Yang ini menurut lo gimana?"
Yumna mengangguk menyetujui pilihan anisa.
Gadis dengan jepit rambut berbentuk paus itu berpamitan pada anisa untuk pergi ke toko aksesoris yang disebelahnya.
Shopkeeper yang bekerja di toko ponsel lantas mengambil ponsel yang dipilih anisa.
"Ini keluaran terbaru, kameranya super bagus dan buat suara sangat jernih, serta kapasitas ponsel juga muat banyak" Jelas nya membuat anisa mengangguk mantap.
"Model ini warna kuning ya mbak." Ucap Anisa ditanggapi dengan anggukan serta senyum manis.
"Nama kakaknya nya siapa biar saya tulis di surat pembelian."ucap shopkeeper itu bersiap mencatat nama customer.
Anisa mengedipkan mata dengan pelan, "kan yang beli saya kenapa nanya nama kakak saya?"
Shopkeeper itu mengerutkan keningnya bingung, "maksud saya nama kakaknya." Ucapnya sembari menunjuk Anisa.
"Nah iya,kakak saya ada dua mbak, mau yang kakak pertama atau kakak kedua."jawab Anisa.
Shopkeeper itu terdiam sejenak, "gini loh maksud saya nama mbak nya."
Anisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "nah sekarang nanya nama mbak saya, mbak saya ada 3 Yang sering beres beres rumah, yang ngerawat peliharaan saya sama yang masak. Mau yang siapa?"
"Bukan gitu loh, maksud saya nama teteh siapa?" Shopkeeper itu berusaha untuk tetap tersenyum walau dalam hati sedikit kesal, customer yang ini sangat menyebalkan.
Anisa membulatkan bibirnya sembari memajukan badannya lebih dekat dengan shopkeeper itu, "saya nggak kenal sama yang namanya teteh jadi maap ya."
Yumna yang kebetulan sudah menyimak pembicaraan anisa dan shopkeeper itu dari 3 menit yang lalu dengan gemas menoyor kepala Anisa, "maksud dia itu nanya nama lo tolol! Minimal kalau otak kecil dipake, udah otaknya kecil buat pajangan doang ya gitu."
Usai memarahi Anisa yumna meminta maaf pada shopkeeper itu lalu menyebutkan nama anisa dan pertanyaan lainnya.
Usai membayar harga ponsel yumna dengan cepat menarik pergelangan tangan Anisa untuk keluar dari toko ponsel.
"Yumna ih jangan tarik kenceng kenceng sakit ih." Yumna melepas cekalan tangan dan menoleh kearah pergelangan tangan sahabatnya takut takut ia menarik dengan kencang dan berakhir menimbulkan ruam merah di tangan anisa.
"Maaf ya nis gue...."ucapan yumna terpotong saat Anisa menarik tangannya menuju ke penjual boba.
"Boba nya 2 ya mas, botol jumbo." Ucap Anisa menunjuk pada bodol boba yang berukuran kurang lebih 500ml.
Yumna bersedekap dada dan menggelengkan kepalanya dengan Pelan, matanya tertuju pada Anisa yang sangat antusias saat boba pesanan gadis itu hampir selesai.
"OMO, OMO, OMO YUMNA... EMMM SEKALI SEDOT LANGSUNG KEGIGIT BOBANYA." Anisa menghentakkan kakinya dengan kepala menggeleng kanan kiri pertanda apa yang masuk kedalam mulut gadis itu rasanya enak.
Yumna menerima boba miliknya, hendak mengambil dompet tapi terhalang tangan anisa.
"Mas kenal kita berdua?" Tanya anisa pada penjualan boba itu, penjual itupun menggelengkan kepalanya.
"Atau mungkin pernah liat kita berdua? Di jalan atau di sosmed kita?" Tanya anisa sekali lagi, dan kembali lagi pula penjual itu menggelengkan kepalanya.
Anisa memegang erat botol boba jumbonya dan menggandeng tangan Yumna. Yumna yang sudah paham maksud Anisa melotot kan matanya.
"Oke."Anisa menarik tangan Yumna untuk kabur secepat mungkin. Begitupun dengan Yumna yang tidak kalah cepat larinya menyusul langkah anisa.
Penjual boba itu melotot, "HEH KALIAN BELUM BAYAR!"
Sedangkan dua gadis itu tertawa puas, keduanya bergandengan tangan sembari menikmati minuman dingin itu, Yumna melirik sahabat sebentar. Percayalah sebelumnya Anisa pasti sudah membayar Boba tadi hanya saja cara ini lebih mengasyikkan.
Anisa duduk di salah satu bangku yang kosong, diikuti dengan Yumna. Keduanya menikmati pemandangan lalu lalang pejalan kaki yang mengunjungi pusat perbelanjaan, Anisa menyenderkan kepalanya di pundak yumna.
"Lo tau yum? Sebenarnya hari ini gue galau banget," kata Anisa. Menggigit sedotan boba dengan wajah sedih.
"Kenapa?"
"Kaos kaki kesayangan gue ilang satu."
Yumna langsung menoleh kearah kaki Anisa dan benar saja gadis itu memakai kaus kaki yang beda dari yang sering di pakainya. Kaus kaki yang di pakai anisa hari ini berwarna kuning, biru, merah dan ungu, sedangkan kaus kesayangan Anisa berwarna merah, ungu, kuning dan biru. Sama saja hanya yang membedakan tata letak warna.
"Gue tau lo sedih, tetep patah semangat ya jangan pernah lo semangat. Karena putus asa lebih baik dari pada putus asi." Yumna menepuk bahu Anisa dan merangkul pundak gadis itu.
"Iya yum, gue beruntung banget punya sahabat yang perhatian kaya lo. Tetep jadi besti gue ya." Anisa menatap sedu wajah Yumna, keduanya saling bertatapan.
"Gue juga sebenarnya mau jujur sama lo nis, tapi gue takut kalau lo marah." Yumna menyeka air mata yang meluruh di pipinya walau itu hanya ada di otak yumna, karena pada dasarnya itu hanya drama.
"Yang ambil kaus kaki lo itu gue,"Yumna menutup mulutnya seolah sedang menangis terisak-isak, kakinya ia naikan satu dan memperlihatkan kaus kaki milik anisa yang dua hari lalu ia curi.
Anisa menutup mata, setelah kepalanya pusing mencari kaus kaki kesayangan yang tidak ketemu temu ternyata di curi sahabat. "It's oke gue paham, karena lo miskin jadi nyuri punya gue." Kini Anisa yang menepuk prihatin pundak Yumna.
"Iya gue miskin, lo juga sama."
"Jadi kita berdua miskin! Aaaaa so sweet banget." Keduanya berkata secara bersamaan lalu saling berpelukan satu sama lain.
Anisa mengurai pelukan dan menggenggam satu tangan Yumna yang tidak memegang boba, "emang kita itu ditakdirkan untuk menjadi besti, sekarang dan selamanya,"
Yumna mengangguk, "iya, besti sepermiskinan." Kembali berpelukan lalu tertawa bersama. Serandom itu memang persahabatan keduanya tapi percayalah hal hal random seperti itulah yang akan menjadi kenangan suatu saat nanti.
"Yumnaaaaa.." panggil Anisa, menatap dua pasangan yang akan melewati keduanya. Anisa menutup mulut begitu juga dengan yumna.
"Cowoknya jelek, ceweknya cantik. Pasti motornya gede jadi nempel" ucap Yumna dan anisa berbarengan lalu keduanya kembali tertawa.
To be continued....
Yumna menutup pintu rumahnya dengan sangat hati-hati, pagi ini ia bersiap pergi ke rumah Anisa untuk berangkat sekolah bersama. Hanya saja di hari ini ia sengaja menghindari emaknya dan pergi ke rumah Anisa tanpa berpamitan.
Model rambut baru menjadi alasannya.
Kepalanya menoleh sekali lagi, memastikan agar emaknya nya belum menyadari kalau ia sudah tidak ada di kamar.
nenek lampir di rumahnya sangat mengerikan jika mengamuk.
Yumna perlahan mengeluarkan sepeda gunung dari garasi motor, membuka gerbang kayu dengan pelan.
Dikayuh nya sepeda gunung berwarna biru dan melajukan menuju rumah Anisa. Tidak memerlukan waktu lama kini Yumna sudah berada di halaman rumah Anisa karena kebetulan rumah mereka hanya berselisih 4 rumah. Berhubung sudah dari kecil mereka berteman Yumna menyelonong masuk begitu saja rumah sahabat itu seolah berada di rumahnya sendiri.
"Pagi Ibunya Anisa dan Bapaknya Anisa." Sapa Yumna dan langsung duduk di ruang makan.
Beni selaku ayah dari Anisa mendongakkan kepala untuk melihat Yumna, hanya sepersekian detik lalu kembali fokus pada korbannya tak lama mata pria paruh baya itu melotot dan kembali mendongakkan kepalanya. "Astagfirullah Yumna kenapa model rambut kamu jadi kaya gitu?"Beni berdiri dari duduknya dan langsung menyentuh rambut Yumna dengan wajah yang shock. Rambut panjang gadis itu berubah menjadi sebahu dan di warnai pink di bagian kanan sedangkan bagian kiri masih sama berwarna hitam.
Mendengar sesuatu yang cukup membuat kepo, ibunya Anisa yang sedari tadi sibuk menyiapkan makanan di dapur lantas menuju ruang makan yang tempatnya hanya terhalang tembok dari kaca transparan.
"Astagfirullah Yumna! Nggak di marahin ibu apa gimana?" ibunya anisa hendak menyentuh rambut Yumna hanya saja langsung ditepis oleh gadis itu. Liat saja tangan wanita itu kotor karena habis memecahkan telur untuk di buat telur ceplok.
"Nggak di marahin kok!" Jawab Yumna dengan santai, jari jari itu mengelus permukaan apel yang di atas meja lalu sedetik kemudian mengambil dan langsung menggigit apel merah itu.
"Kok bisa?" Tanya kedua orang dewasa itu.
"Soalnya emak belum liat.... HAHAHAHA." Tawa yumna menggelegar di seluruh ruangan. Yumna berhenti tertawa saat hanya dirinya yang tertawa.
"Oh nggak lucu ternyata."gumamnya cemberut lalu kembali menggigit apelnya untuk yang kedua kali.
"Ibunya Anisa makin hari makin gede aja badannya, makan apa buk?"
"Kenapa nanya? Mau gedein badan juga."
Yumna menggeleng lalu menelan kunyah apel yang di mulutnya, "maksudnya biar apa yang di makan ibu, nggak saya makan biar yumna hindari." Jawab Yumna dengan santai.
Ibunya anisa memasang wajah kesal,"saya tiap hari makan bocah ngeselin kaya kamu yum." Usai mengatakan itu langsung pergi ke dapur dan melanjutkan menggoreng telur ceplok.
Beni yang melihat interaksi antara istrinya dan Yumna hanya menggeleng pelan. "Yumna kalau model rambut kamu kaya gitu pasti di marahin sama guru mu, nggak takut apa?" Ucap Beni tanpa menoleh kearah Yumna. Matanya sibuk membaca deretan kata di koran yang ia pegang.
Yumna menuangkan air ke dalam gelas lalu meneguknya sampai tandas. "Kalau di marahin ya di dengerin."
"Kalau di hukum?"
"Ya di kerjain hukumannya." Yumna kembali menjawab dengan santai, seolah jika itu benar terjadi gadis itu akan menghadapi dengan santai karena seperti sudah di rencanakan.
Beni berdecak pelan tak habis pikir dengan kelakuan anak tetangganya. Tak ambil pusing pria itu lebih memilih memfokuskan pada koran yang sedari tadi di pengang.
"Minta apelnya lagi ya ibunya Anisa." Yumna memasukkan dua apel merah yang besar kedalam tas biru bergambar paus.
"Emang nggak makan dulu apa yum tadi di rumah?" Tanya ibunya Anisa yang datang dengan piring penuh dengan telur ceplok berisi kurang lebih ada 5.
"Belum."
"Ini temen mu dari tadi kenapa belum turun juga. ANISA, NIS? UDAH DI TUNGGUIN YUMNA DARI TADI."
Yumna berdiri duduknya karena melihat Anisa yang berjalan pelan menuruni anak tangga.
"Iya bu." Jawab Anisa saat sudah berada di undakan tangga terakhir.
Ibunya anisa mendongakkan kepalanya matanya melotot shock, "ASTAGA ANISA RAMBUT KAMU." teriak Ibunya Anisa saat melihat penampilan anak gadisnya.
Anisa dan Yumna berlari kencang keluar rumah secara bersamaan sebelum ibunya Anisa mengomeli keduanya.
Kedua orang tua Anisa menggelengkan kepalanya dengan pelan saat melihat penampilan anak barusan.
Rambut Anisa berubah warna menjadi pink dan hitam, sama persis dengan model rambut yumna hanya saja di bagian kiri yang berwarna pink dan kanan berwarna hitam itu artinya yang membedakan hanya sisi warna.
Dan juga yang membuatnya kaget Anisa memendekkan rambutnya sama seperti Yumna padahal dari gadis itu masih usia 12 tahun tidak suka rambutnya di potong tapi sekarang Anisa tampil dengan rambut pendek sebahu.
Anisa terkikik geli ketika yumna tersandung saat turun undakan rumahnya padahal hanya 4 undakan tapi gadis itu terjatuh.
"Eh tolol bantuin malah ketawa." Yumna mengulurkan tangan keatas untuk meminta bantuan dari Anisa.
Anisa meraih tangan Yumna dan membantu temannya untuk berdiri.
"Kasian banget sih temen gue, ada yang sakit nggak?" Anisa membantu membersihkan rok bagian belakang Yumna yang kotor.
Yumna memanyunkan bibirnya ke depan dan bersiap untuk menangis, "Anisa takit bingit takit akuy," Yumna menunjukkan lututnya yang memerah.
"Alah lebay banget paling gitu doang." Cibir Anisa.
"Ih anisa ini sakit tau, sakitnya tu dari sini sampai ke sini." Ucap Yumna menunjukkan lututnya yang memerah lalu beralih ke dadanya seolah sakit yang dari lutut sampai ke hatinya.
"Udahlah gue nggak percaya, lo waktu itu kena tonjok tiga kali aja masih cengar-cengir masa gitu doang mau nangis. Nggak malu apa sama tatto lo." Anisa dengan gemas merangkul serta mencubit pipi kiri Yumna.
Yumna melirik tatto paus yang kemarin ia buat bersama anisa dan Dodi anak kecil berusia 7 tahun. Tatto bergambar paus yang menempel di lengannya, tatto yang ia dapatkan saat membeli permen karet kemarin.
"Iya juga ya, mulai sekarang panggil gue Greey bukan Yumna lagi." Ucap Yumna sembari menunjuk simbol garpu somay yang melambaikan sangat keren menurut mereka
(Ayumna Greey anantasya)
Anisa bertepuk tangan dengan girang, "and cal me Audrey."
(Anisa audreyliona)
"OMO OMO JADI KITA BERDUA ADALAH CANTULAW, CANTIKA MANTULITI AWWW."keduanya bersorak gembira.
"Cantulaw password nya?"
"CANTULAW SLAYYYYYY."
"Udah waktunya nih." Ucap Yumna.
"Waktunya apa?" Tanya Anisa kebingungan.
"Waktunya mencari ilmu kalau mencari pacar baru itu kegiatan mu besti."jawab Yumna diakhiri dengan tawa.
usai bermanja ria dan tertawa bersama, dua gadis itu mengambil sepeda mereka masing-masing dan bersiap akan menggowes sepeda kesayangan keduanya sampai ke sekolah.
TO BE CONTINUED......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!