NovelToon NovelToon

Menjadi Paman Sepuluh Keponakan

Bab 1: Berita Mendadak

"Pemain pertama, cara bermainmu jelek, Bajingan!"

Di jam 3 malam, di saat semua orang tidur terlelap dengan tenang, seorang pemuda yang biasa saja, dengan penampilan tubuh tidak mengesankan, tidak begitu tinggi, wajah pun tidak tampan atau rupawan, tengah bermain ponselnya dengan wajah yang geram.

Dalam kamar yang rapi dan bersih, pria ini menghabiskan waktu beristirahat di malam hari hanya demi bermain gim ponsel.

Terdengar dari kata-katanya yang bijak, pria ini sedang memarahi teman bermainnya dalam gim karena bermain buruk membuat timnya kalah.

"Sial!" Pria ini melemparkan ponselnya dengan sekuat tenaga ke bantal yang super lembut.

Meskipun sedang marah, barang yang telah dimiliki tidak boleh dirusak, harus dijaga dengan baik, dilempar satu kali itu tidak mengapa.

Melihat ponselnya baik-baik saja, pemuda ini menghela napas panjang. "Untung tidak terkena tembok."

"Ervin ...."

Suara wanita yang begitu lembut terdengar dari luar ruangan, membuat pemuda tersebut berdiri tegak dan menoleh ke arah pintu kamarnya.

"Iya, Ma?" sahut pemuda tersebut karena ibunya telah memanggil namanya.

Ceklek!

Pintu dibuka dan seorang wanita yang cukup tua, memiliki penampilan yang penuh kelembutan dan damai, masuk ke dalam kamar untuk memeriksa pemuda itu.

"Kamu belum tidur?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil menggaruk pipi. "Belum, Ma. Masih ada kerjaan yang belum selesai, sebentar lagi juga Ervin tidur."

Mendengar ucapan anaknya, ibunya tersenyum lembut dan mengangguk. "Jangan banyak bergadang, enggak baik buat kesehatan kamu. Cepat selesaikan kerjaannya lalu pergi tidur. Mama lupa memberi tahu kamu, besok pagi, semua keponakan kamu datang ke sini."

Deg!

Wajah pemuda itu segera memucat seolah tubuhnya diserang oleh penyakit mematika secara mendadak.

Tubuhnya membeku untuk waktu yang singkat, kemudian pemuda tersebut mengangguk kaku kepada ibunya. "I–Iya, Ma. Ervin akan menyelesaikan kerjaan ini dengan cepat."

"Bagus, Mama mau tidur lagi. Jangan lupa bereskan kamarmu sebelum tidur."

Setelah mengatakan itu, ibunya menutup kamar dan pergi meninggalkan pemuda itu di dalam kamar.

"Papa, dia sudah tua, tetapi masih kuat saja ...."

Pemuda itu masih bisa mendengar ibunya yang mengucapkan kalimat yang ambigu.

Usai merasa ibunya sudah jauh dari kamarnya, pemuda itu melompat ke atas kasur dan langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Mereka datang ke sini, aku bisa mati!" Pemuda itu menggigil tidak karuan dengan mata yang dipenuhi rasa takut.

Pemuda itu bernama Ervin Karl, pria muda berumur 20 tahun yang memutuskan untuk tidak kuliah demi kebebasannya. Entah kebebasan apa yang dimaksud olehnya.

Tidak kuliah bukan berarti dia menganggur. Saat ini, di umur 20 tahun kurang 1 bulan, Ervin memiliki pekerjaan sebagai penjoki akun gim, di mana dia dibayar untuk menaikkan peringkat dalam sebuah gim hingga mencapai peringkat tertinggi.

Tentu saja, penjoki terkadang tidak berjalan mulus, seperti yang barusan dia alami ketika mencoba menaikkan peringkat sendirian, dia mendapatkan kekalahan.

Jika kliennya tahu, bisa-bisa dia takkan disewa lagi oleh pelanggan.

Wanita tua yang masih segar dan terawat adalah ibu kandungnya. Kedua orang tua masih sangat sehat, mereka berdua tinggal di rumah tak bekerja karena umur sudah tua. Jadi, anak-anaknya yang gilirannya merawat mereka.

Omong-omong, kedua orang tuanya memiliki 6 orang anak, dan Ervin adalah anakku bungsu, artinya anak terakhir atau anak keenam dari kedua orang tuanya.

Memiliki 5 kakak atau abang, terdiri dari 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Bisa dibilang sepasang, ditambah dengannya menjadi 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.

Kelima abang dan kakak Ervin sudah menikah, dan sialnya mereka menikah di waktu yang berdekatan sehingga mereka juga mempunyai anak yang waktu lahirnya sangat berdempetan satu dengan lainnya.

Masih jelas di dalam kepala Ervin sebuah peristiwa yang melelahkan baginya, yaitu dia dan orang tuanya bolak-balik berkunjung ke rumah sakit untuk menemani kakak kandung dan kakak iparnya melahirkan.

Genap 10 kali Ervin ke rumah sakit yang berbeda untuk melihat keponakannya lahir.

Dengan 10 kali berkunjung ini, Ervin mendapatkan 10 keponakan yang lucu dan ... membuat kepala meledak.

Bagi orang lain, mempunyai keponakan adalah suatu impian yang membahagiakan. Baginya, memiliki keponakan adalah hal yang buruk, apa lagi ada 10 keponakan yang selalu berteriak dan memintanya untuk melakukan hal yang tak masuk akal, membuatnya merasa ada di tempat penyiksaan.

Terakhir kali Ervin pergi ke rumah sakit di dua tahun yang lalu untuk melihat kakak kandung melahirkan anak yang kedua.

Benar, masing-masing dari abang dan kakaknya punya dua anak dengan selisih melahirkan 1 sampai 3 tahun, antara kemunculan anak pertama dan kedua.

"Tidak-tidak! Kumohon, jangan biarkan mereka ke sini! Ampun, DJ!!"

Pada saat ini, Ervin yang menutupi tubuhnya dengan selimut karena ketakutan, tak sadar dirinya tertidur dan mengalami mimpi buruk yang mengerikan.

Brak!

Ervin terjatuh dari atas tempat tidur dengan wajah yang pucat dan panik.

Merasakan sakit di punggung dan kepalanya, Ervin berusaha untuk bangun dan melihat ke sekeliling kamar.

"Di mana mereka?!" Ervin kembali panik dan memandang ke setiap sudut kamar. Sama sekali dirinya tidak melihat ada anak kecil.

Wajah pucat Ervin menjadi merah, jantungnya yang berdetak begitu cepat mulai kembali tenang, menghirup napas dalam-dalam untuk menstabilkan pernapasan. "Fiuh ... itu cuma mimpi buruk."

Hati Ervin menjadi lega saat tahu bahwa peristiwa yang mengerikan yang telah dia alami ternyata cuma mimpi belaka.

"Jam berapa ini?" tanya Ervin setelah sadar bahwa ia tidak sengaja tidur.

Dengan cepat Ervin mengambil ponselnya yang keluaran 2 tahun lalu tampak sedikit usang, kemudian melihat jam di layar.

Muka merah Ervin kembali memutih dengan bola mata yang hampir keluar ketika melihat jam saat ini.

"Tidak!"

Ervin melempar ponselnya ke kasur, dia berlari ke kamar mandi dalam kamar dan menguncinya.

Di dalam sana, Ervin tampak sangat cemas seolah ia diteror oleh sesuatu yang membahayakan nyawanya.

Berdiri sembari bersandar di balik pintu toilet, pandangan Ervin bergerak ke atas ruangan dengan ekspresi memohon.

"Zeus, Apollo, Lucifer, Gatot Kaca, siapa pun orang yang hebat, tolong bantu aku dalam menghadapi sepuluh keponakanku yang akan datang! Kumohon bantu aku, Dewa Zeus Gacor! Setidaknya, tolong lambatkan waktu untukku agar aku bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi mereka semua. Tolong ... aku benar-benar belum siap ...."

Ervin memohon ke langit dengan suara yang lirih dan erdengar pasrah. Dia berlutut di lantai kamar mandi dengan wajah yang depresi.

Pemuda ini punya ketakutan tersendiri terhadap keponakannya, mungkin dia punya phobia keponakan di dalam dirinya.

"Tidak, aku tak boleh takut. Aku harus berani menghadapi mereka, bagaimana juga, mereka semua adalah keponakanku," gumam Elvin sambil mengepalkan tinjunya di atas lantai kamar mandi.

Penampilan Ervin seperti seorang MC yang mendapatkan kekuatan tersembunyi, dan memiliki niat berjuang yang tinggi.

"Yosh! Aku akan berjuang untuk hidup bersama mereka!! Demi Keluarga Karl! Ura!!"

Dengan seruan yang keluar dari mulutnya, Ervin melakukan kegiatan selanjutnya dengan penuh kegigihan dan keseriusan yang tinggi.

Di saat mandi pun, dia menggosok tubuhnya dengan mata yang tajam dan penuh kebulatan tekad.

Namun, Ervin tidak tahu bahwa tubuhnya mengalami perubahan yang luar biasa.

"Aneh, mengapa daki hitam di tubuhku banyak sekali? Air di bak saja sampai menjadi keruh."

Keluar dari kamar mandi, sebuah perasaan aneh memenuhi tubuh dan pikirannya.

Ervin menggelengkan kepalanya, mencoba mengabaikan keanehan pada dirinya. Dia mengambil baju yang ada di atas kasur dan segera mengenakannya dengan cepat, kemudia mengambil ponsel yang ia lempar untuk melihat jam.

"Sudah jam sembilan pagi? Aku menghabiskan satu jam di dalam kamar mandi? Aneh." Ervin terkejut saat tahu dirinya sudah terlalu lama saat mandi.

Wajar saja, dia sudah menghabiskan banyak air untuk memastikan tubuhnya benar-benar bersih dari banyak daki hitam yang luntur dan berjatuhan.

Tidak tahu kenapa tubuhnya menghasilkan banyak kotoran. Mungkin karena dirinya belum mandi 3 hari.

Duduk di atas kasur, Ervin bergumam, "Seharusnya, mereka akan tiba sebentar lagi—"

Tok! Tok! Tok!

"Paman!! Buka pintunya!"

"Paman, aku datang!!!"

Bab 2: Kejutan Luar Biasa

"Paman! Segera buka pintunya atau kami dobrak!"

Suara ketukan pintu makin intens, kebisingan tersebut membuat Ervin kembali tersadar dari keterkejutannya.

Tangan Ervin yang memegang ponsel mulai berguncang hebat, dan tubuhnya pun mulai gemetar karena perasaan takut yang melanda.

Iblis-iblis kecil itu telah datang ke sini.

Glup!

Menelan ludahnya, mata Ervin mengarah ke pintu dengan pupil yang bergetar, dia berusaha untuk menekan rasa takutnya dan membulatkan keberaniannya.

Berikutnya, Ervin berjalan ke arah pintu langkah demi langkah dengan keberanian yang tinggi.

Menyentuh kunci yang tergantung dan kenop pintu, tubuh Ervin terdiam sejenak dengan mata yang terpejam.

Di dalam hatinya, Ervin berharap dirinya bisa tahan dengan apa yang mereka lakukan kepadanya.

Dengan mata yang tegas dan dalam, tangan Ervin bergerak dan pintu yang terkunci terbuka.

Ceklek!

Pintu yang tertutup secara perlahan terbuka. Makin lebar pintu itu terbuka, jantung Ervin makin berdebar-debar.

Selanjutnya, pintu itu terbuka sepenuhnya dan memperlihat sembilan anak kecil tengah berdiri di depan pintu dengan senyuman di wajah kecilnya.

"Paman!!"

Sembilan anak kecil itu secara bersamaan menyerbu Ervin dengan pelukan yang disertai dorongan.

Tubuh Ervin tidak kuat untuk menahan semua tubuh dari kesembilan keponakannya sehingga keseimbangannya menjadi hilang dan dia terjatuh dengan sekuat tenaga memastikan mereka tidak terluka.

Bam!

Ervin terbaring di atas lantai dengan suara yang terdengar cukup keras.

Rasa nyeri muncul di belakang tubuh dan bokong Ervin, tetapi dia mengabaikan rasa sakit ini dan segera memeriksa keponakannya.

"Hahaha! Paman sangat lemah!"

"Sangat seru jatuh dari ketinggian!"

"Hahaha!"

"..."

Mendengar suara tawa kecil mereka, Ervin bisa melihat semua keponakannya tidak terluka sama sekali, mereka semua baik ke atas tubuhnya dan tertawa bersama-sama.

Bagi anak kecil, hal kecil seperti ini dapat membuat mereka tertawa senang.

Sebuah senyuman muncul di wajah Ervin, perasaan takut dan gelisah mulai mereda seiring mendengar tawa geli mereka.

Namun, senyum Ervin membeku saat mendengar salah satu keponakannya berbicara sesuatu.

"Hei, siapa orang tampan ini?! Di mana paman?!"

Mendengar ucapan salah satu keponakannya, Ervin berkata dengan bingung, "Ini paman kalian. Kalian semua sudah lupa?"

"Paman?"

Keponakan kecil Ervin satu per satu memandang Ervin dengan mata yang membulat.

Ervin tersenyum dan mengangguk kejam. "Benar, aku paman kalian. Ada apa?"

"Kamu tidak seperti paman kami!" Keponakan Ervin yang paling besar menolak, kemudian melangkah mundur dengan wajah yang sangat waspada.

Semua keponakan Ervin menjauhi tubuh Ervin dengan hati-hati.

Mendengar ucapan mereka semua, Ervin menjadi bingung.

Ervin bertanya dalam hatinya, 'Mengapa mereka tidak mengakuiku sebagai paman?

Dengan perasaan yang bimbang dan heran, Ervin segera bangun dari lantai, dan berdiri memandang mereka semua. "Tunggu, Paman ingin ke kamar mandi."

Di bawah tatapan semua keponakannya, Ervin berlari ke kamar mandi dengan cepat dan tidak untuk mengunci pintunya.

"Kak, itu benaran Paman Ervin?" Salah satu keponakan Ervin yang perempuan bertanya kepada keponakan yang lebih tua.

Melihat adik kecilnya, keponakan paling besar itu tersenyum dan menjawab, "Kakak lihat orang itu memang sedikit mirip dengan Paman Ervin, tetapi versi lebih tampannya."

"Jadi, itu sungguhan Paman Ervin?" Keponakan laki-laki ikut mengobrol bersama mereka dengan wajah yang masih tak percaya.

"Mungkin, aku juga tidak tahu," kata keponakan paling besar.

Pada saat yang sama, Ervin yang ada di dalam mandi sedang terpana memandang sosoknya di cermin.

Di depannya, terlihat sosok pria tampan dengan wajah yang hampir tidak ada kurangnya.

Kedua matanya yang ada di dalam cermin tampak begitu jernih dengan tatapan yang mampu membuat semua wanita menjerit. Alis yang panjang dengan lengkungan sempurna, menambah kesan tegas dalam wajahnya. Hidung mancung mulus, rahang yang punya bentuk tegas, memberi tampilan wajah yang jantan dan rupawan.

Ervin masih bingung dengan wajah yang dilihat sekarang. Ia mencoba untuk mengedipkan matanya, dan bayangan tampan di cermin ikut berkedip.

Namun, Ervin masih belum percaya, dia mencoba untuk menjulurkan lidahnya, dan bayangan di cermin ikut menjulurkan lidahnya. Apa yang Ervin gerakan pada wajahnya, cermin itu mengikutinya dalam waktu yang sama.

Mengetahui hasilnya, Ervin makin terkejut, dia memandang sosok tampan di cermin sambil menggelengkan kepalanya dan mundur perlahan.

"Tidak! Tidak mungkin ini bisa terjadi?!"

[Ding! Sistem Paman Terhebat berhasil diikat!]

[Selamat kepada Anda karena telah menjadi tuan rumah pertama!]

[Sebagai hadiah keberhasilan pengikatan, Sistem sudah memberikan hadiah berupa 90 poin pesona, uang 50 juta, Mobil Toyota Hiace Promono Kustom!]

[Pedoman Sistem telah dibuka!]

[Sistem Paman Terhebat akan membuat Anda menjadi paman paling hebat di dunia, semua perbuatan baik dan perlakuan baik kepada keponakan akan diberikan imbalan.]

[Ayo berjuang untuk menjadi paman paling hebat di dunia!]

Serangkaian suara mekanis yang dingin dan terdengar kaku muncul di kepala Ervin.

Wajah Ervin penuh dengan kejutan, ekspresi bingungnya digantikan oleh ekspresi bahagia yang tak terlukiskan

"Sistem?! Aku mendapatkan sistem?!" Ervin melotot ke cermin dengan muka seperti orang gila.

Sebagai pria yang suka dengan novel, Ervin tahu dan familier dengan sesuatu yang bernama sistem ini.

Sistem biasanya muncul kepada orang terpilih, seperti reinkarnasi, terlahir kembali, atau pindah ke dunia lain.

Namun, Ervin yang merasa dia bukan dari ketiga jenis tersebut menjadi agak bingung. Menggelengkan kepalanya, Ervin tidak peduli dengan itu, terpenting dia telah mendapatkan sistem.

Dengan adanya Sistem, hidupnya akan menjadi jauh lebih baik seperti apa yang dia bayangkan.

"Tunggu, aku dengar ada pesona dari hadiah ini," gumam Ervin yang sadar akan sesuatu.

[Ding! Perubahan penampilan tuan rumah disebabkan oleh Sistem.]

[Menjaga keponakan agar tidak terluka ketika Anda ingin jatuh dan dapatkan 1 poin Fisik!]

Belum siap Ervin menerima hadiah lain, sebuah letusan energi muncul di tubuhnya, membuat tubuh Ervin tersentak hingga menabrak tembok di belakangnya.

Arus hangat mengalir sangat cepat di setiap sela sudut tubuh Ervin, bersamaan dengan rasa nyeri yang tak tertahankan.

Pada akhirnya, tubuh Ervin tergeletak di lantai kamar mandi dengan kondisi yang setengah tersadar, dia terlihat hampir ingin mati.

Perubahan di tubuhnya terjadi, otot-otot yang membungkus tubuh mulai mengembang dan menjadi padat, penampilan kurus Ervin menghilang dan diganti oleh penampilan tubuh berotot yang ramping serta memesona.

Bajunya yang basah terkena air di dalam kamar mandi dan juga keringat mencetak garis-garis oto Ervin yang menggairahkan.

Lebih dari 3 menit berselang, sosok Ervin yang meringkuk kaku sudah berdiri kembali dengan tubuh yang segar.

Jelas terlihat banyak perubahan pada tubuh Ervin, dimulai dari bajunya tampak lebih kecil, dan celananya yang seperti tidak pas dengan panjang kakinya.

"Aku menjadi lebih tinggi." Ervin tersenyum lebar dengan hati yang berbunga-bunga.

Memandang sosoknya di cermin, ingin rasanya dia mencium dan menyetubuhi dirinya sendiri, ini sangat tampan dan jantan.

"Sial, aku harus keluar dari sini, jangan sampai mereka menyentuh itu!"

Ervin tiba-tiba teringat sesuatu dan dia bergegas keluar dari ruang kamar mandinya.

Begitu dia keluar dari kamar mandi, wajah Ervin yang bahagia menghilang, ekspresi sedih dan pasrah memenuhi seluruh wajahnya dengan mata yang menyaksikan pemandangan di dalam kamar

Di depan Ervin sekarang, terlihat mainan figur yang dipajang telah diambil oleh semua keponakannya dan potongan-potongan mainan terpisah sampai berhamburan ke mana-mana.

"Kak, orang itu sudah keluar dari toilet!!"

Bab 3: Perubahan Mendadak

Mendengar celetukan yang terdengar jelas, semua keponakan Ervin menoleh secara serentak ke arah Ervin yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

Namun, begitu mereka semua melihat Ervin dalam kondisi ini, wajah mereka berubah menjadi kekaguman yang tak tertahankan.

Semua keponakan laki-laki berlarian mendekati Ervin dengan sorot mata yang ingin tahu.

Tangan-tangan kecil mereka mencoba untuk menyentuh pakaian atas Ervin, tidak tahu apa maksud dari gerakan mereka.

"Wow!! Sangat keren!"

"Otot superhero!!"

"Mirip dengan Supermemen favoritku!"

"..."

Ternyata mereka mencoba untuk mengekspos otot-otot Ervin yang baru saja didapatkan.

Melihat keponakannya meraba-raba otot perutnya, Ervin segera menutup tubuhnya karena merasa geli disentuh mereka.

Akan tetapi, keponakannya melarang dan memaksa dia untuk membuka pakaian.

Saking kagumnya, keponakan Ervin sampai lupa bahwa mereka sebelumnya tidak yakin dengan sosok Ervin saat ini.

"Jangan ditutup, Paman! Aku ingin lihat!"

"Pukul perutnya! Paman sekarang kuat!"

"Sangat keras! Tanganku sedikit sakit!"

"Rasakan ini, Roti Sobek Basi!!"

"..."

Pada beberapa detik berikutnya, mereka tidak lagi mengelus dan meraba otot perut Ervin, mereka menjadi buas hingga memukul tubuh Ervin dengan segenap kekuatan mereka.

Meskipun pukulan mereka tidak begitu sakit, lambat laun makin terasa rasa sakitnya karena mereka memukul makin intens.

Dengan begitu, Ervin langsung melarikan diri dari kamar.

"Semuanya, kejar paman! Jangan sampai dia kabur!" Salah satu keponakan Ervin meraung keras layaknya seorang komandan perang.

Berikutnya, semua keponakan laki-laki Ervin bergerak mengejar Ervin yang kabur untuk mereka tangkap.

"Ayo tangkap paman!"

"Paman, jangan lari!"

"..."

Sementara itu, keponakan Ervin yang perempuan masih di atas kasur dan memandang keponakan laki-laki mereka dengan bingung.

"Kak, apakah orang tadi benar-benar paman?"

Mendengar pertanyaan adiknya untuk kedua kalinya, keponakan perempuan paling besar menjawab lagi sembari tersenyum, "Kakak rasa orang itu paman, suaranya sangat mirip dan juga sikapnya yang serupa. Paman takut dengan Roni dan yang lain."

"Mengapa paman sangat berubah? Aku ingat paman pendek dan biasa saja."

Kedua bahu keponakan paling besar terangkat dan menggelengkan kepalanya. "Kakak juga tidak tahu. Bukankah bagus paman sekarang telah berubah menjadi tampan dan ... kuat?"

"Iya, aku suka paman yang sekarang! Dia terlihat berotot!" celetuk keponakan perempuan yang lain. Keponakan yang berbicara itu memiliki wajah merah.

Pada saat yang bersamaan, Ervin berhasil ditangkap di ruang keluarga tepat di hadapan semua keluarga yang sedang berkumpul.

Mereka semua menatap Ervin dengan pandangan mata yang terpana, melihat sosok Ervin sikap yang aneh.

"Sayang, siapa orang yang kamu kejar?" tanya salah satu wanita cantik yang berkumpul di dalam ruang keluarga.

Salah satu keponakan Ervin yang memegang celana Ervin dengan erat langsung menjawab, "Ma, Paman lari dari kita semua karena tidak mau disentuh perutnya! Dia nakal!"

Dalam sekejap, mereka semua terperangah menatap Ervin dengan kejutan yang luar biasa.

Ibu Ervin dan Ayah Ervin berdiri dari sofa favorit mereka dan berdiri di depan Ervin untuk melihat secara dekat anaknya sendiri.

"Kamu adalah Ervin?" tanya Ibu Ervin yang cantik.

Ervin yang malu dan canggung dengan situasi ini mencoba untuk tersenyum dan menjawab, "Iya, Ma. Ini aku, Ervin Karl, anaknya Mama."

Setelah jawaban Ervin jatuh, ruangan menjadi hening untuk beberapa saat, kemudian semua kakak dan Abang Ervin mengerumuni Ervin dengan perasaan yang sangat kaget.

"Kamu kenapa menjadi tampan sekarang?!"

"Apa yang kamu lakukan pada wajahmu sehingga bisa tampan seperti ini, Dik?!"

"Lihat ototnya, aku sama sekali tidak bisa seperti itu."

"Latihan berapa kali dalam sehari untuk bisa mendapatkan tubuh seperti ini, Ervin?"

"..."

Semuanya menjadi sangat ingin tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Ervin, dan bagaimana cara Ervin mendapatkan wajah serta tubuh yang mengagumkan.

Ervin yang tengah dibombardir pertanyaan dari sepuluh kakak dan abangnya, hanya terdiam dan menunggu mereka semua puas menyentuh seluruh tubuhnya.

"Anu, aku sebenarnya jarang keluar dari kamar karena sedang memperbaiki penampilanku. Dengan cara tidak berdiri lama-lama di bawah sinar matahari, melakukan olahraga kalistenik di kamar, dan ... ya, seperti itu," beber Ervin sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Tanggapan semua keluarga Ervin terhadap jawabannya adalah percaya. Mungkin saja itu benar, lagi pula mereka juga tidak tahu apa yang terjadi pada Ervin selama ini.

Ayah dan Ibu Ervin yang hidup bersama Ervin saja tidak bisa membiarkan jawaban yang sebenarnya. Mereka berdua bingung.

"Ervin, aku sarankan kamu pergi mencari wanita sekarang, sosokmu sudah sangat bagus," kata kakak perempuan Ervin yang pertama.

"Ya ... aku akan lakukan nanti, Kak Narissa."

Ervin sama sekali belum kepikiran untuk mencari wanita karena dia masih fokus mencari uang. Mengingat adanya Sistem sekarang, Ervin ingin mencoba apa yang bisa dilakukan Sistem, dan sampai mana batasnya.

"Nak." Tiba-tiba ayah Ervin menepuk bahu Ervin, menatap mata Ervin dengan sorot mata yang serius. "Jangan terlalu lama sendiri. Papa dan Mama ingin melihat kamu menikah dengan istrimu."

"Iya, Pa. Akan aku usahakan."

Setelah keluarganya menerima perubahan baik Ervin, mereka semua mulai membiasakan diri melihat penampilan Ervin yang baru. Walaupun ada kesan aneh karena masih asing, mereka tetap meyakini ucapan Ervin bahwa perubahannya sekarang karena hasil kerja keras dia.

Ibu Ervin mulai melupakan keganjalan pada Ervin. Tadi malam dia melihat dengan jelas bahwa anaknya tidak seperti sekarang. Ibunya menganggap kejadian semalam hanya ketidaksadarannya terhadap penampilan Ervin, mungkin dia salah lihat saja.

Di dalam kamar, Ervin sedang dibawa oleh semua keponakan laki-lakinya bagai seorang tahanan.

Mereka semua menarik Ervin dengan tangan yang diikat menggunakan mainan borgolnya.

"Kalian bisa lepaskan aku sekarang? Paman ingin mengganti pakaian," mohon Ervin dengan wajah yang pura-pura sedih.

"Tidak!" Roni, keponakan laki-laki terbesar di antara yang lain, menggelengkan kepalanya dan menolak permintaan Ervin.

Dengan tangannya yang menunjuk ke sosok Ervin, Roni meraung, "Pukul paman jahat! Dia sekarang sudah sangat kuat!"

Segera, ketiga keponakan laki-laki Ervin menyerbu dan mulai memukul Ervin dengan wajah yang jahat.

"Rasakan ini, Penjahat Besar!"

Buk!

Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Ervin.

Melihat perilaku nakal semua keponakannya, Ervin hanya bisa diam dan membiarkan mereka memukul tubuhnya sampai puas. Nanti mereka akan kelelahan dan kehabisan tenaga.

Di atas kasur, keponakan perempuan Ervin hanya memandangi mereka semua yang menyerang pamannya, sembari mengumpulkan mainan yang diacak-acak oleh keponakan laki-laki.

Benar saja tebakannya, tidak lama berselang, satu per satu keponakannya tumbang karena kelelahan, dan mereka terbaring lemah di atas lantai dengan kondisi lelah.

"Serang paman ... jangan sampai mereka mengalahkan kita semua," kata Roni sambil berbaring lemah di lantai.

Sebuah senyuman muncul di wajah Ervin, ia menggelengkan kepalanya, kemudian memindahkan semua keponakannya ke atas kasur.

Tidur di atas lantai tidak baik bagi kesehatan anak kecil lantaran ubin lantai memiliki suhu yang dingin.

[Menjaga kesehatan keponakan dengan memindahkan mereka ke tempat tidur dan dapatkan Tubuh Anti-penyakit!]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!