NovelToon NovelToon

Don'T Tell Me About Love

Bab 1 Belajar Melupakan

"Ricky..." teriak Agatha yang belum bisa menerima kepergian kekasihnya

Didekapnya dengan erat tubuh lemah penuh darah yang kini ada di pangkuannya.

"Nggak. Kamu nggak boleh pergi Ric." ulang Agatha bersahutan dengan rintikan hujan malam itu.

Aliran air berwarna merah menambah kesan mengerikan di sepanjang jalanan sepi.

"Tolong! Tolong saya!" teriak Agatha kesekian kalinya tanpa direspon oleh siapapun

"Ricky, bangun Ric! Jangan tinggalin aku sendirian." ujarnya semakin pilu

Beberapa menit yang lalu...

"Ric, kamu nggak capek apa harus antar jemput aku tiap hari? Kan rumah kita berlawanan. Lagipula kamu juga harus kuliah terus kerja." cerocos Agatha sambil menempelkan dagu lancipnya di bahu Ricky

"Aku nggak kenal capek Tha. Demi kamu dan masa depan kita nanti!" tukas Ricky sukses membuat Agatha tersipu

"Ciyee malu ya?" seloroh Ricky menatap rona kemerahan sang gadis dari spion

"Nggaklah! Ngapain malu?" sanggah Agatha yang semakin salah tingkah

"Itu apa?" tangan kiri Ricky mengusap sekilas pipi Agatha

"Ih Ricky apaan sih!" Cubitan kecil mendarat di pinggangnya

Ricky yang meringis kesakitan menoleh ke belakang untuk membalas kekasihnya.

"Sini aku balas ya!" ujar Ricky berusaha mencubit pipi Agatha yang terus saja menghindar

Tanpa sadar, motor yang mereka kendarai semakin hilang kendali dan oleng. Tak lama dari arah depan sebuah mobil hitam bergerak cepat ke arah mereka.

"Ricky Awas!" pekik Agatha

BRUK.. Ricky terpental jauh di sebelah mobil. Sementara Agatha yang lebih dulu melompat hanya mendapati luka di betis dan lututnya.

"Ricky!"

Mobil itu berhenti sejenak, menampakkan sosok pria berpawakan tinggi keluar dari dalam.

"Kita nabrak orang." tukas pria itu sedikit sempoyongan

"Ganti posisi. Biar aku yang nyetir. Cepat! Kita pergi!" tukas pria satunya lagi yang kemudian bertukar kemudi

"Berhenti! Kalian jangan kabur Hey!" teriak Agatha berusaha mengejar mobil hitam itu.

"Tha.." suara lirih nan parau terdengar di telinganya.

Agatha menoleh ke arah kekasihnya yang sudah berlumuran darah. Tangisnya pecah mendapati kondisi Ricky yang tengkurap mencoba menggapainya.

Agatha membalik tubuh Ricky dan memangku kepalanya.

"Tha, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Ricky terbata.

"Diam! Kamu luka separah ini, masih bisa khawatirin aku?" marah Agatha dengan air mata beruraian

"Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Aku sayang kamu Tha."

Bersamaan dengan itu tubuh Ricky menegang dengan kedua mata terbelalak ke atas. DEG.. Dan kedua mata itu terpejam.

Beberapa warga mulai berkerumun begitu hujan mereda. Tubuh Agatha yang basah kuyup dipaksa mundur agar petugas ambulans bisa mengangkat tubuh Ricky.

"Dia belum mati. Dia masih hidup!" teriak Agatha bak orang gila

Agatha dibaringkan di brankar dengan tali melintasi tubuhnya.

"Saya mau bersama Ricky. Tolong lepaskan saya!" teriaknya

"Kami akan membawa adik ke rumah sakit. Juga dengan temannya." ujar salah seorang petugas seraya menyuntikkan obat bius agar Agatha berhenti meronta.

AGATHA POV

Aku membuka mataku, saat ku dengar suara ricuh di sebelahku. Buram. Lamanya aku terpejam menyulitkanku untuk melihat kala itu. Kepalaku berdengung. Entah kenapa terasa sakit, seolah baru terbentur begitu keras. Samar aku melihat, sosok mama yang menangis di sisiku sambil mengusap lengan kurusku. Kelambu biru menutup seluruh sekat ruang yang ku tempati.

"Ma.." susah payah aku berusaha bicara namun hanya gerakan bibir yang terlihat

"Ma.."paksaku lagi

Ku lihat air mata mama mulai membanjir di lenganku. Baju pasien yang ku kenakan sudah basah sebagian. Aku mengangkat tanganku yang bebas. Menyentuh pelan pipi mama yang menempel padaku.

"Agatha! Kamu sudah sadar nak?" raut bahagia terpancar dari kedua matanya

Sontak dia memelukku dengan eratnya. Aku tersenyum, mama ada di sampingku menungguiku saat aku seperti ini.

"Ma.. Mana Ricky?" tanyaku lirih

Sudut bibir mama menurun dengan mata sayu dan kepala menunduk ke lantai. Seolah menghindari tatapanku.

"Ma.. Ricky dimana?" ulangku dengan perasaan tak enak.

Mama menatap mataku dengan berkaca-kaca. Mengusap puncak kepalaku dan menciumnya perlahan.

"Ricky sudah pulang." ujarnya

Mataku mengerjab. Pulang? Dia sudah sembuh? Secepat itu? Pikirku yang tak mengerti makna dari ucapan mama.

"Ricky sudah pergi." lanjut mama tak kuasa menahan tangis.

"Apa maksud mama?" ujarku terbata

"Dia tidak disini lagi." ujarnya

"Ricky pulang ke kota asalnya? Bersama tante Dewi?" tanyaku masih belum mengerti juga

"Dia sudah meninggal." ujar papa yang baru datang

Runtuh sudah duniaku. Aku tak mampu lagi berkata-kata. Aku terdiam dengan tatapan kosong menerawang bagaimana hari ini bisa menjadi akhir tidak bahagia dari hubungan kami. Air mataku lolos begitu saja. Aku menangis tanpa suara. Walau jauh dalam hati ini, ingin menjerit sejadinya atas takdir yang ku alami ini. Kelu sudah lidah ini untuk sekedar berkata-kata. Mataku memanas, ingin rasanya aku ikut terpejam dan tidak pernah bangun untuk selamanya. Namun Tuhan ingin aku melewati hukuman ini. Hukuman berat yang tidak pernah ku harapkan dalam hidupku ini.

POV END

"Agatha, ayo makan. Ini mama masakin sup iga kesukaanmu loh." ujar Kristin sambil membawa nampan berisi semangkuk sup yang masih mengepulkan asap.

Agatha menatap makanan itu tanpa minat. Genap dua minggu semenjak meninggalnya Ricky, dia tidak pernah lagi bersuara.

"Mama suapin ya!" Kristin meniup pelan sesendok sup dan nasi hangat di hadapannya

"Aaa.. Buka mulutnya sayang."

Persis seperti balita, Agatha harus disuapi siang dan malam. Bahkan untuk tidur pun harus ditemani sampai terlelap jika tidak dia bisa bergadang semalaman hanya untuk melamun di depan jendela.

"Tadi Kayla kesini, bawain buku tugas kamu Tha. Dia bilang, dia kangen sama kamu. Dia ingin sama-sama lagi kayak dulu." ujar Kristin sambil terus menyuapi Agatha

"Bu Lusi juga nanyakan kabar kamu Tha. Sebentar lagi kan ujian. Takutnya kamu ketinggalan materi terlalu jauh. Ya, mama ngerti sih kamu lagi berkabung. Tapi, coba deh Tha kamu pikirkan lagi baik-baik. Apa kamu nggak kangen sekolah?"

Agatha menatap wajah Kristin sekilas lalu kemudian menunduk.

"Ya sudah kalau kamu masih ingin di rumah. Nanti mama yang bicara sama Bu Lusi." helaan napas Kristin terdengar jelas di telinga Agatha

GREP. Agatha menarik pelan tangan Kristin. Kedua matanya menatap nanar ke arah mamanya itu. Seketika dia memeluk erat tubuh wanita di hadapannya dan menumpahkan tangis yang dia bendung selama ini.

"Sssshh sudah Tha. Jangan nangis terus. Kamu nggak kasihan sama Ricky, dia pasti juga terpukul lihat kamu kayak gini. Sudah ya! Ikhlaskan nak." Kristin mengusap pelan punggung anaknya itu

Meski Agatha tidak mengatakan apapun, Kristin tahu anaknya sedang terpuruk.

"Mama nggak akan paksa kamu Nak. Kalau kamu sudah siap sekolah lagi, bilang ke mama ya. Akan lebih baik kamu main sama teman-teman kamu, biar kamu nggak keinget terus."

Kali ini perkataan Kristin mendapat anggukan dari Agatha. Kristin tersenyum untuk pertama kalinya, Agatha memberikan respon.

"Mama ke dapur dulu ya. Kalau butuh apa-apa, bilang ya Nak." pungkas Kristin meninggalkan Agatha

Agatha tersenyum tipis sambil menatap sendu ke arah mamanya yang semakin menjauh.

...****************...

"Ndre! Lo kenapa sih? Ngelamun!" seloroh Nathan sambil menyulut sebatang rokok

"Nggak kenapa-napa Gue!" balas Andre ikut menyalakan rokok

"Eh, kalian nggak ikut kelas kimia?" tanya Ivan

"Males!" balas Andre menyilangkan kakinya ke atas meja

"Lo sendiri ngapain disini Van?" tanya Nathan

"Gue ada perlu sama Andre." ujar Ivan duduk di kursi kosong sebelah Nathan

Andre menatap tajam ke arah Ivan yang tampak bingung di depannya.

"Kenapa sih Lo?" tanya Andre

"Lo nggak ngrasa cemas gitu sama kejadian waktu itu?" Ivan bertanya balik

"Kejadian apa?" Andre menautkan alisnya

"Waktu itu Ndre.. Pas Lo mabuk!" ujar Ivan

"Owh! Nggak bakal hamil juga tuh anak kelas 11. Toh dia sendiri yang minta bukan Gue." ujar Andre dengan entengnya

"Cuih, bisa-bisanya Lo mangsa adik kelas sendiri." ujar Nathan hanya dibalas dengan sengiran kuda oleh Andre

"Bukan soal itu Ndre.. Tapi.." kalimat Ivan terhenti

"Bu, saya es jeruknya dua ya. Dibungkus aja. Mau dibawa ke kelas soalnya." seloroh Kayla yang baru datang bersama Agatha.

"Ivan Ivan, mata Lo hijau kalau lihat ginian!" ledek Andre menyadari arah tatapan Ivan

"Lo lihat nggak cewek yang rambut pendek itu." ujar Ivan menunjuk ke arah Agatha yang tertunduk di sebuah bangku

"Cantik sih! Tapi cupu! Lo sikat aja Van Gue nggak minat sama yang begituan." Balas Andre diikuti suara tawa Nathan

"Ck.. Bukan itu maksud Gue. Gue kayak pernah lihat dia. Tapi dimana ya?"

"Di perpustakaan kali! Dari tampangnya kayaknya dia kutu buku sama kayak Lo!" seloroh Nathan

Ivan terhenyak. "Dia gadis yang waktu itu.."

Bab 2 Pelaku Tersembunyi

Ivan terhenyak. "Dia gadis yang waktu itu.."

Andre menoleh ke arah tatapan Ivan. Agatha, gadis itu masih tertunduk dengan tatapan kosong. Di sebelahnya, Kayla masih terus berceloteh mengajaknya bicara.

"Kalau Lo suka samperin. Dari tampangnya kayaknya dia belum pernah pacaran." seloroh Andre

"Dia gadis yang kita tabrak waktu itu." terang Ivan

Andre terbatuk pelan. Dilihatnya sosok Agatha sekali lagi.

"Gue udah selidiki Ndre. Cowok yang boncengan sama dia, meninggal." ujar Ivan

"Cowok dia?" bisik Andre

"Gue belum tahu sih. Gue belum cari info lebih lanjut. Cuma yang pasti Gue khawatir Ndre. Gue takut cewek itu lihat plat nomor mobil Lo!" balas Ivan

"Udah santai Ndre! Kalau emang dia lihat plat nomer Lu. Pasti Lu udah diseret ke kantor polisi. Tabrak lari sampe mati! Nyatanya sampai sekarang aman-aman aja!" sahut Nathan

Andre menyeringai. Entah apa yang dia pikirkan. Dia hanya diam menatap Agatha dan Kayla yang berjalan menjauh.

"Gue mau balik kelas dulu!" pamit Ivan

"Iya sana belajar yang pinter anak mami. Haha." canda Nathan

ANDRE POV

Sejenak aku kepikiran dengan ucapan Ivan barusan. Entah kenapa tatapan sayu gadis itu membuatku penasaran. Apa hubungannya dengan laki-laki yang ku tabrak?

"Woy! Ngelamun aja Lo Ndre!" seloroh Nathan menyadari kediamanku.

"Gue mau cabut dulu!" ujarku mengemasi rokok dan korekku.

"Mau kemana? Masih jam kimia ini!" pekik Nathan

"Mules." ujarku beralasan

"Pantes dari tadi bau. Paling Lo yang kentut kan itu!" tuding Nathan

Aku tak menanggapinya lagi. Aku berjalan meninggalkan warung tongkrongan. Tampak punggung Ivan yang berjalan di hadapanku. Tapi kedua mataku menatap ke arah lain. Dua gadis tadi berjalan ke arah SMK Raya yang ada di seberang sekolahku.

Gadis berambut pendek itu terus menunduk, sama sekali tidak menggubris wanita tinggi di sebelahnya. Tanpa sadar aku justru mengikuti mereka. Dengan bodohnya, gadis berambut pendek itu terus berjalan menerobos lampu hijau yang menyala.

"Awas!" teriakku berlari ke arahnya.

Seperti orang tuli dia terus berjalan mengabaikan hujatan pengendara dan suara klakson yang berbunyi. Aku berlari sekencang mungkin menarik tubuhnya menepi.

"Tha!" pekik wanita satunya dengan kedua mata membelalak.

Tubuhku ambruk di trotoar. Bersama dengan gadis gila di hadapanku yang hanya menindihku dengan tatapan kosong.

"Lo udah gila ya? Hah!" makiku.

Kedua mata bulat itu menatapku dingin. Dia bangun dan membersihkan roknya. Tanpa mengucapkan terima kasih dia menghampiri teman wanitanya. Ku rasa wanita ini benar-benar gila.

"Kamu nggak apa-apa kan Tha? Kamu kok ngelamun sih!" ujar temannya

Wanita itu masih mengunci rapat mulutnya. Dia hanya menggeleng pelan dan menatap ke arahku.

"Jaga teman Lo ini ya! Jalanan ramai!" ujarku pada temannya.

"Makasih ya Kak. Maaf udah buat seragam kakak kotor." ujar wanita itu

Aku menoleh sekilas ke arah seragam putihku. Benar saja punggungku kotor karena terjatuh tadi.

"Sini Kak biar aku bersihkan." ujar wanita tadi sambil menepuk pelan punggungku

"Udah nggak usah!" ujarku menepis tangannya

Aku menatap tajam ke arah gadis berambut pendek yang tidak tahu terima kasih itu. Dia hanya menunduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Maaf ya, teman saya lagi banyak pikiran soalnya jadi ngelamun terus." ujar gadis itu seolah tahu yang ku pikirkan

"Ku kira dia memang bisu!" Aku menyeringai sambil berbalik arah.

"Terima kasih."

DEG.. Suara lembut itu entah kenapa membuatku berdebar. Aku menoleh memastikan datangnya suara.

"Terima kasih." ulang wanita berambut pendek itu menganggukkan kepalanya.

"Ayo Tha. Udah telat masuk kelas kita." ajak wanita satunya sambil berlari menyeberangi jalan

Aku terpaku melihat wanita itu sudah berlalu memasuki gerbang sekolahnya.

"Tha?"

****************

"Duh Tha, tadi nyaris aja kamu ketabrak. Untung ada kakak-kakak ganteng yang nyelamatin kamu. Coba kalau nggak, masak iya kamu harus kecelakaan lagi?" cerocos Kayla ketika jam pelajaran terakhir selesai.

Agatha melirik sekilas ke arah Kayla dan lanjut mengemasi buku-bukunya.

"Eh Tha, kamu ada acara nggak habis ini?" tanya Kayla

Agatha menggeleng pelan.

"Ngemall yuk! Pengen belanja camilan, kan bentar lagi ujian kelulusan tuh, jadi perlu restock snack buat teman belajar." ajak Kayla

Agatha terdiam sejenak. Kedua matanya menunduk. Entah apa yang dia pikirkan, sepertinya dia kembali melamun.

"Tha." panggil Kayla

"Aku mau pulang." pamit Agatha dengan dinginnya

Agatha bangkit dari duduknya, berniat meninggalkan Kayla sendirian di kelas itu.

"Tha, aku kangen kamu yang dulu. Yang ceria, humble, berprestasi dan satu lagi. Kamu suka bercanda. Kapan ya Tha, kamu bisa kayak gitu lagi." seloroh Kayla dengan raut sedihnya

Agatha terhenti. Air mata turun begitu saja di kedua pipinya. Pernyataan Kayla menyadarkannya akan satu hal. Dia sudah kehilangan dirinya.

"Maaf." suara Agatha bergetar. Hanya dengan satu kata itu, sukses membuat Kayla memeluknya.

"Kamu harus semangat Tha. Aku yakin kamu bisa bangkit lagi. Kita berusaha bareng ya buat sembuhin sakit hati kamu. Apapun yang kamu rasain, bagi semua itu sama aku. Aku masih sahabatmu kan Tha?" ujar Kayla menatap Agatha yang sesenggukan

Agatha mengangguk dengan senyum simpul. "Selalu."

Dua gadis itu pun tertawa dalam air mata mereka.

"Ayo ku antar pulang Tha. Mamamu belum jemput kan?" tanya Kayla

Agatha menggeleng.

"Ya udah ayo pulang bareng. Sekalian aku ajak mampir ke perpus kota ya, mau ngembalikan buku." ujar Kayla

Agatha hanya mengangguk. Meski belum banyak bicara, Kayla sudah senang dengan respon sahabatnya itu. Setidaknya itu lebih baik daripada harus melihatnya muram tanpa ekspresi.

Motor yang Kayla kendarai berhenti di lampu merah. Tak jauh dari sana ada mobil hitam yang tak asing bagi Agatha. Kaca mobil itu terbuka, tampak seorang pria dengan rokok di mulutnya sedang menyetir. Agatha menajamkan penglihatannya. Seperti tak asing dengan pria itu.

TING.. Kayla melajukan motornya dan mobil hitam itu mendahuluinya. B 46 US, Plat nomor itu. Agatha berusaha mengingat mobil di depannya. DEG.. Keringat dinginnya bercucuran. Mobil itu, adalah mobil yang sama yang telah menabraknya beberapa minggu lalu.

"Key. Mobil itu... Itu.." ucap Agatha terbata

"Kenapa Tha?" heran Kayla sambil terus mengamati mobil hitam yang Agatha tunjuk.

"Ikuti Key!" pinta Agatha

"Ha? Kenapa harus.."

"Ikuti aja Key, cepat!" ujar Agatha

"Oke oke." Kayla mempercepat laju kendaraannya.

Siang itu begitu ramai, ditambah teriknya matahari sedikit mengaburkan pandangan mereka. Meski begitu Kayla berusaha semaksimal mungkin untuk menuruti kemauan Agatha. Mobil itu melesat semakin cepat, seperti sadar telah diikuti.

Tubuh Agatha menegang. Kepalanya berdenyut dengan kencang, disertai tubuhnya yang mulai gemetar.

"Tha, mobil itu masuk ke parkiran mall." ujar Kayla

"Tha.. Agatha!" panggil Kayla

Kayla menoleh ke arah sahabatnya. Agatha mematung dengan keringat membasahi keningnya.

"Kamu kenapa Tha? Kamu sakit?" tanya Kayla mulai panik

Agatha masih terdiam tatapannya kembali kosong dengan getaran tangan yang semakin terlihat.

"Aduh, harusnya aku nggak bawa kamu jalan dulu. Bentar aku telponin mama kamu ya." ujar Kayla mencoba menghubungi Kristin

"Aduh nggak diangkat lagi." gerutu Kayla

Tiba-tiba tubuh Agatha melemah, tangannya terkulai dan limbung ke belakang.

"Agatha.." panggil Kayla mencoba mendudukkan sahabatnya

"Mobil itu.. Dia... Dia.." ucapan Agatha terengah-engah

"Kalian? Ngapain disini?"

Kedua mata Agatha menatap samar ke arah laki-laki yang mengemudikan mobil hitam itu.

"Kamu.. Kamu pelakunya.."

Bab 3 Rasa Simpati

"Kamu.. Kamu pelakunya.."

Kedua mata Agatha terpejam setelah mengatakan kalimat itu.

"Agatha.. Bangun!" ujar Kayla menepuk pelan pipi sahabatnya

"Dia kenapa sih?" tanya Andre keheranan melihat Agatha yang tiba-tiba pingsan

"Nggak tahu kak, tadi itu dia minta tolong aku buat ngikuti mobil hitam itu. Terus pas udah sampai tiba-tiba dia lemas dan pingsan." ujar Kayla menunjuk ke arah mobil Andre

"Lo tahu rumah teman Lo ini?" tanya Andre

"Tahu kak. Dia tinggal di perumahan Samitra kak. No A02." terang Kayla.

"Bentar Gue minta tolong teman Gue dulu." ujar Andre yang menjauh dari mereka

Andre tampak menelepon seseorang. Tak lama kemudian, Andre kembali.

"Bentar lagi teman Gue datang. Ayo kita bawa teman Lo ke pos satpam dulu!" ujar Andre berusaha mengangkat tubuh Agatha.

Andre menatap wajah polos gadis yang digendongnya. Kedua matanya bengkak, dengan warna kehitaman mengitarinya. Seolah menunjukkan kesedihan mendalam yang Agatha alami.

"Permisi Pak, ini teman saya pingsan. Saya sedang nunggu jemputan. Boleh saya rebahkan dia disini dulu Pak?" ujar Andre sopan

"Oh iya silahkan. Bawa masuk." balas satpam itu dengan ramah

"Kepanasan ya Mbak temannya ini?" tanya satpam pada Kayla

"Nggak tahu Pak tiba-tiba aja dia pingsan. Tapi emang sih Pak, 2 minggu yang lalu dia sempat kecelakaan. Apa mungkin kondisinya belum pulih benar ya?" terka Kayla menatap ke arah Agatha yang terbaring di lantai

"Kenapa Lo ajak main? Kalau Lo tahu dia masih belum sehat." celetuk Andre

"Aku nggak ngajak main Kak. Tadi aku mau ngantar dia pulang. Sampai di jalan ketemu sama mobil hitam itu. Dia nyuruh aku ngikutin, ya udah aku ikutin aja!" sergah Kayla

Andre menatap ke arah mobilnya. Melihat ke arah plat nomor yang sangat mudah untuk di hapal. Tiba-tiba dia merasa khawatir. Andre keluar dari pos dan terus menerus menghubungi Ivan. Berharap sahabatnya itu segera sampai, sementara Kayla mencoba menyadarkan Agatha dengan minyak yang dia bawa.

"Kasihan ya teman Mbak ini." ujar Pak satpam mendekat ke arah Kayla

"Iya Pak. Pacarnya meninggal. Dan orang yang nabrak mereka kabur. Sampai sekarang belum ketemu pelakunya." balas Kayla

DEG.. Mata tajam Andre mengarah ke pos satpam yang terbuka itu. Jantungnya berpacu, beradu dengan suara napasnya yang semakin tidak beraturan.

"Nggak mungkin. Nggak mungkin kan mereka tahu." gumamnya semakin gusar.

Andre mondar mandir di halaman parkir sambil sesekali mengecek ponselnya yang sedari tadi tidak berbunyi.

"Kemana juga sih Ivan ini? Lama banget!" umpatnya

"Kak!" panggil Kayla

Andre menoleh dan mendapati Kayla menyodorkan sebotol air.

"Thank's." ucapnya singkat seraya meneguk habis air dalam botol

"Maaf ya kak. Lagi-lagi kita ngrepotin kakak." ujar Kayla

Andre tak menanggapi Kayla. Matanya menelisik ke arah mobil yang berdatangan. Belum ada tanda-tanda Ivan disana. Ia pun mendesah pelan.

"Kakak sekolah di SMA Binus ya? Kok tadi bisa di warungnya Bu Imah." tanya Kayla

"Gimana teman Lo? Udah sadar?" tanya Andre sengaja mengalihkan pembicaraan Kayla.

Kayla menggeleng. "Kasihan dia Kak. Pacarnya baru aja meninggal. Jahat banget orang yang nabrak. Bisa-bisanya dia lari dan nggak bertanggung jawab." balas Kayla

Andre terdiam. Enggan menanggapi ocehan gadis di sampingnya itu. Tidak ingin larut dan merasa bersalah, Andre pun meninggalkan Kayla tanpa kata-kata.

"Lah kok malah pergi sih!" gerutu Kayla

Sebuah jeep merah berhenti di hadapannya. Seorang pria dengan kaca mata hitam turun dan menghampirinya.

"Emm maaf, kamu cewek yang tadi di warung Bu Imah itu kan?" tanya Ivan

"Iya kak. Kakak temannya kakak yang itu bukan. Yang.. Ganteng." ujar Kayla berhati-hati

Ivan terdiam. Tertegun sejenak dengan istilah ganteng yang Kayla lontarkan.

"Maksud aku kakak yang itu.. Yang nolongin tadi. Siapa ya namanya?" ujar Kayla gelagapan

"Andre. Namanya Andre." balas Ivan

"Yang kayak chinese itu kan." tanya Kayla memastikan

"Iya benar. Mana temanmu?" tanya Ivan tanpa basa-basi

"Itu kak disana. Di pos satpam." Kayla menunjuk ke arah Agatha berada.

Ivan mengikuti dari belakang. Sejenak menatap gadis yang terbaring di hadapannya.

"Saya temannya Pak. Saya mau bawa dia pulang." ujar Ivan

"Oh iya silahkan Mas. Tadi sudah dikasih minyak angin juga tapi nggak sadar-sadar." terang satpam itu

"Terima kasih Pak sudah boleh berteduh. Mari." ujar Ivan mengangkat kembali tubuh Agatha dan membawanya ke mobil.

"Kak Andre kemana ya? Kok malah nggak keluar-keluar?" heran Kayla

Ivan yang menyadari niat Andre pun bergegas naik ke mobilnya.

"Tolong kamu antar aku ke rumahnya ya! Kamu bawa motor kan?" tanya Ivan dari jendela mobil

"Bawa kok Kak." ujar Kayla segera berlari mengambil kendaraannya.

AGATHA POV

Aku terbangun di kamarku. Tampak mama dan Kayla duduk di ranjangku. Tunggu bagaimana aku bisa ada di rumah? Seingatku aku menguntit mobil hitam itu di mall tadi.

"Sayang kamu udah sadar Nak? Mama khawatir." ujar mama mengusap pelan rambutku

Aku memaksakan senyumku, berusaha membuatnya tenang.

"Aku panik banget tadi Tha. Tiba-tiba kamu pingsan di parkiran. Aku takut kamu kenapa-napa Tha." ujar Kayla memegang tanganku

"Aku nggak apa-apa kok. Maaf buat kalian khawatir." ucapku lirih

Seorang pria yang tidak ku kenal berdiri di ambang pintu kamar.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku setelah menyadari wajahnya yang tidak asing.

"Dia yang nolongin kamu tadi Tha. Namanya Kak Ivan. Dia sekolah di SMA Binus." ujar Kayla

"Tadi kita ketemu kok, di warung Bu Imah." ujar Ivan dengan seulas senyum

Owh jadi dia salah satu diantara murid nakal yang membolos pelajaran tadi. Aku hanya tersenyum menanggapi jawabannya.

"Kenapa kamu bisa pingsan Nak? Apa kamu pusing? Kita periksa ke dokter ya?" tanya mama

Aku menggeleng pelan "Tadi, aku lihat mobil hitam yang nabrak aku waktu itu ma. Aku hafal plat nomor mobilnya. Aku minta Kayla buat ngikutin dia. Tapi anehnya pas berhenti di parkiran dan lihat cowok itu keluar, aku justru gemetaran ma. Aku tiba-tiba lemas dan ambruk gitu aja. Padahal aku udah lihat pelakunya, di depan mata. Tapi sayangnya..."

"Kamu tahu siapa yang udah nabrak kamu?" tanya Ivan tiba-tiba

"Aku nggak yakin sih, tapi aku kayak pernah lihat orangnya. Sayang banget pandanganku kabur dan aku nggak ingat apa-apa lagi." ujarku menitikkan air mata

"Kamu lihat orangnya Tha? Yang mana? Kok aku nggak tahu?" tanya Kayla

"Gak terlalu jelas sih Tha. Mataku buram tadi." keluhku

"Padahal kalau pelakunya ketangkap, kita bisa nuntut keadilan buat Ricky! Dan kamu bisa tenang Tha, kamu bisa balik jalani hari-hari kamu kayak biasanya." ujar Kayla menyesalkan

"Kamu.. Mau laporin pelakunya ke kantor polisi? Gimana kalau pelakunya anak sekolah?" tanya Ivan

Mataku menatap pria itu, tampak ekspresi yang sulit diartikan. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu? batinku

"Maksudku, kita nggak tahu kan pelakunya siapa. Kalau dia masih anak sekolah, apa kamu juga mau penjarakan dia?" tanya Ivan mengulangi pertanyaannya

Aku terdiam, berpikir sejenak. Tidak etis jika aku mencebloskan anak orang dan menghancurkan masa depannya. Tapi di sisi lain, ada ketidakrelaan dalam hatiku melihat pelaku tabrak lari masih bersenang-senang di luar sana.

"Mungkin kalau hari itu, dia berhenti dan meminta maaf secara baik-baik. Mau mengantarkan aku dan Ricky ke rumah sakit. Aku akan melupakan kejadian ini. Tapi yang buat aku sakit, sebegitu pengecutnya mereka yang lari begitu tahu kondisi Ricky, sudah separah itu." ujarku mulai bergetar.

Air mataku kembali menetes. Sekuat apapun aku menahan diri, aku tetap tidak bisa berhenti menangisinya. Mama memelukku kembali, begitu juga dengan Kayla yang mulai menangis bersamaku.

Aku menatap Ivan yang perlahan berjalan mendekatiku. Entah apa yang dia pikirkan, aku sendiri bahkan tidak mengenalnya.

"Maaf, maafkan aku."

Aku terperangah. Maaf? Untuk apa.. Mungkinkah..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!