NovelToon NovelToon

Cinta Rania

Rania

"Nduk,, sarapan dulu sebelum kerja,,," ucap Bu Ningrum saat melihat Rania keluar dari kamarnya dan sudah bersiap dengan seragam kerjanya.

"Iya bu,,, "balas Rania sambil duduk di kursi meja makan sederhana di rumah itu.

"Kamu setiap hari kerja pagi pulang malam, kapan kamu cari jodoh nduk??? Ucap Pak Usman sambil menyesap teh manisnya.

"ah,,, bapak,,, besok kalau sudah waktunya ya ketemu sendiri pak,,," jawab Rania sambil tersenyum.

Rania pun menghabiskan sarapannya dalam diam, sering sekali orang tuanya menyanyakan hal tersebut.

Sepiring nasi dengan sayur bening itu pun tandas dari piring Rania tanpa tersisa.

"Pak, Buk, Rania pamit kerja dulu ya,,,," ucap Rania sambil menyalami kedua orang tuanya.

Rania pun menaiki motor matic kesayangannya untuk sampai di tempat kerjanya.

Sesampainya disana pikirannya kacau, karena masih pagi kedua orang tuanya sudah membahas tentang jodohnya.

Bahkan ayahnya pernah akan menjodohkannya dengan anak salah seorang temannya.

Sontak Rania menolaknya mentah - mentah, di hatinya masih memendam kekecewaanya pada seorang pemuda bernama Irwan.

Teringat kisah cintanya yang kandas 5 tahun yang lalu.

Rania menjalin kasih dengan seorang pemuda bernama Irwan saat Rania masih di bangku SMA.

Rania yang merupakan anak seorang petani biasa tak sanggup melanjutkan sekolahnya, hingga ia memutuskan untuk melamar pekerjaan di sebuah minimarket berwarna biru itu.

Keputusannya pun mendapat dukungan dari Irwan. Irwan merupakan anak dari seorang tuan tanah di desa tersebut. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Irwan di terima bekerja di sebuah kantor bantuan hukum di kota kabupaten yang letaknya 2 jam dari desa mereka.

Sejak lulus SMA Rania sudah mendapat beberapa lamaran dari para pemuda di kampungnya, namun di tolak mentah - mentah oleh Rania. Karena Rania telah berkomitmen pada Irwan sejak setahun yang lalu, saat itu mereka harus menjalani hubungan jarah jauh, karena pekerjaan Irwan.

Setelah memberanikan diri memberitahu hubungan mereka pada keluarga masing - masing, ternyata disambut baik oleh orang tua mereka.

Bahkan orang tua Irwan yang telah mengenal Rania dengan baik, karena Rania merupakan sahabat putri mereka yang bernama Indah.

Mereka berdua sangat mendukung hubungan mereka, bahkan akan segera melamar Rania untuk Irwan agar hubungan mereka bisa segera di resmikan.

Namun Irwan menolaknya sebab Rania baru saja lulus sekolah, mereka masih ingin merasakan bekerja dan menikato masa muda mereka sebelum memulai biduk rumah tangga mereka.

"Dek bagaimana pekerjaanmu hari ini??" tanya Irwan saat menjemput Rania sepulang bekerja.

"alhamdulillah mas,, pekerjaanku lancar - lancar saja,,,," balas Rania.

"ya sudah, yuk kita pulang,,," ajaknya lagi sambil menyalakan motor milik Irwan itu.

Rania pun duduk di bangku penumpang motor Irwan dan berpeganggan dengan memeluk perut kekasihnya itu.

"dek kita makan bakso dulu ya,,, "

"iya mas,,,,"

Tak berapa lama Rania dan Irwan pun sampai di salah satu kedai bakso langgangan mereka sejak Rania masih SMA.

Irwan pun memesan 2 porsi bakso komplit serta 2 gelas es jeruk untuk mereka nikmati berdua.

Saat mereka tengah menikmati makanannya tiba - tiba ponsel Irwan berdering.

"mas ada telpon itu angkat dulu mas, siapa tahu penting,,," ucap Rania.

Irwan pun menolak panggilan itu dengan cepat, tak ingin Rania sampai tahu siapa yang menelponnya.

"kenapa dimatikan mas???" tanya Rania lagi.

"bukan siapa -siapa dek, nomor tidak di kenal biarkan saja" jawab Irwan.

"itu mas,, ponsel kamu berdering lagi,, angkat saja" ucap Rania lagi, saat melihat ponsel Irwan yang kembali berdering.

Namun Irwan malah menonaktifkan ponsel pribadinya itu.

"biarin saja dek, palingan juga orang nawarin kartu kredit" ucap Irwan sambil memasukkan ponselnya yang sudah nonaktif kedalam saku jaketnya.

Tak ingin membuat Irwan marah Rania pun menyudahi pembahasannya mengenai telpon yang masuk ke ponsel Irwan.

Sebenarnya Rania sedikit menaruh curiga pada kekasihnya itu, karena sudah beberapa bulan terakhir ini Irwan jarang sekali pulang ke kampung untuk menemuinya, di hubungi pun lebih susah.

Irwan yang biasanya jumat petang pulang ke rumah dan senin pagi baru kembali ke kota pun sekarang hanya sebulan sekali dia pulang, Irwan lebih memilih menghabiskan waktunya di kost - kost_annya di kota.

ketahuan

"lebih baik kita segera pulang mas,, ini sudah terlalu sore,,," pinta Rania setelah mereka menghabiskan bakso yang mereka pesan tersebut.

"oke,,,.sayang,,," balas Irwan.

Irwan pun melajukan motornya dengan pelan, beberapa menit kemudian Irwan menghentikan motornya di depan rumah Rania.

"mas tidak mampir ya dek, mas masih banyak urusan,,," ucap Irwan saat menunggu Rania melepas helmnya.

"tidak apa - apa mas, hati - hati di jalan ya,,," ucap Rania yang disambut anggukan kepala Irwan.

Irwan pun gegas memacu kuda besinya meninggalkan kediaman Rania, disana Rania masih melihat Irwan hingga hilang dari pandangan.

"eh,,, mbak Rania baru pulang,,," Teriak mbak Sumi dari rumahnya yang terletak di samping rumah Rania.

"iya mbak,,,," jawab Rania pelan.

"mbak Rania, kapan ini di halalkan,,, pacaran jangan lama - lama mbak banyak setannya lho,,," sahut Bu Lastri yang sedari tadi duduk dengan mbak Sumi.

"lamaran udah lama kok,,, nunggu apalagi coba??? Nanti kalau diambil orang nangis lho mbak!!!" ucap Mbak Sumi lagi..

"doakan saja bu ibu,,,, mari bu saya masuk dulu" ucap Rania meninggalkan kerumunan ibu - ibu yang mengasuh anak di samping rumahnya.

Telinga Rania memanas kala mendengar ibu - ibu setengah berbisik membicarakannya yang telah lama berpacaran dengan Irwan namun tak kunjung menikah.

Memang keluarga Irwan pernah datang ke kediaman orang tua Rania, mereka membicarakan perihal rencana pernikahan mereka beberapa bulan yang lalu.

Pada akhirnya mereka sepakat untuk menggelar acara pernikahan 6 bulan lagi,

***

Kedua orang tua Irwan sangat menyayangi Rania, selain karena parasnya yang cantik Rania pun gadis yang lemah lembut.

Orang tua Irwan pun sudah mengenal Rania sejak lama, karena memang kampung mereka yang bertetangga namun juga karena Rania adalah teman sekolah indah sejak SMP hingga mereka SMA,

Indah yang dari kalangan berada mampu melanjutkan pendidikannya ke universitas, sedangkan Rania hanya sampai SMA saja, karena orang tuanya tidak mampu jika harus membiayai ke bangku kuliah, sedang Rudi adik Rania juga saat itu masuk ke SMA.

Hari itu Rania dan indah mendatangi kost yang di tempati Irwan, mereka akan memberi kejutan ulang tahun pria persebut.

Sejak malam Rania sudah sibuk membuat kue tart juga membungkus kado untuk kekasihnya tersebut.

Pukul 7 pagi Indah sudah menghampiri Rania di rumahnya, untuk segera berangkat ke kota agar mereka tidak kesiangan, kebetulan hari itu adalah hari minggu, dimana Irwan sedang libur bekerja

Rania gadis manis tersebut terlihat sangat cantik meski hanya memakai pakaian sederhana, dengan riasan wajah tipis, serta rambut panjangnya yang tergerai.

Wajah cantik Rania memang mewarisi dari ibunya yang saat muda dahulu memang menjadi kembang desa.

"ayok Rania,,, cepetan,,

Kamu sudah cantik, ,jangan dandan lama - lama,,, keburu siang,,,,

Mas ku ngak akan melirik cewek lain, kalau sudah lihat kamu" teriak Indah dari luar rumah,

"iya,,,iya,,,, bawel banget kamu ndah!!!" gumam Rania.

Rania pun dengan cepat naik ke motor yang indah bawa, mereka meninggalkan kampung mereka yang sangat asri untuk ke kota menemui sang pujaan hati.

Karena jarak kampung ke kota memang lumayan jauh yakni 2 jam perjalanan, mereka harus bergantian menyetir sepeda motor itu.

Rania dengan senang hati mengantikan Indah menyetir motor, sebab di hari minggu jalanan akan lengang tak seramai di hari - hari biasa.

Apalagi yang akan mereka temui adalah sang pujaan hati.

Pukul 9 lebih sedikit mereka telah sampai di indekost tempat tinggal Irwan.

Tak sulit menemukan rumah kost tersebut sebab sudah beberapa kali Indah mengunjungi kakaknya disana.

Namun saat itu adalah kali pertama Rania sampai disitu. Disaat hari pernikahannya tinggal menghitung hari Rania baru mau mengunjungi kost Irwan itu pun dengan di temani Indah.

Rania memang gadis yang masih lugu, meski ia berpacaran beberapa tahun dengan Irwan, namun Rania tak pernah mau di cium atau pum disentuh Irwan.

Rania memegang teguh wejangan bapaknya, jika perempuan harus bisa menjaga harga diri dan martabak kedua orang tuanya.

Itulah sebabnya Irwan jarang pulang karena Rania pernah menolaknya saat Irwan akan menciumnya.

Kala itu hubungan mereka sempat memburuk, hingga Irwan meminta maaf atas ke khilafannya, dan Rania memaafkannya hingga kini.

Indah memarkir motornya di depan pintu gerbang, kost tersebut memang kost yang bebas membawa siapapun menginap disana, jadi tak perlu ijin kala Indah dan Rania akan masuk kebangunan besar tersebut.

Indah dan Rania mempersiapkan lilin untuk kue ulang tahun Irwan terlebih dahulu, setelah semua siap, indah baru akan mengetuk pintu kamar kakaknya itu.

"ayo ndah ketuk" perintah Rania setengah berbisik agar Irwan yang di dalam kamar tidak mengetahui kedatangan mereka.

Tok,,,,tok,,,,tok,,,, indah mengetuk pintu dengan pelan, namun setelah menunggu hampir 5 menit tak ada jawaban dari dalam, indah pun mengetuk lagi,

Tokkk ,,,, tookkkk,,,, tokkkk...

Kali ini lebih keras, sehingga orang- orang yang berada disana melihat mereka.

"jangan keras - keras ndah,,, nanti pintu itu bisa roboh" celetuk Rania.

"emang dasar mas Irwan itu kalau tidur kayak kebo,,, susah banget di bangunin, mau di kasih kejutan malah udah kesel duluan,,," gerutu Indah.

"sabar ndah,,,, mungkin mas Irwan kecapekan kerja,,," ucap Rania.

"besok kalau kalian udah nikah ya,,, kalau tu orang susah bangun, siram aja pakai air segayung ya Ran,," ucap indah.

Saat mereka berdua berbicara tiba - tiba pintu itu terbuka dari dalam, dan nampak perempuan dengan rambut dan pakaian berantakan membukakan pintu.

"kalian siapa???" tanya wanita itu.

"bukannya ini kamarnya mas Irwan??" jawab Indah.

"kalian siapa???" tanyanya lagi.

Indah dan Rania sudah ketakutan jika mereka salah mengedor kamar.

"siapa sih sayang pagi - pagi bertamuu,,," ucap seorang pria yang suaranya tak asing di telinga Rania.

"mas Irwan,,, siapa dia mas???" tanya indah dengan wajah menahan amarah.

Rania pun tepaku melihat pemandangan yang ada di hadapannya, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita itu tinggal dikamar yang sama dengan calon suaminya, dan sekarang pun wanita itu bergelayut manja di lengan Irwan.

Dengan cepat Irwan melepaskan pegangan tangan wanita itu, agar Rania tidak semakin marah padanya.

Kue tart yang seharusnya mengejutkan Irwan, justru Rania yang mendapatkan kejutan yang tak pernah ia sangka sebelumnya.

Penghianatan yang nyata di depan matanya, membuat kue yang di bawa Rania jatuh menghujam ke lantai.

"ternyata ini mas, sebabnya akhir - akhir ini kamu jarang pulang ke kampung ternyata disini kamu punya selingan" ucap Rania seraya pergi meninggalkan mereka berdua.

Indah pun ikut pergi menemani Rania yang menangis,

"Rania tunggu Ran,,,," ucap Indah berusaha menghentikan langkah kaki Rania.

"aku mau pulang sekarang ndah!!!" ucap Rania dengan air mata yang tertahan.

"iya,,, aku yang bawa motor, kamu duduk di belakang ya,,, aku tidak mau kamu yang bawa motornya, kamu sedang kacay Ran,,,"

Rania pun mengangguk menyetujui permintaan sahabatnya tersebut.

Berlapang dada

Sepanjang perjalanan pulang, Rania tak mengucapkan sepatah kata pun. Rania diam membisu hanya terdengar isakan yang menyedihkan.

Setelah mendapat setengah dari perjalanan Indah pun memutuskan untuk menghentikan motornya di sebuah gubug kecil yang menjual aneka makanan ringan dan minuman.

Di sebelah gubug itu terdapat sebuah embung (danau buatan yang dipergunakan untuk irigasi sawah) disana banyak pemancing yang mencari peluang untuk mendapatkan ikan.

Indah pun duduk di tepian danau tersebut sekedar untuk melepas lelah.

Indah dan Rania pun duduk beralaskan rumput yang hijau.

indah membawa 2 botol minuman dingin dan juga cemilan untuk mereka berdua.

"minum dulu Ran,,, kamu pasti haus" ucap Indah sambil menyodorkan sebotol teh kemasan tersebut.

Rania pun menerimanya dan meminumnya sedikit.

"makasih ndah,,, "

"aku tahu ini semua berat untukmu, tapi aku yakin kamu mampu melaluinya dengan baik Ran,,, mas ku itu emang keterlaluan" gerutu Indah.

"aku sakit ndah,,, mas mu menyakitiku,, dia membawa perempuan tidur di dalam kamarnya ndah,, dia jahat!!!" tangis Rania pecah seketika menginggat kejadian itu.

Indah pun dengan sigap memeluk Rania, agar dia lwbih tenang.

"yang sabar ya Ran,,," ucap Indah sambil mengelus punggung sahabat baiknya itu.

Sepertinya impian Indah untuk menjadikan Rania sebagai kakak iparnya pupus sudah.

Mana mungkin Rania bisa memaafkan kelakuan kakaknya yang sudah terlampau buruk.

Dia menginapkan seorang wanita di dalam kamar kostnya, itu hal yang paling menjijikan yang pernah Indah ketahui sepanjang hidupnya.

Setelah sejenak mereka menenangkan diri di tepian danau, akhirnya Rania dan Indah pun memutuskan untuk kembali ke kampung mereka.

Sedari tadi ponsel mereka berdua pun berdering silih berganti, panggilan telepon siapa lagi kalau bukan dari Irwan.

Saat mereka sampai di kampung, Indah pun mengantar Rania dahulu ke rumahnya, Rania terlihat sangat murung, wajahnya pun sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

Terlihat di depan rumah Rania sudah duduk di teras seorang pemuda yang sudah membuat hatinya kecewa. Ternyata Irwan menyusul mereka untuk pulang ke kampung.

"kamu sudah sampai nduk??? Katanya mau memberi kejutan untuk nak Irwan, kenapa nak Irwan malah yang sampai disini duluan???" tanya bu Ningrum saat Rania turun dari motor Indah.

"ndak apa - apa buk,,," Rania pun ikut duduk di teras.

"ndah,,, sini kamu juga duduk disini,,," pinta Rania.

"ya sudah kalian ngobrol dulu, ibu mau kebelakang dulu,,," pamit Bu Ningrum.

Sepeninggalan Bu Ningrum tak ada kata yang keluar dari mulut ketiganya, semua membisu,,, larut dalam pikiran masing- masing,

"aku sangat lelah kalian pulang saja,,," ucap Rania mengusir kedua kakak beradik tersebut secara halus.

"aku bisa jelaskan semua ini padamu Ran,,," ucap Irwan, dengan menatap wajah Rania yang tetap tertunduk.

"aku kira semua sudah jelas mas, sudah cukup bagiku untuk mengetahui semua itu,,," balas Rania.

"hari pernikahan kita sudah sangat dekat dek,,,,kita harus bicarakan semua ini,,,,"

"jika mas tahu kita akan menikah,, kenapa mas tidak berpikir saat membawa wanita lain bermalam di kamarmu??? Tanya Rania.

"kau tahu bagaimana hancurnya hatiku mas???" tangis Rania yang semula ia tahan pun pecah.

"mas khilaf dek,,, maafkan mas,,," pinta Irwan.

"maaf mas untuk kali ini, aku tak bisa,,," ucap Rania sambil berjalan memasuki rumahnya.

Tak berapa lama pun Indah mengajak sang kakak untuk pulang, agar Rania bisa menenanhkan diri sejenak.

"ayo mas pulang,, Rania sedang kacau jangan paksa dia mendengar penjelasanmu itu" gertak Indah.

"kamu menyiayiakan berlian, hanya demi batu kerikil"

"pulang sekarang" perintah Indah.

Irwan pun menuruti kata Indah dengan berjalan pelan mendekati sepeda motornya, setelah menyalakan mesin motor itu mereka berdua pun berlalu dari rumah Rania.

***

Semenjak kepulangan kedua kakak beradik tadi Rania menggurung diri di kamar, ia meratapi nasibnya di khianati di saat - saat mereka akan melangsungkan pernikahan.

"nduk,,,,kenapa sejak kamu pulang tadi, kamu tidak keluar dari kamar to nduk???"

"ada apa cerita sama ibu" ucap Bu Ningrum yang memasuki kamar Rania.

Rania pun hanya menangis mendengar pertanyaan ibunya, Rania bangkit dan meletakkan kepalanya di pangkuan Bu Ningrum yang duduk di ranjangnya.

"mas Irwan bu,,,,,," ucap Rania.

"kenapa Irwan,,, kalian itu akan menikah beberapa hari lagi,,,kalau ada masalah ya di bicarakan dengan baik to nduk,,, jangan sedikit- sedikit ngambek,,,

ndak baik nduk,,,," ucap Bu Ningrum sambil mengelus kepala Rania.

"mas Irwan selingkuh bu,,,, tadi aku lihat ada perempuan yang menginap di kamar kostnya bu" Rania pun mengatakan apa yang ia lihat tadi di rumah kost Irwan.

"astagfirullah haladzim,,," ucap Bu Ningrum sambil beristigfar.

"mas Irwan mengkhianatiku bu,,," tangis Rania pun pecah di pangkuan ibunya, hatinya sakit,, luka yang di torehkan Irwan di hatinya sangatlah melukainya.

"kamu istirahatlah dulu, ibu mau bicara dulu sama bapak,,,," ucap Bu Ningrum dengan lembut seraya meninggalkan kamar Rania.

Bu Ningrum pun menemui suaminya yang sedang menikmati secangkir kopi hitamnya di samping rumah,, tempat yang sangat nyaman bagi Pak Usman untuk melepas penat usai menghabiskan waktu sepanjang hari di ladang.

"Pak,,,," sapa Bu Ningrum.

"iya bu,,," balas Pak Usman.

"Rania pak, dia dari tadi menangis, katanya Irwan selingkuh, Rania sendiri dan Indah yang melihatnya sendiri, Irwan membawa seorang wanita menginap di kamar kostnya pak,,,,"

Pak Usman pun tak bergeming, ia mematikan rokok yang sedari tadi menemaninya melepas penat.

"panggil Rania kesini bu,,, bapak mau bicara!!!" perintah Pak Usman.

Bu ningrum pun dengan cepat memanggil Rania supaya menemui ayahnya.

"duduk nduk!!!?" perintah Pak Usman kala melihat Rania berada di hadapannya.

"bapak mau tanya,,,,

Apa yang kamu harapakan dari Irwan???" tanya Pak Usman.

"tidak ada pak,,, hatiku sudah terlanjur sakit,,,"jawab Rania.

"kalau begitu biar bapak yang putuskan, lebih baik kita mundur saja, karena lelaki yang berselingkuh itu bukan kekhilafan, melainkan penyakit yang kapan saja bisa kambuh"

" Bapak tidak ikhlas jika anak perempuan kesayangan bapak disia- siakan oleh laki - laki macam Irwan" ungkap Pak Usman

"aku nurut saja pak, aku yakin keputusan bapak yang terbaik untukku" ucap Rania pelan.

"jadi Mas Irwan selingkuh mbak???? Kurang ajar!!!" ucap Rudi yang baru saja bergabung di antara mereka.

"harus tak kasih perhitungan dia,,, berani - beraninya menyakiti Mbak Rania"

"sudah Rud,,,, jangan menambah masalah lagi, cukup kita tahu saja,,,mundur lebih baik, mumpung belum terlanjur,,, masih ada waktu untuk mundur" ungkap bapak.

Mereka berempat pun terdiam, bayangan indah Rania yang akan menjalani biduk rumah tangga dengan Irwan musnah sudah.

Anggan - anggan yang mereka sering impikan saat mereka berdua telah sah menjadi pasang suami istri pun hangus sudah, terbakar rasa sakit yang Rania rasakan di hatinya.

"ayo bu,,, kita ke rumah orang tua Irwan" ucap Pak Usman mengajak istrinya.

Tak lama terdengar suara mesin sepeda motor yang dinyalakan, tak lama suara itu pun semakin menjauh dari rumah mereka dan menghilang.

***

Sementara di rumah Irwan sedang ada keributan besar, ayah Irwan yakni Pak Hadi, dia sedang memarahi Irwan habis - habisan karena ulahnya yang telah di adukan Indah pada kedua orang tuanya.

Sementara Bu Siti terus saja menangis melihat anak lelakinya di hajar oleh suaminya sendiri.

Bu Siti tak bisa membela putra kesayangannya sebab yang dilakukan oleh Irwan memang bukan perbuatan yang baik.

Bu Siti terduduk sambil terus mengusap air matanya yang terus saja mengalir.

Indah pun dengan setia menemai sang ibu dan menguatkannya.

"Bocah tak tahu diri,,, buat malu orang tua saja,,," ucap Pak Hadi saat sudah puas memukul anaknya yang tak melawan sedikitpun.

Irwan duduk di sofa ruang tamu dengan menundukkan kepalanya, tak berani Irwan menatap mata ayahnya yang penuh kilat amarah.

"aku tidak ada hubungan apapun sama perempauan itu pak,,,aku cuma main - main pak,,,, tidak serius,,,

aku hanya mencintai Rania ,,," ucap Irwan pelan.

"Terus kamu bisa berbuat zina sama perempuan selain Rania,,,, " gertak Pak Hadi.

"tolong pak,, buat keluarga Rania memaafkan aku pak,,,," ucap Irwan lagi,

"kamu mikir tidak to Wan,,,, orang tua perempuan mana yang mau menyerahkan anak gadisnya pada lelaki macam kamu,,,,"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!