NovelToon NovelToon

HAZEL'S HAPPINESS

HAZEL MIKHAYLA AQUEENA

..."Menjadi tidak tersentuh oleh siapapun cukup baik demi menjaga apa yang ingin kau jaga"...

...----------------...

Seorang Gadis cantik berjalan dengan penuh percaya diri sambil mengangkat dagu nya ke atas, tatapan dingin dari mata indah hazel nya membuat gadis itu semakin terlihat kuat dari sisi manapun terlebih di samping kanan dan kiri gadis itu didampingi oleh kedua gadis yang juga tak kalah cantik darinya yang membuat gadis bermata hazel itu tampak tak tersentuh oleh siapapun.

Hazel Mikhayla Aqueena, Gadis cantik bermata hazel yang selalu tampak dingin itu memiliki tubuh yang proporsional dengan otak yang terbilang genius itu membuat orang-orang di sekitarnya merasa iri dengan dirinya. Hidupnya yang terbilang sempurna dengan fisik yang indah, otak yang pintar bahkan terlahir dari keluarga yang kaya raya membuat gadis itu disegani oleh banyak orang yang mengenal nya.

Hazel semakin disegani karena sikap gadis itu yang terbilang dingin dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun membuat orang lain berfikir dua kali untuk mendekati nya, tapi tidak dengan kedua gadis di sisi kiri dan kanan Hazel yang selalu bersama dengan Hazel dan selalu mengikuti Hazel kemanapun Hazel pergi bahkan bisa dibilang dimanapun Hazel berada maka kedua gadis itu akan selalu ada di samping Hazel.

Ririana Anastasia, Gadis yang memiliki perawakan lebih kecil dari Hazel itu memiliki wajah yang manis dengan kulit putihnya. Berbeda dengan Hazel yang selalu terlihat dingin, maka Riri adalah kebalikan dari Hazel yaitu selalu bersikap hangat pada siapapun orangnya. Riri memiliki sifat humble yang membuat beberapa orang-orang disekolah maupun dikelas lebih senang mengobrol dengannya bahkan dari ketiga nya Riri lah yang memiliki teman terbanyak.

Vania Zahra, Gadis cantik berkulit putih pucat yang memiliki mata berwarna coklat itu adalah perpaduan dari sifat Hazel dan Riri. Vania memiliki sifat yang tegas yang membuat dirinya juga disegani dan tak jarang Vania terkesan dingin pada beberapa orang yang menurutnya menganggu nya.

Namun, dibalik sifat dingin dan tegasnya itu Vania juga memiliki sifat ceria yang sama seperti Riri namun Vania hanya menunjukan sisinya itu pada kedua sahabatnya itu.

Ketiga Gadis tersebut kini melangkahkan kaki nya menuju kelas mereka. Sejak berjalan dari parkiran hingga ke kelas nya ketiga nya selalu diperhatikan oleh murid-murid SMA Starlight.

Bersekolah di sekolah yang sama dengan ketiga primadona tersebut membuat para murid disana terkagum melihat ketiganya, bahkan ketiganya memiliki nama fansclub masing-masing yang dibentuk oleh murid-murid itu sendiri. Meskipun ketiganya memiliki fansclub masing-masing tetap saja Hazel selalu menjadi posisi teratas yang memiliki pengagum terbanyak tidak peduli dengan sifat dingin yang dimiliki oleh Hazel.

Hazel masuk terlebih dahulu kedalam kelasnya dan menduduki bangku miliknya, disusul oleh Riri yang duduk disebelahnya dan Vania dibelakangnya.

"Kata gue juga semalem kerjain Ri, lo ngeyel banget di kasih tau." Vania mengomeli Riri yang kini sibuk mencatat tulisan di buku PR miliknya.

"iya iya, gue salah makanya ini mau nyatet kok !" diiringi cengiran khasnya membuat Vania mendegus melihat kelakuan dari Riri yang setiap hari selalu mencontek milik Hazel.

"Lainkali nggak usah di contekin zel." Riri mendegus ke arah Vania yang kini memojokan dirinya di depan Hazel, Sementara Hazel hanya memejamkan matanya lelah melihat tingkah kedua temannya yang setiap hari selalu beradu mulut.

Riri dan Vania adalah dua orang yang selalu bersama dengan Hazel, bahkan sejak kecil hingga sekarang kedua temannya itu tidak pernah sekalipun meninggalkan Hazel. Hazel bersyukur memiliki keduanya karena hanya mereka lah yang tahan bersama dengan Hazel bahkan bersahabat dengan Hazel, meskipun tingkah keduanya kadang membuat Hazel sakit kepala setiap hari nya.

Tentang Hazel

..."Kenangan kecil seseorang terkadang membuat orang itu merindukannya."...

...----------------...

Suara lonceng berdering menandakan jam.istirahat telah di mulai, para murid mulai berbondong-bondong unruk pergi keluar kelas dan menuju kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang sudah sangat lapar karena menghabiskan waktu belajar yang melelahkan. Mereka mulai mengantri setiap makanan maupun minuman yang akan mereka beli untuk disantap.

Kebisingan yang ada di kantin tersebut tiba-tiba mulai senyap seolah-olah ada sesuatu yang lebih menarik perhatian mereka dibandingkan makanan yang sedang mereka tunggu. Perhatian yang tadinya tertuju pada deretan stand makanan pun mulai teralihkan saat ketiga gadis yang dijuluki "Most Wanted" di sekolab ini memasuki kantin tersebut. Semua mata kini menatap ketiga gadis tersebut dengan pandangan memuja khususnya untuk kalangan kaum adam yang ada disana, tidak hanya pandangan memuja bahkan ada pandangan iri seolah mereka mulai tidak percaya diri pada diri mereka masing-masing saat melihat kedatangan gadis-gadis cantik tersebut.

Hazel terus melangkahkan kakinya dengan pandangan lurus ke depan, dagu nya terangkat seperti biasanya, mata nya menelisik setiap sudut kantin dengan tatapan dinginnya. Hazel terus maju ke sebuah meja kosong yang terdapat sebuah kertas yang bertuliskan "Hazel's geng" seolah memberi tahu semua orang bahwa meja itu hanya boleh diisi oleh Hazel, Riri dan Vania yang berarti meja itu hanya milik mereka bertiga.

Hazel duduk terlebih dahulu dan diikuti oleh Riri dan Vania setelahnya. Riri mulai melihat sekitar stand makanan yang sudah penuh oleh antrian murid lain.

"Hazel, mau pesen apa ??" Tanya Riri pada Hazel yang kini mulai memainkan ponsel pintar di genggamannya.

"Samain aja." Jawab Hazel seadanya. Riri dan Vania mulai berdiri dan menuju ke salah satu stand makanan yang bertuliskan 'bakso" dan stand minuman yang akan di antrikan oleh Vania.

Sembari menunggu Riri dan Vania memesan makanan dengan mengantri disana, Hazel menyibukkan diri dengan memainkan ponsel nya, dia mulai memainkan sebuah game yang ada di ponselnya itu.

Saat sedang asik bermain game yang ada di ponselnya, muncul kehadiran sosok pria tampan ada di depannya dan mulai duduk di hadapannya. Hazel melihat sebentar sosok pria tampan itu lalu kembali memfokuskan diri dengan game nya lagi, sementara pria di hadapan Hazel ini hanya menatap Hazel dengan tatapan memuja yang hanya di tujukan untuk gadis cantik dihadapannya itu.

"Lo diem aja cakep banget ya !" Pria itu menangkupkan tangannya di dagunya sambil terus menatap sang pujaan hati didepannya itu. Tidak ada jawaban dari Hazel yang hanya diam dan tetap.fokus pada game yang dimainkannya.

"Jadi penasaran gimana Hazel kecil, pasti lebih lucu dan cantik kan ya ?" Pria itu hanya bermonolog sendiri tidak peduli ada atau tidaknya tanggapan dari Hazel, sementara Hazel menghentikan kegiatan jarinya di ponsel miliknya ketika mendengar kata 'Hazel Kecil'. Hazel seperti terusik dengan kata-kata tersebut dan menatap pria tersebut dengan tatapan dingin miliknya.

Melihat respon yang diberikan Hazel padanya apalagi kini Hazel menatapnya membuat pria itu senang bukan main, pasalnya baru kali ini gadis cantik itu merespon dirinya meskipun dengan tatapan dingin yang dimilikinya.

Devandra Arkanza Wilson, Nama pria yang sejak tadi duduk dihadapan Hazel dan mengajak Hazel bicara. Pria yang sejak awal masuk sekolah ini sudah terpincut oleh sosok gadis cantik bernama Hazel tersebut. Pria itu selalu memuja Hazel dan selalu terang-terangan mengejar Hazel, bahkan Devandra sudah beberapa kali menyatakan cintanya pada Hazel di hadapan seluruh warga sekolah ini dan tentu saja selalu mendapat penolakan dari sang primadona sekolah ini.

Devandra, seorang pria tampan dengan tubuh tinggi yang atletis dan memiliki otak yang cemerlang tersebut juga merupakan sang ketua geng motor yang diberi nama D'Lions. Devandra juga memiliki Hak atas sekolah ini karena orangtua nya adalah pemilik dari sekolah elit tersebut.

Sosok ketua geng yang melekat pada dirinya membuat Devandra dihormati dan juga disegani. Tidak berbeda jauh dari Hazel, dia adalah seorang pria yang terkenal dengan sifat dinginnya bahkan orang lain mengganggap Devandra lebih dingin daripada Hazel. Meskipun demikian sikap dan sifat dingin yang dimiliki oleh Devandra tidak pernah berlaku untuk Hazel, sang gadis pujaannya. Devandra selalu memperlakukan Hazel dengan baik dan penuh tatapan hangat bahkan Devandra selalu tersenyum saat berhadapan dengan Hazel. Sungguh perbedaan sikap yang signifikan bukan.

"Akhirnyaaaa lo natap gue !!" Pekik Devandra dengan cengiran lebar di wajahnya. Hazel mendelik menatap Devandra aneh dengan respon yang diberikan pria itu pasalnya Hazel hanya menatapnya dan itupun dengan tatapan dingin miliknya.

"Pergi dari sini !!" Ucap Hazel tegas karena sejak tadi dia sudah sangat risih dengan kehadiran pria satu ini apalagi kata-kata yang barusan diucapkan pria itu terdengar mengganggu untuknya.

Devandra nampak tidak peduli dengan perintah Hazel, dia terlalu senang karena mendapat dua respon dari Hazel meskipun hanya respon yang sangat ketus.

Hazel menghembuskan nafasnya lelah, dia tahu bahwa Devandra tidak akan semudah itu untuk menuruti perintah nya apalagi perintah untuk pergi dari hadapannya. Hazel menghentikan game tersebut dan menekan lock pada ponselnya lalu mulai berdiri. Saat Hazel berdiri Devandra langsung memegang tangan Hazel, dia tau bahwa Hazel pasti akan beranjak dari kantin maka dari itu dia memegang tangannya guna mencegah gadis itu pergi.

"Lepas !" Hazel mengepalkan tangannya dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar Devandra. Devandra menatap gadis pujaannya itu dengan tatapan serius nya.

Kegiatan dua sejoli itu mengundang perhatian dari seisi kantin tersebut. Mereka semua menatap Hazel dan Devandra yang kini terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar. Kegiatan dua sejoli itu membuat beberapa pasang mata terpekik histeris karena melihat dua Most Wanted sekolah ini apalagi dengan keadaan tangan Devandra yang memegang tangan Hazel.

Semua pasang mata yang kini menatap mereka berdua membuaf Hazel sangat risih. Dia menatap Devandra dengan sangat dingin berharap Devandra akan melepaskannya. Melihat Hazel yang bersitegang dengan Devandra membuat Riri dan Vania menghampiri mereka berdua.

"Dev, lepasin tangan Hazel." ujar Riri yang kini berada di samping kanan Hazel. Riri dan Vania tahu bahwa kini Hazel sangat tidak nyaman dengan posisinya apalagi dengan keadaan banyak orang yang melihatnya, Vania mencoba melepaskan tangan Devandra yang menggenggam tangan Hazel, Vania menatap sengit Devandra.

"Gue bilang lepasin Hazel !!." Vania berkata sedikit meninggi kepada Devandra. Devandra jengah dengan kedua gadis yang selalu mengekori Hazel kemanapun seolah mereka berdua seperti ban becak yang tidak terpisahkan.

"Gue cuma mau ngobrol sama Hazel." Ucap Devandra tenang tanpa takut dengan kedua tatapan menusuk dari Hazel maupun Vania.

"Tapi tangan lo ngelukain Hazel" Kesal Riri yang sejak tadi melihat tangan Hazel dipegang dengan kuat oleh Devandra tanpa disadari oleh pria itu tangannya membuat tangan Hazel sakit. Sontak saja Devandra melepaskan tangannya dengan segera dan menatap pergelangan tangan Hazel yang tampak memerah karena ulah tangannya itu.

Saat tangan nya dilepaskan oleh Devandra, Hazel segera beranjak pergi meninggalkan kantin tersebut dengan cepat. Riri dan Vania mencoba mengejar Hazel sementara Devandra menatap ketiganya dengan tatapan yang sulit diartikan lalu setelahnya ia pun pergi meninggalkan kantin itu.

...----------------...

Bel istirahat telah berakhir, semua murid kini telah berada dikelasnya masing-masing tidak terkecuali Riri dan Vania. Tadi saat mereka mengejar Hazel dan berbicara pada Hazel, Hazel mengatakan pada kedua sahabatnya itu untuk masuk ke kelasnya terlebih dahulu. Hazel mengatakan bahwa dia lelah dan ingin mengatakan ingin beristirahat di UKS saja dan tentu saja keduanya mengiyakan keinginan Hazel tersebut.

Alih-alih berada di UKS, Hazel kini berada dibelakang taman sekolah yang terlihat sangat sepi karena taman itu jarang sekali ada orang yang pergi kesana terlebih sekarang semua orang tengah belajar di kelas masing-masing.

Hazel duduk dibawah sebuah pohon yang sangat besar, pohon itu sangat rindang dan mampu menutupi celah sinar matahari.

Hazel mensejajarkan kakinya dan bersandar di pohon tersebut. Hazel menatap pergelangan tangan yang tadi dipegang dengan kuat oleh Devandra yang tampak memerah di kulit putihnya tersebut. Dia mengingat perkataan Devandra sebelumnya dan membuka kunci ponselnya dan membuka galeri album foto di ponselnya.

"Lo bener Dev, Hazel kecil lebih lucu dan lebih cantik bahkan Hazel kecil selalu tersenyum." Hazel bergumam kecil dan menatap foto seorang anak kecil yang merupakan dirinya dengan getir.

Lelah dengan tubuhnya Hazel memejamkan matanya dan saat itulah setetes airmata jatuh melewati pipi mulusnya. Hazel menangis dalam diam dengan mata yang tertutup dan tanpa diketahui oleh Hazel ada sepasang mata yang sejak tadi melihat kegiatan Hazel bahkan dia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri.

"Ada apa dengan diri lo, zel." Batin pria itu yang ternyata adalah Devandra. Devandra yang sejak tadi memperhatikan Hazel tanpa Hazel ketahui. Ingin rasanya Devandra menghampiri gadis itu dan mengusap airmatanya tapi Devandra tahu jika dia melakukan itu pasti Hazel akan berontak dan pergi darinya lagi, maka dari itu Devandra hanya memperhatikan dan terus menunggu Hazel ditempatnya untuk menjaga Hazel.

...----------------...

KELUARGA HAZEL

..."Tidak ada sesuatu hal yg nampak Abadi, Sekalipun itu Kebahagiaan."...

...----------------...

Jam telah menunjukan pukul 5 sore dan seluruh murid SMA Starlight kini berbondong-bondong menuju parkiran untuk mengambil kendaraan mereka dan segera bergegas untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Hazel dan kedua sahabatnya kini telah menaiki mobilnya dan bersiap untuk mengemudikannya. Riri dan Vania memang selalu bersama dengan Hazel bahkan dalam hal berangkat dan pulang sekolah keduanya selalu menaiki mobil yang dikendarai oleh Hazel.

Kedua Orangtua Hazel mempercayakan Riri dan Vania untuk menjaga Hazel. Mereka percaya bahwa Riri dan Vania adalah sahabat yang bisa diandalkan oleh Hazel.

Hazel mulai mengendarai mobil berwarna merah kesayangannya menuju kediaman milik orangtua nya, tapi sebelum itu Hazel harus mengantarkan kedua sahabatnya ke Apartemen pribadi miliknya.

Riri dan Vania adalah kedua orang gadis yang sudah tidak memiliki keluarga. Hazel bertemu dengan mereka saat masih kecil di sebuah panti asuhan yang selalu dikunjungi dirinya dan orangtuanya.

Saat itu, Hazel kecil merengek kepada kedua orangtuanya untuk membawa Riri dan Vania untuk pulang kerumahnya maka dari itu kedua orang tuanya mengadopsi keduanya dan menjadikan keduanya sebagai teman Hazel.

Kedua Orang tuanya menganggap keduanya seperti putri mereka, tapi Riri dan Vania tidak pernah ingin memanggil orangtua Hazel dengan sebutan "Mama" ataupun "Papa" dan tidak ingin menganggap kedua orangtua Hazel sebagai milik mereka.

Riri dan Vania sangat bersyukur ada keluarga yang merawat mereka berdua maka dari itu keduanya sangat menyayangi Hazel dan keluarganya. Bagi mereka berdua, Hazel adalah penyelamat dan mereka berjanji untuk selalu bersama dan menjaga Hazel kedepannya.

"Lo nggak apa-apa kalau sendirian ?? Nggak perlu kita temenin ?".

Vania melirik Hazel yang kini fokus mengendarai mobil yang kini jalanannya mulai sedikit lebih padat karena bertepatan dengan jam pulang sekolah dan jam pulang kerja orang-orang.

"Ya." Satu kata yang singkat cukup menjawab pertanyaan Vania untuknya. Saat ini Hazel tidak ingin berbicara banyak kepada siapapun karena dia sedang dalam keadaan suasana hati yang baik.

Sore tadi, saat Hazel akan beranjak dari taman belakang sekolah tiba-tiba saja ponselnya berdering dan panggilan masuk dari ponsel nya yang bertuliskan kata "Mama" itu tertera di layar ponsel miliknya.

Sang Ibu meminta Hazel untuk pulang ke kediamannya karena mereka kini ada dirumah dan ingin bertemu dengan Hazel dan mau tidak mau Hazel menuruti Ibunda nya itu.

Mobil merah itu kini berada di depan Apartemen pribadi miliknya. Hazel melihat Riri dan Vania yang keluar dari mobilnya, tapi sebelum itu Riri menanyakan sekali lagi apakah benar tidak apa-apa jika Hazel pergi sendirian dan tidak ditemani oleh mereka.

"Zel, bener nggak apa-apa ?".

Tanya Riri sekali lagi dan Hazel mengangguk pasti kepada mereka. Hazel pun mengendarai mobilnya lagi menuju kediaman pribadi keluarganya dengan cepat.

...----------------...

Mobil berwarna merah itu kini telah berhenti di sebuah kediaman yang terlihat mewah dan megah. Rumah kediaman Mikhayla milik Orang tua Hazel terlihat seperti sebuah Istana yang luas, Bangunan dari rumah tersebut yang bergaya klasik modern menambah kesan bahwa pemilik rumah tersebut adalah orang yang sangat kaya raya.

Hazel membuka pintu mobilnya dan turun dari mobil kesayangan nya itu. Tampak semua pelayan yang berada di rumah tersebut membungkukan tubuhnya pada satu-satunya nona muda yang akan mewarisi kekayaan dari keluarga Mikhayla.

Hazel melangkahkan kakinya dengan pasti kedalam rumah itu, mencari kedua orang tua nya yang saat ini tengah menunggunya.

Hazel melirik sekilas salah satu pelayan di rumahnya yang paling dekat dengan dirinya dan menghampiri pelayan tersebut.

"Dimana Mama bi ??". Hazel bertanya dengan sopan kepada pelayan yang dia sebut dengan panggilan "bi" tersebut.

Sang pelayan tersebut lalu tersenyum kepada nona muda nya itu dan membuat Hazel membalas senyuman itu meskipun hanya senyuman yang sangat tipis.

"Nyonya ada di ruang tamu non."

Jawab sang pelayan yang bernama Bi Ningsih itu. Beliau adalah salah satu pelayan terlama di keluarga Mikhayla bahkan sebelum Hazel lahir, dia sudah berada dirumah ini untuk mengabdi pada keluarganya.

"Aku sudah bilang jangan panggil aku dengan sebutan non lagi bi, panggil dengan namaku saja."

Hazel menatap Bi Ningsih seraya mengatakan dengan nada yang sangat lembut tapi penuh dengan ketegasan. Bi Ningsih hanya mengangguk dan kemudian Hazel memeluk beliau. Bagi Hazel, Beliau adalah orang yang berjasa bagi keluarganya karena beliau juga ikut menjaga Hazel selama ini.

Setelah memeluk Bi Ningsih, Hazel kembali melangkahkan kakinya menuju ruang tamu untuk mencari keberadaan Mama nya.

Rumah ini sangat besar, bahkan untuk pergi ke ruang tamu saja membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Hazel mempercepat langkahnya dan pada akhirnya dia sampai di tempat Mama nya berada. Dia melihat Mama nya yang kini tengah menatapnya dan mulai menghampirinya sambil tersenyum sangat lebar.

"Mama merindukanmu nak." Ujar Wanita yang berumur sekitar 40 an itu kini memeluk Hazel dengan erat. Hazel pun membalas pelukan wanita tersebut tak kalah erat.

"Me too, Ma." Ucap Hazel sambil mengelus punggung wanita tersebut.

Kayla Adisty Alexandra, Seorang wanita berumur 40 tahun yang masih terlihat cantik itu adalah Orang yang dipanggil ibu oleh Hazel. Wanita itu terlihat sangat mirip dengan Hazel terutama di bagian matanya.

"Bagaimana kabarmu nak ?? Bi Ningsih bilang kau selalu di Apartemenmu. Kenapa ??".

Kayla melepas pelukan Hazel dan menatap wajah cantik putrinya itu.

"Tidak ada alasan Mom, Riri dan Vania ada di Apartemen dan aku tidak kesepian jika berada disana."

Ucap Hazel.dengan tatapan lembutnya.

"Kau bisa membawa Riri dan Hazel kemari nak, biarkan mereka tinggal bersamamu disini." Kayla menuntun Hazel untuk duduk di sofa dan mengelus rambut Hazel dengan rasa sayang.

Sementara Hazel hanya diam memperhatikan Kayla. Hazel tidak tahu harus menjawab apalagi sekarang jadi dia hanya bersikap diam saja.

"Apa kau masih marah dan tidak menganggap kami sebagai orang tua mu nak ?"

Kayla menatap Hazel dengan tatapan sendu miliknya dan dibalas gelengan oleh Hazel. Hazel ikut membalas tatapan wanita yang dia anggap ibu nya htu dengan teduh.

"Jangan berfikiran seperti itu Mom. Kalian sudah menjaga ku selama ini dan merawatku saja aku sudah sangat bersyukur."

Ya benar, Kayla bukanlah ibu kandung dari Hazel. Kayla adalah kembaran ibu kandung Hazel yang sudah meninggal. Kemiripan mereka sebagai anak kembar membuat Kayla memiliki wajah yang sangat mirip dengan ibu kandung Hazel yang bernama Kayra Adisty Alexandra.

Orang tua Hazel telah tiada saat Hazel masih berumur 2 tahun. Hazel masih sangat kecil saat kecelakaan tersebut terjadi yang mengakibatkan Hazel tidak terlalu mengingat kejadian tersebut.

Saat itu Orang tua Hazel menitipkan putri mereka yaitu Hazel kepada kembaran dari ibu Hazel.

Kayra Adisty Alexandra dan Markus Zelano Wilkens adalah nama orang tua kandung dari Hazel. Sementara orang tua yg selama ini merawatnya adalah Kayla Adisty Alexandra dan Mikhael Rajendra Adiguna.

Ketika Kayla dan Hazel sedang berbincang, Pria dengan umur yang terlihat tidak jauh dengan Kayla terlihat masih sangat tampan dan gagah. Perhatian Kayla dan Hazel teralihkan kepada pria itu dan pria itu duduk disamping Hazel dan mengelus kepala Hazel dengan lembut.

"Apa kabar nak ??". Tanya Pria bernama Mikhaela yang merupakan suami dari Kayla itu bertanya pada Hazel. Hazel tersenyum dengan sangat tipis kepada orang yang dia panggil "Papa" itu.

"Baik Papa. Bagaimana dengan Papa ??."

Tanya Hazel kepada Mikhaela. Mikhaela mengangguk seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

"Nak tinggalah disini. Ajak Riri dan Vania jika kau merasa kesepian."

"Kau jangan pernah merasa bahwa kau sendirian nak, kami semua ada untukmu dan jangan pernah merasa bahwa kami bukan orangtuamu." Sambung Mikhaela kepada gadis cantik yang sudah dia anggap seperti putri sulungnya itu.

"Kau juga tahu bahwa kami sangat menyayangimu. Kami mungkin memang bukan orang tua kandungmu tapi kami merawatmu dan membesarkanmu sejak kau kecil nak." Mikhaela mengusap tangan yang terasa kecil di tangan nya itu. Bagi Mikhaela dan Kayla, Hazel sudah seperti dunia mereka.

Kenyataan bahwa mereka tidak akan bisa memiliki seorang anak pun membuat keduanya menganggap Hazel seperti anak kandung mereka sendiri bahkan keduanya tidak pernah menganggap Hazel anak dari orang lain. Mereka menyayangi Hazel dengan sangat tulus.

Hazel pun menyayangi mereka tapi kenyataan bahwa orang tua nya ini bukanlah orang tua kandungnya membuat Hazel sedikit sedih dan kenyataan bahwa Hazel adalah anak yatim piatu membuatnya sangat sedih jika memikirkan itu.

Meskipun wajah dari ibu kandungnya sangat mirip dengan Kayla, tapi Hazel terkadang merindukan sosok Kayra sebagai Ibunya, dan sosok Markus sebagai Ayahnya.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!