NovelToon NovelToon

Imperfect Wife

BAB 1 KESULITAN EKONOMI

BAB 1 KESULITAN EKONOMI

"Mas cuma bisa kirim uang segitu dek. Kamu pakai sehemat mungkin ya , kalau mas ada rejeki lagi pasti akan langsung mas transfer."

Itu adalah kalimat yang sering terngiang di telingaku, tempo hari aku menelpon Mas Heri untuk mengirimkan uang bulanan seperti biasa.

Namun jumlah yang Mas Heri transfer tidak seperti saat beberapa bulan pertama dirinya bekerja di perkebunan kelapa sawit di luar pulau.

Sebelum Mas Heri bekerja di luar pulau memang kehidupan rumah tangga kami sudah mengalami kesulitan dalam hal ekonomi dan Mas Heri suamiku, dia dulunya bekerja sebagai seorang buruh lepas di proyek pembangunan jalan tol salah satu kota besar di pulau Jawa.

Usia pernikahan kami memasuki tahun ke lima dan sudah dikaruniai dua buah hati .

Anak pertama kami bernama Rasya tahun ini hampir empat tahun usianya, sedangkan anak kedua bernama Arsya baru satu setengah tahun .

Namaku sendiri adalah Kumala Dewi seorang ibu rumah tangga yang bertekad mengabdikan hidup demi keluarga tercinta.

Setidaknya itu adalah harapanku di awal pernikahan sampai sekarang, namun siapa sangka cobaan datang ketika usia pernikahan kami memasuki lima tahun.

Awalnya,

Pernikahan kami sangat manis dan harmonis, hanya saja ketika anak kedua kami Arsya sakit hingga sampai harus di rawat berhari hari di Rumah sakit swasta, dan masih harus menjalani rawat jalan selama berbulan bulan.

Karena waktu itu kami tidak memiliki kartu jaminan kesehatan dari pemerintah. Maka, isi tabungan terkuras habis untuk biaya perawatan Arsya, dan kami bersyukur Arsya yang didiagnosis penyakit flek paru paru berhasil sembuh usai serangkaian pengobatan selama berbulan bulan.

Dalam situasi yang sama juga, suamiku Mas Heri putus kontrak kerja dengan pemborong proyek tempat dia bernaung selama ini.

Kehidupan rumah tangga yang awalnya berkecukupan mulai mengalami kekurangan dan semakin lama semakin minus sampai harus berhutang kesana kemari.

Kerap kali aku harus berhutang di warung tetangga demi bisa menyiapkan makanan untuk keluarga kecilku.

Tak jarang juga aku harus menerima olokan dari tetangga yang merasa kehidupan nya jauh lebih baik dariku. Mereka tidak tahu saja seperti apa rasanya kondisi tekanan ekonomi yang aku rasakan .

Cih~ Jika aku bisa jujur maka saat ini aku ingin berteriak lantang mengeluarkan semua beban.

Sayangnya aku hanya bisa diam sambil menundukkan kepala setiap lewat di depan para tetangga yang sedang bergosip dan aku sendiri adalah bahan gosip tersebut.

Huft~

Suatu hari seorang teman main ke rumah dan menawarkan Mas Heri untuk ikut bekerja di perkebunan kelapa sawit di luar pulau.

Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit membutuhkan tenaga kerja tambahan dan Mas Heri awalnya ragu antara harus menerima atau menolak.

Jika menerima maka konsekuensinya adalah kami harus menjalankan Pernikahan jarak jauh atau Long Distance Marriage (LDM).

Tapi jika menolak artinya Mas Heri harus berkerja serabutan lagi dengan gaji harian yang tidak pasti.

Mas Heri tidak tega jika harus jauh dari aku dan anak anak tetapi aku meyakinkan , demi perbaikan ekonomi maka kami harus rela mengorbankan jarak dan waktu.

"Demi anak anak mas, demi kehidupan keluarga kecil kita agar lebih baik kedepannya. " ucapku kala itu untuk meyakinkan Mas Heri.

Awal perpisahan yang berat dimana ini adalah pertama kalinya aku mengurus sendiri kedua anakku. Namun karena ada harapan besar demi kesejahteraan keluarga, Mas Heri akan berjuang dan aku akan bertahan bersama anak anak.

Selama tiga bulan pertama semua berjalan normal dan baik baik saja bahkan bisa dibilang pekerjaan Mas Heri sukses.

Setiap bulan Mas Heri rutin mentransfer uang senilai 5 juta rupiah yang akan aku gunakan untuk kebutuhan sehari hari dengan kedua anak kami Rasya dan Arsya.

Kondisi ekonomi kami meningkat, bahkan aku bisa membuka warung kecil kecilan di rumah. Selain itu aku juga ikut asuransi untuk kami sekeluarga.

Para tetangga tidak lagi merendahkan , bahkan mereka mulai mengakrabkan diri denganku.

Status sosial kami di kampung menjadi lebih dihormati, ibarat kata banyak uang pasti banyak teman.

Aku rasa itu sudah merupakan konsep kehidupan bertetangga di wilayah yang aku tinggali.

Namun,

Pada tiga bulan kedua Mas Heri merantau di luar pulau, kami menjadi jarang berkomunikasi. Dari yang awalnya rutin sehari sekali semakin lama semakin berkurang dan pernah selama dua minggu Mas Heri tidak menelpon, padahal aku kan juga kangen sama suamiku.

Selain sulit di hubungi, jatah uang bulanan yang aku terima juga berkurang. Dari yang awalnya 5 juta rupiah turun menjadi 3 juta rupiah.

Aku sempat mengeluh pada suamiku namun Mas Heri memberi alasan jika kondisi perkebunan sedang tidak bagus . Aku hanya bisa menghela nafas setiap kali kami telponan justru Mas Heri yang lebih banyak mengeluh.

Kondisi seperti ini membuat aku harus berhemat, sehemat mungkin agar uang yang diberikan akan cukup sampai bulan selanjutnya.

Pernah aku menelpon Mas Heri, menanyakan kenapa uang yang dia transfer semakin sedikit ? Masa iya perkebunan terus mengalami masa sulit sampai berbulan bulan ?

Namun jawaban yang aku dapatkan tidak sesuai seperti yang aku harapkan. Mas Heri hanya berkata , "Gunakan saja sebaik mungkin uang yang aku kasih dan jangan sering menelpon jika hanya untuk meminta uang. Aku akan berikan lagi bulan depan. Pokoknya jangan sampai anak anak kekurangan, kamu atur sendiri ya ."

Padahal aku sedang kesulitan mengurus dua anak, ditambah uang bulanan yang terus berkurang. Aku harus memutar otak bagaimana caranya agar bisa bertahan hidup sampai Mas Heri mengirim uang di bulan selanjutnya.

Cobaan tidak berhenti sampai disitu, sudah hampir setahun kami berpisah, dan komunikasi kami juga semakin terputus putus.

Bagai karang yang dihantam badai di lautan, aku harus bertahan tanpa kabar yang pasti dari Mas Heri.

Bayangkan saja dari yang awalnya 5juta per bulan, turun menjadi 3 juta perbulan dan kini bahkan belum genap setahun uang bulanan yang aku terima hanya satu juta.

Satu juta bisa dapat apa ???!!!!

Aku kerap berteriak dalam hati kala melihat nominal uang yang ditransfer. Hatiku menjerit sekencang kencangnya.

Uang asuransi sudah menunggak beberapa bulan, warung usahaku juga semakin sepi karena dagangan tidak selengkap dulu.

Satu juta, hanya cukup untuk makan dua kali sehari aku dan anak anak. Itu pun dengan lauk dan sayur seadanya.

Pernah aku dan anak anak hanya makan nasi lauk kerupuk. Kadang hanya nasi dicampur kecap.

Dua anakku tidak mengeluh, mereka dua anakku yang pintar dan mengerti kondisi orang tua .

"Ibuk, nanti kalau ibuk dapat uang banyak Rasya sama Arsya mau makan ayam goreng ya buk." sekelumit ucapan anak sulungku sungguh menyayat hati.

Dan jawaban yang bisa aku berikan hanya, "Sabar ya nak, semoga nanti ibuk dapat rejeki banyak biar kita bisa makan enak."

Dua malaikat kecilku tersenyum mengaminkan ucapanku.

Jujur setiap hari dalam situasi seperti ini membuat aku sering menangis di malam hari sambil memeluk dua anakku.

BAB 2 COBAAN BERAT RUMAH TANGGA

BAB 2 COBAAN BERAT RUMAH TANGGA

Setahun berlalu begitu saja,

Aku sudah tidak pernah mencoba menghubungi Mas Heri duluan, begitu juga suamiku itu yang tidak pernah menelpon bahkan menanyakan kabar anak anak.

Aku dan anak anak mulai terbiasa meski beberapa kali Rasya dan Arsya masih menanyakan tentang ayahnya, "Buk, ayah kapan pulang ?"

"Ayah bekerja nak, nanti ayah akan pulang sambil bawa uang banyak buat kita, sama mainan juga. Rasya dan Arsya harus sabar ya nak." hanya itu kalimat yang bisa aku ucapkan untuk menenangkan kedua anakku.

Aku sendiri sudah tidak terlalu berharap banyak dari jatah bulanan yang di transfer Mas Heri.

Aku belajar untuk tidak banyak mengeluh, aku berusaha memutar otak bagaimanapun caranya supaya aku dan anak anak bisa bertahan hidup tanpa bergantung sepenuhnya dari uang yang diberikan Mas Heri setiap bulan.

Aku membuka usaha jasa laundry, ya aku mengerjakan semuanya sendiri sambil tetap mengasuh kedua anakku.

Selain menerima jasa laundry alias buruh cuci, aku juga menerima pekerjaan lain seperti membantu memasak di salah satu tetangga yang punya usaha katering.

Hari hariku sibuk sekali, dari pagi sebelum subuh aku harus sudah mencuci laundry an , sementara siang hari menunggu pakaian jemuran kering aku pergi ke tempat katering untuk membantu memasak sampai sore hari.

Sore sampai malam aku akan menyetrika tumpukan pakaian laundry agar bisa cepat aku antarkan ke tempat pelanggan.

Upah laundry an dihitung per kilo, dan per kilo hanya di hargai 8 ribu rupiah untuk laundry dan setrika. Jika hanya menyetrika saja per kilo di hargai 3 ribu rupiah.

Sangat tidak sebanding dengan tenaga yang aku keluarkan, tapi mau bagaimana lagi demi bisa makan terpaksa aku harus bertahan.

Anak anakku selalu ikut kemana pun aku beraktivitas, Rasya bisa menjaga adiknya Arsya sembari aku bekerja. Mereka tidak mengganggu dan selalu menuruti jika aku meminta mereka menunggu di luar saat sedang membantu memasak di tempat katering.

Sisa masakan katering menjadi makanan aku dan anak anak di rumah, tetanggaku cukup baik karena mengijinkan aku membawa sedikit bungkusan lauk untuk di makan bersama anak anakku.

Tubuhku semakin kurus, ya sebelumnya berat badanku ideal namun kini semua pakaianku terasa longgar.

Aku tidak mengeluh, aku benar benar berjuang untuk bertahan hidup bersama dua anakku.

Aku termasuk pribadi yang bisa menyimpan rahasia, setiap keluh kesah tidak satu orang pun tahu. Semua aku rasakan sendiri tidak pernah mengeluh pada tetangga karena mereka juga tidak bisa memberi solusi selain justru menghina di belakangku.

Sekarang adalah tahun kedua aku hidup bertiga dengan anak anakku, dan seperti nya tubuhku mulai ingin menyerah.

Aku bekerja siang malam nyatanya uang bayaranku tidak mencukupi . Uang yang aku hasilkan masih hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari hari. Tidak ada uang lebih untuk kebutuhan lain.

Aku frustrasi !! Aku sedang tidak menikmati kondisi hidup ku saat ini. Aku lelah secara lahir dan juga batin , aku ingin menyerah..

Tapi jika aku berhenti bekerja, lalu anak anakku bagaimana ?

Pikiranku bimbang, aku harus bisa mengubah situasi ini.

Tapi bagaimana caranya ? pekerjaan apa yang tidak banyak menyita waktu tapi menghasilkan upah yang mencukupi ??

Aku melangkahkan kaki sambil melamun kala mengantarkan pesanan laundry di salah satu tempat kost wanita yang berjarak setengah kilometer dari rumahku.

Tok..

Tok..

Tok..

Aku mengetuk pintu tiga kali, ini adalah pertama kali aku mengantar pesanan laundry sejauh ini. Bahkan aku sengaja meninggalkan kedua anakku yang sudah tertidur lelap.

Kasihan anak anakku, setiap hari mereka ikut merasakan lelahnya beraktivitas bersama ibunya.

Ceklek~ suara pintu terbuka dari dalam.

Seorang wanita berparas cantik, kulit putih langsat nan glowing. Tubuh ideal wanita dewasa yang sangat terawat membuat aku tertegun sampai tidak mengedipkan mata selama beberapa detik.

"Kumala Dewi ? Apakah ini beneran kamu ?!" ucap wanita cantik itu tampak antusias menatapku.

Aku mengangkat satu alis heran , bagaimana bisa dia tahu nama lengkapku ? Siapa ya ?

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya ? Maaf tapi.." ucapanku terjeda karena merasa sama sekali tidak mengenal wanita cantik yang tersenyum di hadapanku.

"Kita ngobrol di dalam yuk biar enak, sini sini masuk ." ajak wanita cantik itu meraih tanganku yang masih membawa bungkusan laundry.

Aku masuk lalu duduk di sebuah kursi di ruang tamu. Wanita cantik itu menerima bungkusan laundry sambil bercerita jika ternyata kami saling mengenal.

"Dewi Dewi.. Masa kamu lupa sama teman sendiri,ini aku Sari. Kita pernah duduk sebangku jaman masih sekolah SMA, inget gak ?" suaranya terdengar merdu dan ramah sekali.

Aku berusaha mengingat, dan seketika netraku membulat sempurna kala menyadari jika wanita cantik di hadapanku ini adalah benar temanku Sari.

"Sari ?? Astaga aku tidak mengenali kamu. Cantik banget kamu sekarang Sari." aku senang berjumpa dengan salah satu teman baikku ini.

Kami saling berpelukan layaknya dua sahabat yang lama yak bersua.

Tapi seketika raut senang di wajahku memudar kala menyadari posisiku saat ini yang berpenampilan dengan sangat , sangat , sangat lusuh.

Kemudian, kami saling bertukar kabar dan menceritakan kondisi satu sama lain.

Tidak bisa aku bohongi jika saat ini aku sampai menangis saat menceritakan kondisi rumah tanggaku yang tidak baik baik saja.

Sari dulunya adalah teman baikku, salah satu teman yang bisa aku jadikan tempat curhat.

"Lalu suami kamu bagaimana Dewi ? Sama sekali gak ada kabar begitu kah ? Dan dia lupa kalau ada istri dan dua anak yang butuh tanggung jawab ? Trus, bulan ini dia kirim uang berapa ?"

Banyak sekali yang Sari tanyakan padaku, dan aku menjawab apa adanya.

"Mas Heri melarang aku menelpon nya. Kalau ada hal penting dia yang akan kasih kabar duluan. Ini sudah berbulan bulan Mas Heri gak ada kabar, bulan ini bahkan dia gak transfer uang." mataku berair, dadaku sesak sekali.

Bukan maksud hati aku menceritakan aib suami, tapi apa yang aku rasakan ini benar benar tekanan batin yang semakin hari semakin berat .

Selama ini mati matian aku simpan sendiri semua rahasia rumah tanggaku, tapi saat bertemu teman baik sekaligus teman curhatku Sari seketika tumpah semua isi hatiku.

Aku menahan agar tidak sampai menangis sesegukan dan Sari berusaha menenangkan diriku.

"Apa kamu mau ikut kerja denganku Dewi ? Kerjaannya gampang, gak membutuhkan banyak tenaga tapi bayarannya lumayan. Aku jamin pasti akan sangat bisa mencukupi kebutuhan kamu dan anak anak." ucap Sari sambil merengkuh dua telapak tanganku dan menatapku dengan yakin.

"Pekerjaan macam apa itu Sari ? apa bisa dilakukan tanpa aku harus ninggalin anak anakku ?" aku bertanya ingin memastikan.

"Kerjanya malam hari kok Dewi, dan kamu bisa bawa anak anak nanti aku yang jagain mereka di tempatku. Kebetulan aku kerja shift siang, dan tempat aku bekerja butuh pegawai baru untuk shift malam. Gimana ?" bujuk Sari.

Sari mengatakan jika dirinya akan kembali ke kota besok lusa. Dan jika aku mau ikut dengannya maka aku harus segera bersiap dan berkemas.

BAB 3 PEKERJAAN DI KOTA

BAB 3 PEKERJAAN DI KOTA

Dua hari berlalu,

Saat ini aku dan dua anakku sudah berada di tempat kost yang di tinggali Sari selama beberapa hari terakhir.

Tidak banyak perlengkapan yang aku bawa, hanya pakaian dan beberapa barang penting lainnya dalam satu koper berukuran cukup besar.

Aku sudah memantapkan hati , aku harus bisa mengubah perekonomian keluarga kecilku. Dan Sari yang tiba tiba muncul seolah menjawab semua doaku.

"Kita berangkat sekarang yuk , " ajak Sari yang tampil dengan busana yang sangat modern dan trendi, meski agak terbuka namun busana itu sangat cocok melekat di tubuh seksinya.

Penampilan Sari mirip seorang wanita sukses di usia yang masih terbilang cukup matang . Belum terlalu tua, aku dan Sari saat ini sama sama berumur 30 tahun tapi nasib Sari tampak jauh lebih baik dariku.

Perjalanan menggunakan mobil pribadi yang di supiri langsung oleh Sari memakan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di kota tempat dirinya bekerja selama ini.

Pemandangan kota metropolitan yang sangat jauh berbeda dari kampung asalku, sembari menunggu kami tiba di tempat tujuan anak anakku tertidur pulas di kursi belakang.

Pintar sekali kedua anakku , mereka sama sekali tidak rewel sepanjang perjalanan.

Aku duduk di depan bersama Sari yang tampak keren saat sedang fokus mengemudi, dan kami banyak mengobrol di sepanjang perjalanan.

Tentu saja menceritakan kisah kisah semasa kami duduk dibangku sekolah. Karena setelah kelulusan kami berdua terpisah, Sari mengadu nasib ke kota sedangkan aku bekerja di sebuah pabrik lokal dekat kampung.

Aku dan suamiku dulu juga bertemu pertama kali saat aku berteduh karena hujan sepulang kerja dan aku gak bawa payung, Mas Heri yang juga baru saja selesai bekerja tampak ikut berteduh di emperan toko yang sama denganku. Penampilan Mas Heri khas dengan mengenakan seragam pekerja proyek pelebaran jalan tol yang sedang berlangsung di dekat pabrik tempat aku bekerja.

Dari satu pertemuan itulah aku dan Mas Heri menjadi lebih sering bertemu karena ternyata kami sama sama tinggal di kawasan kost dekat dengan pabrik tempat aku bekerja.

Di saat seharusnya wanita seusiaku bersenang senang menghabiskan gaji dan bekerja, aku justru menerima tawaran pernikahan Mas Heri.

Genap diusiaku yang ke 22 tahun , aku resmi menyandang gelar istri dari suamiku yang bernama Heri Santoso, dan anak pertama kami lahir satu setengah tahun setelah pernikahan.

Hidup ku terasa sempurna sekali kala itu, Yaa kala itu~

Setelah sekian waktu akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang bergaya modern minimalis di salah satu kawasan hunian mewah di tengah kota.

Alasan Sari memilih lokasi seperti ini karena lebih mudah menjangkau ke setiap lokasi yang sering dia kunjungi terutama tempat dia bekerja.

Sari hanya tinggal sendirian, dia mempersilahkan aku dan anak anakku menempati kamar di lantai satu. Sedangkan Sari akan menempati kamar di lantai dua.

Semua berjalan baik baik saja, selama sebulan Sari benar benar mempersiapkan diriku agar siap bekerja dengannya.

Seminggu sekali Sari rutin mengajak aku ke salon untuk merawat diri. Entah berapa uang yang dia keluarkan untuk perawatan ku sampai aku sendiri pangling pada diriku sendiri.

Penampilan ku tampak lebih segar , kulit ku semakin glowing berkat suntik vitamin. Dan berat badanku mulai kembali ideal .

Rasya dan Arsya juga tampak bahagia , mereka menikmati waktu selayaknya anak anak seusia mereka. Makan tercukupi, banyak mainan di rumah.

"Baru sebulan dan kamu udah keluar uang banyak banget buat bantu aku Sari, aku janji bakal ganti semuanya." ucapku penuh rasa terima kasih.

"Itu mah gampang Dewi, sekarang kamu udah bener bener siap kerja nih. Nanti malam ikut aku ya, aku akan antar kamu ke tempat kerja setelah itu anak anak biar sama aku aja." ucap Sari ramah.

Aku mengangguk setuju, sama sekali tidak merasa aneh atau perasaan yang terlalu bagaimana aku rasakan.

Malam harinya ,

Sari benar benar mengantarkan aku ke tempat dia bekerja selama ini ,setelah mengantarkan aku di sebuah lokasi Sari memberikan aku sebuah kartu akses untuk ditunjukkan kepada resepsionis yang ada di dalam.

"Pokoknya kamu tinggal nunjukin kartu ini aja , trus kamu ikuti petunjuk dari pegawai di dalam. Jangan grogi Dewi, semangat yak !!" Sari menyemangati diriku .

"Semoga aku bisa~" gumamku sendiri usai melambaikan tangan menatap mobil Sari yang menjauh.

Aku menghirup udara banyak banyak lalu melangkah kan kaki mantap masuk ke sebuah gedung bernuansa remang remang.

Aku menunjukkan kartu akses yang diberikan oleh Sari dan seorang pegawai lain tampak mengantarkan diriku ke sebuah ruangan.

"Langsung kerja ya malam ini, pakai seragam yang ada di gantungan baju trus temui aku lagi. Sepuluh menit oke." ucap seorang pegawai senior mengarahkan aku.

Aku mengangguk mengerti lalu saat membuka lemari yang dimaksud aku tercengang, lantaran seragam kerja yang di maksud terlalu seksi dan terbuka .

"Astaga, apa mereka benar benar bekerja dengan mengenakan seragam kurang bahan begini ?" aku bergumam sendiri.

Merasa ragu tapi tekadku juga sudah bulat, dengan cepat aku mengenakan seragam kerja yang sangat menonjolkan lekuk tubuhku.

Bayangkan saja , pakaian mirip pelayan namun rok mini diatas lutut, atasan ketat dengan belahan dada rendah sampai mengekspose sebagian payu dara ku yang sintal.

Aku melangkah keluar dengan perasaan gugup yang gagal ditutupi namun, pegawai senior tadi justru memuji penampilan ku yang katanya tampak sangat cantik dan seksi.

"Oke, kayaknya malam pertama kamu kerja bakal jadi rebutan nih. Ayo ikut aku." ucap pegawai senior yang berjalan duluan di depanku.

Beberapa saat kemudian ,

Aku dan beberapa pegawai lainnya yang mengenakan seragam yang sama sedang berada di dalam ruangan VIP dimana tugas kami adalah menuangkan minuman ke dalam gelas tamu yang kosong.

Suasana remang remang namun aku bisa melihat beberapa pria berpenampilan seperti pengusaha dengan setelan jas mewah serta penampilan yang sangat klimis.

Mereka seperti sekumpulan pengusaha yang baru selesai mengadakan rapat dan ingin menghabiskan sisa malam di dalam klub ini.

Aku hanya berdiri, diam dan merasa canggung. Aku melihat beberapa rekan kerjaku melangkahkan kaki keluar bersama pria berjas, aku tidak tahu pergi kemana mereka.

Entah karena aku melamun atau bagaimana sampai tidak sadar jika di dalam ruangan hanya sisa aku dan seorang pria yang seperti menatap intens ke arahku.

Glek~ aku kesulitan menelan ludah kala merasakan pergerakan pria itu mendekati aku yang berdiri di sisi meja dekat trolly berisi minuman.

"Ikut aku." ucap seorang pria yang wajahnya tampak samar.

Aku mengangguk pelan, aku sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini aku terus melangkah kan kaki mengikuti pria yang jalan duluan di depanku.

Kami melewati lorong panjang di lantai atas klub lalu,

Ceklek~ pintu terbuka dan pria itu mempersilahkan aku masuk duluan.

Ruangan yang gelap dan aku tidak tahu dimana letak sakelar lampu, saat aku berusaha menyesuaikan pandangan mataku tiba tiba

Greb~ sebuah tangan terasa kekar melingkar di perutku.

Tubuh yang wangi serta hangat menempel sempurna di belakang ku.

Aku mematung, apa yang akan terjadi selanjutnya aku sama sekali tidak tahu tapi,

Pria itu tampak mendorong tubuhku pelan sambil mengeratkan pelukan dan

Cup~ sebuah ciuman terasa mendarat di leher jenjangku.

Mulutku tergagap tidak tahu harus berkata apa tapi , akal sehatku berperang melawan perasaan ku dimana satu sisi aku berusaha meyakinkan diriku jika ini hanyalah pekerjaan.

Namum di sisi lain tubuhku gemetar tidak karuan karena merasakan sentuhan pria lain selain suamiku.

Awshh ahh~ aku tersentak dari lamunan saat merasakan telapak tangan pria dibelakang ku mulai meremas bagian tubuhku dan sentuhan itu semakin kemana mana membuat aku merasa panik tapi tidak bisa melawan.

Aku diam mematung, posisi kami masih sama sama berdiri tapi kali ini pria itu membawa tubuhku tepat di tepi sebuah ranjang.

Tidak ada pembicaraan, aku bahkan tidak tahu siapa nama pria yang menyentuhku.

Sentuhan nya membuai sampai aku harus memejamkan mata , namun saat tangan pria itu meraba wajahku dan menyentuh bibirku aku membuka mata seakan tersadar .

Bibir kami hampir saja bersentuhan saat tiba tiba aku tidak kuasa menopang bobot tubuhku sampai terjatuh bersimpuh di lantai.

"Maaf tuan maaf, hiks~"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!