NovelToon NovelToon

BLUE IRIS

Bab 1 : Acara perpisahan sekolah

Selamat datang di novel author yang ke tiga para readers kesayangan, semoga terhibur dan suka dengan ceritanya.

#Happy Reading😍😍#

 

Indonesia, kota B

Toko pastry di ujung jalan besar itu terlihat ramai.Para pengunjung nampak antusias membeli berbagai macam jenis kue yang di sediakan di sana.Untuk pecinta cake ala western di toko inilah tempatnya,meskipun tidak terlalu besar,namun toko pastry itu tidak pernah sepi dari pengunjung.Bahkan tiap hari cake nya selalu sold out di buru para penikmat dessert dengan rasa yang lezat dan ramah di kantong.

La creme cake and cookies itulah nama toko pastry tersebut, toko itu sudah ada sejak lima tahun lalu.Sang pemilik adalah seorang wanita cantik asal turki dengan kisaran umur di awal empat puluhan.

Siang ini pengunjung La creme cake and cookies sedang padat padatnya,sebuah sepeda berwarna pink dengan keranjang di bagian depan baru saja terparkir di samping toko.Seorang gadis cantik yang masih sangat muda turun dari sepeda dan masuk ke dalam La Creme Cake and Cookies.

"Anne.. " panggil gadis tersebut. (Anne adalah panggilan untuk ibu dalam bahasa Turki).

"Kok pulang cepat sayang."tanya Efrina, sang ibu yang tengah sibuk melayani pembeli.

"Hari ini hari terakhir sekolah Anne,nanti malam ada acara perpisahan dengan teman sekolah." Lanjutnya lalu memakai apron dan mulai membantu Efrina melayani pelanggan.Dengan telaten dia melayani pembeli satu persatu.

Nama gadis itu adalah Elnara Ziya Mehr,tapi Efrina tidak mengikut sertakan nama belakang sang putri,baik di kehidupan sehari hari maupun di sekolah.Mehr adalah nama belakang keluarga besar nya yang merupakan salah satu keluarga terkaya di Turki, tapi karena masalah besar yang menimpa ibunya saat Elnara masih sangat kecil,Efrina akhirnya di usir oleh Ehran Mehr,ayahnya karena kesalahan yang tidak bisa ayahnya maafkan, sejak saat itu, Efrina meninggalkan tanah kelahirannya dan memutuskan tinggal di Indonesia,negara yang cukup jauh dari jangkauan sang ayah.

"Jam berapa acara perpisahanmu Elna?" tanya Efrina.

"Jam tujuh Anne." ujarnya sambil mencuci piring bekas makan para pengunjung.

Efrina melihat jam yang terpasang di dinding,kurang empat jam lagi acara perpisahan itu akan di laksanakan.

"Sebaiknya kamu istirahat aja dulu,nanti biar Anne yang kerjakan." ujar Efrina.

"Nggak papa Anne, biar Elna selesaiin ini dulu." Elnara melanjutkan pekerjaannya kembali.

Itulah yang Elnara lakukan tiap hari,selain sekolah, waktunya habis tersita membantu Efrina menjalankan bisnis untuk menyambung hidup dan biaya sekolah nya.Tidak ada kesempatan bermain dengan teman sebaya, hanya saja terkadang ada seorang teman sekolahnya datang dan membantu Elnara bekerja.

Tepat jam tujuh malam Elnara berangkat ke hotel tempat di mana acara perpisahan itu akan di adakan.Satu persatu temannya sudah datang.

Mereka memilih hotel bukan tanpa alasan. General Manajer hotel tersebut adalah ayah dari salah satu teman kelasnya.Tentu saja mengenai biaya mereka mendapatkan banyak diskon,dan lagi itu adalah hotel mewah bintang lima yang memiliki banyak cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri.

"Hai Elna.."panggil Nilam, dia adalah sahabat Elna yang tiap minggu datang membantu nya.

"Kamu udah lama?" tanya Elna.

"Nggak juga."

"Gimana menurut mu, tempat nya indah bukan?" tanya Nilam lagi.

"Iya Lam.. indah banget." ujar Elna mengagumi pemandangan di sekitar hotel tersebut.

Saat ini mereka berada di rooftop, bagian paling tinggi di tempat itu,sang pemilik hotel sungguh punya ide yang brilian,dengan membangun sebuah taman di bagian atap gedung di sertai dengan kafe kafe yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang jumlahnya puluhan membuat tempat ini menjadi salah satu tempat favorit bagi semua kalangan untuk sekedar bersantai dengan teman atau keluarga.

"Nggak berasa ya kita udah tamat sekolah aja."ujar Elna.

"Iya juga,eh...aku dengar kamu mau melanjutkan kuliah jurusan tata boga ya.."

Elna mengangguk,"Iya,, aku akan melanjutkan toko ibuku, kasian dia, selama ini dia membanting tulang mencari uang untuk membiayai semua keperluan ku."Lanjut Elnara,dia kembali mengingat bagaimana Efrina sang ibu, harus bekerja keras setelah di usir oleh kakeknya.

"Kok ngelamun sih.. dari tadi aku panggil panggil kamunya nggak ngerespon." Nilam protes karena beberapa kali dia memanggil Elna tapi Elna sama sekali tidak menyahut.

"Ah...iya maaf,ngomong apa barusan."

"Tuh si kumbang SMA Mandala udah datang." Nilam menunjuk dengan wajahnya ke arah seorang pria tampan yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Hai Elna.." Sapa pria tadi yang langsung mengambil posisi duduk di sebelah Elnara.

"Hai Vano." Balas Elna di barengi senyum tipis yang menghiasi bibirnya.

Namanya Alvano Narendra,dia adalah anak dari General Manajer hotel tempat mereka mengadakan acara saat ini.

Tidak banyak yang tau kalau sebenarnya Vano sangat menyukai Elnara, termasuk Elna sendiri.

"Kenapa kamu nggak nelpon aku, biar aku yang jemput." Ujar Vano.

"Nggak papa Van,hotelnya juga nggak terlalu jauh dari rumah."

Saat asik berbincang, seorang pelayanan datang dan membawa beberapa gelas minuman ke meja mereka.Vano memberikan satu gelas jus buah pada Elnara.

"Makasih Van, padahal aku bisa ambil sendiri."ujar nya polos.

"Nggak papa, aku tau kamu suka jus buah."

Tanpa menaruh rasa curiga sama sekali, Elnara langsung meminum jus tersebut hingga setengahnya,seketika Alvano tersenyum smirk melihat Elnara meneguk minuman yang dia berikan.Tadi sebelum duduk,Vano sempat menghampiri dan menyuruh pelayan untuk menaruh sesuatu pada jus buah yang akan di berikan pada Elnara,everclear sejenis minuman dengan kadar alkohol tinggi serta obat perangsang di campurkan ke dalam jus,dan ini merupakan alkohol terkuat di dunia,dan jangan tanyakan di mana Vano mendapatkan nya, tentu saja karena kekuasaan sang ayah yang punya akses di mana saja di dalam hotel tersebut.Demi melancarkan aksinya Vano harus memberikan beberapa lembar uang tutup mulut untuk pelayan tadi.

Beberapa saat mereka masih asik bercerita,kadang di selingi tawa yang membuat suasana tambah meriah, namun keadaan berbeda mulai terlihat di kursi yang paling ujung, Elnara mulai bertingkah aneh, badannya terasa sangat panas,kesadarannya sedikit demi sedikit mulai menghilang.

Melihat kondisi Elnara yang memang sesuai keinginannya, Vano segera membawa Elnara tanpa sepengetahuan teman teman mereka yang masih asik bertukar cerita satu sama lain.

"Kita mau kemana Van?" Tanya Elnara saat Vano membawanya memasuki lift.

Vano tidak menjawab, dia hanya merangkul tubuh lemah Elnara.

"Aku mau pulang Vano, badan ku nggak enak,aku seperti nya mau demam." lanjut Elna lagi.

"Istirahat di kamar aku aja dulu,masa kamu pulang dengan keadaan begini, nanti setelah agak mendingan baru aku antar, ok." Kali ini Vano berbicara dengan mata yang terus menatap gundukan indah yang terlihat jelas dari balik tshirt yang di kenakan Elna.Di usianya yang memasuki tujuh belas tahun,tubuh Elna memang terlihat hampir sempurna, dari postur tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang putih,dan tentu saja asetnya yang sudah mulai terlihat paripurna.Tadi saat tiba di hotel, Elnara sempat mengenakan hoodie, namun dia lepas setelah merasakan tubuhnya kepanasan.

Saat tiba di depan kamar,Vano mulai merogoh kantong celana nya mencari card lock untuk membuka pintu,semua kantong celana dan baju sudah dia periksa,sialnya card lock itu sepertinya tertinggal di rooftop.

"Ini kamarku, kamu tunggu di sini dulu ya, aku lupa ngambil kuncinya, jangan kemana mana." Vano memperingati Elnara.

Elnara hanya mengangguk tanda mengiyakan,dia pasrah, mau pulang ke rumah dengan keadaan seperti itu dia takut pingsan di jalan,dan lagi Vano adalah temannya, tidak mungkin dia berbuat jahat,itulah yang ada di pikiran Elnara saat ini.

Karena cukup lama menunggu, Elna sudah tidak sanggup menahan aura panas yang keluar dari dalam tubuhnya,dia mulai gelisah.

Elnara mondar mandir, dan saat bersandar di kamar sebelah kamar Vano, pintu itu terbuka, entah memang sengaja atau pemiliknya lupa mengunci kamar tersebut.

Tanpa pikir panjang Elnara masuk ke dalam, walaupun dalam keadaan setengah sadar,dia masih sempat melihat sekeliling,dan hening, kamar itu kosong.

Segera Elnara menutup pintu dan mencari di mana letak kamar mandi, tapi sayang dia hanya menutup tidak mengunci kamar mewah itu.

Baru saja dia membuka bajunya,tiba tiba pintu terbuka dari luar.

Elnara menoleh,seorang pria dengan wajah tampan rupawan dengan tubuh tinggi lengkap dengan setelan jas nya tengah berdiri dan menatap nya dengan kening yang berkerut.

"Siapa kamu?"

...****************...

Bab 2 : Arka Kemal Gaozhan

Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi atletis lengkap dengan setelan jas berwarna hitam keluar dari sebuah mobil mewah yang baru saja di parkir di lobby hotel.

Jajaran petinggi dan karyawan hotel sudah berbaris rapi untuk menjemput kedatangan CEO hotel mereka.

Iris hotel (Airis hotel), hotel bintang lima di kota B, yang merupakan salah satu cabang dari sekian banyak hotel yang sama yang tersebar di hampir seluruh negara, dan Turki adalah negara pertama tempat Iris hotel didirikan, juga negara asal keluarga pendiri Iris Company termasuk CEO yang baru saja menginjakkan kakinya di lobby hotel termewah di kota tersebut.

Namanya Arka Kemal Gaozhan,CEO sekaligus pewaris perusahaan Iris Company.Ini adalah kunjungan mendadak setelah Arka menerima laporan keuangan dari sang asisten pagi tadi, padahal dia baru saja tiba dari Turki beberapa jam yang lalu.

"Selamat sore tuan Arka."General Manajer menjemput dan menyapa Arka yang baru saja keluar dari mobil.

Dengan tatapan dingin tanpa ekspresi,Arka melangkah tanpa menjawab sapaan dari Pak Narendra.

Sudah menjadi rahasia umum bagi semua karyawan Iris Hotel mengenai sifat putra pertama tuan Aslan Gaozhan itu.Pria arogan, dingin, dan irit bicara.

"Mari saya antar ke ruangan anda tuan."Kali ini giliran manajer pemasaran yang berusaha mencari perhatian di depan Arka.

Arka berhenti,menatap sinis pada wanita yang tengah berdiri dengan mengenakan pakaian kurang bahan yang membuat Arka muak melihat nya.

"Urus saja pekerjaan anda bu Adelia."

Arka melanjutkan langkahnya setelah membalas perkataan Adelia dengan menohok.

Wajah wanita itu seketika memerah menahan amarah sekaligus malu karena perlakuan kasar Arka padanya di depan banyak orang.

"Sial....aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku."Batin Adelia.

Arka memasuki Lift,Denis sang asisten yang selalu mengikuti kemanapun Arka pergi menekan tombol menuju ruangan Arka yang terletak di lantai lima puluh.

"Tuan ada kesempatan beristirahat selama satu jam sebelum rapat di mulai."Denis menyampaikan jadwal untuk Arka hari ini.

"Aku hanya akan beristirahat selama lima belas menit." Ujar Arka singkat.

"Baik Tuan."

Denis meninggalkan Arka setelah bos nya itu masuk ke ruangan.

"Lima belas menit lagi,Tuan Arka akan segera turun, siapkan ruang rapat segera." Denis melakukan panggilan telpon pada salah satu petinggi Iris hotel.

Di dalam ruangan,Arka mulai membuka macbook yang Denis bawa sebelum meninggalkan nya tadi.

Pemilik mata hazel itu menatap tajam layar kecil yang menampilkan data data keuangan tentang Iris hotel yang di kelola salah satu bawahan nya.

"Narendra sialan..." Arka mengumpat,jari tangannya mengepal kuat."Ini akhir untukmu."lanjut Arka kembali dengan rahang mengeras menahan amarah.

Pak Rizal yang di telpon Denis tadi tampak panik karena belum ada persiapan sama sekali di ruang pertemuan,wacana awal rapat akan di adakan sejam kemudian tapi ternyata di majukan jauh lebih cepat dari jadwal.

Tergopoh gopoh Rizal berlari mencari Adelia sebab ponsel manajer pemasaran itu tidak bisa di hubungi.

"Ternyata kamu disini."ujar Rizal dengan napas tersengal setelah menemukan Adelia yang baru saja kembali dari toilet.

"Ada apa pak Rizal mencariku?" tanya Adelia.

"Siapkan makanan segera, Tuan Arka akan mengadakan rapat lima belas menit lagi."

"Aaapppaaaa?!Kenapa cepat sekali." Panik Adelia.

"Makanya suruh koki bergerak sekarang."perintah pak Rizal.

"Baik."

Adelia segera menghubungi chef hotel agar menyediakan makanan untuk CEO mereka.

"Gawat.. apa ada masalah besar?biasanya tidak ada audit di jam pulang seperti ini,apa salah seorang dari kami melakukan kesalahan besar? Hhhhh....tapi nggak papa juga sih,aku bisa berlama lama menatap wajah tampan nya, dan aku harap malam ini adalah kesempatan terbaikku untuk bisa tidur bersama dan menikmati tubuh menggiurkan itu.Aahhh.. membayangkan nya saja membuat birahiku berada di level tertinggi." Adelia tersenyum dan bermonolog dalam hati.

Beberapa saat setelah mengetahui kalau CEO Iris akan datang, niat jahat muncul memenuhi seluruh otaknya.

Arka memang bukan orang asing untuk Adelia.Mereka sempat bersekolah di satu SMA yang sama walaupun hanya setahun karena Arka adalah siswa pindahan dari luar negeri dan tahun terakhir masa SMA harus dia jalani di indonesia.Dan semenjak itu, Adelia sudah menyimpan rasa untuk Arka, tapi sayang,Arka tidak pernah meliriknya sama sekali.Bahkan sosial media milik Arka sudah dia hack semuanya.Dia sangat terobsesi dengan pria tampan keturunan Turki itu.

Chef dan beberapa asisten chef sudah membawakan appetizer untuk di nikmati bos besar mereka selama mengadakan pertemuan internal, namun Adelia menahan mereka sebelum masuk ke ruangan.

"Simpan di sini aja chef Mika, biar aku yang bawa masuk." ujar Adelia pada wanita yang merupakan head chef Iris hotel.

"Baik bu Adelia."

Chef Mika dan beberapa asisten chef meninggalkan ruangan tersebut dan mempercayakan semua pada Adelia, dan di sinilah kesempatan untuknya,secangkir kopi tanzania peaberry kesukaan Arka sudah berada tepat di depannya, dengan gerakan cepat,dia memasukkan sesuatu ke dalam kopi tersebut.

"Semoga ini berhasil."Doa Adelia dalam hati.

Arka sama sekali belum mengeluarkan suara tapi suasana di dalam ruangan itu sudah terlihat mencekam, bagaimana tidak, Arka menatap satu persatu staf profesional yang duduk bersamanya saat ini.Namun suatu keberuntungan Arka tidak mendengar saat mereka menelan ludah dengan kasar karena ketakutan.

"Tidak ada yang ingin anda sampaikan?"akhirnya sebuah kalimat Arka lontarkan setelah terdiam untuk beberapa saat.Sambil menunggu jawaban dia menikmati kopi dan beberapa cake yang di siapkan untuknya.

Hening,mereka bertatapan satu sama lain, bingung dengan pertanyaan CEO mereka, pertanyaan ambigu dan entah untuk siapa pertanyaan itu ditujukan.

"Jangan berpura-pura,sportif saja,pasti anda paham kenapa saya mengadakan audit internal di saat anda harusnya sudah berada di rumah!! Iya kan?!"Nampak kesabaran Arka mulai menipis.

Masih hening, walaupun sesekali terdengar suara suara tidak jelas di antara mereka.

Arka memberikan kode pada Denis dan seketika layar besar di belakang Arka menyala sempurna menampilkan data keuangan yang di gelapkan oleh salah satu bawahannya.

"Luar biasa, ini adalah yang kedua kali aku berkunjung ke sini setelah ayahku menyerahkan kepemimpinan Iris Company padaku.... dan.. anda....!! " Kesabaran Arka habis dan menunjuk seorang pria yang duduk tepat di depan nya yang masih terhalang meja panjang.

"Ayahku sangat mempercayai anda Pak Narendra, tapi sepertinya kepercayaan itu anda salah gunakan, dan ingat,,,,aku tidak sama dengan ayahku!!" ujarnya dengan tegas.

Semua yang berada di ruangan itu menatap pak Narendra.Mereka tidak habis pikir, orang kepercayaan Tuan Aslan Gaozhan, ayah Arka,bisa melakukan hal jahat dengan menggelapkan dana perusahaan.

"Dalam waktu enam bulan, anda sudah mengambil keuntungan hotel sebanyak satu milyar pak Narendra.Itu sungguh sangat keterlaluan!!" Arka emosi.

Pak Narendra terlihat gemetar,kedua tangannya meremas ujung jas yang dia kenakan.

"Aku tau kemana uang itu anda gunakan!" Terang Arka membuat semua orang penasaran.

Di layar terpampang foto foto pak Narendra dengan seorang wanita muda sedang berbelanja di sebuah toko dengan brand mewah di pusat mode dunia, Paris.

Dengan mengangkat satu kaki di atas pahanya sambil tersenyum smirk, Arka kembali melontarkan kata kata pedasnya.

"Seandainya uang itu,anda gunakan untuk menyekolahkan anak anda, mungkin akan lain ceritanya, tapi... lihatlah baik baik...anda mengambil uang perusahaan hanya untuk menyenangkan wanita simpanan anda!!Sepertinya,saat ini anda sedang tidak waras! "Maki Arka.

Dengan wajah ketakutan,Pak Narendra berdiri mendekat ke arah Arka dan berlutut di kakinya.

"Maaf kan saya tuan Arka,saya khilaf,tolong beri saya satu kesempatan dan saya berjanji tidak akan mengulangi nya lagi." ujarnya dengan tubuh gemetar karena ketakutan, betul apa yang di katakan Arka barusan, kalau dia tidak sama dengan ayahnya, tuan Aslan. Jika tuan Aslan yang menemukan kecurangannya, kemungkinan besar dia masih selamat, tapi tidak dengan anaknya.

"Kata kata itu simpan saja untuk istri anda Pak Narendra,dan anda harus mengemasi barang barang anda sekarang juga,karena mulai besok, akan ada orang lain yang mengisi meja anda."

...****************...

Bab 3 : Hilangnya kesucian

Satu jam sebelum tragedi terjadi

"Saya mohon tuan, jangan memecat saya..." Pak Narendra terus saja memohon pada Arka, tapi seperti kata katanya tadi, dia tidak akan luluh dengan apapun, matipun di depannya dia sama sekali tidak akan peduli,sadis bukan? itulah Arka Kemal Gaozhan, saat kau melakukan kesalahan padanya,jika bukan hidupmu yang menderita maka nyawamu yang akan melayang.

Dengan satu gerakan tangan saja,Denis sudah paham apa maksud dari Arka, segera dia menyingkirkan hama yang masih setia bergelayut di kaki sang bos memohon untuk di ampuni.

"Jangan tuan Denis, jangan.. saya mohon.. "Kali ini Narendra meminta Denis untuk tidak menyeretnya keluar dari ruangan, tapi percuma saja,Denis adalah Arka, mereka seperti satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.

Tanpa suara, Denis menyeret paksa Narendra keluar dari ruangan dan membuangnya seperti sampah.

"Barang barang di ruangan anda, akan saya kirimkan secepatnya, selamat tinggal pak Narendra dan terima kasih banyak atas dedikasi anda selama puluhan tahun mengabdi di perusahaan saya,dan silahkan tunggu proses nya, kuasa hukum Iris Company yang akan mengurusnya.Itu adalah ucapan terima kasih dari tuan Arka untuk anda." Denis membacakan pesan teks yang di kirim Arka beberapa menit lalu di hadapan Narendra yang tertunduk lesu dengan linangan air mata penyesalan.

Setelah kepergian Narendra,dengan santai Arka kembali menikmati kopi yang di siapkan untuknya.Melihat tingkah laku Arka yang sulit di baca membuat atmosfer dalam ruangan itu malah terasa semakin mencekam.

"Tanzania Peaberry,, siapa yang punya ide menyiapkan ini padaku?" tanyanya di tengah kesunyian.

"Saya tuan." Adelia berdiri dengan memasang senyum secantik mungkin.

Perasaan tenang yang dia rasakan seketika kembali menghadirkan amarah yang sempat mereda.

Praaanngggg...

Arka membuang cangkir berisi kopi begitu saja setelah mengetahui kalau Adelia lah yang menyiapkan nya.Arka tidak penasaran dari mana Adelia mengetahui semua apa yang dia suka dan tidak dia sukai, tentu saja karena selama ini Adelia sudah mengganggu kehidupan pribadinya lewat dunia maya.

Arka meninggalkan ruangan dengan aura yang tidak tertebak.Beberapa menit melangkah,badannya mulai terasa panas.

"****... " Arka mengumpat sambil memegang kepalanya.

"Dasar Wanita ular,,kelihatan nya kau ingin bermain main denganku." lanjutnya dengan wajah memerah menahan amarah.

Meski Arka hanya meminum sedikit,tapi efek obat yang Adelia campurkan ke dalam kopi, bisa membuatnya hampir menggila karena gairah bercinta yang di timbulkan obat tersebut.

Adelia yang melihat Arka keluar tentu saja mengikuti dari belakang,mengendap endap seperti seorang penguntit.Namun bukan Arka namanya kalau tidak bisa membaca situasi yang sedang dia hadapi saat ini.

Dia mengambil langkah lebar agar Adelia tidak bisa mengikuti nya lagi,dan berhasil.Untung saja,saat tiba tadi Arka lebih memilih kamar biasa meskipun terlihat masing sangat mewah ketimbang president suite yang biasa dia tempati saat menginap di salah satu hotelnya, jadi Adelia tidak akan menemukan keberadaan nya.

Kepala Arka bertambah sakit saat dia baru saja menutup pintu kamar.Di pikirannya saat ini adalah, dia harus masuk ke kamar mandi, menyiram tubuhnya dengan air dingin agar hasrat bercinta yang ada dalam otak nya berangsur angsur menghilang.

Namun begitu menutup pintu dan akan membuka jasnya, Arka di kagetkan dengan seorang wanita yang berada di dalam kamarnya, dan yang lebih mengejutkan adalah penampilan wanita itu yang membuat matanya tidak bisa berkedip.

"Siapa kamu!!"Arka mengurungkan niat membuka jasnya dan mendekati wanita tadi.

Elnara menoleh ke arah suara yang tentu saja pertanyaan itu di tujukan untuknya.Bukan menjawab dia terlihat lebih sibuk menatap bajunya yang tergeletak di lantai,dia hanya menunjuk tshirt nya yang teronggok di sana.Mau mengambil tapi tidak bisa,berdiri saja kepalanya terasa pusing apalagi jika harus menunduk meraih kaosnya itu. Arka terus melangkah mendekati Elna,sebagai gerakan perlindungan,Elnara merangkul bagian atas tubuhnya yang hanya mengenakan bra berwarna hitam.

" A.. anda siapa tuan? "Elna tergagap, menatap pria berjas itu dengan kesadaran yang hampir hilang.

Arka kini berjarak kurang lebih satu meter di depan nya,dan dia bisa mencium bau alkohol dari mulut Elna.

" Ini kamarku,, apa yang kau lakukan di sini!! "Arka marah, tapi dia tidak bisa menutupi gemuruh dalam dadanya,mata hazel itu tidak bisa berpaling dari silaunya berlian yang entah datang dari mana.

Dengan susah payah,Arka menelan ludahnya,tujuh belas tahun, perkiraan umur gadis itu dalam otaknya,masih sangat muda dan ranum.Bibir tipis, hidung mancung,alis tebal,kulit putih dan tubuh yang tinggi,sungguh rezeki yang tak terduga bukan?di saat dirinya menginginkan seseorang untuk membantu melepaskan hasrat yang saat ini hampir meledak, tiba tiba hadiah itu sudah berada di depan mata.

" Oh... maaf tuan,aku akan segera keluar."Elna perlahan menunduk,berusaha meraih pakaiannya namun tiba tiba dia terhuyung, untung saja Arka sigap menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh mencium lantai.

Beberapa saat Elnara terdiam, namun itu tidak berlangsung lama.dengan kasar dia melepas cengkeraman tangan Arka di lengannya.

"Le.. lepas tuan,,, "

Elna berhasil melepaskan genggaman Arka,dia mencoba memakai bajunya namun itu sulit sekali dia lakukan.

"Ini kenapa sih,, lubang nya mana lagi.. " Dia membolak balik kaos berusaha untuk memakainya, namun tidak berhasil, Arka yang memperhatikan gerak gerik Elnara tersenyum,lucu juga melihat gadis belia yang sedang di bawah pengaruh alkohol itu.

"Tuan..." panggil Elnara sambil menyerahkan bajunya pada Arka."Tolong pakaikan.. "

Arka menatap Elna,cukup lama, sampai Elna kembali berkicau dan menyuruh Arka lagi, tapi kali ini dengan gaya yang sangat menggemaskan.

"Berani sekali kau menyuruhku!!"ujar Arka,namun perkataan nya itu hanya di anggap angin lalu oleh Elna.

Elna mendekati Arka,masih dengan tshirt putih di tangan kanannya.

"Apa kau tidak mendengarku!?cepatlah!! "Desak Elna.

Gairah Arka meningkat sempurna melihat wajah Elna yang sangat dekat dengannya."Oh Tuhan dia sangat cantik."Batin Arka.

Elna tidak berhenti di situ, kini dia lebih berani menarik jas Arka agar mau mendengarkan permintaan nya.

Mata hazel itu tidak berkedip menatap bibir Elna yang terus saja berceloteh,memohon agar Arka mau membantunya.

Kesabaran Arka habis,dia mencengkeram kuat lengan Elna, menatap nya dengan penuh gairah dan...

"Cuuppp." Arka mengecup bibir indah Elna.Karena terkejut refleks Elna mundur satu langkah,di sisa kesadaran nya yang semakin menipis, dia masih sempat memegang bibirnya.

"Apa ini??Apa yang kau lakukan padaku tuan?? " Elna bingung,itu terlihat dari mimik wajahnya yang justru membuat Arka semakin bersemangat.

Arka memegang tengkuk Elna agar gadis cantik itu tidak bisa bergerak, kemudian membenamkan bibir nya kembali, kali ini dia lakukan sedikit lebih agresif membuat Elna kewalahan.

"Mmmmm... mmmm... "Elna meronta,bagaimana tidak, dia tidak bisa bernapas gara gara ciuman Arka yang sangat brutal sampai tangannya harus memukul dada bidang pria itu.

Arka tau, kalau lawannya masih amatir dan mau tidak mau Arka melepas ciuman memabukkan itu.

Hening.. hanya suara nafas Elna yang memburu karena hampir kehabisan nafas.

"Inikah yang di namakan berciuman?" Elna bermonolog kemudian melanjutkan lagi."Menurut temanku berciuman itu enak, tapi kenapa rasanya aku mau mati?"Dia mendengus dan tanpa dia sadari,Arka memperhatikan semua tingkah Elna.

"Ahhh.. sudahlah, aku sebaiknya pulang." Elna berjalan gontai menjauh dari tempat Arka berdiri sambil memegang bibirnya yang terasa kebas, namun belum sempat dia memegang gagang pintu,Arka sudah lebih dulu berdiri di depannya.

"Aku heran,di usiamu yang sekarang, kamu sudah berani menyentuh alkohol,apa itu kebiasaanmu?dan apa kau mencoba bercanda denganku?Setelah menggodaku,kau ingin melarikan diri?Dan satu lagi,kau ingin keluar tanpa mengenakan pakaian?"

Elna tidak menjawab pertanyaan Arka,kepalanya kini terasa sakit sekali.

"Bisa aku meminjam tempat tidurmu? aku sangat mengantuk."ujarnya sambil melangkah ke arah tempat tidur besar di depannya.Pertanyaan pertanyaan Arka tak satupun yang dia jawab.

" Tunggu.....!! "Teriak Arka.

"Apa lagi??aku sangat mengantuk tuan.." ujar Elna.

Arka menarik tubuh Elna."Apa benar kau tidak pernah berciuman sama sekali?"tanya Arka semakin penasaran.

"Kenapa dari tadi pertanyaan mu itu itu terus?Ya..... aku memang belum pernah berciuman...PUAS.....hiks.. hiks.. hiks.. jangankan berciuman, merasakan bagaimana itu jatuh cinta dan punya pacar saja tidak pernah,,,dan kau..jangan mengejekku...!! " Berang Elna sambil menunjuk wajah Arka.

"Berani sekali kau menunjuk wajahku...sekedar kau tau, orang pertama yang menunjukku dengan kasar seperti ini adalah dirimu... " Tutur Arka, dia tidak marah sama sekali, entah kenapa melihat wajah ayu Elna membuatnya merasa tenang.

"Lagian kenapa kau menangis?Apa karena harapan mu tentang ciuman itu di luar ekspektasi?Mau aku ajarkan cara yang tepat?"Tanpa mendengar jawaban Elna, Arka ******* bibir indah itu.

Kali ini dengan lembut, tidak semaniak tadi,dan dari perlakuan Arka itu, Elna bisa menikmatinya.

Ciuman yang awalnya cuma coba coba akhirnya membangkitkan gairah Arka, dirinya yang memang sudah di beri obat oleh Adelia kini tidak mampu menahan diri.

Bagi Elna jelas tidak bisa menghindari apa yang akan terjadi selanjutnya, pengaruh minuman dengan kadar alkohol yang cukup tinggi di tambah obat perangsang tentu saja membuatnya tidak bisa menyadari lingkungan sekitar.

Dia melakukan semua di luar kesadarannya, berbeda dengan Arka, sebenarnya dia bisa menghindari semua itu, namun nalurinya sebagai pria dewasa yang butuh penyaluran hasrat seksual seakan menutupi akal sehatnya, dia tau apa yang akan dia lakukan saat ini adalah dosa besar tapi magnet yang di miliki Elna sungguh membuatnya tidak bisa berbuat apa apa.

"Aku membuat kesalahan besar, maafkan aku Anne... "

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!