Beberapa hari yang lalu Shanum sudah mendaftarkan dirinya pada sebuah lowongan pekerjaan online yang membutuhkan Office Girl. Baginya itu tidak buruk, selagi dirinya bisa makan, maka apapun pekerjaannya akan ia lakukan, dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Shanum menatap bangunan megah yang saat ini berdiri kokoh di hadapannya. Ia segera melangkah masuk dan menemui Hrd
"Permisi Buk" ucap Shanum sembari membuka ruangan yang sudah di tunjuk oleh resepsionis di depan tadi
"Ya, silahkan masuk"
Shanum duduk berhadapan dengan wanita cantik yang saat ini tersenyum ramah padanya "Dengan Shanum?" tanya wanita itu menebak
"Iya Buk"
"Baiklah, tugasmu ada di lantai sembilan. Tempat dimana ruangan direktur berada. Yang harus kau lakukan hanya membersihkan lantai tersebut, dan membuat minuman secara rutin setiap pagi. Ingat, Direktur sangat tidak bisa mentolerir kesalahan se-kecil apapun. Maka dari itu bekerjalah dengan baik di hari pertamamu" ucap wanita tersebut
"Baik Buk, saya akan melakukan semuanya semampu saya"
*
Shanum sudah berada di lantai dimana dirinya di tugaskan. Lagi lagi ia mengagumi keindahan desain kantor tempatnya bekerja ini. Ia berjalan menuju pantry, dan meletakkan tas-nya disana. Kemudian ia duduk di kursi yang tersedia. Tiba tiba suara seseorang membuat kesadarannya kembali
"Tolong buatkan satu gelas kopi, dan antarkan ke ruangan Direktur"
Shanum menatap sekeliling, tidak ada siapapun disana. Ia lalu melirik tepat diatas lemari pantry, dimana terdapat pengeras suara disana. Shanum yakin suara yang tadi ia dengar berasal dari sana. Ia bangkit dari kursi, dan mulai membuatkan secangkir kopi yang diminta. Setelah itu ia berjalan menuju ruangan Direktur, ia mengetuk pintu ruangan, tidak lama perintah untuk masuk ia terima
"Silahkan Pak" ucap Shanum sembari menaruh kopi yang ia bawa ke atas meja
"Apalagi yang kau tunggu?" tanya laki laki yang merupakan bos Shanum tersebut saat menyadari Shanum masih berdiri di depan mejanya
"Apa Bapak membutuhkan sesuatu yang lain?" tanya Shanum gugup. Sebab hari ini adalah hari pertamanya bekerja, dan ia takut akan membuat kesalahan jika langsung pergi
"Aku akan memanggilmu jika aku membutuhkanmu"
"Baik, saya permisi Pak"
Shanum berbalik hendak keluar. Namun baru menggapai pintu, ia sudah mendengar teriakan keras yang bergema di ruangan bos-nya tersebut. Ia berbalik, dan mendapati bos-nya yang kini menyemburkan kopi yang barusaja ia buat
"Ada apa Pak?" tanya Shanum
"Apa yang kau buat ini? Kau mau membuat aku darah tinggi?" ucap laki laki itu menggema
Shanum menundukkan kepalanya. Ia melihat bos-nya yang tampak menghubungi seseorang melalui sambungan teleponnya. Hingga tidak lama setelah itu seorang wanita cantik masuk kedalam ruangan bos-nya. Shanum mengenal wanita ini, karena wanita ini merupakan sekretaris kepercayaan dari Direktur
"Ada apa Pak?" tanya wanita tersebut
"Hubungi Hrd, dan minta untuk memberikan pesangon untuknya"
"Maksud Bapak?" tanya sekretaris tersebut
"Pecat dia, dan katakan pada pihak Hrd untuk mencarikan pekerja yang baik untuk ditempatkan di lantai ini"
"Baik Pak"
Shanum segera dibawa oleh sang sekretaris keluar dari ruangan Direktur. Barusaja membuka pintu ruangan, langkah keduanya terhenti saat melihat seorang laki laki yang tidak kalah tampan dari sang Direktur kini tengah menatap keduanya. Dapat Shanum lihat bahwa laki laki ini memandangnya begitu lekat.
"Ada apa ini?"
"Daffa, ini ada apa?" tanya laki laki tersebut pada Direktur Daffa
"Dia membuat kopi dengan garam. Sudahlah, Sekretaris Sasha, bawa dia keluar" perintah Daffa
"Baik Pak"
Shanum mengikuti langkah wanita didepannya. Barusaja hendak masuk kedalam lift, terdengar suara bariton yang menghentikan langkah mereka. Shanum membalik tubuhnya, melihat pemilik suara yang kini menghentikan langkahnya
"Ada apa Pak Arga?" tanya Sekretaris Sasha
"Biar gadis ini menjadi urusanku, kau tidak perlu membawanya menuju Hrd"
"Tapi Pak..." ucapan Sekretaris Sasha terhenti saat melihat laki laki yang Shanum ketahui bernama Arga ini mengangkat tangannya
"Aku yang akan mengurus Daffa. Sekarang pergilah"
Entah siapa laki laki ini. Yang pasti, Sekretaris Sasha tampak tidak bisa menolak apa yang laki laki ini katakan. Shanum mengangkat pandangannya, hingga kini wajahnya bersitatap dengan wajah tampan di hadapannya
"Maaf Pak, saya permisi dulu" Shanum hendak kembali melangkah menuju lift. Namun kini tangannya di tahan oleh laki laki tersebut
"Besok tetaplah datang kesini dan bekerja seperti biasa, biar aku yang mengurus Daffa"
"Maaf Pak, saya tidak bisa" jawab Shanum
"Kenapa?"
"Karena Direktur sendiri yang sudah memecat saya, jadi saya akan segera pergi dari kantor ini. Permisi"
Arga menatap pintu lift yang perlahan tertutup. Ia menatap tangannya yang tadi sempat memegang tangan gadis tersebut "Hanna..." gumamnya tersenyum
Arga segera beranjak dari tempatnya, kembali menuju ruangan sahabatnya. Barusaja tiba didepan ruangan, ia sudah melihat Daffa yang tampak akan pergi "Kemana?" tanya Arga
"Aku akan keluar, kau tetap disini atau..."
"Tentu saja aku ikut. Ayo" Arga segera merangkul bahu sahabatnya sembari berjalan menuju lantai bawah
"Kau dari mana?" tanya Daffa menyadari Arga yang tadi izin padanya untuk keluar sebentar
"Mengurus urusan kecil. Oh iya, mengenai karyawanmu yang tadi, aku harap kau tidak benar benar memecatnya" ujar Arga
Daffa tampak mengerutkan dahinya bingung "Karyawan yang mana?"
"Yang tadi kau marahi karena masalah kopi"
"Kenapa, kau menyukai gadis itu?"
"Aku rasa begitu. Gadis itu terlihat menggemaskan" ucap Arga tersenyum, ia membayangkan wajah gadis tadi yang dengan berani menolak bantuannya untuk tetap bekerja di kantor ini. Namun itu bukan masalah baginya, karena ia yakin besok gadis itu pasti akan kembali bekerja seperti biasa. Bukankah ia mengatakan itu tadi
"Hanya itu?"
Pertanyaan Daffa membuat langkah Arga terhenti. Ia menatap sahabatnya yang kini juga tengah menatapnya "Apa kau juga menyadari bahwa wajahnya sedikit mirip dengan Hanna?" tanya Arga
"Aku tidak memperhatikannya"
"Jujur, pertama kali aku melihatnya tadi, wajahnya memiliki sedikit kemiripan dengan Hanna"
"Jadi kau menyukainya karena itu? Kau masih belum bisa move on dari Hanna?" tanya Daffa heran. Beberapa tahun berlalu. Namun rasa cinta sahabatnya untuk sosok Hanna masih tersimpan dengan rapi
"Sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikannya"
"Lalu gadis itu? Kau bilang kau menyukainya, apa kau menyukainya hanya karena kemiripan wajahnya dengan Hanna?" tanya Daffa
"Aku rasa begitu. Sudahlah, intinya aku harap kau tidak memecatnya"
Daffa dan Arga tiba di lobi, dan dengan segera menaiki mobil yang sudah tersedia. Hari ini adalah jadwal fitting baju untuk Daffa, dan Arga pasti akan menemani sahabatnya tersebut untuk mempersiapkan semuanya menyambut hari bahagia sang sahabat. Arga segera duduk di kursi kemudi, dan langsung saja mengemudikan mobilnya keluar dari halaman kantor Dirg'Corp
Dari kejauhan, Arga mempertajam penglihatannya saat melihat punggung seseorang yang ia rasa ia kenali. Namun karena jarak yang cukup jauh dari mobil yang ia kemudikan, ia sama sekali tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Ia berharap apa yang barusaja ia lihat tidak benar benar terjadi
Pagi ini, Arga kembali mengunjungi kantor sahabatnya. Tujuannya hanya satu, memastikan apa yang kemarin ia lihat. Sebab, punggung yang kemarin ia lihat seakan mengingatkannya pada sosok wanita yang baru kemarin ia temui, Shanum.
Arga menekan tombol lift menuju lantai sembilan, dimana Shanum bekerja. Baru saja keluar dari lift, ia segera menuju pantry untuk memastikan keberadaan Shanum. Namun sayang sekali ia tidak menemukan siapapun di sana. Ia segera menuju ruangan sahabatnya, dan langsung masuk tanpa permisi
"Apa kau tak punya sopan santun. Seharusnya kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk" ujar Daffa saat melihat Arga masuk kedalam ruangannya dengan se-enaknya
"Dimana karyawanmu yang kemarin?" Arga mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan milik sahabatnya, berharap bisa menemukan wanita yang ia cari
"Aku tidak tahu"
"Kau pasti tahu kemana dia pergi, aku sudah mencarinya di pantry tapi aku tidak menemukannya" ujar Arga, kini ia duduk di kursi sofa "Atau jangan jangan kau memecatnya?" tanya Arga mengintimidasi sahabatnya. Namun ucapannya sama sekali tidak di hiraukan Daffa, yang laki laki itu lakukan justru menghubungi seseorang, dan meminta orang tersebut ke ruangannya
"Anda memanggil saya Pak?" tanya Sekretaris Sasha
"Ya, Arga membutuhkanmu" ucap Daffa, yang mana hal tersebut mengundang kerutan bingung di dahi Arga "Kau ingin tahu kemana gadis itu kan? Tanyakan saja pada Sekretaris Sasha karena aku yakin dia lebih tahu"
"Dimana wanita yang kemarin menjadi korban amukan bos mu, Sekretaris Sasha?" tanya Arga, sedikit menyindir Daffa
"Maaf Pak, gadis itu menolak untuk bertahan di kantor kita. Sebab, Pak Daffa tidak mengatakan pada saya untuk menahan pemecatannya, jadi saya tidak bisa melakukan apapun"
Arga mengalihkan tatapannya, menatap tajam sahabatnya yang kini tengah terlihat kesusahan menelan salivanya "Direktur Daffa Alfano Dirgantara..."
Mendengar namanya disebut dengan lengkap saja sudah membuat Daffa merinding. Ia sama sekali tidak takut pada Arga yang merupakan sahabat baiknya sejak Sma. Hanya saja, diantara persahabtan mereka, Arga lah sosok yang paling tua, dan Daffa beserta teman temannya yang lain sudah menganggap Arga sebagai Kakak Tertua, dan kini setelah mendengar namanya di panggil secara lengkap dengan nada mengintimidasi, membuatnya seketika merinding
"Sekretaris Sasha, kembali ke ruanganmu" ucap Daffa. Setelah memastikan Sekretaris Sasha keluar dari ruangan, Daffa beranjak dari kursi kebesarannya, dan ikut bergabung bersama Arga di sofa
"Jadi bagaimana?" tanya Arga menanti jawaban
"Aku lupa meminta Sekretaris Sasha untuk menahannya. Kau tahu bukan bahwa kemarin aku tidak di kantor, dan aku melupakan apa yang kau katakan"
Arga menghela nafas kasar. Namun ditengah kekalutan, otaknya masih berfungsi dengan baik. Ia menerbitkan senyum simpul saat menemukan satu ide dalam benaknya "Aku memaafkanmu kali ini"
Arga segera keluar dari rungan sahabatnya, dan dengan segera menjalankan apa yang barusaja terlintas dalam benaknya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, kini ia bisa tersenyum puas. Ia sudah mengantongi biodata dari gadis yang akan ia cari. Gadis cantik yang ternyata berasal dari kota hujan itu mengontrak di sebuah kontrakan kecil yang Arga tahu tempatnya tidak begitu jauh dari kantor sahabtanya ini. Tanpa menunggu lama, ia segera menaiki mobilnya kembali, dan menuju alamat yang tertera dalam kertas putih tersebut
Arga tiba di alamat yang ia tuju. Ia segera turun dari mobil, saat melihat seorang wanita cantik yang kini berada di taman kontrakan, tepatnya diatas sebuah matras yang tengah digelar. Arga berjalan mendekat, dan hendak mengagetkan wanita tersebut. Namun bukan hanya wanita tersebut yang kaget, karena nyatanya kini semua mata tertuju pada mereka. Tepatnya pada Arga yang kini tengah mengaduh kesakitan setelah mendapat tendangan keras dari Shanum
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!