Sitha termenung di dalam mobil, air matanya tak berhenti mengalir. Kenapa suaminya Mas Reza tega mengkhianatinya, apa salahnya. Sitha selalu berusaha menjadi istri yang baik. Hatinya sakit sekali lagi ternyata suaminya Reza berselingkuh dengan Adiknya sendiri Mila.
Sitha tak menyangka ternyata Mila adiknya tega menyakiti hati dan rumah tangga kakaknya sendiri.
Ingin rasanya Sitha berteriak kencang memaki mereka berdua tapi mulutnya seakan terkunci tak mampu mengeluarkan suara.
Sitha hanya bisa menangis, menangisi penghianatan dari orang orang yang begitu ia sayangi.
Sitha baru saja melihat perselingkuhan suaminya dengan adiknya sendiri. Pagi ini setelah selesai sarapan, Sitha bergegas ke butik, tapi baru saja mengendarai mobil, ia teringat kalo ada sketsanya yang tertinggal sehingga ia putuskan untuk balik lagi ke rumah, Karena jaraknya saat ini masih dekat dengan rumahnya, jadi wanita itu memutuskan untuk berjalan kaki.
Sampai di depan rumah, Sitha melihat masih ada mobil suaminya Reza, berarti suaminya itu belum berangkat kerja atau bisa jadi suaminya itu lagi cuti. Akhir akhir ini memang suaminya sering cuti yang membuat Sitha sedikit curiga.
Sitha masuk ke dalam rumah dengan menggunakan kuncinya sendiri yang memang ada untuknya. Ia melihat rumahnya begitu sepi, lalu ia buru buru menuju ke kamar dengan maksud mengambil sketsanya yang ketinggalan, Sewaktu dia melewati kamar tidur Mila adiknya, telinganya mendengar suara orang berbincang. Sesaat ia bingung, Mila berbicara dengan siapa sedangkan cuma ada Reza suaminya dan adiknya itu. Seketika, jantung Sitha langsung berdetak kencang dan tak karuan, pikiran buruk hinggap di kepalanya. Ia menghampiri kamar Mila dan membuka pintu kamar yang tak tertutup rapat itu, dengan perasaan yang tak menentu, Sitha mencoba melihat ke dalam kamar.
Betapa terkejutnya ia melihat apa yang terjadi di dalam kamar tersebut.
Sitha melihat adiknya yang telanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benang pun berbaring di atas ranjang dan Reza suaminya yang juga serupa tidak mengenakan apapun di sana. Kepala suaminya sedang berada di area adiknya dan Mila sendiri sepertinya menikmati cumbuan dari kakak iparnya itu.
Sitha terduduk di lantai depan kamar Mila dengan lemas, kakinya tidak tahan menahan tubuhnya, sudah seperti tidak punya tulang, air matanya mengalir deras melihat kejadian di depan matanya sendiri. Ia masih tidak percaya kalo suami dan adiknya tega mengkhianatinya. Bagai petir disiang bolong menghantam tubuhnya.
"Ach, Mas Reza. Enak.... Terus, Mas...." terdengar suara Mila yang merasuki telinganya yang semakin membuat hatinya begitu hancur.
Sitha berdiri dan berlari melangkah keluar dari rumah, terus berlari sampai ketempat ia memarkir mobilnya.
Lama ia termenung dan menangis di dalam mobil. Setelah merasa lebih tenang, Sitha mencoba mengendarai mobilnya menuju butik. Sepanjang perjalanan, kilas kejadian yang tadi ia lihat terbayang bayang di depan matanya.
Sitha teringat akan kejadian di ruang makan. Apa mereka melakukannya di sana juga? Sitha merasakan wajahnya yang memucat, air matanya terus mengalir membasahi pipinya.
Sitha berusaha untuk tenang menahan perasaan sampai akhirnya sampai ke butik. Butik masih sepi, karena memang ia datang lebih pagi. Setelah masuk ke ruangannya, ia menangis sejadi jadinya di sana. Apakah pernikahannya harus berakhir? Tapi ia tak mungkin melakukannya karena kalo ia bercerai gimana dengan kedua orang tuanya. Papanya memiliki penyakit jantung, ia takut papanya shock dan mungkin bisa terkena serangan jantung kalo mengetahui perselingkuhan antara suaminya dan adiknya itu. Sitha tak mau itu terjadi. Ya, Sitha harus tetap bertahan demi pernikahan ini. Anggap saja ia tak mengetahui perselingkuhan antara Reza dan Mila.
Sitha harus bisa melakukannya, menahan perasaan sakit di hatinya, ia tak mau keluarganya berantakan kali mengetahui semuanya. Sitha rela berkorban untuk keluarganya.
*******
Seminggu setelah kejadian tersebut, Sitha berusaha menutup mata dan menahan sakit hati. Wanita itu berusaha biasa saja di hadapan Reza dan Mila. Tetap menjadi istri dan kakak yang baik bagi Reza dan Mila. Tetapi sakit hati Sitha tak bisa ditahan, wanita itu benci melihat Reza dan Mila sehingga selalu berusaha menjauh dari mereka berdua. Itu yang membuat Sitha malahan seperti memberikan kesempatan kepada suaminya berduaan dengan Mila adiknya sendiri karena dia selalu pergi ke butik lebih pagi dan pulang ke rumah lebih malam. Sempat Reza protes tetapi Sitha memberi alasan kalo butik lagi ramai pesanan.
Seperti pagi ini, Sitha baru sampai ke butiknya, masih terlalu pagi membuat suasana di butik masih sepi karena para karyawan Sitha belum ada yang datang.
Sewaktu Sitha masuk ke ruangannya, dia melihat Ilham OB di butik ya lagi beres beres.
Rupanya pemuda itu lagi ngepel lantai. Sitha masuk tanpa melihat kalo lantai masih basah karena baru dibersihkan. Saat dia melangkah, wanita itu terpeleset dan jatuh terduduk di lantai.
"Ough....." pekik Sitha.
Ilham yang tidak menyadari Sitha yang masuk keruangan, berbalik dan terkejut mendapati bos cantiknya terpeleset dan jatuh terduduk dilantai. Segera saja pemuda itu membantu Sitha untuk berdiri, tanpa sengaja tangan Ilham menyentuh gunung kembar milik Sitha ketika wanita itu berdiri.
Sitha kaget begitupun dengan Ilham yang merasa tangannya menyentuh sesuatu yang empuk.
"Eh, maaf, Bu. Saya gak sengaja." ucap Ilham gugup.
"Gak apa apa, Ham. Kamu kan gak sengaja,"
"Ibu gak apa apa? Maaf lantai nya licin karena masih basah,"
"Saya gak apa apa. Tolong bikinkan saya kopi ya," perintah Sitha lalu kemudian melangkah ke kursi kerjanya.
"Baik, Bu. Saya buatkan dulu." Ilham lalu berlalu.
Sitha merasakan dadanya berdegup kencang ketika merasakan telapak tangan Ilham yang tanpa sengaja menyentuh milik kembarnya.
Sementara di tempat lain ada Ilham yang juga merasakan hal yang sama, masih terasa di telapak tangan Ilham kenyalnya milik si Bos cantik itu.
Pemuda berumur 23 tahun itu baru bekerja di Butik Sitha 3 bulan lamanya. Postur tubuh Ilham sedikit macho dan keren serta terlihat rapih walau dia hanya sekelas OB. Ilham sudah menyukai bosnya ketika pertama kali bertemu, selama bekerja dengan Sitha, pemuda itu selalu mencuri pandang ke Sitha. Si Jun nya langsing mengeras seketika ketika melihat body yahud Sitha yang selalu memakai pakaian yang lumayan seksi ditambah badannya yang bagus dan aduhai.
Setelah membuatkan kopi untuk Sitha, Ilham segera menuju ke ruangan Sitha. Ruangannya terletak di belakang karena di area depan dipakai buat pajangan semua baju baju hasil rancangan Sitha.
Ilham berharap semoga karyawan yang lain lebih siang datangnya biar ia bisa lebih lama berduaan dengan pujaan hatinya. Walaupun pemuda itu ada rasa terhadap bosnya sendiri tetapi ia sadar diri tak mungkin Bosnya itu menatap dan menanggapi perasaannya. Karena Sitha mengira ia hanya seorang OB walaupun ia kerja sambil kuliah tapi umur mereka berdua terpaut cukup jauh. Sitha lebih cocok kakaknya daripada kekasih. Maka itu Ilham hanya menyimpan perasaannya diam diam.
Ilham mengetuk pintu ruangan, terdengar suara lembut yang menyuruhnya masuk. Pemuda itu masuk dan melihat Sitha lagi sibuk sama sketsa.
"Ini Bu, kopinya."
"Taruh saja di atas meja,"
Setelah menaruh kopi, Ilham mengambil peralatan pel yang tadi ia tinggalkan.
"Bu, boleh saya lanjutin lagi untuk bersih bersih di ruangan ini?" tanya Ilham memberikan alasan supaya bisa lebih lama berduaan dengan wanita pujaan hatinya.
"Ya udah, dilanjutin aja." jawab Sitha.
Ilham dengan semangat membersihkan ruangan itu sambil sesekali matanya melirik Sitha yang masih asyik dengan sketsa. Sitha yang merasa tatapan mata Ilham tiba tiba mengangkat wajahnya dan mereka berdua akhirnya bertatapan.
"Kenapa, Ham? Ada yang aneh dengan wajah saya?'' tanya Sitha.
"Enggak kok, Bu. Malah ibu cantik sekali," ucap Ilham memuji Sitha.
Wajah Sitha langsung bersemu merah entah kenapa ketika mendengar perkataan Ilham membuat wanita itu berdebar.
"Eh, kamu tuh ya, bisa aja,''
"Maaf, Bu. Tadi ibu gak kenapa napa kan?''
"Gak apa apa. Cuma bokong saya aja yang sedikit sakit,"
"Biar saya bantu pijit biar gak sakit," cetus Ilham yang membuat Sitha terkejut dan Ilham langsung salah tingkah karena mengusulkan sesuatu yang bersifat pribadi seperti itu.
"Hem, emang kamu bisa mijit, Ham?'' entah kenapa Sitha malah meladeni percakapan yang mulai menjurus itu.
"Bisa, Bu. Malah saya ahlinya. Malah nanti ibu bisa keenakan dan ketagihan dipijit sama saya." ucap Ilham yang semakin berani.
Sitha menatap Ilham yang juga sedang menatapnya, baru saja Sitha ingin berbicara terdengar suara ketukan membuat wanita itu menoleh ke arah pintu dan menyuruh siapapun yang ada di balik pintu supaya masuk.
Ilham sedikit kesal ketika kebersamaannya dengan Sitha jadi terganggu dan terpaksa dia pamit keluar dari ruangan itu.
Sitha hanya menghela nafas pelan ketika sadar kalo ia barusan saja tergoda oleh rayuan pegawai sendiri.
Percakapan mereka berdua tadi terlalu berani antara karyawan dan atasannya sendiri.
Ilham baru sampai di kosannya, setelah mandi pemuda itu berbaring di kasur yang diletakkan di lantai. Masih terbayang di benaknya kejadian tadi pagi, selama bekerja hampir 3 bulan baru tadi ia bisa berbicara panjang lebar dengan Bos nya Sitha. Andai saja pintu tak terketuk apakah akan terjadi sesuatu, pemuda itu benar benar kesal akan gangguan tadi pagi itu.
Ilham pertama kali melihat Sitha ketika menemani orang tuanya menghadiri ulang tahun perusahaan orang tuanya. Dari situlah ia tau kalo Sitha istri dari karyawan papanya. Dari awal pertemuan itu, Ilham sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Sitha dan demi dekat dengan Sitha membuat Ilham nekat melamar kerja di butik Sitha walaupun hanya sebagai OB yang penting ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya setiap hari.
Demi Sitha juga, Ilham sengaja meninggalkan apartemen mewahnya dan tinggal di kost sederhana dekat dengan butik Sitha. Ilham tau hal yang mustahil Sitha bisa meliriknya karena bagi wanita itu Ilham cuma seorang OB dan lagi pula Sitha sudah menikah dan kelihatannya pernikahan wanita itu bahagia.
Tapi karena kejadian tadi pagi membuat harapan Ilman berkembang. Kalo tidak bisa memiliki Sitha secara utuh, paling tidak ia masih bisa dekat dan mungkin saja Sitha bisa di rayu. Dijadikan selingkuhan juga, Ilham rela.
Masih Sambil tiduran, Ilham membayangkan si seksi Sitha nan ramping yang memakai kemeja putih dan rok. Bosnya itu memang suka memakai pakaian seksi yang membuat Ilham selalu penuh gairah melihatnya.
Membayangkan Sitha membuat si Jun tiba tiba menggeliat karena si Jun yang telah ingin dibelai ketika membayangkan Bos cantiknya itu.
Ilham mengelus si Jun yang sudah sangat ingin di belai lalu memuaskan dirinya sendiri di sana hingga sampai Ilham mengerang dan mendesah karena olahraga tunggalnya itu.
"Arggh, enak bangat, Sitha!" Ilham membayangkan diri sedang berolahraga dengan sang Bos nya.
Ilham mengerang, membayangkan si Jun main tusuk tusukkan bersama di dedek dan merasakan betapa menggodanya si dedek.
Ilham juga membayangkan suara manja Sitha ketika si Jun berolahraga dengan si dedek dengan kuat serta mengelusnya, pemuda itu membayangkan wanita itu ketika sudah melanda pada puncaknya, membuat olahraga tunggal Ilham semakin menaikkan tempo.
"Sitha..... Argh!!" Ilham mengerang ketika dia sudah berada di atas puncak dan menyelesaikan olahraganya.
Nafas Ilham tersenggal ketika permainan olahraganya mereda, dengan masih membayangkan Bosnya sembari mengelus elus si Jun.
Beberapa saat kemudian, Ilham tertidur lelap dengan senyum di lips dan masih membelai si Jun.
********
Pagi ini, dengan semangat Ilham berangkat ke tempat kerjanya. Pemuda itu sengaja berangkat lebih pagi dengan harapan dapat bertemu dengan Sitha sang Bos, karena biasanya Sitha datang lebih awal dibandingkan karyawannya.
Ternyata apa yang diharapkannya pun terwujud. Mobil Bosnya sudah ada diparkiran tepat di depan Butik itu, dan itu tandanya Bosnya si cantik sudah datang. Dengan semangat Ilham langsung segera masuk ke dalam butik tersebut, keadaan masih sepi karena belum ada karyawan yang datang. Kesempatan bisa berduaan dengan Sitha pun ada harapan.
Ilham segera menuju ke ruangan Sitha. Tanpa mengetuk pintu, pemuda itu masuk keruangan tersebut. Betapa kagetnya ia ketika melihat Sitha yang sedang berdiri di tengah ruangan tersebut hanya mengenakan anak baju saja.
Sitha tak kala terkejut juga. Wanita itu langsung berteriak menyuruh Ilham keluar tapi pemuda itu hanya berdiri diam sambil menatap Sitha dengan gairah.
"Keluar dari ruangan saya!'' teriak Sitha langsung berusaha menutupi tubuhnya dengan selembar kain bahan pakaian yang ada di ruangan itu.
"Ibu cantik sekali," ucap Ilham sambil melangkah mendekati Sitha membuat wanita itu terus mundur hingga akhirnya wanita itu menyentuh tepian meja kerjanya sehingga membuatnya tidak bisa mundur lagi.
"Ilham, jangan kurang ajar kamu! Saya Bos, kamu?!'' gusar Sitha sedikit ketakutan juga tetapi Ilham malah semakin mendekat hingga kedua lengan Sitha yang disilangkan wanita itu untuk menghadang Ilham, akhirnya menempel di dada bidang Ilham.
Sitha berusaha mendorong tubuh Ilham tetapi pemuda itu dengan sigap menahan lengan Sitha hingga tak bisa bergerak lagi dan membuatnya menyentuh Ilham. Terasa sangat lembut sehingga membuat Ilham semakin bergairah.
"Ilham..... Jangan! Saya bisa pecat kamu!" teriak dan ancam Sitha.
Ilham tak peduli dengan teriakan Sitha, lagi pula belum ada yang datang hingga tidak ada yang mendengar teriakan Bosnya itu.
Lips Ilham mencari cari lips Sitha, dia semakin menekan Sitha ke tepi meja kerjanya. Sitha berusaha menghindar dengan cara menggelengkan kepala menghindari perlakuan Ilham hingga pemuda itu hanya terkena di rahangnya. Sitha mencoba meronta melepaskan diri tapi tubuh Ilham yang memang lebih besar darinya membuatnya tidak bisa bergerak dan kedua tangannya di cengkeram oleh tangan pemuda itu.
Mereka sedang berada dalam aksi berontak beberapa saat, tetapi Ilham tidak mau menyerah dari perlawanan Sitha. Pemuda itu tidak peduli apapun lagi, yang dia inginkan hanya Sitha. Hingga akhirnya ketika Sitha membuka mulut untuk berteriak, Ilham langsung ******* bibir itu dengan begitu intens, menikmati setiap rasa manis di mouth dan lips Bosnya itu. Ilham mengerang di sela ******* lips mereka. Lips Sitha benar benar nikmat lebih dari yang ia bayangkan. Perlahan tangan Ilham melepaskan genggaman tangannya dari lengan Sitha, pemuda itu malah melingkarkan lengannya di pinggang Sitha.
Sementara itu, Sitha sepertinya sudah terhanyut dalam hasratnya. Wanita itu yang pada awalnya berontak kemudian malah membalas ******* lips Ilham, lengannya yang telah bebas dirangkulkan ke leher pemuda itu. Cukup lama kedua insan tersebut saling menikmatinya sampai pada akhirnya Sitha sadar apa yang dia lakukan itu salah. Di dorongnya sekuat tenaga tubuh Ilham hingga membuat pemuda itu terdorong kebelakang, suara tamparan terdengar keras di ruang kerja itu.
Nafas mereka berdua tersenggal bersahutan. Sitha menatap Ilham dengan marah.
"Keluar dari ruangan saya!'' perintah Sitha, sambil kembali menyilang lengannya berusaha menutupi tubuhnya.
"Aku tidak akan minta maaf, Bu. Aku tau ibu juga menikmati ciuman kita tadi," ujar Ilham.
"Keluarrrrr!!!!" teriak Sitha putus asa, menyuruh Ilham keluar dari ruangannya.
Akhirnya Ilham mengalah, pemuda itu keluar dari ruangan itu. Sitha langsung terduduk di lantai menangis memeluk tubuhnya. Wanita itu tidak tahu kenapa harus mengalami kejadian seperti ini. Tadi awalnya, Sitha ingin mencoba baju rancangannya sendiri, karena yakin hanya sendirian di butik membuat wanita itu tidak mengunci pintu ruang kerjanya. Tapi Sitha malah mendapatkan pelecehan dari karyawannya sendiri.
Sementara Ilham tak peduli kalo apa yang dilakukannya tadi bisa membuat dia terkena masalah. Sudah terlanjur terjadi dan ia tidak menyesal.
Ilham pasrah kalo di pecat ataupun dilaporkan ke polisi karena melakukan pelecehan seksual terhadap Bosnya sendiri.
Sekarang tinggal menunggu apa saja yang akan terjadi nantinya.
Sitha merasa sudah lebih tenang, wanita itu kini telah duduk di balik meja kerjanya berusaha melakukan perhitungan transaksi yang ada di Butik. Tapi, pikiran Sitha selalu kembali pada kejadian tadi pagi. Entah kenapa wanita itu tidak melakukan tindakan apapun kepada Ilham, seharusnya dia bisa melaporkan Ilham tetapi ada rasa tak rela kalo sampai pemuda itu di penjara hingga membuat Sitha membiarkan saja kejadian tadi pagi.
Ketika tadi pagi di cium paksa oleh Ilham, jantungnya berdetak sangat kencang, belum pernah ada laki laki lain yang menciumnya selain suaminya Reza. Sensasi berbeda dirasakan oleh wanita itu.
Selama.pernikahannya dengan Reza, jujur saja Sitha tak pernah membayangkan pria lain. **** juga masih hal yang dianggapnya sesuatu yang sakral. Sitha tidak mau **** yang aneh aneh.
Apa mungkin karena itu suaminya Reza berselingkuh darinya, pikiran itu berkecamuk di benak Sitha seketika. Apa selama ini suaminya tak pernah puas bercinta dengannya? Banyak pikiran yang berseliweran di kepala Sitha.
Sitha merasa seharusnya dia berubah menjadi wanita yang lebih bebas mengekspresikan dirinya, tak harus malu dan lebih bisa bebas dalam hal ****. Tetapi semuanya telah terlambat. Suaminya Reza nyatanya telah berselingkuh dengan adiknya sendiri.
Di tengah kebimbangan Sitha, entah kenapa malah terlintas pikiran jahat dan nakal.
Suaminya berselingkuh, kenapa dia tidak bisa melakukannya juga? Wanita itu berpikir seperti itu. Seharusnya dia juga membalas perlakuan suaminya dengan berselingkuh dengan pria lain.
Dengan cepat, wanita itu menggelengkan kepalanya, berusaha melupakan pikiran aneh yang hinggap di kepalanya dan berniat fokus pada pekerjaannya. Dia seorang istri yang harus menjaga perilaku, tidak boleh memikirkan hal seperti itu. Tapi lagi lagi, pikirannya selalu beralih ke hal itu.
Sitha akhirnya memutuskan untuk pergi keluar dari butik untuk menghindari Ilham. Wanita Itu malah jadi sedikit takut berdekatan dengan karyawannya itu. Sitha takut tergoda. Sitha keluar dari ruangannya, dia tidak melihat Ilham di sana sehingga dia merasa sangat lega.
Setelah berpesan kepada salah satu karyawannya, wanita itu segera keluar dari Butiknya.
**********
Sudah seminggu, Sitha selalu main kucing kucingan sama Ilham. Wanita itu selalu menghindari Ilham kalo sedang di Butik.
Tetapi tetap saja, Sitha masih bisa selalu bertemu dengan pemuda itu. Dan lebih parahnya lagi, Ilham jadi semakin berani dan nakal. Pemuda itu sepertinya tahu kalo Sitha tak melakukan apa apa setelah kejadian ciuman mereka, itu yang membuat Ilham semakin menjadi jadi beraninya.
Terkadang tangan Ilham dengan berani mengelus tubuh Sitha ketika wanita itu berpapasan dengan dirinya, pernah juga tangan Ilham menyentuh miliknya ketika wanita itu bertabrakan dengan Ilham di pantry secara tidak sengaja yang hampir membuat Sitha jatuh dan Ilham menangkap tubuhnya, tangan pemuda itu memegang pas di area itu dan dengan nakalnya tangan Ilham meremasnya di sana.
Sitha hanya tersentak kaget dan mendorong tubuh Ilham tapi wanita itu diam, tidak protes dan marah bahkan tidak berbicara apapun, dan berlalu keluar dari pantry begitu saja dan bergegas segera ke ruangannya.
Sitha baru saja masuk ke ruang kerjanya. Rasa deg deg an menghampiri dirinya ketika saat bertabrakan di pantry. Entah kenapa Sitha diam saja dan tak marah oleh kenakalan kenakalan yang dilakukan Ilham akhir akhir ini.
***********
Belakangan ini, Sitha sangat sibuk karena begitu banyak pesanan di butiknya, membuat dia dan semua karyawan sangat sibuk, bahkan Sitha sampai harus tidur di butik karena sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah. Sempat terpikir olehnya, kesempatan itu pasti tidak disia siakan oleh Reza suaminya dan Mila adiknya untuk bergumul dengan nafsunya. Memikirkan hal itu masih sangat terasa sakit bagi Sitha.
Wanita itu sudah memutuskan untuk tidak mau peduli lagi sama mereka berdua. Hatinya sudah mati rasa. Rasa sakit itu berusaha dibuangnya jauh jauh.
Akhir akhir ini juga Sitha malah merasakan debaran di dadanya, ada rasa berbeda yang dirasakan oleh Sitha setiap berdekatan dengan Ilham. Barusan juga Ilham dengan tidak segan segan nya menyentuh salah satu bagian tubuhnya. Wanita itu membiarkan saja kelakuan Ilham yang termasuk dalam pelecehan seksual itu. Malah Sitha malah sepertinya menanti nanti kenakalan apa lagi yang akan dilakukan oleh pemuda itu.
Di tengah tengah kesibukannya,
Sitha masih bisa termenung memikirkan Ilham karyawannya yang lebih muda 4 tahun darinya itu. Pemuda yang bekerja dengannya selama tiga bulan itu setahunya kuliah sambil kerja. Waktu pertama Ilham melamar kerja, sebenarnya Sitha tek terlalu butuh seorang OB karena selama dia membuka butiknya, biasanya karyawannya sendiri yang membuat kopi atau bersih bersih, Mereka juga kadang bantu membantu, jadi Sitha tidak pernah terpikirkan untuk mempekerjakan seorang OB.
Sitha sedikit lega ketika ada seorang pemuda yang datang ke butiknya dan bilang mau lamar kerja. Pemuda itu mengenalkan dirinya bernama Ilham. Karena Ilham bilang dia sangat butuh pekerjaan untuk meringankan beban orang tuanya membiayai kuliahnya. Sitha menjadi kasihan dan menerima Ilham bekerja di Butik sebagai OB. Pertama kali melihat Ilham, Sitha merasa mengenal pemuda itu, Sitha merasa pernah melihatnya, tapi dia lupa dimana.
Sitha masih duduk di ruangan dan melamun. Terbayang bayang wajah Ilham dengan senyum nakalnya. Tubuh pemuda itu gagah dengan tinggi dan berisi seperti suaminya Reza, bahkan Sitha merasa tubuh Ilham lebih tinggi dari suaminya itu. Memikirkan Ilham membuat Sitha merasakan sesuatu di areanya yang tandanya membuat wanita itu terangsang.
Sitha akhirnya menyerah, dirinya tergoda, pikiran nakal merasuki kepala cantiknya. Di bayangannya, Ilham berdiri di hadapannya, mengelus elusnya dengan manja sembari mengecup lipsnya hingga sampai mengelus dedek donat. Sitha memundurkan kursinya, serta mulai merasakan sesuatu dan satu dan dia langsung melakukan olahraga self service hingga benar benar mengerang di sana. Wanita itu semakin mengalami gairah karena kedua tangannya yang semakin menaikkan tempo olahraganya saat dirinya tengah membayangkan wajah Ilham ada di hadapannya membuat dia mengerang nikmat.
"Ach, Ilham ayo lebih dalam! Ach, enak, Sayang!'' rintih Sitha semakin cepat melakukan olahraga tangan itu. Hingga akhirnya tubuh melenting dan tersentak pada saat puncaknya yang datang. Tangannya semakin gencar hingga tubuh wanita itu lemas bersandar di kursi dengan tangan yang masih memegang si dedek donat.
Sitha terkejut ketika ponselnya tiba tiba bunyi yang membuat wanita itu bergegas merapikan pakaiannya dan membersihkan tubuh dan tangannya.
Sitha malu sekali ketika dia menyadari dia sedang masturbasi di ruang kerjanya dan mengkhayalkan karyawannya sendiri. Pemuda yang lebih pantas sebenarnya menjadi adiknya sendiri.
Setelah sedikit lebih tenang, Sitha mengangkat telepon yang ternyata dari pelanggan yang menanyakan soal baju pesanannya.
Tanpa Sitha sadari, ada sepasang mata melihat apa yang dilakukan oleh Sitha. Pintu perlahan tertutup dan sosok itu melangkah menjauh dengan wajah tersenyum nakal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!